Instansi Penyelenggaraan Pelayanan Publik

9. Pegawasan Intern Pengendalian yang dilakukan oleh pimpinan satuan kerja atau atasan langsung pelaksana. 10. Penanganan pengaduan, saran dan masukan Tata cara pelaksanaan penanganan pengaduan dan tindak lanjut 11. Jumlah pelaksana tersedianya pelaksana sesuai dengan beban kerja. 12. Jaminan pelayanan Memberikan kepastian pelayanan dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan 13. Jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan dalam bentuk komitmen untuk memberikan rasa aman, bebas dari bahaya, resiko keragu-raguan. 14. Evaluasi kinerja pelaksana penilaian untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan kegiatan sesuai dengan standar pelayanan. 55

C. Instansi Penyelenggaraan Pelayanan Publik

Pada dasarnya pelayanan publik merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk membantu atau memberi kemudahan kepada publik melalui penyediaan barang dan jasa yang diperlukan. Masyarakat sebagai pihak yang ingin memperoleh pelayanan tentunya mendambakan pelayaan yang baik dan memuaskan dari pemberipenyelenggara pelayanan publik. Penyelenggara pelayanan publik adalah instansi pemerintah. Instansi pemerintah adalah sebutan kolektif yang meliputi satuan kerja maupun satuan organisasi kementrian, serta Departemen Kesekretariatan Lembaga Tertinggi Negara dan Instansi Pemerintah lainnya, baik itu pusat maupun daerah serta didalamnya termasuk Badan Usaha Milik Negara, Badan Hukum Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah. Penyelenggara pelayanan publik yang selanjutnya disebut Penyelenggara adalah setiap institusi penyeleggara Negara, 55 Pasal 21 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik Universitas Sumatera Utara korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan publik. 56 Kegiatan pelayanan publik diselenggarakan oleh instansi pemerintah. Instansi pemerintah merupakan sebutan kolektif meliputi satuan kerja atau satuan orang kementrian, departemen, lembaga, pemerintahan non departemen, sebagai penerima pelayanan publik adalah orang, masyarakat, instasi pemerintah dan badan hukum kegiatan pelayanan publik adalah orang, masyarakat, instansi pemerintah dan badan hukum kegiatan pelayanan publik atau disebut juga dengan pelayanan umum, yang biasanya menempel ditubuh lembaga pemerintah dinilai kurang dapat memenuhi tugasnya sesuai dengan harapan masyarakat, sebagai konsumen mereka. Salah satu yang dianggap sebagai biang keladinya adalah bentuk orang birokrasi, sehingga birokrasi seperti dikemukakan oleh Ahmad Batinggi adalah: “Merupakan tipe dari orang yang dimaksudkan untuk mencapai tugas-tugas administrasi yang besar dengan cara mengkoordinir secara sistematis teratur pekerjaan dari banyak orang”. 57 1. Penyelenggara pelayanan publik Primer, yaitu pemerintah memegang kekuasaan penuh dalam menyelenggarakan pelayanan publik dibidang-bidang tertentu yang tidak bisa diserahkan kepada pihak lain seperti KTP, KK, SIM dan lain sebagainya. Penyelenggara pelayanan publik itu sendiri adalah setiap institusi penyelenggara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik. Penyelenggaraan pelayanan publik juga dibagi atas dua bentuk yaitu : 2. Penyelenggara pelayanan publik Sekunder, yaitu penyelenggaraan pelayanan publik tersebut dapat diserahkan kepada pihak lain sesuai dengan peraturan yang berlaku seperti transportasi, komunikasi dan lain sebagainya. Penyelenggaraan pelayanan publik harus 56 Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik 57 Ahmad Batinggi, Manajerial Pelayanan Umum, Jakarta: Universitas Terbuka, 1999, hal 53 Universitas Sumatera Utara benar-benar dapat mengakomodasi semua kebutuhan masyarakat dan memberikan pelayanan yang baik serta bertanggung jawab. Pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan publik yang utama seharusnya dapat memberikan pelayanan publik yang tidak berbelit-belit, transparan, serta akuntabel. Namun pemerintah yang memegang hak untuk menguasai seluruh penyelenggaraan pelayanan publik primer tersebut malah memberikan pelayanan yang buruk kepada masyarakat yang membutuhkan pelayanan primer tersebut. Hal ini terbukti dari laporan masyarakat yang merasa selalu dipersulit dan mendapatkan pelayanan yang buruk dari para pelayan publik di instansi terkait. Padahal kualitas pelayanan publik yang diberikan merupakan suatu hal yang wajib diperhatikan oleh setiap penyelenggara pelayanan agar tujuan dari pelaksanaan pelayanan publik yang diberikan merupakan suatu hal yang wajib diperhatikan oleh setiap penyelenggara pelayanan agar tujuan dari pelaksanaan pelayanan publik yaitu mensejahterakan masyarakat dapat tercapai. Dan kualitas pelayanan publik tersebut dapat diukur dari kepuasan pelayanan. Maka dari itu dibutuhkan suatu sistem yang menjadikan masyarakat sebagai pusat sentral pelayanan yaitu dengan menerapkan sistem Chitizen Charter. Dengan diberlakuknnya Chitizen Charter maka kepentingan pelangganmasyarakat menjadi perhatian utama dalam proses penyelenggaraan pelayanan publik. 58 Dewasa ini penyelenggaraan pelayanan publik di Indonesia masih dihadapkan pada kondisi dan fakta yang belum sesuai dengan kebutuhan serta perubahan diberbagai bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Jika dicermati secara seksama ini bisa disebabkan oleh ketidak siapan aparatur pemeritah didalam menanggapi terjadinya transformasi nilai yang berdimensi luas serta rendahnya kesadaran hukum pejabat hukum, juga disebabkan dampak dari berbagai masalah pembangunan yang kompleks. Sementara itu 58 http:ikatanudaunikabupatensolok.blogspot.com201105reformasi-birokrasi-dalam-pelayanan.html, diakses tanggal 30 November 2016 Universitas Sumatera Utara tatanan baru masyarakat Indonesia dihadapkan pada suatu harapan bahkan desakan serta tatanan global yang dipicu oleh kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, informasi, komunikasi, transportasi, investasi, mobilitas masyarakat dan perdagangan. Kondisi dan perubahan cepat yang diikuti pergeseran nilai yang tidak cepat ditanggapi atau disigapi secara bijak oleh para pelaku pelayanan publik mengakibatkan masyarakat kecewa didalam berbagai aspek kebutuhan pelayanan dibidang pembanguan, padahal kita perlu membangun kepercayaan masyarakat guna mewujudkan cita-cita dan pembangunan nasional berbasis hukum dan keadilan. 59 Instasi sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan dasar dan hak sipil setiap warga Negara atas barang publik, jasa publik, dan pelayanan administratif, telah gagal menempatkan dirinya menjadi institusi yang bisa melindungi dan memperjuangkan kebutuhan dan kepentingan publik. 60 Karena pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah instasi dan dijalankan oleh aparat birokrasi cenderung mempunyai prosedur yang panjang dan kompleks, banyak keluhan dari warga terhadap berbelit-belitnya prosedur pelayanan, ketidak pastian waktu dan biaya serta perlakuan petugas pelayanan yang tidak simpatik, namun mereka cenderung tidak berdaya karena tidak ada mekanisme dan tempat menyampaikan keluhan. 61 Maka dari itu penyelenggara berkewajiban melaksanakan evaluasi terhadap kinerja Pelaksana dilingkungan organisasi secara berkala dan berkelanjutan. 62 Berdasarkan hasil evaluasi, Penyelenggara berkewajiban melakukan upaya peningkatan kapasitas Pelaksana. 63 59 Nomensen Sinamo, Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Penerbit jala Permata Aksara, 2015, hal 70 60 Agus Dwiyanto, Op.Cit, hal 3 Penyelenggara berkewajiban melakukan penyeleksian dan promosi Pelaksana secara 61 Fikrya Priadi, “Reformasi Kelembagaan Pelayanan Publik”. http:fikryapriadi.blogspot.com201105reformasi-kelembagaan-pelayanan-publik.html, diakses tanggal 30 November 2016 62 Pasal 10 ayat 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik 63 Pasal 10 ayat 2 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik Universitas Sumatera Utara transparan, tidak diskriminatif dan adil sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 64 Penyelenggara wajib memberikan penghargaan kepada pelaksana yang memiliki prestasi kerja. 65 Penyelenggara wajib memberikan hukuman kepada pelaksana yang melakukan pelanggaran ketentuan internal penyelenggara. 66 Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme pemberian penghargaan dan hukum ditentukan oleh Penyelenggara. 67 1. Faktor aturan yang menjadi landasan kerja pelayanan Dalam pelayanan publik pemerintah Indonesia terdapat beberapa faktor pendukung yang penting diantaranya: 2. Faktor organisasi yang merupakan alat serta sistem yang memungkinkan berjalannya mekanisme kegiatan pelayanan 3. Faktor pendapatan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup minimum 4. Faktor keterampilan petugas 5. Faktor sarana dalam pelasanaan tugas pelayanan. 6. Faktor kesadaran pejabat serta petugas yang berkecimpung didalam pelayanan publik. 68 Penyelenggara dan pelaksana berkewajiban mengelola sarana, prasarana danatau fasilitas pelayanan secara efektif, efisien, transparan, akuntabel dan berkesinambungan serta bertanggung jawab terhadap pemeliharaan danatau penggantian sarana, prasarana danatau fasilitas pelayanan publik. 69 64 Pasal 11 ayat 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik 65 Pasal 11 ayat 2 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik 66 Pasal 11 ayat 3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik 67 Pasal 11 ayat 4 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik 68 Agus Dwiyanto, Op.Cit, hal 88 69 Pasal 25 ayat 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik Penyelenggara dilarang memberikan izin danatau membiarkan pihak lain menggunakan sarana, prasarana, danatau fasilitas pelayanan publik yang mengakibatkan sarana, prasaran danatau fasilitas pelayanan publik tidak berfungsi atau tidak Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peruntukannya. 70 Penyelenggaraan yang bermaksud melakukan perbaikan sarana, prasarana, danatau fasilitas pelayanan publik wajib mengumumkan dan mencantumkan batas waktu penyelesaian pekerjaan secara jelas dan terbuka. 71 Kerja sama antar penyelenggara meliputi kegiatan yang berkaitan dengan teknis operasional pelayanan danatau pendukung pelayanan. 72 Dalam hal Penyelenggaraan yang memiliki lingkup kewenangan dan tugas pelayanan publik tidak dapat dilakukan sendiri karena keterbatasan sumber daya danatau dalam keadaan darurat, Penyelenggara dapat meminta bantuan kepada Penyelenggara lain yang mempunyai kapasitas memadai. 73 Dalam keadaan darurat, permintan penyelenggara lain wajib dipenuhi oleh penyelenggara pemberi bantuan sesuai dengan tugas dan fungsi organisasi penyelenggara yang bersangkutan berdasarkan peraturaan perundang-undangan. 74 Penyelenggara memiliki hak yaitu memberikan pelayanan tanpa dihambat pihak lain yang bukan tugasnya, melakukan kerja sama, mempunyai anggaran pembiayaan penyelenggaraan pelayanan publik, melakukan pembelaan terhadap pengaduan dan tuntutan yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam penyelenggaraan pelayanan publik, dan menolak permintaan pelayanan yang bertentangan dengan perturan perundang-undangan. 75 70 Pasal 26 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik 71 Pasal 28 ayat 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik 72 Pasal 12 ayat 2 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik 73 Pasal 12 ayat 3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik 74 Pasal 12 ayat 2 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik 75 Pasal 14 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik Penyelenggara berkewajiban yakni menyusun dan menetapkan standar pelayanan, menyusun, menetapkan dan mempublikasikan maklumat pelayanan, menempatkan pelaksana yang kompeten, menyediakan sarana, prasarana danatau fasilitas pelayanan publik yang mendukung terciptanya iklim pelayanan yang memadai, memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan asas memadai, memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan asas penyelenggaraan pelayanan publik, melaksanakan pelayanan, berpartisipasi aktif Universitas Sumatera Utara dan mematuhi peraturan perundang-undangan yang terkait dengan penyelenggaraan pelayanan publik, memberikan pertanggung jawaban terhadap pelayanan yang diselenggarakan, membantu masyarakat dalam memahami hak dan tanggung jawabnya, bertanggung jawab dalam pengelolaan organisasi penyelenggara pelayanan publik, memberikan pertanggung jawaban sesuai dengan hukum yang berlaku apabila mengundurkan diri atau melepaskan tanggung jawab atas posisi atau jabatan dan memenuhi panggilan atau mewakili organisasi untuk hadir atau melaksanakan perintah suatu tindakan hukum atas permintaan pejabat yang berwenang dari lembaga Negara atau instansi pemerintah yang berhak, berwenang dan sah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 76 Perbaikan sarana, prasarana danatau fasilitas pelayanan publik dilarang mengakibatkan terhentinnya kegiatan pelayanan publik. 77 Pengumuman oleh Penyelenggara harus dilakukan selambat-lambatnya 30 tiga puluh dari kalender sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai dengan memasang tanda yang memuat nama kegiatan, nama dan alamat penanggung jawab, waktu kegiatan, alamat pengaduan berupa nomor telepon, nomor tujuan pesan layanan singkat short massage service sms, laman website, pos-el email dan kotak pengaduan. 78 Penyelenggara dan pelaksana yang tidak melakukan kewajiban dinyatakan telah melakukan kelalaian. 79 Penyelenggara berkewajiban memberikan pelayanan dengan perlakuan khusus kepada anggota masyarakat tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 80 Sarana, prasarana danatau fasilitas pelayanan publik dengan perlakuan khusus dilarang digunakan oleh orang-orang yang tidak berhak. 81 76 Pasal 15 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik 77 Pasal 28 ayat 2 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik 78 Pasal 28 ayat 3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik 79 Pasal 28 ayat 4 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik 80 Pasal 29 ayat 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik 81 Pasal 29 ayat 2 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik Penyelenggara dapat menyediakan pelayanan berjenjang secara transparan, akuntabel dan sesuai dengan standar pelayanan serta peraturan Universitas Sumatera Utara perundang-undangan. 82 Pelayanan berjenjang harus mematuhi ketentuan tentang proporsi akses dan pelayanan kepada kelompok masyarakat berdasarkan asas persamaan perlakuan, keterbukaan, serta keterjangkauan masyarakat. 83 Penyelenggara berhak mendapatkan alokasi anggaran dengan tingkat kebutuhan pelayanan. 84 Selain alokasi anggaran penyelenggaraan dapat memperoleh anggaran dari pendapatan hasil pelayanan publik. 85 Dalam hal penyelenggaraan pelayanan publik dilakukan oleh institusi penyelenggara Negara dan lembaga independen yang dibentuk berdasarkan undang-undang, Negara wajib mengalokasikan anggaran yang memadai melalui annggaran pendapatan dan belanja Negara atau anggaran pendapatan dan belanja daerah. 86 Korporasi danatau badan hukum yang menyelenggarakan pelayanan publik wajib mengalokasikan anggaran yang memadai secara proporsional untuk peningkatan kualitas pelayanan publik. Penyelenggara dilarang membiayai kegiatan lain dengan menggunakan alokasi anggaran yang diperuntukkan pelayanan publik. 87 Peran pemerintah dalam sektor publik lebih dominan dari pada sektor swasta. Oleh karena itu fungsi-fungsi yang dijalankan oleh pemerintah itu sebagian besar diantaranya secara langsung atau tidak menyangkut pelayanan publik, maka dengan sendirinya distribusi atas paket-paket pelayanan yang disediakan oleh pemerintah itu pada umumnya akan dilakukan melalui struktur dan mesin birokrasi pemerintah. 88 82 Pasal 30 ayat 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik 83 Pasal 30 ayat 2 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik 84 Pasal 32 ayat 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik 85 Pasal 32 ayat 2 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik 86 Pasal 32 ayat 3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik 87 Pasal 32 ayat 4 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik 88 Sampara Lukman. Manajemen Kualitas Pelayanan. Jakarta: Penerbit STIA LAN Press, 2000, hal 14 Dalam keadaan demikian maka penyediaan biaya alokasi pelayanan publik itu mau tidak mau sepenuhnya akan dikontrol oleh instasi pemerintah. Atas dasar itu maka secara tak terelakkan birokrasi pemerintah Universitas Sumatera Utara biasanya akan merupakan a single agency yang memainkan peran kunci dalam memberikan pelayanan sekaligus mengevaluasi efektivitas kinerja sendiri. 89 Penyelenggara berkewajiban menyediakan sarana pengaduan dan menugaskan Pelaksanaan yang kompeten dalam pengelolaan pengaduaan. 90 Penyelenggara berkewajiban menyusun mekanisme pengelolaan pengaduan dari penerima pelayanan dengan mengedepankan asas penyelesaian yang cepat dan tuntas. 91 Penyelenggara berkewajiban melakukan penilaian kinerja penyelenggaraan pelayanan publik secara berkala. 92 Penyelenggara wajib memeriksa pengaduan dari masyarakat mengenai pelayanan publik yang diselenggarakan. 93 Penyelenggara wajib memutuskan hasil pemeriksaan pengaduan paling lambat 60 enam puluh hari sejak berkas pengaduan dinyatakan lengkap. 94 89 http:artasimamora.blogspot.compdasar-dasarpelayanan-instansi.html, diakses tanggal 1 Desember 2016 90 Pasal 36 ayat 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik 91 Pasal 37 ayat 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik 92 Pasal 38 ayat 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik 93 Pasal 47 ayat 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik 94 Pasal 50 ayat 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah