sebanyak 39 orang 29, sedang sebanyak 52 orang 40 dan baik sebanyak 40 orang 31. Kedua kelompok subjek memiliki mean
personal adjustment yang berbeda, yaitu 87 untuk kelompok subjek
IPA dan 89 pada kelompok subjek IPS.
Tabel 4.21 Gambaran Personal Adjustment Subjek Berdasarkan Daerah Asal Sumatera Utara dan Luar Sumatera Utara
Daerah Asal N
Mean Personal Adjustment
Buruk Sedang
Baik Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Sumut 227
88 65
29 79
35 83
36 Luar Sumut
88 85
28 32
33 37
27 31
Dari tabel 4.20 dapat dilihat bahwa subjek yang berasal dari Sumatera Utara memiliki personal adjustment yang buruk sebanyak 65 orang
29, sedang sebanyak 79 orang 35 dan baik sebanyak 83 orang 36. Subjek yang berasal dari luar Sumatera Utara memiliki personal adjustment
yang buruk sebanyak 28 orang 32, sedang sebanyak 33 orang 37 dan baik sebanyak 27 orang 31. Diketahui juga bahwa mean personal
adjustment pada kelompok subjek yang berasal dari Sumatera Utara adalah 88,
sedangkan pada kelompok subjek dari luar Sumatera Utara adalah 85.
C. Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara sense of humor dan personal adjustment
yang digeneralisasikan pada 6137 mahasiswa rantau USU tahun pertama. Dari analisis SPSS diketahui bahwa keduanya memiliki
hubungan yang positif, yang artinya pada peningkatan skor sense of humor
Universitas Sumatera Utara
akan diikuti dengan kenaikan skor personal adjustment, begitu juga sebaliknya.
Berkaitan dengan hasil ini, Thorson dan Powell 1993 mengemukakan bahwa humor memang sudah lama dijadikan sebagai coping
mechanism, yaitu dalam menghadapi situasi-situasi sulit dalam kehidupan. Ziv
dalam Jones, 2006 juga mengungkapkan bahwa humor merupakan alat untuk mengatasi kecemasan dan kebingungan karena dapat mengalihkannya kepada
hal-hal yang menghibur, sehingga apabila individu sedang dihadapkan pada masalah yang pelik, humor dapat memudahkan individu untuk lebih
memahami masalah tersebut Sudjoko dalam Nazifah, 2008. Sheehy dalam Hasanat dan Subandi, 1998 bahkan menyatakan
bahwa humor dapat digunakan untuk mengatasi krisis dalam hidup, yaitu sebagai perlindungan terhadap perubahan dan ketidaktentuan. Pada mahasiswa
rantau tahun pertama, perubahan-perubahan yang dialami antara lain perubahan tempat tinggal, pergantian teman dan perubahan budaya
Supradewi, 2006. Greenbag 2002 merangkum penyebab stres pada mahasiswa yang memasuki perkuliahan setelah lulus SMA, yaitu perubahan
gaya hidup, nilai, jumlah mata kuliah yang diambil, masalah pertemanan, cinta, rasa malu dan kecemburuan. Hasil penelitian Towbes dan Cohen dalam
Ross, 1999 menunjukkan bahwa mahasiswa tahun pertama memiliki tingkat stres lebih tinggi daripada mahasiswa lainnya karena mahasiswa tahun
pertama harus menyesuaikan diri jauh dari rumah untuk pertama kalinya,
Universitas Sumatera Utara
harus memperoleh nilai akademis yang tinggi dan harus menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial yang baru.
Haber dan Runyoon 1984 mengemukakan bahwa kemampuan interpersonal yang baik merupakan salah satu karakteristik penyesuaian diri
yang baik di mana individu yang dapat menyesuaikan diri dengan baik akan mampu menciptakan suatu hubungan interpersonal dengan orang-orang di
sekitarnya hingga mencapai hubungan yang saling menguntungkan. Jika dikaitkan dengan sense of humor, penelitian-penelitian sebelumnya mengenai
sense of humor telah menunjukkan bahwa sense of humor memiliki korelasi
positif dengan hubungan interpersonal, seperti yang dinyatakan oleh McGraw dan Warren 2011 bahwa humor bermanfaat untuk memperlancar hubungan
sosial, menarik perhatian dan mempengaruhi pemilihan hubungan dengan orang lain. Thorson dan Powell 1993 telah mengungkapkan bahwa orang-
orang dengan sense of humor yang tinggi memang berkorelasi positif dengan kemampuan sosial psikologis yang diidentikkan dengan sikap terbuka, lebih
berinisiatif dalam interaksi sosial, berusaha menciptakan hal yang lucu dan mempunyai
kemampuan serta
kemauan yang
lebih untuk
mengkomunikasikannya. Sebaliknya, sense of humor yang rendah berkorelasi negatif dengan trait-trait negatif seperti neurotisme, self esteem rendah, agresi,
depresi, kecemasan yang tinggi, selalu serius dan mood yang buruk. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa hubungan positif
antara sense of humor dengan personal adjustment dapat dijelaskan melalui keterkaitan sense of humor dengan kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan
Universitas Sumatera Utara
oleh individu dalam menghadapi personal adjustment, seperti kemampuan
menghadapi stres dan tekanan serta kemampuan interpersonal.
Koefisien korelasi pada penelitian ini terbilang rendah, yaitu sebesar 0.209 dengan nilai determinan 0.044 yang berarti sense of humor
menyumbang 4.4 pengaruh terhadap personal adjustment. Salah satu faktor yang dapat menjelaskannya adalah perbedaan tuntutan akademis antara
universitas-universitas di Indonesia dan di luar negeri. Friedlander, dkk dalam Papalia, 2009 menunjukkan bahwa masalah dan tekanan yang
dihadapi oleh mahasiswa-mahasiswa di luar negeri sangat berat karena perbedaan tuntutan akademis dan sosial antara masa SMA dan kuliah jauh
lebih besar. Sementara di Indonesia, perbedaan-perbedaan tersebut tidak terlalu menjadi kendala yang berarti, seperti hasil penelitian Nofrianda di UIN
Suska Riau 2013 bahwa mahasiswa baru mampu menyesuaikan diri dengan baik karena tidak terlalu banyak perbedaan materi pelajaran antara masa
SMA dan kuliah semester satu, seperti Pendidikan Kewarganegaraan, Sosiologi, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Agama, dan lainnya. Selain itu
hamper seluruh universitas di Indonesia telah menetapkan sistem paket untuk mata kuliah yang dapat diambil oleh mahasiswa tingkat pertama, sehingga
tidak terlalu berbeda dengan masa SMA. Sistem Kredit Semester SKS pun kini sudah mulai ditetapkan di beberapa Sekolah Menengah Atas SMA di
Indonesia sejak tahun ajaran 20152016. Metode belajar seperti ceramah dan presentasi juga sudah mulai diterapkan sejak di bangku sekolah. Sebagian
besar materi pelajaran semester satu yang masih sama dengan pelajaran di
Universitas Sumatera Utara
SMA, sistem paket dan metode belajar ceramah dan presentasi ini juga diterapkan di USU.
Schneider 1964 menyatakan bahwa dalam proses penyesuaian diri, belajar dari pengalaman masa lalu itu penting. Berdasarkan hal ini, para
mahasiswa saat di bangku sekolah sudah memperoleh pengalaman belajar untuk lebih baik dalam melalui personal adjustment. Para mahasiswa tahun
pertama ini selain belajar dari pengalaman pribadi juga belajar dari pengalaman teman-teman sebagai mahasiswa dan dari senior yang mereka
temui di perkuliahan khususnya. Bahkan mereka dapat saling berbagi dengan teman dan senior yang berasal dari daerah atau sekolah yang sama, mengingat
di USU sendiri ada banyak organisasi-organisasi mahasiswa daerah. Berdasarkan tinjauan pustaka sebelumnya mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi personal adjusment, diketahui bahwa personal adjustment
dipengaruhi oleh banyak faktor, baik internal maupun eksternal Soeparwoto, 2004. Sampel penelitian ini, bagaimanapun berbeda dalam
setiap faktor tersebut, misalnya pada faktor internal terdapat subfaktor konsep diri, karakter atau kepribadian, intelegensi dan minat serta faktor eksternal
terdiri dari subfaktor keluarga dan norma sosial yang berlaku di lingkungan masing-masing.
Salah satu faktor internal personal adjustment adalah konsep diri, yang dalam hal ini dapat dilihat bahwa subjek penelitian berada pada rentang
usia dewasa awal, di mana menurut Hurlock 1994, beberapa karakteristik dewasa awal antara lain memanfaatkan kebebasan yang diperolehnya pada
Universitas Sumatera Utara
masa yang harus dilalui, yaitu penyesuaian diri dengan hidup baru dan secara emosional memiliki motivasi yang sangat besar untuk meraih sesuatu. Ini
berarti dari segi usia, mahasiswa tahun pertama memang berada pada masa di mana mereka memiliki motivasi besar untuk mencapai tujuan tertentu.
Penyesuaian diri akan berjalan lebih baik jika tujuan-tujuan yang ingin dicapai tersebut jelas bagi individu Anderson dalam Mappiare, 1983.
Hal ini juga berkaitan dengan faktor internal lainnya yang mempengaruhi personal adjustment
mahasiswa, yaitu motif dari dalam diri seperti motif berafiliasi, motif berprestasi dan motif mendominasi Soeparwoto, dkk,
2004. Pada mahasiswa, motif internal yang paling mungkin dimiliki adalah motif berprestasi, di mana mereka mendaftar sebagai mahasiswa USU untuk
mencapai tujuan atau cita-cita tertentu, khususnya dalam hal memperoleh nilai tinggi atau gelar akademik.
Intelegensi dan minat juga merupakan faktor internal yang mempengaruhi personal adjustment di mana intelegensi merupakan modal
untuk menalar dan menganalisis, sehingga individu memiliki dasar melakukan personal adjustment Soeparwoto, dkk, 2004. Para subjek
penelitian berada pada rentang usia 17 sampai 22 tahun, yang menurut teori perkembangan moral Kohlberg berada pada tingkat konvensional, di mana
perannya sebagai dewasa awal adalah memenuhi harapan keluarga, kelompok, masyarakat, maupun bangsa yang dilakukan tanpa harus
mengaitkan dengan konsekuensi yang muncul, namun dibutuhkan sikap dan loyalitas yang sesuai dengan harapan-harapan pribadi dan tertib sosial yang
Universitas Sumatera Utara
berlaku. Pada tingkat ini, usaha seseorang untuk memperoleh, mendukung, dan mengakui ketertiban sosial sangat ditekankan, begitu juga dengan usaha
aktif untuk menjalin hubungan positif antara diri dengan orang lain maupun dengan kelompok di sekitarnya Hurlock, 1994. Melanjutkan pendidikan ke
perguruan tinggi dalam hal ini merupakan sarana untuk memenuhi peran- peran atau tujuan tersebut dan subjek sesuai dengan tahap perkembangan
intelegensinya dapat menyadari hal ini yang kemudian mendorong mereka dalam melalui personal adjustment.
Minat di sisi lain akan mendorong individu untuk melalui personal adjustment
lebih baik, di mana semakin sesuai pilihan dengan minat pribadi, maka akan semakin baik dorongan untuk melalui personal adjustment
Soeparwoto, dkk, 2004. Hurlock 1994 sendiri menjelaskan bahwa minat menjadi sumber motivasi yang kuat untuk belajar. Subjek penelitian ini
adalah para mahasiswa rantau tahun pertama yang berasal dari 14 fakultas berbeda berdasarkan pilihan masing-masing, terlepas dari apakah jurusan itu
karena keinginan sendiri atau paksaan dari orangtua dan pihak lainnya. Masih menurut Soeparwoto 2004, semakin sesuai dengan minat
pribadi, maka akan semakin baik dorongan untuk melalui personal adjustment.
Hal ini sesuai dengan data yang diperoleh dari survey kepada 100 orang mahasiswa rantau USU tahun pertama yang 16 di antaranya mengaku
tidak mengalami kesulitan dalam menyesuaikan dengan aktivitas perkuliahan karena masuk ke jurusan dan universitas yang diinginkan.
Universitas Sumatera Utara
Selain faktor internal, faktor eksternal seperti keluarga dan kelompok teman sebaya juga merupakan faktor yang mempengaruhi personal
adjustment. Subjek penelitian terdiri dari mahasiswa tahun pertama USU
yang berasal dari luar Kota Medan dan Deli Serdang. Para subjek terbagi atas 72 yang asalnya masih dalam lingkup provinsi Sumatera Utara dan 28
berasal dari luar provinsi Sumatera Utara. Para mahasiswa yang berasal masih dalam satu provinsi yang sama dengan Kota Medan diuntungkan dengan
jarak yang lebih dekat dan kebudayaan yang tidak jauh berbeda dengan budaya di Kota Medan sehingga proses personal adjustment di antara mereka
juga lebih mudah daripada mereka yang berasal dari luar Sumatera Utara karena sudah pernah atau sering ke Medan. Penyesuaian yang dilakukan oleh
para subjek yang berasal bagaimanapun merupakan penyesuaian antar budaya, di mana penyesuaian antar budaya memiliki beberapa hambatan,
antara lain perbedaan-perbedaan dalam keyakinan inti, nilai-nilai, dan norma- norma situasional antara di tempat asal dan di tempat baru serta rasa
ketidakmampuan para pendatang dalam merespon peraturan baru secara tepat dan efektif Chaney, dkk, 2004. Hambatan-hambatan ini akan lebih terasa
bagi subjek yang berasal dari luar Sumatera Utara yang pastinya lebih memiliki perbedaan budaya dengan Sumatera Utara sehingga wajar apabila
dalam penelitian ini personal adjustment subjek lebih banyak berada pada kategori sedang dan baik daripada buruk sejumlah 31 pada kategori buruk,
34 pada kategori sedang dan 35 pada kategori baik mengingat sebagian besarnya berasal dari daerah yang masih berada dalam lingkup Sumatera
Universitas Sumatera Utara
Utara. Hasil ini juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang telah dibahas sebelumnya.
Dari analisis data juga didapat kategorisasi sense of humor serta personal adjusment
subjek. Subjek dengan sense of humor yang rendah berjumlah 32, sedang sejumlah 34 dan tinggi sejumlah 34. Di antara
faktor-faktor yang mempengaruhi humor di antaranya terdapat faktor bahasa dan konteks. Danandja 2002 mengungkapkan bahwa perbedaan bahasa
antara dua pihak akan menimbulkan kekaburan arti sehingga makna sebenarnya sulit dipahami. Pendengar yang tidak mengetahui konteks juga
menyebabkan humor tidak akan dipahami sebagaimana mestinya. Ini berarti orang-orang dari daerah yang sama atau berdekatan akan berbagi budaya yang
sama khususnya bahasa dan konteks tertentu untuk memahami suatu hal sehingga para mahasiswa yang berasal dari daerah-daerah di Sumatera Utara
juga akan lebih memahami humor yang familiar di daerah Sumatera Utara. Mengapresiasi dan memproduksi humor dalam penelitian ini merupakan aspek
sense of humor yang diukur dari subjek penelitian.
Ditinjau dari segi usia, sebuah studi menemukan bahwa bertambahnya usia juga mempengaruhi sense of humor, khususnya dalam hal
apresiasi humor. Para peneliti dari Universitas Akron menemukan bahwa orangtua tidak menyukai acara-acara komedi seperti The Office dan Mr. Bean
di saat individu yang berada pada kategori remaja dan dewasa justru menyukainya.
Universitas Sumatera Utara
Hasil tambahan dari penelitian juga menemukan bahwa tingkat sense of humor
pada subjek laki-laki dan perempuan sama pada skor rata-ratanya, yaitu 85. Hal ini menunjukkan tidak adanya perbedaan nilai sense of humor di
antara subjek laki-laki dan subjek perempuan. Begitu juga dengan variabel personal adjustment.
Skor rata-rata personal adjustment pada subjek laki-laki dan perempuan sama, yaitu 87. Hal ini berarti terdapat persamaan antara nilai
personal adjustment pada subjek laki-laki dan pada subjek perempuan.
Pada variabel sense of humor, subjek dari fakultas IPS memiliki skor rata-rata 88 sedangkan subjek dari fakultas IPA memiliki skor rata-rata 86.
Begitu juga dengan variabel personal adjustment, subjek dari fakultas IPA memiliki skor rata-rata 87 sedangkan subjek dari fakultas IPS memiliki
memiliki skor rata-rata 89. Hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan fakultas IPA dan IPS, subjek yang kuliah di fakultas IPS cenderung memiliki sense of
humor yang tinggi dan personal adjustment yang baik daripada subjek yang
kuliah di fakultas IPA. Berkaitan dengan hal ini, penelitian seorang Psikolog dari Aarlus University di Denmark, Anna Vedel pada 13.389 mahasiswa
mengenai hubungan tipe kepribadian Big Five dengan pemilihan jurusan mahasiswa menunjukkan bahwa mahasiswa yang memilih jurusan hukum,
ilmu politik dan ekonomi biasanya memiliki kepribadian ekstrovert: cenderung memiliki semangat yang tinggi, komunikatif, antusias terhadap
sesuatu, dan merasa dominan dalam kelompoknya. Berikutnya pada tipe openness
yang cenderung imajinatif, menyenangkan, kreatif, dan artistik biasanya memilih jurusan humaniora, psikologi, seni, dan ilmu politik.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya jika dikaitkan dengan sense of humor, orang-orang dengan sense of humor
yang tinggi dikarakteristikkan dengan trait-trait positif, seperti ekstrovert, ramah, bersahabat, penuh perhatian, menyenangkan, menarik,
imajinatif, cerdas, perceptive dan stabil secara emosional kepada siapa saja Martin, 2007. Jika dikaitkan dengan personal adjustment, terdapat beberapa
faktor internal yang mempengaruhi personal adjustment, yaitu motif dari dalam diri individu motif-motif sosial seperti motif berafiliasi, motif
berprestasi dan motif mendominasi dan faktor kepribadian seperti ekstrovert yang membuat individu lebih mudah melakukan personal adjustment
dibanding tipe kepribadian introvert yang cenderung kaku dan statis Soeparwoto, dkk, 2004. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan
bahwa trait-trait positif yang terdapat pada individu dengan sense of humor yang tinggi dan personal adjustment yang baik umumnya ditemukan pada
mahasiswa-mahasiswa yang memilih bidang humaniora atau fakultas IPS. Hasil tambahan lainnya menunjukkan nilai sense of humor pada
subjek yang berasal dari daerah-daerah di Sumatera Utara dan dari luar Sumatera Utara. Pada variabel sense of humor tidak terdapat perbedaan skor
rata-rata antara subjek dari Sumatera Utara maupun dari luar Sumatera Utara, yaitu 86. Hal ini menunjukkan bahwa keduanya memiliki nilai sense of
humor yang sama.
Berdasarkan perbedaan daerah asal: Sumatera Utara dan luar Sumatera Utara pada variabel personal adjustment menunjukkan subjek dari
Sumatera Utara memiliki skor rata-rata 88 sedangkan subjek dari luar
Universitas Sumatera Utara
Sumatera Utara memiliki skor rata-rata 85. Hal ini berarti subjek dari daerah- daerah di Sumatera Utara cenderung memiliki personal adjustment yang lebih
baik daripada subjek dari daerah-daerah di luar Sumatera Utara. Hal ini dapat disebabkan oleh banyak faktor, seperti yang telah dikemukakan sebelumnya,
sesuai hasil survey dengan 100 mahasiswa baru USU dari luar Medan dan Deli Serdang bahwa subjek dari daerah-daerah di Sumatera Utara tetap di
luar Medan dan Deli Serdang lebih mudah dalam hal penyesuaian diri dikarenakan faktor geografis yang lebih dekat jarak tempat tinggalnya ke
Medan. Dari 65 orang yang berasal dari daerah di Sumatera Utara, 10 di antaranya merasa tidak memiliki hambatan dalam hal penyesuaian diri di
Medan karena sudah pernah atau terbiasa ke Medan. Jarak tempuh yang terbilang dekat dibandingkan jarak tempuh ke daerah di luar Sumatera Utara
juga memungkinkan mahasiswa untuk pulang lebih sering ke daerah tempat tinggal mereka. Selain itu, daerah-daerah luar Medan dan Deli Serdang yang
masih berada dalam lingkup Sumatera Utara setidaknya memiliki lebih banyak kesamaan budaya dengan budaya di Medan dan Deli Serdang
dibandingkan dengan daerah di luar Sumatera Utara sehingga mahasiswa dari daerah-daerah di Sumatera Utara sudah lebih mengenal budaya di Medan.
Berdasarkan pembahasan di atas, diketahui bahwa bagaimanapun, terdapat banyak faktor yang mempengaruhi personal adjustment, seperti yang
telah dikatakan sebelumnya. Bila ditinjau kembali hasil analisis korelasi yang diperoleh, pada akhirnya sense of humor memiliki hubungan yang signifikan
dengan personal adjustment. Ini berarti ketika mahasiswa rantau tingkat
Universitas Sumatera Utara
pertama ini menjalani proses penyesuaian diri personal adjustment di dunia perkuliahan, maka selanjutnya faktor sense of humor yang mereka miliki akan
menjadi salah satu penentu respon mahasiswa dalam menghadapi proses personal adjusment.
Mahasiswa rantau tahun pertama diharapkan mampu menyesuaikan dirinya dalam setiap aspek personal adjustment mahasiswa baru, yaitu pada
penyesuaian akademik, penyesuaian sosial, penyesuaian emosional dan penyesuaian dengan institusi. Humor memiliki peran penting dalam
kehidupan, membantu individu untuk hidup lebih baik, untuk mampu menghadapi masalah sehari-hari dan untuk menghadapi perubahan-perubahan
serta perbedaan-perbedaan Thorson dan Powell, 1993. Mahasiswa rantau tahun pertama USU dengan sense of humor yang tinggi diharapkan dapat
melalui personal adjustment dengan lebih baik.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan