commit to user
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk menganalisis implementasi pembelajaran
skill laboratory
di STIKES AN-NUR Purwodadi
2. Tujuan Khusus
a. Menganalisis bagaimana perencanaan yang dilakukan instruktur
ketika akan memberikan pembelajaran
skill laboratory
di STIKES AN-NUR Purwodadi
b. Menganalisis bagaimana instruktur melaksanakan pembelajaran
skill laboratory
di STIKES AN-NUR Purwodadi c.
Menganalisis bagaimana cara instruktur mengevaluasi kemampuan mahasiswa setelah pembelajaran
skill laboratory
di STIKES AN-NUR Purwodadi
d. Menganalisis kendala kendala yang ditemukan dalam pembelajaran
skill laboratory
di STIKES AN-NUR Purwodadi dan bagaimana cara mengatasinya.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat secara Teoritis
Hasil penelitian bermanfaat bagi mahasiswa agar dapat menyesuaikan diri dalam mengikuti pembelajaran
skill laboratory
yang tepat
2. Manfaat secara Praktis
commit to user a.
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan bagi institusi STIKES AN-NUR Purwodadi sebagai informasi yang berguna untuk
meningkatkan kualitas pendidikan melalui inovasi metode pembelajaran terutama pembelajaran
skill laboratory
sehingga bisa menghasilkan perawat yang profesional
b. Hasil penelitian ini juga diharapkan bermanfaat bagi institusi
pendidikan tenaga kesehatan lainnya yang ingin melaksanakan metode pembelajaran
skill laboratory.
commit to user BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A.
KAJIAN TEORI 1.
Pembelajaran a.
Pengertian Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan mahasiswa.
Dalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Pemilihan, penetapan dan pengembangan metode didasarkan pada kondisi pengajaran yang ada. Itulah sebabnya dalam belajar,
mahasiswa tidak hanya berinteraksi dengan dosen sebagai salah satu sumber belajar, tetapi juga berinteraksi dengan keseluruhan sumber
belajar Uno, 2007. Menurut Slameto 1995 belajar adalah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan Cronbach dalam Achmad 2007 mendefinisikan belajar sebagai proses
pengubahan tingkah laku yang relative permanen sebagai hasil dari latihan atau pengalaman.
commit to user Achmad 2007 menyimpulkan bahwa belajar merupakan
proses siswa membangun gagasan atau pemahaman sendiri untuk berbuat, berfikir, berinteraksi sendiri secara lancar dan termotivasi
tanpa hambatan dosen, baik melalui pengalaman mental, pengalaman fisik maupun pengalaman sosial.
Menurut Bloom dalam Asnaldi 2008 perubahan sebagai hasil belajar dapat dikelompokkan ke dalam tiga ranah, yaitu
kognitif, afektif
dan
psikomotor.
Ciri-ciri belajar
menurut Miarso
2009 meliputi
bertambahnya jumlah
pengetahuan, mempunyai
kemampuan mengingat,
menerapkan pengetahuan,
menyimpulkan makna,
menafsirkan dan mengkaitkan dengan realitas dan berubah menjadi pribadi baru. Belajar bukan sekedar menerima informasi dari orang
lain tentang apa yang ingin diketahuinya. Dalam belajar diperlukan motivasi yang tinggi, semangat untuk belajar secara mandiri dan
suasana yang mendukung Harsono, 2004.
b. Perencanaan Pembelajaran
Uno 2006 menjelaskan bahwa perencanaan pembelajaran harus dilakukan agar dapat dihasilkan pembelajaran yang lebih baik.
Sebagai sasaran akhir dari perencanaan pembelajaran adalah mudahnya mahasiswa untuk belajar. Di dalam melakukan
perencanaan pembelajaran harus melibatkan semua variabel
commit to user pembelajaran. Inti dari desain pembelajaran yang dibuat adalah
penetapan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Ibrahim dalam Syaodih 2003 menjelaskan bahwa dalam menyusun perencanaan program pengajaran harus memperhatikan
kurikulum yang didalamnya terdapat Garis-Garis Besar Program Pengajaran GBPP. Di samping itu juga perlu memperhatikan sarana
dan prasarana institusi, kemampuan dan perkembangan mahasiswa serta keadaan dosen.
c. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan
dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan Uno, 2007.
Ibrahim dan Syaodih 2003 menjelaskan tujuan pembelajaran sebagai perilaku hasil belajar yang diharapkan dapat dimiliki
mahasiswa setelah menempuh proses belajar mengajar. Pada waktu yang lalu tujuan pembelajaran diartikan sebagai suatu proses yang
dilakukan oleh dosen, sedangkan dewasa ini tujuan pembelajaran lebih diartikan sebagai suatu produk atau hasil yang dicapai oleh
mahasiswa.
commit to user Taksonomi tujuan pembelajaran kawasan psikomotor menurut
Uno 2006 dapat dibuat berjenjang dari yang paling sederhana yaitu persepsi yang berkenaan dengan penggunaan indera dalam melakukan
kegiatan, seperti mengenal kerusakan mesin dari suaranya hingga tingkatan yang tinggi yaitu
originasi
yang berkaitan dengan kemampuan penciptaan pola gerakan baru untuk disesuaikan dengan
situasi atau masalah tertentu.
Originasi
hanya dapat dilakukan oleh orang yang sudah mempunyai ketrampilan tinggi.
d. Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Slameto 1995 menyebutkan secara garis besar faktor yang mempengaruhi belajar digolongkan menjadi dua golongan besar yaitu
faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, meliputi jasmaniah,
psikologis dan kelelahan. Faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar individu, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.
2. Evaluasi Pembelajaran
a. Pengertian
Evaluasi pembelajaran adalah pengumpulan kenyataan secara sistimatis untuk menetapkan apakah dalam kenyataan terjadi
perubahan dalam diri mahasiswa dan menetapkan sejauh mana tingkat perubahan dalam pribadi mahasiswa Daryanto, 2007
Purwanto 2008 mendefinisikan evaluasi pembelajaran sebagai suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat
commit to user keputusan sampai sejauh mana tujuan pembelajaran telah dicapai oleh
mahasiswa. Evaluasi proses belajar mengajar dari sudut pandang evaluasi
manajerial merupakan suatu langkah sangat strategis dalam proses belajar mengajar, karena evaluasi merupakan suatu upaya untuk
melakukan perbaikan mutu pembelajaran. Sedang penilaian keberhasilan belajar adalah suatu usaha untuk mengetahui seberapa
jauh tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya telah dapat dicapai Taufiqurrahman, 2008.
Dalam evaluasi hasil belajar, sering ditemukan istilah mengukur dan menilai. Uno 2006 membedakan antara mengukur
dan menilai. Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan alat ukur tertentu dan bersifat kuantitatif. Menilai adalah mengambil
keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran subyektif dan bersifat kualitatif.
b. Manfaat Evaluasi
Evaluasi merupakan salah satu kegiatan utama yang harus dilakukan oleh seorang dosen dalam kegiatan pembelajaran. Dengan
penilaian, dosen akan mengetahui perkembangan hasil belajar,
commit to user intelegensi, bakat khusus, minat, hubungan sosial, sikap dan
kepribadian peserta didik Kiranawati, 2008. Daryanto 2007 menjelaskan manfaat evaluasi bagi
mahasiswa maupun dosen sebagai berikut : bagi mahasiswa jika hasilnya memuaskan akan memotivasi mahasiswa untuk belajar lebih
giat sehingga mendapat hasil yang lebih memuaskan lagi, tetapi jika hasilnya tidak memuaskan, mahasiswa akan berusaha agar lain kali
tidak terulang lagi. Namun ada juga beberapa mahasiswa yang lemah kemauannya, sehingga menjadi putus asa. Manfaat evaluasi bagi
dosen dapat mengetahui mahasiswa mana yang berhak melanjutkan pelajarannya karena sudah menguasai bahan dan mahasiswa mana
yang belum sehingga membutuhkan perhatian lebih. Dosen juga dapat mengetahui apakah materi yang diajarkan sudah tepat sehingga untuk
memberikan pengajaran di waktu yang akan datang tidak perlu dilakukan perubahan. Bagi institusi dapat mengetahui kondisi belajar
yang diciptakan oleh institusi sudah sesuai dengan harapan atau belum. Hasil belajar merupakan cerminan kualitas suatu institusi.
Institusi juga mengetahui tepat tidaknya kurikulum untuk institusi itu. Institusi juga bisa mengetahui apakah sudah memenuhi standar akan
terlihat dari bagusnya angka-angka yang diperoleh mahasiswa. Kiranawati 2008 menjelaskan bahwa dalam konteks
pelaksanaan pendidikan mahasiswa, evaluasi memiliki beberapa tujuan, antara lain : a Untuk mengetahui kemajuan belajar mahasiswa
commit to user setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
b Untuk mengetahui efektivitas metode pembelajaran, c Untuk mengetahui kedudukan mahasiswa dalam kelompoknya, d Untuk
memperoleh masukan atau umpan balik bagi dosen dan mahasiswa dalam rangka perbaikan.
Menurut Purwanto 2008 evaluasi dapat memberi manfaat : a Bagi Dosen sebagai dasar untuk memperbaiki proses mengajar. b
Menentukan hasil belajar mahasiswa, c Menempatkan mahasiswa sesuai dengan tingkat kemampuan atau karakteristik lainnya yang
dimiliki mahasiswa, d Mengenal latar belakang psikologis, fisik, dan lingkungan mahasiswa, terutama yang mengalami kesulitan belajar,
agar dapat dilakukan perbaikan dan pembimbingan.
3. Laboratorium Ketrampilan
skill laboratory
a. Pengertian
Menurut Nursalam dan Efendi 2008 laboratorium adalah tempat dimana peserta didik mempergunakan pendekatan pemecahan
masalah untuk mengembangkan berbagai teknik dalam mengontrol lingkungan belajar.
Nurini, dkk 2002 menjelaskan bahwa laboratorium ketrampilan medik
skill laboratory
merupakan suatu fasilitas tempat mahasiswa dapat berlatih ketrampilan-ketrampilan medik yang
commit to user mereka perlukan dalam situasi latihan di laboratorium, bukan dalam
suasana kontak antara perawat-pasien di rumah sakit.
skill laboratory
merupakan suatu kegiatan di laboratorium di mana mahasiswa diajarkan ketrampilan klinik. Kegiatan di
skill laboratory
bertujuan menunjang pencapaian kompetensi klinis.
skill laboratory
merupakan wahana bagi mahasiswa untuk belajar ketrampilan klinis yang mereka perlukan dengan setting seperti
antara perawat-pasien namun dilakukan dalam suasana latihan. Pembelajaran di
skill laboratory
bukan dimaksudkan untuk menggantikan praktik klinik, tetapi menyiapkan mahasiswa agar lebih
siap ketika melaksanakan asuhan keperawatan secara nyata di tatanan klinik. Mahmud, 2006
Dalam
skill laboratory
mahasiswa dilatih berbagai macam ketrampilan keperawatan yang sesuai dengan situasi dan kondisi
pasien yang unik sehingga nantinya mahasiswa benar-benar siap dalam menghadapi pasien.
Sarana pendidikan dalam
skill laboratory
dapat berupa: alat- alat kedokteran, setting, alat bantu
audio visual
, model
manikin
, pasien simulasi, puskesmas, rumah sakit dan masyarakat. Nurini,
dkk, 2002 b.
Pembelajaran
skils laboratory
Lulusan pendidikan tinggi kesehatan dituntut memiliki sikap dan kemampuan professional yang diperoleh sebagai hasil dari
commit to user penerapan kurikulum pendidikan melalui berbagai bentuk pengalaman
belajar, diantaranya adalah Pengalaman Belajar Praktik PBP. PBP merupakan proses pembelajaran di laboratorium dalam rangka
memperkuat teori-teoripengetahuan yang didapat dari pengalaman belajar
lain. Strategi
pembelajaran praktikum
merupakan pengintegrasian antara teoripengetahuan dasar professional, sehingga
dalam pelaksanaannya dikelola secara terintegrasi Nursalam dan Efendi, 2008.
Pembelajaran praktik sebagai salah satu strategi pembelajaran perlu mendapat perhatian yang serius karena dapat membelajarkan
aspek
kognitif, afektif
dan
psikomotor
secara bersama Zainuddin, 2001.
Sumintono 2008 menyebutkan hasil yang dapat diperoleh dari kegiatan praktik laboratorium yaitu : mengajarkan ketrampilan
manual dan
observasi yang
berhubungan dengan
subyek, meningkatkan
pemahaman metode
penelaahan ilmiah,
mengembangkan ketrampilan dalam pemecahan masalah dan mengembangkan tingkah laku professional.
Gagne dalam Nursalam dan Efendi 2008 menyatakan bahwa kondisi untuk mempelajari ketrampilan memerlukan petunjuk dari
pengajar agar peserta didik tahu apa yang harus mereka lakukan, tahu bagaimana melakukan tindakan dan latihan ketrampilan.
commit to user Slamento 1995 mengatakan pembimbing diharapkan mampu
: mengenal dan memahami setiap siswa baik secara individu maupun kelompok, memberikan penerangan kepada peserta didik mengenai
hal-hal yang diperlukan dalam proses belajar mengajar, memberikan kesempatan yang memadai agar setiap peserta didik dapat belajar
sesuai dengan kemampuan pribadinya, membantu setiap peserta didik dalam masalah-masalah pribadi, menilai keberhasilan setiap langkah
kegiatan yang telah dilakukan. Dalam kaitannya dengan tujuan belajar, menurut Balendong
1999 terdapat beberapa tingkatan kinerja suatu pelatihan ketrampilan yaitu yang pertama tingkat awal
skill acquisision
, merupakan tingkat pertama dalam mempelajari ketrampilan klinik baru. Bantuan dan
pengawasan diperlukan untuk memperoleh kinerja yang benar. Kedua tingkat mampu
skill competency
, merupakan tingkat menengah dalam mempelajari ketrampilan klinik baru. Mahasiswa sudah dapat
melakukan langkah-langkah dan urutannya dengan memuaskan, tetapi belum efisien. Ketiga adalah tingkat mahir
skill profiency
, merupakan tingkat akhir dalam mempelajari ketrampilan klinik baru.
Mahasiswa sudah dapat melakukan langkah-langkah dan urutannya dengan memuaskan dan efisien.
Tujuan pembelajaran
skill laboratory
adalah untuk
menyamakan pebelajaran dan evaluasi ketrampilan klinik dengan menggunakan alat penilaian yang sama bagi semua mahasiswa,
commit to user meningkatkan sikap mahasiswa dalam memberi pelayanan pada
pasien Mahmoud, 2006.
c. Proses Bimbingan
Proses bimbingan ketrampilan menurut Balendong 1999 dilakukan dalam beberapa tahapan, yaitu tahap pertama dengan cara
mendemonstrasikan ketrampilan
klinik meliputi
menjelaskan ketrampilan yang akan dipelajari, menggunakan
video
atau
slide
, menunjukkan ketrampilan yang akan dipelajari, memperagakan
ketrampilan pada
model anatomic
simulasi. Tahap kedua praktik oleh mahasiswa di bawahpengawasan dosen pada model pasien.
Dilakukan dengan cara mahasiswa mempraktikan ketrampilan pada modelsimulasi
role play
. Dosen sebagai pembimbing meninjau ulang praktik, Mahasiswa diberikan umpan balik yang konstruktif. Tahap
ketiga evaluasi kompetensiketrampilan mahasiswa oleh dosen. Tahap ini dilakukan dengan cara menilai setiap ketrampilan mahasiswa pada
model menggunakan
check list
yang telah dibuat dan praktik pada pasien di bawah pengawasan pembimbing, setelah kompeten pada
model. Disamping belajar secara terbimbing, mahasiswa juga harus
belajar aktif secara mandiri. Hal ini sesuai dengan ciri pembelajaran pada orang dewasa. Belajar aktif secara mandiri akan menimbulkan
kegembiraan pada mahasiswa, membentuk suasana belajar tanpa
commit to user stress atau tertekan, dan memungkinkan tercapainya tujuan belajar
yang telah ditetapkan Mudjiman, 2007. Proses pembelajaran praktikum menurut Nursalam dan Efendi
2008 dilakukan melalui tiga tahapan yaitu : 1. Persiapan rancangan pembelajaran meliputi :perencanaan pembelajaran yang dapat
memenuhi kebutuhan peserta didik, sumber yang sesuai dengan jumlah peserta, mencoba peralatan, merancang
lay out
, merencanakan ruang praktikum, membuat makalah, pengaturan tempat duduk. 2.
Penerapan berbagai metode pembelajaran laboratorium meliputi : demonstrasi, simulasi, eksperimen. 3. Evaluasi pencapaian tujuan
pembelajaran praktikum dan kemampuan peserta didik. Dalam pembelajaran
skill laboratory
diperlukan instruktur. Instruktur merupakan tenaga mahir pada bidang ketrampilan
keperawatan tertentu yang melatih ketrampilan keperawatan kepada mahasiswa Nurini, dkk, 2002.
Instruktur pembelajaran
praktik mempunyai
beberapa tanggungjawab. Menurut Freiberg dan Driscoll 1996 pada tahap
perencanaan, instruktur berperan sebagai
manager
. Peran ini dilakukan dalam hal membuat rancangan kegiatan pembelajaran.
Zainuddin 2001
menambahkan bahwa
dalam rancangan
pembelajaran tersebut tujuan instruksionalnya harus jelas, isi dan urutan kegiatan terarah, relevan dengan tuntutan tugas profesi, dan
dirancang agar mahasiswa tidak mudah bosan. Pada tahap
commit to user pelaksanaan pembelajaran, instruktur berperan sebagai
fasilitator
dan
motivator. Fasilitator
yaitu menjadikan pelajaran lebih mudah, memberi penjelasan tentang strategi, aturan, prosedur, mekanik dan
peran. Peran sebagai
motivator
diperlukan karena mahasiswa kadang mengalami ketakutan ketika melakukan simulasi. Pada tahap evaluasi,
peran sebagai
evaluator
dilakukan untuk menilai keberhasilan pembelajaran.
Proses pembelajaran
skill laboratory
menurut Nurini, dkk 2002 bisa dilakukan dengan cara ; 1 Mahasiswa sebelum praktik
mempelajari teori yang berkaitan dengan ketrampilan yang akan dipelajari dan melihat demonstrasi yang diperagakan oleh instruktur
atau melihat
audio visual.
2 Mahasiswa berlatih dengan temannya mengenai prosedur yang sederhana dan tidak menimbulkan resiko. 3
Beberapa ketrampilan dilakukan pada
manekin
misalnya pemasangan kateter, pemasangan NGT, dan lain-lain. 4 Pada tingkat yang lebih
lanjut dapat dilakukan pada pasien simulasi yang telah didik sebelumnya. 5 Apabila memungkinkan mahasiswa dapat dihadapkan
pada pasien dengan keadaan yang tidak beresiko.
d.
Evaluasi
Skill Laboratory
Penilaian aspek ketrampilan lebih rumit dan subyektif bila dibandingkan dengan penilaian dalam aspek kognitif. Hal ini
dikarenakan penilaian ketrampilan memerlukan teknik pengamatan
commit to user dengan keterandalan yang tinggi terhadap dimensi yang akan diukur.
Bila tidak demikian maka unsur subyektivitas menjadi sangat dominan Taufiqurrahman, 2008.
Arikunto 1995 menjelaskan bahwa pengukuran ranah psikomotor dilakukan terhadap hasil-hasil belajar yang berupa
penampilan. Namun demikian pengukuran ranah ini disatukan atau dimulai dengan pengukuran ranah kognitif sekaligus. Instrumen yang
digunakan untuk mengukur ketrampilan biasanya berupa matrik. Bagian matrik yang ke bawah menyatakan perperincian aspek bagian
ketrampilan yang akan di ukur, ke kanan menunjukkan besarnya skor yang dapat dicapai.
Yanti dan Pertiwi 2008 menyatakan bahwa untuk menilai kompetensi klinik mahasiswa kesehatan, metode OSCA atau OSCE
Objective Structure Clinical Examination
saat ini merupakan suatu pilihan terbaik. Dikatakan
objektive
karena menggunakan tes objektif dengan seting nyata yang dihadapi dalam praktik klinik.
Structure
berarti menggunakan struktur tertentu secara konsisten dalam menyusun tes OSCE. Sedang
Clinical Examination
berarti yang dites adalah ketrampilan yang terkait dengan manajemen pasien klinik.
Keunggulan metode OSCE adalah lebih
valid, reliable
dan objektif di banding uji lisan, bisa melakukan evaluasi dengan jumlah peserta
yang lebih banyak dalam waktu yang lebih pendek serta serentak,
commit to user menguji ketrampilan yang lebih luas dan semua peserta diuji dengan
instrument yang sama. Evaluasi hasil belajar dalam pembelajaran ketrampilan lazimya
melalui observasi langsung dengan menggunakan daftar cek
check list
, skala nilai
rating scale
. Teknik observasi langsung memiliki keuntungan dapat memberikan umpan balik kepada mahasiswa dan
pengajar. Namun teknik ini juga memiliki kelemahan diantaranya : a pengamatan sesaat tidak akan mencerminkan perilaku keseluruhan
mahasiswa. b Subyektivitas pengamat berpengaruh terhadap hasil penilaian. Penilaian langsung akan lebih baik bila dilengkapi dengan
observasi tak
langsung melalui
uji lisan
atau kuesioner
Taufiqurrahman, 2008. Purwanto 2008 juga menjelaskan bahwa observasi merupakan
metode untuk menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati
individukelompok secara langsung. Cara tersebut dilakukan dengan pengamatan tentang apa yang benar-benar dilakukan individu dan
membuat pencatatan-pencatatan secara objektif mengenai apa yang di amati.
Yanti dan Pertiwi 2008 menjelaskan bahwa pelaksanaan penilaian ujian OSCE meliputi pengetahuan, ketrampilan dan sikap
yang dituangkan dalam
stasion-stasion
. Kelulusan OSCE didasarkan
commit to user pada kelulusan tiap
stasion.
Mahasiswa yang tidak lulus diberi kesempatan mengikuti ujian ulang pada
stasion
yang tidak lulus. Evaluasi pembelajaran
skill laboratory
dilakukan untuk menguji berbagai ketrampilan yang telah diajarkan dan mengetahui latar
belakang pengetahuan yang mendasari ketrampilan tersebut. Mahasiswa yang tidak lulus ujian
skill laboratory
, tidak diperkenankan melaksanakan pembelajaran praktik klinik Mahmoud,
2009.
B. PENELITIAN YANG TERKAIT
Penelitian sejenis pernah dilakukan oleh Yuningsih 2008 dengan judul Analisis pembelajaran Laboratorium Keperawatan di AKPER PKU
Muhammadyah Surakarta. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada lokasi penelitian beserta karakteristik peserta didik, metode pembelajaran,
kurikulum dan kompetensi, instruktur, sarana dan prasarana. Penelitian lainnya pernah dilakukan oleh Erindra Budi C 2009 dengan judul
Implementasi Pembelajaran
skill lab
di Fakultas Kedokteran UNS. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada pendidikan di Fakultas
Kedokteran UNS bersifat akademik dan profesi, sedangkan penelitian ini pendidikan diploma bersifat vokasional.
commit to user C.
KERANGKA BERFIKIR
Keterangan : diteliti
INPUT §
Mahasiswa §
Instruktur §
Sarana dan Prasarana
§ Kurikulum
dan Materi
PROSES
OUTPUT Skills Lab :
§ Perencanaan
§ Pelaksanaan
§ Evaluasi
Diskusi tutorial Kuliah
§ Kuliah
pengantar §
Kuliah Penunjang
§ Kuliah blok
Hasil Belajar
commit to user BAB III
METODE PENELITIAN
A. Bentuk Penelitian