Kesimpulan Mahasiswa Rantau Tahun Pertama

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa dan interpretasi pada data, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Hipotesa penelitian diterima, yaitu ada hubungan antara sense of humor dan personal adjustment pada mahasiswa rantau tahun pertama USU. Hubungan di antara keduanya termasuk kategori hubungan yang rendah. 2. Hasil tambahan penelitian juga menunjukkan: a. Berdasarkan kategorisasi, maka kebanyakan mahasiswa rantau tahun pertama USU memiliki sense of humor yang sedang dan tinggi serta personal adjustment yang baik. b. Berdasarkan perbedaan jenis kelamin, tidak ada perbedaan antara mahasiswa rantau tahun pertama USU yang berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan pada variabel sense of humor maupun personal adjustment. c. Berdasarkan perbedaan fakultas IPA dan IPS, dapat disimpulkan bahwa sense of humor mahasiswa rantau tahun pertama USU dari fakultas IPS lebih tinggi daripada sense of humor mahasiswa rantau tahun pertama USU dari fakultas IPA. d. Berdasarkan perbedaan fakultas IPA dan IPS, dapat disimpulkan bahwa personal adjustment mahasiswa rantau tahun pertama USU dari Universitas Sumatera Utara e. fakultas IPS lebih baik daripada personal adjustment mahasiswa rantau tahun pertama USU dari fakultas IPA. f. Berdasarkan perbedaan daerah asal Sumatera Utara dan luar Sumatera Utara, dapat disimpulkan tidak ada perbedaan sense of humor mahasiswa rantau tahun pertama USU dari Sumatera Utara dan sense of humor mahasiswa rantau tahun pertama USU dari luar Sumatera Utara. g. Berdasarkan perbedaan daerah asal Sumatera Utara dan luar Sumatera Utara, dapat disimpulkan bahwa personal adjustment mahasiswa rantau tahun pertama USU dari Sumatera Utara lebih baik daripada personal adjustment mahasiswa rantau tahun pertama USU dari luar Sumatera Utara.

B. Saran

Berikut ini beberapa saran yang diharapkan dapat berguna untuk kelanjutan studi ilmiah baik mengenai sense of humor ataupun personal adjustment. 1. Saran Metodologis Bagi peneliti yang tertarik melakukan penelitian lebih jauh berkaitan dengan sense of humor dan personal adjustment dapat menjadikan penelitian ini sebagai referensi untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perbedaan sense of humor dan personal adjustment pada mahasiswa IPA dan IPS atau pada mahasiswa yang berasal dari daerah Sumatera Utara dan daerah di luar Sumatera Utara. Peneliti lainnya juga dapat meneliti personal adjustment dengan kaitannya pada variabel lain selain sense of humor. Universitas Sumatera Utara

2. Saran Praktis

a. Penelitian ini pada dasarnya dilakukan untuk mengungkapkan bagaimana sense of humor akan berhubungan dengan personal adjustment pada mahasiswa rantau tahun pertama. Untuk instansi akademik, penelitian ini dapat dijadikan informasi agar dapat dilaksanakan beberapa upaya untuk meningkatkan kesadaran akan fungsi sense of humor yang dimiliki oleh mahasiswa untuk membantu proses penyesuaian diri sebagai mahasiswa baru, khususnya mahasiswa rantau. b. Bagi mahasiswa rantau USU tahun pertama, penelitian ini dapat dijadikan informasi sehingga mahasiswa memperoleh kesadaran bahwa sense of humor memiliki hubungan yang positif terhadap personal adjustment mahasiswa sehingga penting untuk mengasah sense of humor. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Sense of Humor 1. Humor

Hartanti 2008, mengungkapkan bahwa humor berasal dari kata umor yaitu You-moors= cairan-mengalir. Stimulus humor merupakan ungkapan verbal dan non verbal yang dapat menyebabkan pendengar atau mereka yang menciptakan humor tergelitik untuk tertawa Danandjaja dalam Bastaman, 2008. Menurut Thorson dan Powell 1993, humor memiliki komponen- komponen sebagai berikut: a. Komponen Kognitif Komponen kognitif mencakup evaluasi dari humor sebagai stimulus dalam bentuk humor yang diterima. Berikut ini adalah beberapa hal yang terkait dengan komponen kognitif dalam melatarbelakangi penerimaan respon humor secara personal: 1 pengetahuan seseorang, 2 latar belakang sosial-budaya, 3 tipe kepribadian, 4 keadaan jiwa tertentu, 5 kedewasaan seseorang. b. Komponen Afektif Universitas Sumatera Utara Komponen afektif meliputi perasaan subjektif yang dihasilkan oleh humor sebagai stimulus. Terdapat beberapa hal yang melatarbelakangi perasaan seseorang secara subjektif dari penerimaan humor, yaitu: 1 sebagai bentuk pemberian penghargaan oleh orang lain kepada individu, 2 pengakuan yang dilontarkan dari orang lain, 3 sebagai bentuk apresiasi pada humor, 4 perasaan humor sense of humor, 5 perspektif atau sudut pandang seseorang.

2. Definisi Sense of Humor

Sense of humor adalah perasaan atau kepekaan humor yang dimiliki oleh seseorang. Menurut Meredith Hartanti, 2008, kepekaan humor adalah kemampuan untuk menertawakan semua hal, bahkan diri sendiri dengan tetap mencintai dan menyukainya. Hughes 2008 menjelaskan kepekaan humor merupakan kemampuan setiap orang dalam mempersepsikan, mengekspresikan dan menikmati humor. Kepekaan humor ini dapat menghasilkan hal-hal positif ataupun konsep diri yang positif. Kemudian menurut Martin dan Lefcourt 2010, frekuensi seseorang ketika tersenyum, tertawa dan merespon hal- hal yang berkaitan dengan hiburan dalam berbagai situasi menunjukkan sense of humor. Tidak hanya mencakup kognitif dan apresiasi terhadap Universitas Sumatera Utara stimulus humor yang diberikan, sense of humor juga berkaitan dengan kemampuan dalam memproduksi stimulus humor. Menurut Martin 2007, Sense of humor dikonsepkan sebagai perilaku kebiasaan kecenderungan untuk sering tertawa, untuk memberitahu lelucon dan menghibur orang lain dengan spontan, menertawakan humor dari produksi orang lain, kemampuan untuk membuat humor, untuk menghibur orang lain, untuk mendapatkan lelucon, mengingat lelucon, sifat temperamen kebiasaan kegembiraan dan jiwa bermain, respon estetika kesenangan jenis tertentu dari bahan humoris, sikap sikap positif terhadap humor dan orang-orang yang humoris, dan mekanisme pertahanan kecenderungan untuk mempertahankan perspektif humor dalam menghadapi kesulitan. Thorson Powell 1993 menyatakan bahwa sense of humor merupakan konsep yang multidimensional, yang berarti sense of humor yang dimiliki oleh seseorang tidak hanya ditunjukkan melalui satu dimensi seperti kemampuan seseorang untuk menciptakan humor melainkan juga menunjukkan dimensi lainnya seperti kemampuan bereaksi, menghargai, bahkan menyelesaikan masalah menggunakan humor. Eysenck Ruch, 2007 menyatakan istilah kepekaan humor digunakan untuk tiga hal berikut ini: a. The conformist sense, yaitu tingkat kesamaan di antara individu satu dengan yang lain dalam apresiasi terhadap materi-materi humor. Universitas Sumatera Utara b. The quantitative sense, yaitu yang menunjukkan seberapa sering seseorang tertawa dan tersenyum serta seberapa mudah seseorang merasa gembira.

c. The productive sense, yaitu menekankan seberapa banyak seseorang

menceritakan cerita-cerita lucu dan membuat orang lain gembira. Dari definisi-definisi yang dikemukakan para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa sense of humor adalah perasaan atau kepekaan humor yang dimiliki oleh seseorang untuk mampu menertawakan segala hal termasuk dirinya sendiri serta kemampuan untuk mempersepsikan, mengekspresikan dan menangkap humor yang dikaitkan dengan frekuensi tersenyum, tertawa dan merespon hal-hal yang berhubungan dengan hiburan, tidak hanya dalam hal merespon humor, tetapi juga dalam hal bereaksi, menghargai, bahkan menyelesaikan masalah menggunakan humor serta menciptakan humor itu sendiri dalam bentuk perilaku, kemampuan, temperamen, respon, sikap dan mekanisme mempertahankan humor itu sendiri yang digambarkan dengan conformist sense, quantitative sense dan productive sense.

3. Aspek Sense of Humor

Thorson Powell 1997 menyatakan empat aspek penting sense of humor , yang terdiri dari: a. Humor Production Humor production adalah kemampuan untuk menemukan sesuatu yang dapat membuat orang tertawa atau tersenyum, menimbulkan Universitas Sumatera Utara kesenangan pada setiap peristiwa dan berhubungan dengan perasaan diterima oleh lingkungan. b. Coping with Humor Aspek coping with humor menjelaskan bagaimana individu menggunakan sesuatu yang membuat seseorang tertawa atau tersenyum dan menimbulkan kesenangan untuk mengatasi situasi- situasi stressful pada diri individu. c. Humor Appreciation Humor appreciation adalah kemampuan untuk mengapresiasikan sesuatu yang membuat orang tertawa atau tersenyum, indikasi dari seberapa banyak individu mempersepsikan setiap peristiwa lucu sebagai bagian dari perilaku orang lain. d. Attitude Toward Humor Attitude toward humor merupakan kecenderungan untuk tersenyum atau tertawa pada setiap situasi yang lucu.

4. Dimensi Sense of Humor

Masih menurut Martin 2007, sense of humor terdiri atas beberapa dimensi, yaitu: a. Affiliative Humor Dimensi ini ditunjukkan dengan melemparkan hal-hal yang lucu, melemparkan canda atau banyolan, senang menghibur orang secara Universitas Sumatera Utara spontan, menggunakan humor untuk meningkatkan hubungan, dan untuk meredakan ketegangan interpersonal. b. Self-enhancing Humor Melibatkan pandangan yang humoris terhadap hidup, suatu kecenderungan merasa terhibur dengan ketidakpastian hidup dan memiliki perspektif yang humoris bahkan saat menghadapi stres atau kemalangan. c. Aggressive Humor Berhubungan dengan sarkasme, sindiran, ejekan, cemoohan, atau humor yang bersifat meremehkan dan menghina orang lain. d. Self-defeating Humor Meliputi humor yang bersifat sangat menghina diri sendiri dan berusaha untuk menghibur orang lain dengan melakukan atau mengatakan hal-hal yang lucu mengenai diri sendiri.

B. Personal Adjustment 1. Definisi Personal Adjustment

Personal adjustment atau adjustment saja adalah istilah Psikologi untuk menyebutkan penyesuaian diri. Adjustment sendiri merupakan suatu proses untuk mencari titik temu antara kondisi diri dan tuntutan lingkungan. Calhoun dan Acocella 2007 menyatakan bahwa personal adjustment adalah interaksi individu yang terus-menerus dengan dirinya sendiri, dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitar tempat individu tersebut hidup. Kartono 2008 menyatakan bahwa personal adjustment adalah Universitas Sumatera Utara reaksi individu terhadap tuntutan yang dihadapkan pada individu dan merupakan usaha manusia untuk mencapai harmoni pada diri sendiri dan pada lingkungan, sehingga rasa permusuhan, dengki, iri hati, prasangka, depresi, kemarahan dan emosi negatif yang lain sebagai respon pribadi yang tidak sesuai dan kurang efisien bisa dikikis habis. Gerungan 2010 menjelaskan bahwa menyesuaikan diri memiliki pengertian yang luas, di mana individu mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan, tetapi individu juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan atau keinginan dirinya. Berdasarkan definisi-definisi personal adjustment yang dikemukakan oleh para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa personal adjustment adalah suatu proses di mana individu mencari titik temu antara dirinya dan tuntutan lingkungannya meliputi interaksi yang terus menerus dengan diri sendiri, dengan orang lain dan dengan lingkungan tempat tinggalnya, sehingga perasaan dan emosi pribadi yang tidak sesuai dapat dikikis dan untuk mencapai harmonisasi diri sendiri dengan lingkungan, yang berarti tidak hanya mengubah diri sesuai tuntutan lingkungan, namun juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan diri. Universitas Sumatera Utara

2. Karakteristik Personal Adjustment

Personal adjustment yang baik memiliki lima karakteristik Runyon dan Haber, 1984; Irene, 2013. Karakteristik tersebut adalah: a. Persepsi yang akurat terhadap realita Individu mengubah persepsinya tentang kenyataan hidup dan kemudian menginterpretasikannya, sehingga individu mampu menentukan tujuan yang realistik sesuai dengan kemampuannya dan mampu mengenali tindakan serta konsekuensi tindakannya agar dapat menuntun individu pada perilaku yang sesuai.

b. Kemampuan untuk mengatasi stres dan kecemasan

Kemampuan mengatasi stres dan kecemasan dimiliki individu untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam hidup dan mampu menerima kegagalan yang dialami. c. Self- image positif Penilaian diri harus bersifat positif dan negatif. Individu harus berusaha memodifikasi penilaian positif dan negatif tersebut menjadi suatu perubahan yang lebih luas dan lebih baik. Individu seharusnya mengakui kelemahan dan kelebihannya secara realistik, sehingga ia mampu mengembangkan potensi diri secara penuh. d. Kemampuan untuk mengungkapkan perasaan Individu mampu mengekspresikan keseluruhan emosi secara realistik dan tetap berada di bawah kontrol. Kontrol yang berlebihan atau Universitas Sumatera Utara sebaliknya kekurangan kontrol, akan menyebabkan ketidakstabilan emosi. e. Hubungan interpersonal yang baik Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial. Individu yang dapat menyesuaikan diri dengan baik mampu menciptakan suatu hubungan interpersonal dengan orang-orang di sekitarnya hingga mencapai hubungan yang saling menguntungkan.

3. Aspek Personal Adjustment

Baker Siryk 1984 berpendapat bahwa penyesuaian diri mahasiswa di lingkungan Perguruan Tinggi memiliki aspek tersendiri, yaitu: a. Academic Adjustment Academic adjustment adalah kemampuan mahasiswa untuk dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan perkuliahan serta mencapai tingkat kepuasan pada prestasi akademisnya. Academic adjustment meliputi motivasi sikap terhadap tujuan akademis, motivasi untuk mencapai tujuan akademis dan untuk berkuliah, aplikasi seberapa mampu motivasi diubah menjadi suatu usaha untuk mencapai tujuan akademis, performa keberhasilan dan keefektifan dalam mencapai tujuan akademis, dan lingkungan akademis kepuasan terhadap lingkungan akademis. Universitas Sumatera Utara b. Social Adjustment Social adjustment adalah kemampuan mahasiswa untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan kampus. Aspek ini meliputi keterlibatan individu dalam kegiatan di lingkungan kampus, keterlibatan dan hubungan individu dengan orang lain di lingkungan kampus, serta kepuasan individu terhadap lingkungan kampus. c. Emotional Adjustment Emotional adjustment adalah kemampuan mahasiswa untuk menyesuaikan diri terhadap masalah emosional dan masalah fisik yang dihadapi sebagai mahasiswa baru. Aspek ini meliputi kesejahteraan psikologis psychological well-being dan kesejahteraan fisik physical well-being . d. Institutional Attachment Institutional attachment adalah kemampuan mahasiswa untuk menyesuaikan diri dengan institusi tempatnya berkuliah dengan membangun kelekatan antar dirinya, kampus dan kegiatan perkuliahan yang dijalani. Hal ini yang kemudian berpengaruh terhadap keputusan individu untuk melanjutkan perkuliahan. Aspek ini meliputi perasaan dan kepuasan terhadap lingkungan atau kegiatan perkuliahan secara umum dan kepuasan terhadap kegiatan perkuliahan secara khusus fakultas atau program studi. Universitas Sumatera Utara

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Personal Adjustment

Soeparwoto, dkk 2004 mengemukakan faktor-faktor personal adjustment yang terbagi atas faktor internal dan faktor eksternal. a. Faktor internal 1 Motif dari dalam diri individu, yaitu motif-motif sosial seperti motif berafiliasi, motif berprestasi dan motif mendominasi. 2 Konsep diri individu, yaitu bagaimana individu memandang dirinya sendiri baik dari aspek fisik, psikologis maupun sosial. Individu dengan konsep diri positif akan lebih mampu melakukan personal adjustment yang menyenangkan dibanding individu dengan konsep diri negatif, pesimis ataupun kurang yakin terhadap dirinya. 3 Persepsi individu, yaitu pengamatan dan penilaian individu terhadap objek, peristiwa maupun kehidupan, baik melalui proses kognisi maupun afeksi untuk membangun konsep tentang objek tertentu dalam hidup. 4 Sikap individu, yaitu kecenderungan individu untuk berperilaku positif atau negatif. Individu yang bersikap positif terhadap segala sesuatu yang dihadapi akan lebih memiliki peluang untuk melakukan personal adjustment yang baik daripada individu yang sering bersikap negatif. 5 Intelegensi dan minat, di mana intelegensi merupakan modal untuk menalar dan menganalisis, sehingga individu memiliki dasar melakukan personal adjustment. Faktor minat akan terlihat Universitas Sumatera Utara pengaruhnya jika individu memiliki minat terhadap sesuatu, sehingga mendorong personal adjustment yang lebih cepat. 6 Kepribadian, di mana tipe kepribadian ekstrovert pada prinsipnya akan lebih lentur dan dinamis, sehingga individu dengan tipe kepribadian ekstrovert akan lebih mudah melakukan personal adjustment dibanding tipe kepribadian introvert yang cenderung kaku dan statis. b. Faktor eksternal 1 Keluarga, di mana pada dasarnya kehidupan dalam keluarga yang demokratis dengan suasana keterbukaan akan lebih memberikan peluang bagi individu untuk melakukan proses personal adjustment secara efektif. 2 Kondisi sekolah atau kampus, di mana kondisi kampus yang sehat akan mendasari terjadinya proses personal adjustment yang harmonis. 3 Kelompok teman sebaya, di mana kelompok teman sebaya sendiri ada yang menguntungkan da nada yang justru menghambat proses personal adjustment individu, tergantung bagaimana orang-orang di dalam kelompok tersebut. 4 Prasangka sosial, di mana pandangan masyarakat terhadap kelompok tertentu akan mempengaruhi bagaimana proses personal adjustment. Universitas Sumatera Utara Individu yang mendapat streotip negatif dari masyarakat dianggap akan terhambat dalam proses personal adjustment. 5 Hukum dan norma sosial, di mana semakin dijunjung suatu aturan hukum atau norma yang berlaku di masyarakat, maka akan baik perkembangan personal adjustment individu.

C. Mahasiswa Rantau Tahun Pertama

Mahasiswa adalah orang yang belajar di Perguruan Tinggi Kamus Bahasa Indonesia Online, kbbi.web.id. Menurut Siswoyo 2007, mahasiswa dapat didefinisikan sebagai individu yang sedang menuntut ilmu di tingkat perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta atau lembaga lain yang setingkat dengan perguruan tinggi. Mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses menimba ilmu ataupun belajar dan terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah satu bentuk perguruan tinggi yang terdiri dari akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas. Kata rantau didefinisikan sebagai daerah negeri di luar daerah negeri sendiri atau daerah negeri di luar kampung halaman; negeri asing Kamus Bahasa Indonesia Online, kbbi.web.id. Menurut Naim 2013, perantau memiliki enam unsur pokok, yaitu meninggalkan kampung halaman; dengan kemauan sendiri, untuk jangka waktu yang lama atau singkat; dengan tujuan mencari penghidupan, menuntut ilmu atau mencari pengalaman; biasanya dengan maksud pulang; dan adalah lembaga sosial yang membudaya. Lebih lanjut, ia menyebutkan bahwa mahasiswa rantau adalah Universitas Sumatera Utara sekelompok individu yang berada pada tahapan usia dewasa awal yang memutuskan untuk menuntut ilmu di luar daerah asalnya dalam jangka waktu tertentu dan atas kemauan sendiri. Mahasiswa rantau tahun pertama dalam hal ini adalah mahasiswa yang berasal dari daerah luar Kota Medan dan merupakan pelajar USU yang baru memasuki dunia perkuliahan atau masih berada di tahun pertama perkuliahan. D. Dinamika Hubungan antara Sense of Humor dan Personal Adjustment pada Mahasiswa Rantau Tahun Pertama Mahasiswa baru yang pada umumnya berusia 18 sampai 21 tahun berada pada rentang usia dewasa awal yang oleh Havighurst dalam Monks, Knoers Haditono, 2001 dikatakan bahwa tugas perkembangan dewasa awal adalah menikah atau membangun suatu keluarga, mengelola rumah tangga, mendidik atau mengasuh anak, memikul tangung jawab sebagai warga negara, membuat hubungan dengan suatu kelompok sosial tertentu, dan melakukan suatu pekerjaan. Hal ini sejalan dengan pendapat Vailant dalam Papalia, 1998 yang membagi masa dewasa awal menjadi tiga masa, di mana masa pertamanya adalah masa pembentukan 20 – 30 tahun dengan tugas perkembangan mulai memisahkan diri dari orang tua, membentuk keluarga baru dengan pernikahan dan mengembangkan persahabatan. Pendapat para tokoh ini menyimpulkan bahwa sesuai dengan tugas perkembangannya, mahasiswa sebagai dewasa awal dituntut untuk lebih berperan fungsional, Universitas Sumatera Utara yang dalam hal ini berarti mampu menjalani hidup dengan mandiri di manapun ia berada dan mampu membangun serta memelihara hubungan interpersonal untuk memenuhi tugas perkembangan tersebut. Di samping tugas perkembangannya sebagai dewasa awal, mahasiswa tingkat pertama memang diharapkan dapat menyesuaikan dirinya secara sosial dengan lingkungan dan kehidupan barunya sebagai mahasiswa, terlebih sebagai mahasiswa rantau yang masih minim pengalaman dan pengetahuannya terhadap kota yang dituju. Ini berarti, sebagai mahasiswa rantau tahun pertama, kesuksesan proses penyesuaian diri atau yang lebih dikenal dengan personal adjustment menjadi penting untuk diperhatikan. Salah satu aspek personal adjustment adalah kemampuan untuk mengatasi stres dan kecemasan di lingkungan baru. Faktor-faktor personal adjustment seperti sikap dan konsep diri individu dalam hal ini mempengaruhi individu untuk melewati stress dan kecemasan ini, begitu juga dengan faktor-faktor eksternal lainnya yang berkontribusi terhadap kesuksesan personal adjustmeni. Namun lebih spesifik lagi, terkait untuk mengatasi stres dan kecemasan di lingkungan baru, beberapa penelitian membuktikan bahwa humor memiliki pengaruh terhadap stres pada individu. Hal ini diungkapkan oleh Setiawan 1990, bahwa humor berfungsi untuk menghilangkan stres akibat tekanan jiwa atau batin. Terkhusus dalam hal personal adjustment, Hartanti dan Soerjantini 2003 berpendapat bahwa seseorang akan mudah beradaptasi dengan humor karena humor mengurangi kecemasan pada seseorang. Universitas Sumatera Utara Aspek lainnya yang terdapat pada personal adjustment adalah social adjustment , yaitu kemampuan untuk membangun hubungan sosial yang baik. Hubungan sosial dalam hal ini meliputi hubungan interpersonal yang dibangun oleh mahasiswa dengan orang-orang di lingkungan kampusnya. Humor adalah salah satu media yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan ini, di mana Mulkay dalam Martin, 2007 memandang humor sebagai cara menggabungkan, merangkul, dan bahkan merayakan kontradiksi, keganjilan atau ambiguitas yang terjadi dalam suatu hubungan interpersonal. Modus lucu memungkinkan orang untuk bernegosiasi mengenai konflik tertentu. Misalnya, bercanda dan menggoda tentang topik yang tidak saling disetujui akan lebih baik daripada menggunakan komunikasi yang terlalu serius dan akhirnya berujung pada argumen yang tidak bisa menyelesaikan masalah hingga menyebabkan kemarahan dan merusak hubungan. Jenis humor yang digunakan dalam hal ini dapat berupa affiliative humor Martin, 2007 di mana perilaku affiliative humor salah satunya ditunjukkan dengan melemparkan canda atau banyolan dengan tujuan meningkatkan hubungan atau meredakan ketegangan interpersonal. Modus lucu memungkinkan mereka untuk mengekspresikan pandangan pribadi, namun di sisi lain juga mendengar dan mengakui pendapat pihak lain. Dengan demikian, humor adalah cara untuk bermain dan tertawa tentang keganjilan dalam perasaan yang sebenarnya saling bertentangan, di mana secara bersamaan, individu juga mampu bersikap tahan terhadap pendapat pihak lainnya. Hal ini berarti bahwa humor juga Universitas Sumatera Utara dapat mendukung salah satu karakteristik personal adjustment yang baik, yaitu kemampuan untuk mengungkapkan perasaan, di mana individu mampu menyatakan pendapatnya yang dengan menggunakan humor akan jauh lebih aman dari konflik. Persepsi ini akan menghasilkan dan mempertahankan perasaan positif tentang hubungan, meskipun pandangan kedua pihak berbeda. Ini adalah salah satu contoh dari banyaknya cara menggunakan humor untuk memungkinkan orang dalam hubungan interpersonal menyampaikan informasi tentang keyakinan mereka, sikap, motif, perasaan, dan kebutuhan, yang mungkin memang tidak sesuai jika disampaikan dengan komunikasi yang terlalu serius. Dengan cara seperti ini, tidak hanya informasi yang tersampaikan, namun tawa dan kegembiraan dalam hubungan juga akan muncul dan kemudian mempengaruhi sikap serta perasaan positif satu sama lain. Kepribadian ekstrovert merupakan salah satu faktor internal yang menurut Runyon dan Haber dalam Irene, 2013 dapat membantu proses personal adjustment. Berkaitan dengan hal ini, orang-orang dengan sense of humor yang tinggi dikarakteristikkan dengan trait-trait positif, seperti ramah, ekstrovert, penuh perhatian, menyenangkan, menarik, imajinatif, cerdas, perceptive dan stabil secara emosional kepada siapa saja sehingga individu dengan sense of humor yang tinggi dianggap lebih menarik untuk dijadikan teman Cann and Calhoun, 2001 dalam Martin, 2007. Ketika kita bertemu dengan seseorang yang tinggi sense of humornya untuk pertama kali, kita cenderung dengan cepat membentuk kesan dan penilaian tentang kepribadian Universitas Sumatera Utara yang ramah-tamah, bersahabat, dapat dipercaya, dan sebagainya E. E. Jones, 1990 dalam Martin, 2007. Sense of humor juga secara positif berkaitan dengan kesehatan psikologis, seperti sikap optimis dan self esteem yang baik, namun sebaliknya berkorelasi negatif dengan tanda-tanda distress dan depresi Thorson, Powell, 1993. Holden, 1993; Moody, 1979; Robinson, 1991 dalam Thorson, Powell, 1993 menyatakan, humor memiliki peran penting dalam kehidupan, membantu individu untuk hidup lebih baik dan mampu menghadapi masalah sehari-hari. Pada mahasiswa, hal ini akan menunjang salah satu aspek personal adjustment, yaitu kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap masalah emosional dan masalah fisik.

E. Hipotesa Penelitian