Rumusan Masalah Bentuk Penelitian Lokasi dan Pelaksanaan Penelitian Sumber Data

commit to user menjadi sekolah tinggi, tentu pengelola skill laboratory menghadapi kendala yang tidak sedikit. Berdasarkan wawancara awal didapatkan beberapa kendala dalam mempersiapkan kegiatan skill laboratory , melaksanakan maupun mengevaluasi kemampuan mahasiswa. Untuk itu pengelola skill laboratory harus berupaya seoptimal mungkin sehingga skill laboratory tetap dapat berjalan. Saat ini belum pernah dilakukan penelitian tentang pelaksanaan skill laboratory di STIKES AN-NUR Purwodadi. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih mendalam tentang pembelajaran skill laboratory di STIKES AN-NUR Purwodadi.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perencanaan yang dilakukan instruktur ketika akan memberikan pembelajaran skill laboratory di STIKES AN-NUR Purwodadi ? 2. Bagaimana instruktur melaksanakan pembelajaran skill laboratory di STIKES AN-NUR Purwodadi ? 3. Bagaimana instruktur mengevaluasi kemampuan mahasiswa setelah pembelajaran skill laboratory di STIKES AN-NUR Purwodadi ? 4. Bagaimana dengan kendala yang ditemukan dalam pembelajaran skill laboratory di STIKES AN-NUR Purwodadi dan bagaimana cara mengatasinya ? commit to user

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk menganalisis implementasi pembelajaran skill laboratory di STIKES AN-NUR Purwodadi

2. Tujuan Khusus

a. Menganalisis bagaimana perencanaan yang dilakukan instruktur ketika akan memberikan pembelajaran skill laboratory di STIKES AN-NUR Purwodadi b. Menganalisis bagaimana instruktur melaksanakan pembelajaran skill laboratory di STIKES AN-NUR Purwodadi c. Menganalisis bagaimana cara instruktur mengevaluasi kemampuan mahasiswa setelah pembelajaran skill laboratory di STIKES AN-NUR Purwodadi d. Menganalisis kendala kendala yang ditemukan dalam pembelajaran skill laboratory di STIKES AN-NUR Purwodadi dan bagaimana cara mengatasinya.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat secara Teoritis

Hasil penelitian bermanfaat bagi mahasiswa agar dapat menyesuaikan diri dalam mengikuti pembelajaran skill laboratory yang tepat

2. Manfaat secara Praktis

commit to user a. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan bagi institusi STIKES AN-NUR Purwodadi sebagai informasi yang berguna untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui inovasi metode pembelajaran terutama pembelajaran skill laboratory sehingga bisa menghasilkan perawat yang profesional b. Hasil penelitian ini juga diharapkan bermanfaat bagi institusi pendidikan tenaga kesehatan lainnya yang ingin melaksanakan metode pembelajaran skill laboratory. commit to user BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Pembelajaran a. Pengertian Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan mahasiswa. Dalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil yang diinginkan. Pemilihan, penetapan dan pengembangan metode didasarkan pada kondisi pengajaran yang ada. Itulah sebabnya dalam belajar, mahasiswa tidak hanya berinteraksi dengan dosen sebagai salah satu sumber belajar, tetapi juga berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar Uno, 2007. Menurut Slameto 1995 belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan Cronbach dalam Achmad 2007 mendefinisikan belajar sebagai proses pengubahan tingkah laku yang relative permanen sebagai hasil dari latihan atau pengalaman. commit to user Achmad 2007 menyimpulkan bahwa belajar merupakan proses siswa membangun gagasan atau pemahaman sendiri untuk berbuat, berfikir, berinteraksi sendiri secara lancar dan termotivasi tanpa hambatan dosen, baik melalui pengalaman mental, pengalaman fisik maupun pengalaman sosial. Menurut Bloom dalam Asnaldi 2008 perubahan sebagai hasil belajar dapat dikelompokkan ke dalam tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Ciri-ciri belajar menurut Miarso 2009 meliputi bertambahnya jumlah pengetahuan, mempunyai kemampuan mengingat, menerapkan pengetahuan, menyimpulkan makna, menafsirkan dan mengkaitkan dengan realitas dan berubah menjadi pribadi baru. Belajar bukan sekedar menerima informasi dari orang lain tentang apa yang ingin diketahuinya. Dalam belajar diperlukan motivasi yang tinggi, semangat untuk belajar secara mandiri dan suasana yang mendukung Harsono, 2004. b. Perencanaan Pembelajaran Uno 2006 menjelaskan bahwa perencanaan pembelajaran harus dilakukan agar dapat dihasilkan pembelajaran yang lebih baik. Sebagai sasaran akhir dari perencanaan pembelajaran adalah mudahnya mahasiswa untuk belajar. Di dalam melakukan perencanaan pembelajaran harus melibatkan semua variabel commit to user pembelajaran. Inti dari desain pembelajaran yang dibuat adalah penetapan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Ibrahim dalam Syaodih 2003 menjelaskan bahwa dalam menyusun perencanaan program pengajaran harus memperhatikan kurikulum yang didalamnya terdapat Garis-Garis Besar Program Pengajaran GBPP. Di samping itu juga perlu memperhatikan sarana dan prasarana institusi, kemampuan dan perkembangan mahasiswa serta keadaan dosen. c. Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan Uno, 2007. Ibrahim dan Syaodih 2003 menjelaskan tujuan pembelajaran sebagai perilaku hasil belajar yang diharapkan dapat dimiliki mahasiswa setelah menempuh proses belajar mengajar. Pada waktu yang lalu tujuan pembelajaran diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh dosen, sedangkan dewasa ini tujuan pembelajaran lebih diartikan sebagai suatu produk atau hasil yang dicapai oleh mahasiswa. commit to user Taksonomi tujuan pembelajaran kawasan psikomotor menurut Uno 2006 dapat dibuat berjenjang dari yang paling sederhana yaitu persepsi yang berkenaan dengan penggunaan indera dalam melakukan kegiatan, seperti mengenal kerusakan mesin dari suaranya hingga tingkatan yang tinggi yaitu originasi yang berkaitan dengan kemampuan penciptaan pola gerakan baru untuk disesuaikan dengan situasi atau masalah tertentu. Originasi hanya dapat dilakukan oleh orang yang sudah mempunyai ketrampilan tinggi. d. Faktor yang Mempengaruhi Belajar Slameto 1995 menyebutkan secara garis besar faktor yang mempengaruhi belajar digolongkan menjadi dua golongan besar yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, meliputi jasmaniah, psikologis dan kelelahan. Faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar individu, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. 2. Evaluasi Pembelajaran a. Pengertian Evaluasi pembelajaran adalah pengumpulan kenyataan secara sistimatis untuk menetapkan apakah dalam kenyataan terjadi perubahan dalam diri mahasiswa dan menetapkan sejauh mana tingkat perubahan dalam pribadi mahasiswa Daryanto, 2007 Purwanto 2008 mendefinisikan evaluasi pembelajaran sebagai suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat commit to user keputusan sampai sejauh mana tujuan pembelajaran telah dicapai oleh mahasiswa. Evaluasi proses belajar mengajar dari sudut pandang evaluasi manajerial merupakan suatu langkah sangat strategis dalam proses belajar mengajar, karena evaluasi merupakan suatu upaya untuk melakukan perbaikan mutu pembelajaran. Sedang penilaian keberhasilan belajar adalah suatu usaha untuk mengetahui seberapa jauh tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya telah dapat dicapai Taufiqurrahman, 2008. Dalam evaluasi hasil belajar, sering ditemukan istilah mengukur dan menilai. Uno 2006 membedakan antara mengukur dan menilai. Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan alat ukur tertentu dan bersifat kuantitatif. Menilai adalah mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran subyektif dan bersifat kualitatif. b. Manfaat Evaluasi Evaluasi merupakan salah satu kegiatan utama yang harus dilakukan oleh seorang dosen dalam kegiatan pembelajaran. Dengan penilaian, dosen akan mengetahui perkembangan hasil belajar, commit to user intelegensi, bakat khusus, minat, hubungan sosial, sikap dan kepribadian peserta didik Kiranawati, 2008. Daryanto 2007 menjelaskan manfaat evaluasi bagi mahasiswa maupun dosen sebagai berikut : bagi mahasiswa jika hasilnya memuaskan akan memotivasi mahasiswa untuk belajar lebih giat sehingga mendapat hasil yang lebih memuaskan lagi, tetapi jika hasilnya tidak memuaskan, mahasiswa akan berusaha agar lain kali tidak terulang lagi. Namun ada juga beberapa mahasiswa yang lemah kemauannya, sehingga menjadi putus asa. Manfaat evaluasi bagi dosen dapat mengetahui mahasiswa mana yang berhak melanjutkan pelajarannya karena sudah menguasai bahan dan mahasiswa mana yang belum sehingga membutuhkan perhatian lebih. Dosen juga dapat mengetahui apakah materi yang diajarkan sudah tepat sehingga untuk memberikan pengajaran di waktu yang akan datang tidak perlu dilakukan perubahan. Bagi institusi dapat mengetahui kondisi belajar yang diciptakan oleh institusi sudah sesuai dengan harapan atau belum. Hasil belajar merupakan cerminan kualitas suatu institusi. Institusi juga mengetahui tepat tidaknya kurikulum untuk institusi itu. Institusi juga bisa mengetahui apakah sudah memenuhi standar akan terlihat dari bagusnya angka-angka yang diperoleh mahasiswa. Kiranawati 2008 menjelaskan bahwa dalam konteks pelaksanaan pendidikan mahasiswa, evaluasi memiliki beberapa tujuan, antara lain : a Untuk mengetahui kemajuan belajar mahasiswa commit to user setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. b Untuk mengetahui efektivitas metode pembelajaran, c Untuk mengetahui kedudukan mahasiswa dalam kelompoknya, d Untuk memperoleh masukan atau umpan balik bagi dosen dan mahasiswa dalam rangka perbaikan. Menurut Purwanto 2008 evaluasi dapat memberi manfaat : a Bagi Dosen sebagai dasar untuk memperbaiki proses mengajar. b Menentukan hasil belajar mahasiswa, c Menempatkan mahasiswa sesuai dengan tingkat kemampuan atau karakteristik lainnya yang dimiliki mahasiswa, d Mengenal latar belakang psikologis, fisik, dan lingkungan mahasiswa, terutama yang mengalami kesulitan belajar, agar dapat dilakukan perbaikan dan pembimbingan. 3. Laboratorium Ketrampilan skill laboratory a. Pengertian Menurut Nursalam dan Efendi 2008 laboratorium adalah tempat dimana peserta didik mempergunakan pendekatan pemecahan masalah untuk mengembangkan berbagai teknik dalam mengontrol lingkungan belajar. Nurini, dkk 2002 menjelaskan bahwa laboratorium ketrampilan medik skill laboratory merupakan suatu fasilitas tempat mahasiswa dapat berlatih ketrampilan-ketrampilan medik yang commit to user mereka perlukan dalam situasi latihan di laboratorium, bukan dalam suasana kontak antara perawat-pasien di rumah sakit. skill laboratory merupakan suatu kegiatan di laboratorium di mana mahasiswa diajarkan ketrampilan klinik. Kegiatan di skill laboratory bertujuan menunjang pencapaian kompetensi klinis. skill laboratory merupakan wahana bagi mahasiswa untuk belajar ketrampilan klinis yang mereka perlukan dengan setting seperti antara perawat-pasien namun dilakukan dalam suasana latihan. Pembelajaran di skill laboratory bukan dimaksudkan untuk menggantikan praktik klinik, tetapi menyiapkan mahasiswa agar lebih siap ketika melaksanakan asuhan keperawatan secara nyata di tatanan klinik. Mahmud, 2006 Dalam skill laboratory mahasiswa dilatih berbagai macam ketrampilan keperawatan yang sesuai dengan situasi dan kondisi pasien yang unik sehingga nantinya mahasiswa benar-benar siap dalam menghadapi pasien. Sarana pendidikan dalam skill laboratory dapat berupa: alat- alat kedokteran, setting, alat bantu audio visual , model manikin , pasien simulasi, puskesmas, rumah sakit dan masyarakat. Nurini, dkk, 2002 b. Pembelajaran skils laboratory Lulusan pendidikan tinggi kesehatan dituntut memiliki sikap dan kemampuan professional yang diperoleh sebagai hasil dari commit to user penerapan kurikulum pendidikan melalui berbagai bentuk pengalaman belajar, diantaranya adalah Pengalaman Belajar Praktik PBP. PBP merupakan proses pembelajaran di laboratorium dalam rangka memperkuat teori-teoripengetahuan yang didapat dari pengalaman belajar lain. Strategi pembelajaran praktikum merupakan pengintegrasian antara teoripengetahuan dasar professional, sehingga dalam pelaksanaannya dikelola secara terintegrasi Nursalam dan Efendi, 2008. Pembelajaran praktik sebagai salah satu strategi pembelajaran perlu mendapat perhatian yang serius karena dapat membelajarkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara bersama Zainuddin, 2001. Sumintono 2008 menyebutkan hasil yang dapat diperoleh dari kegiatan praktik laboratorium yaitu : mengajarkan ketrampilan manual dan observasi yang berhubungan dengan subyek, meningkatkan pemahaman metode penelaahan ilmiah, mengembangkan ketrampilan dalam pemecahan masalah dan mengembangkan tingkah laku professional. Gagne dalam Nursalam dan Efendi 2008 menyatakan bahwa kondisi untuk mempelajari ketrampilan memerlukan petunjuk dari pengajar agar peserta didik tahu apa yang harus mereka lakukan, tahu bagaimana melakukan tindakan dan latihan ketrampilan. commit to user Slamento 1995 mengatakan pembimbing diharapkan mampu : mengenal dan memahami setiap siswa baik secara individu maupun kelompok, memberikan penerangan kepada peserta didik mengenai hal-hal yang diperlukan dalam proses belajar mengajar, memberikan kesempatan yang memadai agar setiap peserta didik dapat belajar sesuai dengan kemampuan pribadinya, membantu setiap peserta didik dalam masalah-masalah pribadi, menilai keberhasilan setiap langkah kegiatan yang telah dilakukan. Dalam kaitannya dengan tujuan belajar, menurut Balendong 1999 terdapat beberapa tingkatan kinerja suatu pelatihan ketrampilan yaitu yang pertama tingkat awal skill acquisision , merupakan tingkat pertama dalam mempelajari ketrampilan klinik baru. Bantuan dan pengawasan diperlukan untuk memperoleh kinerja yang benar. Kedua tingkat mampu skill competency , merupakan tingkat menengah dalam mempelajari ketrampilan klinik baru. Mahasiswa sudah dapat melakukan langkah-langkah dan urutannya dengan memuaskan, tetapi belum efisien. Ketiga adalah tingkat mahir skill profiency , merupakan tingkat akhir dalam mempelajari ketrampilan klinik baru. Mahasiswa sudah dapat melakukan langkah-langkah dan urutannya dengan memuaskan dan efisien. Tujuan pembelajaran skill laboratory adalah untuk menyamakan pebelajaran dan evaluasi ketrampilan klinik dengan menggunakan alat penilaian yang sama bagi semua mahasiswa, commit to user meningkatkan sikap mahasiswa dalam memberi pelayanan pada pasien Mahmoud, 2006. c. Proses Bimbingan Proses bimbingan ketrampilan menurut Balendong 1999 dilakukan dalam beberapa tahapan, yaitu tahap pertama dengan cara mendemonstrasikan ketrampilan klinik meliputi menjelaskan ketrampilan yang akan dipelajari, menggunakan video atau slide , menunjukkan ketrampilan yang akan dipelajari, memperagakan ketrampilan pada model anatomic simulasi. Tahap kedua praktik oleh mahasiswa di bawahpengawasan dosen pada model pasien. Dilakukan dengan cara mahasiswa mempraktikan ketrampilan pada modelsimulasi role play . Dosen sebagai pembimbing meninjau ulang praktik, Mahasiswa diberikan umpan balik yang konstruktif. Tahap ketiga evaluasi kompetensiketrampilan mahasiswa oleh dosen. Tahap ini dilakukan dengan cara menilai setiap ketrampilan mahasiswa pada model menggunakan check list yang telah dibuat dan praktik pada pasien di bawah pengawasan pembimbing, setelah kompeten pada model. Disamping belajar secara terbimbing, mahasiswa juga harus belajar aktif secara mandiri. Hal ini sesuai dengan ciri pembelajaran pada orang dewasa. Belajar aktif secara mandiri akan menimbulkan kegembiraan pada mahasiswa, membentuk suasana belajar tanpa commit to user stress atau tertekan, dan memungkinkan tercapainya tujuan belajar yang telah ditetapkan Mudjiman, 2007. Proses pembelajaran praktikum menurut Nursalam dan Efendi 2008 dilakukan melalui tiga tahapan yaitu : 1. Persiapan rancangan pembelajaran meliputi :perencanaan pembelajaran yang dapat memenuhi kebutuhan peserta didik, sumber yang sesuai dengan jumlah peserta, mencoba peralatan, merancang lay out , merencanakan ruang praktikum, membuat makalah, pengaturan tempat duduk. 2. Penerapan berbagai metode pembelajaran laboratorium meliputi : demonstrasi, simulasi, eksperimen. 3. Evaluasi pencapaian tujuan pembelajaran praktikum dan kemampuan peserta didik. Dalam pembelajaran skill laboratory diperlukan instruktur. Instruktur merupakan tenaga mahir pada bidang ketrampilan keperawatan tertentu yang melatih ketrampilan keperawatan kepada mahasiswa Nurini, dkk, 2002. Instruktur pembelajaran praktik mempunyai beberapa tanggungjawab. Menurut Freiberg dan Driscoll 1996 pada tahap perencanaan, instruktur berperan sebagai manager . Peran ini dilakukan dalam hal membuat rancangan kegiatan pembelajaran. Zainuddin 2001 menambahkan bahwa dalam rancangan pembelajaran tersebut tujuan instruksionalnya harus jelas, isi dan urutan kegiatan terarah, relevan dengan tuntutan tugas profesi, dan dirancang agar mahasiswa tidak mudah bosan. Pada tahap commit to user pelaksanaan pembelajaran, instruktur berperan sebagai fasilitator dan motivator. Fasilitator yaitu menjadikan pelajaran lebih mudah, memberi penjelasan tentang strategi, aturan, prosedur, mekanik dan peran. Peran sebagai motivator diperlukan karena mahasiswa kadang mengalami ketakutan ketika melakukan simulasi. Pada tahap evaluasi, peran sebagai evaluator dilakukan untuk menilai keberhasilan pembelajaran. Proses pembelajaran skill laboratory menurut Nurini, dkk 2002 bisa dilakukan dengan cara ; 1 Mahasiswa sebelum praktik mempelajari teori yang berkaitan dengan ketrampilan yang akan dipelajari dan melihat demonstrasi yang diperagakan oleh instruktur atau melihat audio visual. 2 Mahasiswa berlatih dengan temannya mengenai prosedur yang sederhana dan tidak menimbulkan resiko. 3 Beberapa ketrampilan dilakukan pada manekin misalnya pemasangan kateter, pemasangan NGT, dan lain-lain. 4 Pada tingkat yang lebih lanjut dapat dilakukan pada pasien simulasi yang telah didik sebelumnya. 5 Apabila memungkinkan mahasiswa dapat dihadapkan pada pasien dengan keadaan yang tidak beresiko. d. Evaluasi Skill Laboratory Penilaian aspek ketrampilan lebih rumit dan subyektif bila dibandingkan dengan penilaian dalam aspek kognitif. Hal ini dikarenakan penilaian ketrampilan memerlukan teknik pengamatan commit to user dengan keterandalan yang tinggi terhadap dimensi yang akan diukur. Bila tidak demikian maka unsur subyektivitas menjadi sangat dominan Taufiqurrahman, 2008. Arikunto 1995 menjelaskan bahwa pengukuran ranah psikomotor dilakukan terhadap hasil-hasil belajar yang berupa penampilan. Namun demikian pengukuran ranah ini disatukan atau dimulai dengan pengukuran ranah kognitif sekaligus. Instrumen yang digunakan untuk mengukur ketrampilan biasanya berupa matrik. Bagian matrik yang ke bawah menyatakan perperincian aspek bagian ketrampilan yang akan di ukur, ke kanan menunjukkan besarnya skor yang dapat dicapai. Yanti dan Pertiwi 2008 menyatakan bahwa untuk menilai kompetensi klinik mahasiswa kesehatan, metode OSCA atau OSCE Objective Structure Clinical Examination saat ini merupakan suatu pilihan terbaik. Dikatakan objektive karena menggunakan tes objektif dengan seting nyata yang dihadapi dalam praktik klinik. Structure berarti menggunakan struktur tertentu secara konsisten dalam menyusun tes OSCE. Sedang Clinical Examination berarti yang dites adalah ketrampilan yang terkait dengan manajemen pasien klinik. Keunggulan metode OSCE adalah lebih valid, reliable dan objektif di banding uji lisan, bisa melakukan evaluasi dengan jumlah peserta yang lebih banyak dalam waktu yang lebih pendek serta serentak, commit to user menguji ketrampilan yang lebih luas dan semua peserta diuji dengan instrument yang sama. Evaluasi hasil belajar dalam pembelajaran ketrampilan lazimya melalui observasi langsung dengan menggunakan daftar cek check list , skala nilai rating scale . Teknik observasi langsung memiliki keuntungan dapat memberikan umpan balik kepada mahasiswa dan pengajar. Namun teknik ini juga memiliki kelemahan diantaranya : a pengamatan sesaat tidak akan mencerminkan perilaku keseluruhan mahasiswa. b Subyektivitas pengamat berpengaruh terhadap hasil penilaian. Penilaian langsung akan lebih baik bila dilengkapi dengan observasi tak langsung melalui uji lisan atau kuesioner Taufiqurrahman, 2008. Purwanto 2008 juga menjelaskan bahwa observasi merupakan metode untuk menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individukelompok secara langsung. Cara tersebut dilakukan dengan pengamatan tentang apa yang benar-benar dilakukan individu dan membuat pencatatan-pencatatan secara objektif mengenai apa yang di amati. Yanti dan Pertiwi 2008 menjelaskan bahwa pelaksanaan penilaian ujian OSCE meliputi pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang dituangkan dalam stasion-stasion . Kelulusan OSCE didasarkan commit to user pada kelulusan tiap stasion. Mahasiswa yang tidak lulus diberi kesempatan mengikuti ujian ulang pada stasion yang tidak lulus. Evaluasi pembelajaran skill laboratory dilakukan untuk menguji berbagai ketrampilan yang telah diajarkan dan mengetahui latar belakang pengetahuan yang mendasari ketrampilan tersebut. Mahasiswa yang tidak lulus ujian skill laboratory , tidak diperkenankan melaksanakan pembelajaran praktik klinik Mahmoud, 2009. B. PENELITIAN YANG TERKAIT Penelitian sejenis pernah dilakukan oleh Yuningsih 2008 dengan judul Analisis pembelajaran Laboratorium Keperawatan di AKPER PKU Muhammadyah Surakarta. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada lokasi penelitian beserta karakteristik peserta didik, metode pembelajaran, kurikulum dan kompetensi, instruktur, sarana dan prasarana. Penelitian lainnya pernah dilakukan oleh Erindra Budi C 2009 dengan judul Implementasi Pembelajaran skill lab di Fakultas Kedokteran UNS. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada pendidikan di Fakultas Kedokteran UNS bersifat akademik dan profesi, sedangkan penelitian ini pendidikan diploma bersifat vokasional. commit to user C. KERANGKA BERFIKIR Keterangan : diteliti INPUT § Mahasiswa § Instruktur § Sarana dan Prasarana § Kurikulum dan Materi PROSES OUTPUT Skills Lab : § Perencanaan § Pelaksanaan § Evaluasi Diskusi tutorial Kuliah § Kuliah pengantar § Kuliah Penunjang § Kuliah blok Hasil Belajar commit to user BAB III METODE PENELITIAN

A. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan desain studi kasus terpancang tunggal. Pemilihan metode kualitatif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk lebih menggali data dan informasi mengenai proses pembelajaran skill laboratory di STIKES AN-NUR Purwodadi, sehingga diperoleh data yang lebih mendalam. Dalam penelitian ini permasalah dan fokus penelitian akan ditentukan sebelumnya. Peneliti akan mengambil satu topik ketrampilan agar jawaban informan lebih terfokus. Ketrampilan yang dipilih adalah perawatan luka.

B. Lokasi dan Pelaksanaan Penelitian

commit to user Penelitian ini dilaksanakan di STIKES AN-NUR Purwodadi khususnya Prodi D-III Keperawatan, dengan mengambil waktu penelitian antara bulan Agustus 2010 sampai Januari 2011.

C. Sumber Data

1. Informan Pemilihan informan untuk wawancara mendalam akan digunakan teknik sampling dengan kriteria tertentu purposive sampling . Informan terdiri dari enam orang mahasiswa yang telah melaksanakan pembelajaran ketrampilan perawatan luka, satu orang pengelola skill laboratory dan dua orang instruktur perawatan luka, dimana salah satunya adalah koordinator instruktur sehingga akan mengetahui pembelajaran skill laboratory mulai dari awal hingga akhir. 2. Tempat dan peristiwa Penelitian ini dilaksanakan di Prodi D-III Keperawatan STIKES AN-NUR Purwodadi. 3. Dokumen Data dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu : a. Data primer yaitu data yang berasal dari informan dan hasil observasi peneliti b. Data sekunder yaitu data yang berasal dari arsip dan dokumen mengenai pembelajaran skill laboratory di Prodi D-III Keperawatan Semester III STIKES AN-NUR Purwodadi. commit to user

D. Teknik dan Pengumpulan Data