Gerakan Reformasi Protestan oleh Martin Luther

kemungkinan menjadi guru besar pada kursus Artes dengan tidak melanjutkan studi sendiri dalam mata kuliah tertentu hanya menghasilkan penghidupan yang melarat. Selain itu, ia tidak mungkin menjadi seorang teolog. Sebab jika demikian, Martin tidak dapat menikah. Justru wanita kaya, yang telah disediakan oleh ayahnya, harus membuka jalan baginya ke dalam istana salah satu raja. Sebgai ahli hukum, sudah tentu ia akan berhasil memperoleh kemajuan dalam pekerjaannya. Namun, pada bulan-bulan liburan sebelum kuliah hukum di mulai, tampak ada sesuatu yang tidak beres. Ada kemuraman meliputi wajah magister muda itu. Apakah kematian salah seorang temannya yang tiba-tiba itu menyebabkan ia begitu murung? Tetapi ia sendiri member alas an lain: ketakutan karena dosa- dosanya dan rasa takut menghadapi pengadilan terakhir. Kita tidak tahu sudah berapa lama ia melakukan atau menghalaukan pergumulan rohani itu. Yang pasti, dalam lubuk hatinya, ia sangat gelisah. Semenjak kecil ia sudah belajar bahwa Kristus telah member silihan atas dosa-dosa kita dengan pengorbanan-Nya di kayu salib. Namun, ia juga telah belajar bahwa walaupun begitu, Ia, Hakim Kekal itu, menuntut silihan dari orang-orang Kristen yang hidup dalam dosa. Sebab tanpa silihan itu mereka tidak dapat berdiri di hadapan-Nya. Bahwa Kristus adalah adil, ia pun tahu. Bahwa ia sendiri adalah seorang berdosa, ia juga tahu. Ia takut dengan maut dan hukuman di neraka.

2.2 Gerakan Reformasi Protestan oleh Martin Luther

Akibat terlalu berkuasanya Gereja dalam di abad pertengahan, menjadikan banyaknya petinggi-petinggi Gereja yang melakukan penyimpangan kekuasaan untuk meraup keuntungan tersendiri. Diantara penyimpangan itu adalah banyaknya pemuka Katolik memperoleh posisi keagamaan melalui cara yang tidak etis dan amoral, Paus yang berperilaku amoral menyangkut hubungan dengan wanita seperti yang terjadi dalam kasus Alexander VI, penjualan surat- surat pengampunan dosa Indulgencies, dan penyimpangan terhadap acara Universitas Sumatera Utara sakramen Gereja. Kaum agamawan telah berubah menjadi tiran, menjadi politikus-politikus professional, dan menjadi diktator-diktator yang berkedok inklerius, kepastoran, komuni, termasuk bursa penebusan dosa pengampunan dosa. 34 Keberatan Luther terhadap beberapa ajaran gereja saat itu sebenarnya sudah mulai sejak dia mengerti doktrin anugerah sekitar akhir 1514. Dalam risalah kuliahnya setelah tahun 1515, Luther mulai menyoroti kesalahan ajaran seperti konsep orang kudus dan Paus sebagai perantara. Namun kritik Luther ini hanya berkutat sejauh dinding kampus. Sampai tibalah hari yang monumental itu, ketika Luther memakukan Peristiwa pemicu reformasi adalah penjualan surat penghapusan siksa aflat di Jerman oleh Johann Tetzel. Kritik Luther terhadap penyimpangan Gereja dimulai ketika ia mengeluarkan doktrin Justification by faith. Doktrin ini berisikan 95 pernyataan protes kepada gereja dan lembaga kepausan yang telah menyelewengkan kekuasaannya dengan membuka bursa penebusan dosa dalam bentuk surat pengampunan dosa. 95 dalil di pintu gereja Wittenberg pada tanggal 31 Oktober 1517. Tanggal bersejarah yang kini dirayakan sebagai Hari Reformasi. Pemakuan 95 dalil merupakan reaksi Luther atas penjualan surat pengampunan dosa indulgensi yang berlangsung di hampir seluruh daratan Eropa. Penjualan surat ini atas amanat Paus Leo X 1475-1521, berkuasa sejak 1513. Dia adalah seorang Paus yang begitu fanatik dengan segala yang berbau seni Renaisans. Ambisinya adalah membangun basilika Santo Petrus dengan arsitektur ala Renaisans yang mewah dan mengisinya dengan aneka barang seni kelas tinggi. Sayangnya, keuangan gereja yang morat marit tidak melapangkan ambisinya itu. Untuk menggalang dana yang dibutuhkan, dia memerintahkan penjualan surat pengampunan dosa secara luas dan intensif. Berikut 95 Doktrindalil yang di keluarkan Martin Luther tersebut : 34 A. Najiyulloh, Gerakan Pemikiran dan Keagamaan Akar ideologis dan penyebarannya, Jakarta Timur: Al-I’tishom Cahaya Umat, 1993, hal 281 Universitas Sumatera Utara 1. Tuhan dan Guru kita Yesus Kristus, ketika Ia mengucapkan Bertobatlah, dan seterusnya, menyatakan bahwa seluruh hidup orang-orang yang percaya harus diwarnai dengan pertobatan. 2. Kata ini tidak boleh dimengerti mengacu kepada hukuman sakramental; maksudnya, berkaitan dengan proses pengakuan dan pelepasan dosa, yang diberikan oleh imam-imam yang dilakukan di bawah pelayanan imam-imam. 3. Dan, pertobatan tidak hanya mengacu pada penyesalan batiniah; tidak, penyesalan batiniah semacam itu tidak ada artinya, kecuali secara lahiriah menghasilkan pendisiplinan diri terhadap keinginan daging. 4. Jadi, hukuman itu terus berlanjut selama ada kebencian pada diri sendiri - maksudnya, penyesalan batin yang sejati berlanjut: yaitu, sampai kita masuk ke dalam kerajaan surga. 5. Paus tidak memiliki kekuatan maupun kuasa untuk mengampuni kesalahan apa pun, kecuali yang telah ia diberikan dengan otoritasnya sendiri, atau oleh peraturan. 6. Paus tidak memiliki kuasa untuk mengampuni dosa apa pun, kecuali dengan menyatakan dan menjaminnya te1ah diampuni Allah; atau setidaknya ia dapat memberikan pengampunan pada kasus-kasus yang menjadi tanggung jawabnya, da1am kasus tersebut, jika kuasanya diremehkan, kesalahan akan tetap ada. 7. Allah tidak pernah mengampuni dosa apa pun, tanpa pada saat yang sama Dia menundukkan diri manusia itu, merendahkan diri da1am sega1a sesuatu, kepada otoritas imam, wakilnya. 8. Peraturan pengakuan dosa hanya dikenakan pada orang yang hidup dan tidak seharusnya dikenakan pada orang yang mati; menurut peraturan tersebut. 9. Oleh karena itu Roh Kudus berkarya da1am diri Paus me1akukan hal yang baik bagi kita, sejauh da1am keputusannya, Paus se1a1u membuat perkecualian terhadap aturan ten tang kematian dan nasib seseorang. 10. Imam-imam bertindak salah dan tanpa pengetahuan,jika dalam kasus orang yang sekarat, mengganti hukuman kanonik dengan api penyucian. Universitas Sumatera Utara 11. Benih ilalang tentang mengubah hukuman kanonik menjadi hukuman di api penyucian tampaknya tentu saja telah ditaburkan sementara para uskup tertidur. 12. Pada mulanya, hukuman kanonik dikenakan bukan sesudah, melainkan sebe1um pengampunan, sebagai ujian untuk pertobatan mendalam yang sejati. 13. Orang yang sekarat melunasi semua hukuman dengan kematian, dianggap sudah mati sesuai hukum kanon dan mendapat hak dilepaskan dari hukum kanon. 14. Kebaikan atau kasih yang tidak sempurna dari orang yang sekarat pasti menyebabkan ketakutan yang besar; dan makin sedikit kebaikan atau kasihnya, makin besar ketakutan yang diakibatkannya. 15. Rasa takut dan ngeri tersebut sudah cukup bagi dirinya sendiri, tanpa berbicara hal-hal lain, tanpa ditambah penderitaan di api penyucian karena hal itu sangat de kat dengan kengerian keputusasaan. 16. Neraka, api penyucian, dan surga tampak berbeda seperti halnya keputusasaan, hampir putus asa, dan kedamaian pikiran itu berbeda. 17. Jiwa da1am api penyucian, tampaknya harus seperti ini: saat kengerian menghilang, kasih meningkat. 18. Namun, hal itu tampaknya tidak terbukti dengan penalaran apa pun atau ayat Alkitab mana pun, api penyucian berada di luar kebaikan seseorang atau meningkatnya kasih. 19. Hal itu juga tidak terbukti; bahwa jiwa dalam api penyucian yakin dan mantap dengan berkat mereka sendiri; mereka semua, bahkan jika kita bisa sangat yakin dengan hal tersebut. 20. Oleh karena itu Paus, ketika ia berbicara ten tang pengampunan sepenuhnya dari semua hukuman, itu bukan sekadar bermakna semua dosa, melainkan hanya hukuman yang ia jatuhkan sendiri. Universitas Sumatera Utara 21. Jadi, para pengkhotbah pengampunan dosa, yang berkata bahwa dengan surat pengampunan dosa dari Paus, seseorang dibebaskan dan diselamatkan dari semua hukuman, melakukan kesalahan. 22. Sebab sesungguhnya ia tidak menghapuskan hukuman, yang harus mereka bayar dalam kehidupan sesuai dengan peraturan, bagi jiwa-jiwa di api penyucian. 23. Jika pengampunan sepenuhnya bagi semua hukuman bisa diberikan kepada seseorang, sudah tentu tidak akan diberikan kepada seorang pun kecuali orang yang paling sempurna - yaitu, kepada sangat sedikit orang. 24. Oleh karena itu sebagian besar orang pasti tertipu dengan janji pembebasan dari hukuman yang bersifat tidak pandang bulu dan sangat manis itu. 25. Kekuasaan seperti itu dimiliki Paus atas api penyucian secara umum, seperti halnya dimiliki setiap uskup di keuskupannya dan setiap imam di jemaatnya sendiri, secara khusus. 26. Paus bertindak dengan benar dengan memberikan pengampunan dosa kepada jiwa-jiwa, bukan dengan kekuasaan kunci-kunci yang tak ada gunanya dalam hal ini, meLainkan dengan doa syafaat. 27. Orang yang berkata bahwa jiwa seseorang terlepas dari api penyucian segera setelah uang dimasukkan ke dalam peti yang menimbulkan bunyi gemerencing, berkhotbah dengan gila. 28. Sudah tentu, ketika uang yang dimasukkan dalam peti menimbulkan bunyi gemerencing, ketamakan, dan keuntungan mungkin meningkat, tetapi doa syafaat gereja tergantung pada kehendak Allah semata-mata. 29. Siapa tahu apakah semua jiwa di api penyucian ingin dibebaskan darinya atau tidak, sesuai dengan cerita yang dikisahkan tentang Santo Severinus dan Paschal? 30. Tidak ada seorang pun yang yakin tentang realita perasaan berdosanya sendiri, terlebih-lebih pencapaian pengampunan dosa seluruhnya. Universitas Sumatera Utara 31. Seperti halnya petobat sejati itu jarang, demikian juga orang yang sungguh-sungguh membeli surat pengampunan dosa itu jarang - maksudnya, sangat jarang. 32. Orang yang percaya bahwa, melalui surat pengampunan dosa, mereka dijamin mendapatkan keselamatan mereka, akan dihukum secara kekal bersama dengan guru-guru mereka. 33. Kita harus secara khusus berhati-hati terhadap orang yang berkata bahwa surat pengampunan dari Paus ini merupakan karunia Allah yang tak ternilai harganya, yang menyebabkan seseorang diperdamaikan dengan Allah. 34. Sebab kasih karunia yang disalurkan melalui pengampunan ini hanya berkaitan dengan hukuman untuk memenuhi hal-hal yang bersifat sakramen, yang ditentukan oleh manusia. 35. Orang yang mengajar bahwa penyesalan yang mendalam itu tidak diperlukan oleh orang-orang yang membeli jiwa-jiwa keluar dari api penyucian atau membeli lisensi pengakuan, tidak mengkhotbahkan doktrin Kristen. 36. Setiap orang Kristen yang merasakan penyesalan yang sejati akan mendapatkan pengampunan dosa seluruhnya yang sejati dari penderitaan dan rasa bersalah, bahkan meskipun tanpa surat pengampunan dosa. 37. Setiap orang Kristen sejati, entah yang hidup atau yang mati, mendapatkan bagian dalam semua berkat Kristus dan gereja yang diberikan kepadanya oleh Allah meskipun tanpa surat pengampunan dosa. 38. Namun, pengampunan dosa, yang dilakukan oleh Paus, tidak boleh dipandang rendah dengan cara apa pun sebab pengampunan, seperti saya katakan, merupakan pernyataan pengampunan dosa dari Allah. 39. Menekankan dampak pengampunan dosa yang besar dan pada saat yang sama menekankan pentingnya penyesalan yang sejati di mata orang-orang, merupakan hal yang paling sulit, bahkan juga untuk teolog yang paling terpelajar sekalipun. Universitas Sumatera Utara 40. Penyesalan yang sejati mendambakan dan mencintai hukuman, sementara hadiah pengampunan dosa menjadikannya lega dan membuat manusia membencinya, atau paling tidak memberikan kesempatan bagi mereka untuk membencinya. 41. Pengampunan dosa apostolikharus dinyatakan dengan penuh hati-hati,jika tidak, orang-orang secara salah akan menduga hal itu diletakkan pada perbuatan baik kasih lainnya. 42. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa Paus tidak pernah berpikir bahwa pembelian surat pengampunan dosa dalam cara apa pun bisa dibandingkan dengan karya kasih karunia. 43. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa orang yang memberi kepada orang miskin, atau memberi pinjaman kepada orang yang kekurangan, berbuat lebih baik daripada jika ia membeli surat pengampunan dosa. 44. Karena, me1alui kasih, kasih meningkat, dan manusia menjadi lebih baik; sementara melalui surat pengampunan dosa, ia tidak menjadi lebih baik, tetapi hanya lebih bebas dari hukuman. 45. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa orang yang memandang seseorang yang kekurangan dan melewatinya, memberikan uang untuk mendapatkan pengampunan dosa, tidak sedang membeli surat pengampunan dosa dari Paus untuk dirinya sendiri, tetapi murka Allah. 46. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa, kecuali mereka memiliki kekayaan yang berlimpah, mereka terikat untuk melakukan hal yang perlu untuk dipakai bagi keperluan rumah tangga mereka sendiri dan dengan cara apa pun tidak boleh menghamburkannya untuk mendapatkan surat pengampunan. 47. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa, meskipun mereka bebas untuk membeli surat pengampunan dosa, mereka tidak diwajibkan untuk melakukannya. 48. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa Paus, dalam memberikan pengampunan, memiliki kebutuhan lebih banyak dan keinginan lebih banyak Universitas Sumatera Utara agar doa yang tekun dinaikkan baginya, daripada uang yang sudah siap untuk dibayarkan. 49. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa pengampunan dari Paus itu berguna,jika mereka tidak meletakkan kepercayaan mereka penyucian; tetapi paling berbahaya, jika melaluinya mereka kehilangan rasa takut mereka kepada Allah. 50. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa,jika Paus mengetahui tuntutan para pengkhotbah pengampunan dosa, ia akan lebih menyukai jika Basilika St. Petrus dibakar sampai menjadi abu, daripada dibangun dengan kulit, daging, dan tulang domba-dombanya. 51. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa, seperti halnya merupakan kewajiban, demikian juga itu merupakan harapan Paus yang jika perlu menjual Basilika St. Petrus dan memberikan uangnya sendiri kepada banyak orang, yang darinya para pengkhotbah pengampunan dosa menarik uang. 52. Sia-sialah harapan untuk mendapatkan keselamatan melalui surat-surat pengampunan dosa, bahkan sekalipun itu komisaris, tidak, bahkan Paus sendiri - harus menjanjikan jiwanya sendiri bagi mereka. 53. Orang yang, demi memberitakan pengampunan dosa, mengutuk firrnan Allah untuk meredakan ketenangan di gereja lainnya, adalah musuh Kristus dan Paus. 54. Kesalahan dilakukan terhadap firman Allah jika, dalam khotbah yang sama, waktu yang sama atau lebih lama dihabiskan untuk membahas surat pengampunan daripada untuk membahas firman Allah. 55. Menurut pikiran Paus jika surat pengampunan, yang merupakan masalah yang sangat kecil, dirayakan dengan satu bel, satu prosesi, dan satu seremoni; Injil, yang merupakan masalah yang sangat besar, seharusnya diberitakan dengan ratusan bel, ratusan prosesi, dan ratusan seremoni. 56. Kekayaan gereja yang menyebabkan Paus mengeluarkan surat pengampunan dosa, tidak cukup didiskusikan atau dikenal di antara umat Kristus. Universitas Sumatera Utara 57. Tampak jelas bahwa kekayaan tersebut bukanlah kekayaan semen tara; sebab kekayaan tersebut tidak untuk dibagikan secara gratis, tetapi hanya ditimbun oleh banyak pengkhotbah surat pengampunan dosa. 58. Kekayaan itu juga bukan kebaikan Kristus dan para Rasul; sebab tanpa peran Paus, kebaikan selalu menghasilkan kasih karunia kepada manusia rohani; dan salib, kematian, dan neraka bagi manusia lahiriah. 59. St. Lawrence berkata bahwa harta benda gereja adalah orang-orang miskin di gereja, tetapi ia berbicara menurut penggunaan kata itu pada zamannya. 60. Kami tidak tergesa-gesa berbicara jika kami berkata bahwa kunci gereja, yang diserahkan melalui kebaikan Kristus, adalah kekayaan itu. 61. Sangat jelas bahwa kuasa Paus pada hakikatnya sudah memadai untuk mengampuni hukuman dan kasus-kasus yang khusus diberikan padanya. 62. Kekayaan gereja yang sejati adalah Injil Kudus dari kemuliaan dan kasih karunia Allah. 63. Namun, kekayaan itu paling dibenci karena membuat orang yang pertama menjadi yang terkemudian. 64. Sementara kekayaan surat pengampunan dosa paling diterima karena membuat yang terakhir menjadi yang pertama. 65. Oleh karena itu kekayaan Injil adalah jala, yang pada mulanya digunakan untuk menjala orang kaya. 66. Kekayaan surat pengampunan dosa adalah jala yang sekarang digunakan untuk menjala kekayaan orang. 67. Surat pengampunan dosa, yang dipromosikan secara jelas oleh para pengkhotbah sebagai kasih karunia terbesar, dipandang sungguh-sungguh seperti itu sepanjang berkaitan dengan meningkatnya keuntungan. 68. Namun, dalam kenyataan, surat itu tidak berarti apa-apa jika dibandingkan dengan kasih karunia Allah dan kesalehan karena salib. 69. Uskup dan imam terikat untuk menerima komisaris kepausan yang mengurusi surat pengampunan dengan segala kehormatannya. 70. Namun, mereka masih terikat untuk melihatnya dengan segenap mata Universitas Sumatera Utara mereka dan memerhatikan dengan segenap telinga mereka supaya orang-orang ini tidak mengkhotbahkan keinginan mereka sendiri, namun mengkhotbahkan apa yang diperintahkan oleh Paus. 71. Biarlah orang yang berbicara menentang kebenaran surat pengampunan dosa Paus terkucil dan terkutuk. 72. Namun, pada sisi lain, orang yang mengeluarkan segenap kemampuannya untuk menentang hawa nafsu dan penye1ewengan kebebasan para pengkhotbah pengampunan, biarlah ia diberkati. 73. Seperti halnya Paus secara adil menghardik orang yang menggunakan berbagai cara untuk merusak perdagangan surat pengampunan. 74. Terlebih-lebih jika ia menghardik orang yang, dengan dalih surat pengampunan, menggunakannya sebagai alasan untuk merusak kasih kudus dan kebenaran. 75. Berpikir bahwa sur at pengampunan Paus memiliki kuasa sedemikian sehingga mereka bisa membebaskan manusia bahkan jika - meskipun itu tidak mungkin - ia telah bersalah kepada Bunda Allah, merupakan kegilaan. 76. Sebaliknya, kami meneguhkan bahwa surat pengampunan Paus tidak bisa menghapuskan dosa paling remeh sekalipun, sepanjang hal itu terkait dengan kesalahannya. 77. Ungkapan yang mengatakan bahwa seandainya St. Petrus menjadi Paus sekarang, ia tidak bisa memberikan kasih karunia yang lebih besar, merupakan penghujatan kepada St. Petrus dan Paus. 78. Kami sebaliknya meneguhkan bahwa Paus saat ini atau Paus lain mana pun memiliki kasih karunia yang lebih besar yang dapat digunakan menurut kehendaknya - yaitu, InjiI, kuasa, karunia kesembuhan, dan sebagaimana tertulis 1 Korintus XII.9. 79. Mengatakan bahwa salib yang dihiasi panji-panji kepausan merniliki kuasa yang sama dengan salib Kristus, merupakan penghujatan. 80. Uskup, imam, dan teolog yang mengizinkan khotbah semacam itu beredar di antara umat, harus memberikan pertanggung-jawaban. Universitas Sumatera Utara 81. Khotbah mengenai surat pengampunan dosa yang tidak terkontrol ini bukanlah hal yang mudah, bahkan juga bagi orang terpelajar, tidak bisa menyelamatkan Paus dari fitnah, atau, dalam semua peristiwa, pertanyaan kritis kaum awam. 82. Misalnya: Mengapa Paus tidak mengosongkan api penyucian demi kasih yang paling kudus, dan kebutuhan jiwa yang mendesak - ini menjadi yang paling benar dari semua alasan - jika ia menebus jumlah jiwa yang tidak terbatas demi hal yang paling hina, uang, untuk digunakan membangun Basilika - ini menjadi alasan yang paling sepele? 83. Sekali lagi: Mengapa misa penguburan dan misa peringatan hari kematian masih berlanjut, dan mengapa Paus tidak mengembalikan, atau mengizinkan penarikan dana yang diwariskan untuk tujuan ini; karena hal ini merupakan kesalahan untuk berdoa bagi orang-orang yang sudah ditebus? 84. Sekali lagi: Apakah karena kesalehan yang baru kepada Allah dan Paus, maksudnya, demi uang, pejabat gereja mengizinkan orang yang tidak beriman dan musuh Allah untuk menebus jiwa-jiwa yang saleh dan mengasihi Allah dari api pencucian, namun tidak menebus jiwa yang saleh dan terkasih itu, berdasarkan kasih yang cuma-cuma, demi kebutuhannya jiwa-jiwa itu sendiri? 85. Sekali lagi: Mengapa peraturan tentang penyesalan dosa, yang sudah lama dihapuskan dan mati dalam kenyataannya karena tidak digunakan, sekarang dipatuhi lagi dengan memberikan surat pengampunan dosa, seolah- olah peraturan-peraturan tersebut masih hidup dan berlaku? 86. Sekali lagi: Mengapa Paus, yang kekayaannya saat ini jauh lebih banyak daripada orang yang paling kaya di antara orang kaya, tidak membangun Basilika St. Petrus dengan uangnya sendiri, sebaliknya dengan uang dari. orang-orang percaya yang miskin? 87. Sekali lagi: Apa yang diampuni at au dianugerahkan Paus kepada orang- orang, yang dengan penyesalan yang dalam dan sempurna, merniliki hak untuk mendapatkan pengampunan dan berkat yang sempurna? Universitas Sumatera Utara 88. Sekali lagi: Berkat yang lebih besar apakah yang akan diterima gereja jika Paus, tidak satu kali, seperti yang ia lakukan sekarang, memberikan peng¬ampunan dosa dan berkat seratus kali sehari kepada setiap orang yang setia dalam iman? 89. Oleh karen a keselamatan jiwa, bukannya uang, yang dicari Paus melalui surat pengampunannya, mengapa ia menunda surat-surat dan pengampunan dosa yang diberikan sejak lama karen a keduanya sama-sama manjur? 90. Untuk menindas keberatan dan argumen kaum awam dengan kekuatan semata-mata dan tidak menyelesaikannya dengan memberikan penjelasan, berarti memberi kesempatan kepada gereja dan Paus untuk dicemooh musuh- rnusuh mereka dan membuat orang-orang Kristen tidak senang. 91. jika, kemudian, pengampunan dikhotbahkan sesuai semangat dan pikiran Paus, sernua pertanyaan ini akan diselesaikan dengan mudah - tidak, bahkan tidak akan ada. 92. Jadi, menyingkirlah, semua nabi yang berkata kepada umat Kristus, Damai, damai, dan tidak ada damai 93. Diberkatilah semua nabi yang berkata kepada umat Kristus, Salib, salib, dan tidak ada salib 94. Orang-orang Kristen harus dinasihati untuk setia mengikuti Kristus Sang Kepala mereka melalui penderitaan, kematian, dan neraka. 95. Dan dengan demikian yakin untuk memasuki surga melalui penganiayaan, bukannya melalui damai sejahtera yang palsu. Doktrin ini berupa kertas yang ditempelnya di pintu gerbang gereja istana Wittenberg, 31 Oktober 1517. Tanggal ini kemudian diperingati sebagai Hari Reformasi. Menurut Luther, dari pada membeli surat pengampunan itu lebih baik memberikan uang kepada yang lebih membutuhkan dan itu lebih sejalan dengan ajaran yesus kristus. Tuhanlah yang berhak memberikan ampunan, bukan Gereja dan agamawan. Surat indulgensi adalah dokumen tertulis yang diterbitkan otoritas gereja. Dengan membelinya harganya berbeda-beda menurut status dan golongan Universitas Sumatera Utara pembeli, maka seseorang dapat memperoleh jaminan penghapusan dosa, baik dosanya di masa lalu dan yang akan terjadi di masa depan. Sampai ada penulis yang mengejeknya sebagai Surat Izin Berdosa license to sin. Hebatnya lagi, surat ini pun bisa dibeli untuk mengeluarkan jiwa orang yang telah mati dari api penyucian purgatori. Semakin banyak surat yang dibeli, maka semakin banyak jiwa orang tercinta yang telah meninggal untuk dibebaskan. Surat ini dijual terutama ke kalangan jemaat awam yang mayoritas terdiri dari petani, tukang dan kaum jelata lainnya. Mereka begitu rentan dengan praktik ini. Di samping kepolosan karena tingkat pendidikan yang rendah, mereka pun juga percaya aneka tahayul seperti gambaran dunia kematian. Kondisi inilah yang menjadikan mereka sebagai sasaran empuk penjualan surat indulgensi. Mereka berbondong-bondong menjual segala kepunyaannya hanya untuk bisa membeli surat indulgensi. Gereja bahkan seperti tidak lagi peduli bagaimana jemaat awam yang miskin memperoleh uangnya, yang terpenting uang mereka masuk kas gereja. Ada juga gereja lokal yang menolak praktik ini, seperti gereja di Spanyol yang dipimpin Kardinal Ximenez. Tapi sebagian besar gereja lainnya menjadi perpanjangan tangan Paus dalam penjualan surat indulgensi. Luther sendiri terpicu oleh khotbah Johann Tetzel, sebagai salah seorang utusan Paus. Dengan berkeliling ke kota-kota di Jerman, Tetzel dengan persuasif berusaha meyakinkan jemaat untuk membeli surat indulgensi. Kalimatnya yang terkenal dan sering diucapkannya, Saat uang logam bergemerincing masuk kotak uang, maka jiwa dari api penyucian akan terbebaskan. Sangat banyak jemaat yang terbujuk oleh Tetzel. Sekelompok jemaat Wittenberg yang diasuh Luther pun sengaja pergi ke kota Juteborg dan Zerbst yang disinggahi Tetzel. Merekalah yang ketika kembali ke Wittenberg menceritakan semuanya kepada Luther. Penjualan surat indulgensi ini sangat bertolak dengan pengampunan sebagai anugerah Allah yang diimani Luther. Ada dua kesalahpahaman umum yang mesti diluruskan tentang reaksi Luther ini. Pertama, tema besar dalil Luther adalah keberatannya terhadap praktik penjualan surat indulgensi. Luther tidak mengajukan keberatan secara Universitas Sumatera Utara komprehensif terhadap ajaran gereja lainnya. Keberatan Luther terhadap doktrin gereja lainnya baru muncul di kemudian hari. Kedua, dalil-dalil Luther sebenarnya adalah bagian dari suatu ajakan sopan untuk berdiskusi seputar masalah penjualan surat indulgensi. Pada masa Luther hidup, adalah suatu kebiasaan bila ada topik yang hendak didiskusikan atau diperdebatkan maka seseorang bisa memakukan undangannya di pintu gereja Wittenberg. Bahkan dalam paragraf pengantar dalilnya itu, Luther menuliskan, Berdasarkan cinta kepada kebenaran dan keinginan untuk memeriksa masalah ini, beberapa dalil di bawah ini untuk kita diskusikan... Siapapun yang tidak bisa berdiskusi secara langsung, dipersilakan menuliskannya. Peristiwa pemakuan dalil oleh Luther sesungguhnya bukan peristiwa yang dramatis, radikal dan aneh untuk ukuran saat itu. Luther hanya mengajak berdiskusi, bukan memberontak dari gereja. Tuduhan bahwa Luther mau memprovokasi jemaat juga harus dibuang. Luther menuliskan dalilnya dalam bahasa Latin, yang tentunya bukan bahasa pakai jemaat awam. Para ahli yakin bahwa ajakan diskusi Luther ini ditujukan kepada kaum akademisi. Mulanya, reaksi otoritas gereja pun tidak terlalu heboh. Saat Paus Leo X dilaporkan oleh Uskup Agung Albert, dia hanya menganggap Luther sebagai orang yang kehilangan akal sehatnya dan sedang mabuk. Paus tidak terlalu menggubrisnya ketika itu. Tidak lama kemudian, ada pihak-pihak tertentu yang menyalin ulang, mencetak dan membagikan 95 dalil Luther ini keluar Wittenberg. Luther sendiri tidak berada di belakang ini. Tanpa disadarinya, dia semakin terkenal di kalangan jemaat beberapa kota di Jerman. Dengan berlandaskan pandangan Luther, mereka mulai berani menolak membeli surat indulgensi. Pada saat seperti inilah, otoritas gereja baru bereaksi keras. Atas dasar keyakinan itu pula Luther, menentang doktrin sakramen suci Gereja, pastor sebagai mediator antara Tuhan dan manusia, penyembahan benda dan tokoh keramat, dan mitos keajaiban pastor karena menimbulkan kepercayaan- kepercayaan yang tidak logis dan memungkinkan terjadinya manipulasi dan pembodohan manusia. Luther menyatakan sakramen hanya dugunakan untuk Universitas Sumatera Utara membantu keimanan tetapai sama sekali bukan alat jalan dalam mencapai rahmat Tuhan dan keselamatan. Dalam tulisannya, On Cristian Liberty, Luther menegaskan bahwa bila seseorang memiliki keimanan pasti ia akan melakukan perbuatan-perbuatan baik. 35 Kemudian dalam pamflet yang berjudul, “Addres to the Christian Nobility of the German Nation”. Luther secara provokatif menulis: “Tidak ada perbedaan sama sekali antara pastor dan orang biasa. Setiap orang Kristen berhak menafsirkan Al kitab sesuai cara pandangnya masing-masing dan tidak harus menerima tafsiran gereja; Alkitab bukan gereja yang merupakan otoritas tertinggi doktrin Agama. Kritik Marthin Luther atas sakramen suci gereja tenyata berdampak luas terhadap kehidupan sosial-politik masyarakat. Luther dalam hal ini telah melakukan penelanjangan mitos-mitos debunking mistik gereja yang telah lama dipercaya oleh umat, akibatnya timbul pemikiran bahwa pastorpendeta dan umat tak ada perbedaannya dimata Tuhan, yang membedakannya hanyalah amal kebajikannya. 36 Selain itu Luther juga kritis terhadap cara hidup pastor dan biarawati yang asketis “ mengasingkan diri”. Menurutnya sebuah penyucian dan keselamatan dapat dilakukan tanpa harus mengasingkan diri dari lingkungan sosial tapi bisa juga dengan melibatkan diri secara intensif terhadap berbagai persoalan yang ada di kehidupan dunia, dengan catatan semua itu dilakukan untuk menuju keagungan Tuhan. Gagasan inilah yang disebut wordly ascetism asketisme duniawi. Bagi Kritik Luther tentang Alkitab menjadikan kebenaran Agama bersifat Multi Interpretasi. Luther dalam hal ini menolak tradisi keagamaan yang mengistimewakan pastor dalam menafsirkan Alkitab. Selanjutnya Luther menawarkan agar Alkitab yang berbahasa Latin hendaknya diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman agar bangsa Jerman dapat secara langsung membaca dan menafsirkan sendiri kitab suci tanpa harus melalui pastor. 35 Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat, kajian sejarah perkembangan pemikiran Negara, masyarakat, dan kekuasaan, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2004, hal 151-152 36 Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat, kajian sejarah perkembangan pemikiran Negara, masyarakat, dan kekuasaan, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2004, hal 153 Universitas Sumatera Utara Luther kerja dalam ajaran Protestanisme merupakan sebuah panggilan Tuhan, dan dengan gagasannya ini berarti Luther telah memunculkan moral kapitalis capitalism morality dan itu artinya Luther telah mereformasi ajaran Katolik yang tidak pernah ada dalam ajaran Katolik abad pertengahan. Gerakan reformasi Luther berlanjut pada wilayah yang lebih dalam yakni mengenai banyaknya para pastor kardinal yang amoral terhadap wanita, berhubungan seks di luar ikatan perkawinan. Luther kemudian menganjurkan perkawinan bagi para pastor. Menurutnya, kesalahan yang pernah terjadi di masa Alexander VI adalah karena adanya larangan menikah bagi pastor dan biarawati. Padahal seks merupakan tuntutan fitrah biologis yang tidak dapat dihilangkan sehingga pelarangan mengakibatkan pemuka agama Katolik berbuat maksiat. Atas perbuatannya, Luther dan pendukungnya dikucilkan dari gereja Roma. Namun hal ini belum memuaskan pihak otoritas gereja yang tetap merasa perlu membungkam Luther dan pendukungnya. Maka pada bulan Maret 1521, Luther dipanggil menghadap dewan gereja diet yang sedang bersidang di kota Worm, sebelah barat daya Jerman. Dewan gereja ini terdiri dari para rohaniwan yang bertugas membahas pelbagai isu kontemporer. Tentu saja gerakan Reformasi oleh Luther menjadi agenda utama mereka. Sidang ini diselenggarakan oleh Charles V, Kaisar Roma Suci. Sedikit penjelasan konteksnya, waktu itu pusat pemerintahan gereja dibagi ke dua orang yaitu Paus dan Kaisar Roma Suci. Paus dianggap sebagai kepala gereja. Sedangkan Kaisar Roma Suci adalah semacam pelindung secara politis kedudukan Paus. Awalnya, Luther acuh tak acuh dengan pemanggilannya. Namun atas desakan bangsawan Frederick yang Bijaksana, Luther pun berangkat. Frederick ingin agar Luther memiliki kesempatan sekali lagi untuk membela pemikirannya secara legal atas kesalahan gereja. Apalagi, otoritas gereja menjamin keamanan Luther selama perjalanan dan persidangan. Teman-teman Luther mengkuatirkan kepergian Luther ini. Mereka ingat bahwa sebelumnya ada seorang Reformator bernama John Huss 1374-1415 yang pernah dipanggil gereja untuk bertemu. Universitas Sumatera Utara Saat itu, Huss pun diberikan jaminan keselamatan dirinya oleh pihak gereja. Namun yang terjadi malah Huss ditangkap dan dihukum mati dengan cara dibakar hidup-hidup. Setelah menggumuli dengan seksama dan didukung bangsawan Frederick, Luther pun pergi ke Worm. Ketika menanggapi kecemasan para pendukungnya, Luther berkata, Aku akan tetap pergi ke Worm bahkan seandainya setan begitu banyaknya seperti banyaknya ubin dan atap rumah. Ternyata Luther bukan saja aman selama perjalanan, namun dia disambut hangat oleh jemaat gereja pada setiap kota transit yang disinggahinya. Setelah dua minggu perjalanan, sampailah Luther di Worm. Sambutan orang banyak di Worm tidak kalah meriahnya seperti yang diterimanya saat perjalanan. Luther menghadap sidang Worm hanya dua kali. Tidak seperti yang diharapkan, Luther tidak diberi banyak kesempatan untuk menjelaskan posisi teologisnya. Seperti pertemuan Augsburg, Luther kembali dituntut untuk bertobat dari ajarannya sendiri dan kembali ke ajaran gereja Roma. Otoritas gereja sengaja mengelak untuk berdebat dengan Luther. Mereka berdalih bahwa doktrin gereja bukanlah untuk didiskusikan. Luther dituduh sedang berspekulasi dengan doktrin gereja yang telah menjadi tradisi berabad-abad. Pada hari kedua Luther menghadap, Luther memberikan jawaban yang terkenal itu, ... kecuali kesalahan pandangan saya diberitahu menurut Alkitab dan alasan yang jelas, maka saya tidak dapat dan tidak mau mengubahnya. Di sinilah saya berdiri. Tidak ada lagi yang dapat saya perbuat. Di luar sidang, para teolog pun coba membujuk Luther untuk menganulir pandangannya. Luther tetap pada posisinya agar segala kesalahannya harus merujuk dari Alkitab sendiri. Jika tidak ada satu pun yang bisa membuktikan kesalahan Luther dari Alkitab maka Luther sama sekali tidak mau berkompromi. Pada tanggal 25 April, Luther diizinkan kembali ke Wittenberg. Sejak saat itu, otoritas gereja menganggap Luther dan pendukungnya sebagai musuh gereja. Luther tidak mungkin bisa dihentikan dengan cara ancaman dan peringatan lagi. Universitas Sumatera Utara Sementara itu, sidang Worm yang masih berlangsung setelah Luther pulang kampung, memutuskan Luther sebagai bidat dan bukan warga gereja. Keputusan ini tertuang dalam Edict of Worms dan resmi ditandatangani oleh Charles V pada tanggal 25 Mei 1521. Dalam perjalanan pulangnya, Luther diculik oleh pegawai bangsawan Frederick. Penculikan ini adalah inisiatif Frederick untuk mengamankan Luther dari risiko yang mungkin muncul setelah perlawanan Luther pada sidang di Worm. Pada masa itu, bila otoritas gereja telah menetapkan seseorang menjadi bidat atau sesat maka jemaat yang fanatik merasa sah untuk membunuh yang bersangkutan. Luther diungsikan Frederick ke menara Wartburg yang terletak di pinggiran kota Eisenach. Selama di sana, kehidupan Luther ditunjang oleh Frederick. Jadi tidak benar dengan pendapat umum bahwa Luther bersembunyi ke menara Wartburg atas kehendaknya sendiri. Luther tinggal di menara Wartburg dengan aman hampir selama setahun. Selama di sana, Luther menyelesaikan penerjemahan Alkitab ke bahasa Jerman dengan tujuan agar jemaat awam pun dapat membacanya. Adalah Melanchthon, sang karib, yang konon pertama kali mendorong Luther melakukan penerjemahan. Namun para ahli juga percaya bahwa penerjemahan ini juga diinspirasikan oleh Erasmus, sahabat Luther yang kerap bersuratan dengannya. Erasmus, yang walaupun seorang Katolik yang taat, dia termasuk yang menganjurkan agar Alkitab bisa dibaca oleh siapapun dengan bahasanya sendiri. Alkitab terjemahan Luther menjadi Alkitab berbahasa Jerman pertama yang diterbitkan. Dalam dua bulan pertama sejak diterbitkan, Alkitab ini terjual 5000 kopi. Suatu angka yang cukup fantastis pada masa itu mengingat penerjemahan dan penjualan bebas Alkitab masih tergolong pelanggaran hukum gerejawi. Selama Luther bersembunyi di menara Wartburg, dia meminta kesediaan Melanchthon untuk memimpin jemaat Wittenberg yang ditinggalkannya. Melanchthon bersedia menjadi gembala menggantikan Luther untuk sementara Universitas Sumatera Utara waktu. Karena karakter Melanchthon yang kurang tegas dan tidak pas sebagai pemimpin suatu gerakan yang baru, maka koleganya, Carlstadt, mengambil alih kepemimpinan tersebut. Sebagaimana kita ketahui, Carlstadt adalah salah satu pendukung Luther yang terlibat dalam Perdebatan Leipzig 1519. Karakter Carlstadt lebih mirip dengan Luther. Dia sosok pemimpin yang berapi-api, tangguh dan berani, bahkan cenderung lebih radikal. Selama menjadi gembala, Carlstadt dengan ekstrim berniat merombak total praktik ibadah gereja terutama liturgi dan simbol. Dalam khotbahnya, Carlstadt mengajak jemaat untuk membuang segala sesuatu yang berhubungan dengan model ibadah gereja sebelum Reformasi seperti patung-patung orang kudus mirip anjuran Zwingli. Khotbah yang provokatif ini disalahpahami jemaat sebagai ajakan untuk membenci dan memusuhi orang-orang di luar gerakan Reformasi. Kabar ini sampai ke telinga Luther di tempat persembunyiannya. Luther merasa sangat prihatin untuk secepatnya kembali ke gerejanya. Para ahli percaya, saat Luther kembali ke Wittenberg itulah ia memulai Reformasi dalam ranah praktikal, karena sebelumnya hanya menyentuh bidang teologi konseptual. Setelah dirasakan aman dan seizin bangsawan Frederick sang pelindung, maka pada tanggal 6 Maret 1522, Luther kembali ke Wittenberg. Dalam rangkaian khotbah pertamanya sejak kembali, Luther berpesan kepada jemaatnya untuk tetap mengutamakan toleransi, kesabaran dan kasih, bahkan kepada siapapun yang berseberangan. Luther coba mengkoreksi radikalisme yang sempat tertanam dalam benak sebagian jemaatnya. Ia mengambil contoh dirinya sendiri sebagai orang yang berjuang sekuatnya untuk memperbaharui gereja, namun tetap tidak menggunakan kekerasan sedikitpun. Kalau Luther mau, sebenarnya dia bisa memancing pertumpahan darah antara pendukung dan penolaknya, tapi justru dia selalu berusaha agar hal ini tidak terjadi. Luther mengingatkan jemaatnya untuk tidak menodai perjuangan suci ini dengan kebencian dan kemarahan kepada siapapun, termasuk otoritas gereja Roma. Universitas Sumatera Utara Pada tahun 1523, Luther mengedarkan tulisannya yang berjudul Ibadah Reformasi Bersama Formula Missae et Communionis. Dalam tulisannya, Luther menyatakan bahwa tujuan reformasi ibadah bukan untuk membuang seluruh ibadah pra Reformasi. Menurutnya, ada bagian-bagian ibadah pra Reformasi yang baik dan tidak bertentangan dengan Alkitab. Yang perlu dibuang adalah bagian-bagian yang nyata bertentangan dengan Alkitab. Pada tahun yang sama, Luther menerbitkan Tentang Penyembahan Ilahi. Luther menekankan kembali agar setiap orang percaya membaca Alkitab, berdoa dan menyembah Allah dalam devosi pribadi tiap hari. Sebagai seorang pecinta musik, dia sangat menghargai kekayaan musik gerejawi. Ia cukup produktif menggubah lagu untuk dinyanyikan jemaat. Luther juga memakai teknik parodi yaitu membubuhkan syair sakral pada melodi lagu sekuler seperti lagu rakyat. Demikian pula, banyak lagu gereja sebelumnya Gregorian Chant diolah kembali dengan mengenakan syair yang baru. Lagunya yang terkenal sepanjang masa seperti Allah, Bentengku yang Kukuh Ein Feste Burg ist Unser Gott. Pada tahun 1524, Luther dibantu Johann Walther menerbitkan buku nyanyian Wittenberg Gesangbuch. Dalam ibadah, Luther juga mengizinkan pemakaian alat musik sejauh tidak mengganggu penyampaian pesan Alkitablagu kepada jemaat. Berbeda sekali dengan Zwingli yang melarang pemakaian alat musik apapun dalam ibadah gereja. Dalam pengantar Missa Jerman yang dikarangnya pada tahun 1526, Luther tidak keberatan seandainya aneka alat musik dipakai sejauh mendukung pemberitaan dan pendidikan Firman. Selama Abad Pertengahan sampai zaman Luther hidup, kalangan masyarakat yang paling menderita adalah para petani dalam jumlah yang lebih kecil termasuk tukang dan buruh. Mereka menjadi objek eksploitasi para bangsawan yang dalam sistem feodal menjadi tuan tanah. Para petani bekerja keras untuk keuntungan para bangsawan, sementara mereka sendiri hidup dari imbalan uang yang pas-pasan. Para bangsawan juga tidak segan-segan menjatuhi hukuman berat kepada para petani yang dianggap bersalah. Belum lagi, mereka Universitas Sumatera Utara masih dipungut pajak baik oleh penguasa setempat maupun gereja. Bila wabah penyakit merebak, mereka paling rentan menjadi korban karena kualitas kehidupan yang rendah sebagai akibat dari kondisi ekonomi yang jauh dari memadai. Aneka penderitaan dan ketidakadilan yang kerap mereka alami menjadi latar belakang pemberontakan mereka The Peasants Revolt yang meletus pada tahun 1524. Selain dipicu oleh kondisi yang memperhatinkan, mereka mengaku bahwa pemberontakan mereka justru diinspirasikan oleh ajaran Luther. Pandangan Luther tentang kesamaan derajat manusia di mata Allah equality menguatkan kerinduan para petani untuk memperjuangkan hak-haknya dan melawan penindasan para bangsawan. Ketika Luther masih di menara Wartburg, pada tahun 1522, Luther memang pernah menuliskan tentang ketidakadilan dan represi tuan tanah kepada para petani. Luther meminta para tuan tanah agar tidak memakai kekerasan terhadap para petani. Konon, tulisan ini sebenarnya ditujukan langsung kepada para bangsawan, namun ternyata bocor dan diedarkan di kalangan petani. Maka pada bulan Juni 1524, sekelompok besar petani turun ke jalanan di kota Waldshut untuk memprotes perlakuan para bangsawan. Pada bulan Februari 1525, para petani mengajukan petisi yang berisi 12 pernyataan tuntutan antara lain kebebasan untuk menentukan rohaniwan bagi gerejanya sendiri, penghapusan beberapa pungutan, hak untuk memanfaatkan tanah publik, pembayaran yang lebih adil. Pada akhir petisi, disebutkan bahwa mereka bersedia untuk membatalkan tuntutan mereka sejauh ditemukan bertentangan dengan Alkitab. Hal ini tentu mereka pinjam dari kalimat Luther. Awalnya, Luther turut menyalahkan ketidakadilan dan kejahatan para bangsawan sebagai penyebab utama pemberontakan para petani. Namun Luther pun tidak menyetujui jika para petani memberontak dengan cara mogok kerja dan turun ke jalan. Luther menuduh para petani keliru menerapkan semangat Reformasi. Para petani salah bila membaca gerakan Reformasi teologis sebagai Universitas Sumatera Utara reformasi secara politis juga. Menurut Luther, dalam kasus para petani, perjuangan yang diperlukan adalah menyadarkan para bangsawan secara persuasif. Seandainya dibutuhkan waktu yang lama sebelum para bangsawan sadar, Luther menganjurkan para petani untuk tetap bertahan dalam penderitaan mereka sama seperti Kristus yang dengan tabah mengalami siksaan. Selama tahun 1524, aksi protes ini secara umum masih berlangsung damai. Luther terus berupaya untuk meredam aksi para petani ini. Pelbagai pertemuan antara petani dan bangsawan telah berlangsung beberapa kali, namun tidak membuahkan kesepakatan di antara mereka. Hingga pada awal tahun 1525, aksi ini mulai berkembang menjadi aksi yang brutal. Aksi juga semakin luas yang melibatkan jutaan petani yang meliputi sepertiga wilayah Jerman. Pada awal tahun 1525, hampir 40 biara gereja Roma dan kastil dirusak serta dibakar oleh para pemberontak. Salah satu tokoh pemberontakan petani ini adalah Thomas Munzer, salah satu tokoh penting dalam gerakan Anabaptis, sempalan dari gerakan Reformasi yang lebih radikal dan militan. Ketika aksi para petani mulai menjurus pada kekerasan, Luther lebih giat menuntut perhatian para bangsawan atas kondisi para petani. Luther juga menuliskan pamflet Nasihat untuk Berdamai yang ditujukan kepada kedua pihak. Luther mendesak bangsawan Frederick untuk mengadakan pertemuan akbar antara kedua pihak. Namun kekerasan aksi para petani yang semakin meningkat dalam tempo singkat sangat meresahkan Luther. Kerusuhan di mana- mana mulai muncul sebagai ekses pemberontakan para petani. Dalam kekecewaannya yang berat karena tindakan anarkis para petani, Luther berbalik mendorong para bangsawan untuk menegakkan ketertiban masyarakat kembali. Dalam suratnya kepada para bangsawan, Luther menyebutkan para petani sudah dirasuki Iblis, dan para bangsawan wajib menertibkannya kembali. Luther menyebut para bangsawan dan penguasa sebagai Pedang Allah di Dunia. Para sejarawan masih berdebat, apakah surat Luther ini Universitas Sumatera Utara bersifat anjuran langsung atau sekedar penggambaran Luther akan apa yang mungkin terjadi foretold, namun pada kenyataannya para bangsawan akhirnya mengambil tindakan yang lebih koersif. Pada tahun itu juga, para bangsawan menumpas pemberontakan para petani. Dalam pertempuran antara keduanya di Frankenhausen, sekitar enam ribu petani tewas dibunuh. Ditaksir duaratus ribu lainnya tewas mengenaskan di kota-kota lainnya. Tragedi ini sangat memukul Luther. Pada masa-masa akhir pemberontakan para petani, Luther masih memohon kepada para bangsawan agar mengampuni kesalahan para petani, dan tidak membunuhnya. Peristiwa ini mengubah konstelasi pendukung Luther. Bila sebelumnya, para petani menganggap Luther sebagai inspirator perjuangan mereka meski Luther pasti membantahnya. Maka setelah peristiwa ini, sebagian besar petani mulai menuduh Luther sebagai oportunis. Sebaliknya, Luther pun menyesalkan para petani yang telah mengkhianati hakikat gerakan Reformasi. Di kota-kota terutama sebelah selatan Jerman, para petani yang semula adalah pengikut Luther mulai meninggalkannya. Mereka pindah ke gerakan religius radikal seperti Anabaptis yang menjamur pada masa itu. Sebelum gerakan Reformasi merebak, kekuasaan politis gereja Roma mencakup sekitar 300 teritori kecil dan besar, khususnya di Eropa Barat dan Tengah. Hampir semua penguasa daerah tunduk kepada otoritas gereja Roma. Kondisi ini berubah drastis sejak 20 tahun pertama gerakan Reformasi Luther muncul. Dibarengi semangat lokalisme yang menguat di kalangan elit politik, maka mulailah sejumlah besar daerah memutuskan hubungan dengan otoritas gereja Roma. Banyak daerah mengklaim dirinya sebagai teritori Lutheran dan bukan lagi Katolik Roma. Dan tampaknya, hal ini akan terus berkembang. Kondisi ini sangat mencemaskan otoritas gereja Roma. Charles V kembali berinisiatif mengadakan sidang untuk menghambat gerakan Reformasi ini terutama di kalangan para bangsawan. Pada tahun 1526, Universitas Sumatera Utara sidang digelar di kota Speyer. Agenda sidang terutama untuk mencapai konsesi antara para elit politik. Mana yang memilih Katolik dan mana yang memilih Lutheran. Setiap elit politik diberi kebebasan untuk memilih. Sebagian besar elit politik di Jerman Utara memilih Lutheran sebagai agama resmi mereka yang baru. Charles V bermaksud menggertak para elit politik yang memilih Lutheran. Charles V mengira dengan adanya pertemuan di antara para elit politik ini, mampu mengecilkan hati kubu Luther. Ternyata, hasil sidang malah sebaliknya. Elit politik Lutheran justru menganggap sidang ini sebagai kesempatan yang baik untuk mereka mengambil posisi secara formal. Mereka malah menyangka sidang ini sebagai cerminan sikap otoritas gereja yang melunak dan mentoleransi ajaran Luther. Hasil yang tidak sesuai harapan ini, mendorong Charles V mengadakan sidang kedua di kota yang sama pada tahun 1529. Pada sidang kedua ini, Charles V menguatkan kembali keputusan otoritas gereja yang menyebutkan Luther dan pengikutnya sebagai sesat. Charles V juga memberikan ultimatum kepada elit politik yang masih ragu untuk segera kembali ke Katolik Roma, dan benar-benar melarang ajaran Luther masuk daerahnya. Intervensi politis sepihak ini dan inkonsistensi dari sidang pertama diprotes oleh beberapa bangsawan seperti Elektor dari Saxony, Gubernur dari Brandenburg, dan lainnya. Mereka yang menentang keputusan sidang kedua ini disebut sebagai kelompok Protestan. Dari sinilah asal mula istilah Protestan. Protestan bukanlah berarti kembali kepada Alkitab pro testanum sebagaimana yang sering kita kira. Setahun kemudian, tahun 1930, kembali sidang digelar di Augsburg. Luther sekali lagi dipanggil untuk menghadap. Namun karena situasi tidak menentu dan sangat membahayakan dirinya maka Luther diwakili oleh Melanchthon. Dalam sidang inilah, Melanchthon merumuskan dan membacakan untuk pertama kalinya Pengakuan Iman Augsburg, yang kemudian hari menjadi pengakuan iman gereja-gereja Lutheran. Pengakuan ini disusun oleh Melanchthon berdasarkan tulisan-tulisan Luther dan beberapa teolog dari Wittenberg. Charles V Universitas Sumatera Utara dan sidang menolak pengakuan iman tersebut. Bagi mereka, pengakuan iman itu adalah kristalisasi dari ajaran Luther yang justru dilarang gereja selama ini. Pengakuan iman ini terdiri dari dua bagian besar. Pertama berisikan 21 pernyataan yang merupakan ringkasan doktrin dan kepercayaan Protestan. Pada bagian akhir memuat kritik terhadap pelbagai ajaran dan praktik gereja Roma seperti peran pasif jemaat dalam ibadah, kewajiban hidup selibat tidak menikah bagi rohaniwan dan lainnya. Sebelumnya, Luther sendiri telah menikah dengan Catherine von Bora, mantan biarawati, pada tahun 1525. Mereka mempunyai enam orang anak. Salah satu efek sidang-sidang terakhir adalah ketegangan antara Luther dan pendukungnya tidak lagi sebatas orang awamrohaniwan dengan otoritas gereja. Namun antarelit politik juga terbagi. Hubungan mereka tidak seharmonis dulu. Charles V pun mulai menggalang kekuatan politik dari sesama sekutunya untuk mulai serangan militer terhadap elit politik Lutheran. Kabar ini diketahui oleh para bangsawan Lutheran. Mereka pun menyatukan diri untuk menahan serangan Charles V. Atas prakarsa Philip dari Hesse dan Elektor John dari Saxony, para bangsawan Lutheran berkumpul di Schmalkalden pada bulan Desember 1530. Para bangsawan dari sebelas kota sepakat untuk mendirikan aliansi militer. Mereka pun mengadopsi Pengakuan Iman Augsburg sebagai pengakuan yang resmi. Yang lebih penting lagi, mereka mengeluarkan pakta bersama yang berbunyi bila salah satu kota diserang oleh Charles V maka kota lainnya akan turut membantu. Tapi penyerangan bangsa Turki ke Austria, membuat Charles V mengurungkan niat untuk menginvasi kota-kota Lutheran. Sebaliknya, Charles V menghimbau agar para bangsawan Eropa melupakan sementara konflik di antara mereka untuk bersatu menahan serangan bangsa Turki. Charles V terpaksa melunakkan sikapnya agar bangsawan Lutheran mau membantunya. Dia mengeluarkan dekrit tentang kebebasan beragama serta perjanjian perdamaian Universitas Sumatera Utara antara Katolik dan Protestan. Untuk sementara waktu, hal ini meredam konflik Katolik dan Protestan. Pemisahan yang tajam antara gereja dan negara merupakan salah satu bentuk pemikiran politik Martin Luther. Dialah yang dengan tegas membagi dua jenis hukum terhadap kedua institusi itu. Khotbah di Bukit adalah untuk gereja dan hukum Taurat adalah bagi negara. Dengan itu, kepada negara diberikan pedang dan sekaligus wewenang penggunaannya untuk memusnahkan kejahatan, tetapi gereja sama sekali tidak boleh menggunakan pedang. Prinsip yang dianut Luther untuk melihat negara berangkat dari pemahaman Paulus Rm. 13 dan 1 Pet 2:13, yang menekankan perlunya ketaatan kepada pemerintah. Ia juga mengembangkan istilah yang sesungguhnya tidak berbeda dengan rumusan Paulus, bahwa pemerintah itu kehendak dan perintah Allah dan sekaligus berupaya membangun hukum untuk itu, we must firmly it is in the world by God’s will and ordinance. 37 We must divide all the children of Adam into two classes; the first belong to the kingdom of God, the second to the kingdom of world. Those belonging to the kingdom of God are all true believers in the Christ. For Christ is the King and Lord in the kingdom of God, as the second psalm and all scriptures say. Bila gereja dipisahkan dengan tajam dengan negara, Luther juga memberi penegasan mengenai pemisahan antara kedua warganya. Penjelasannya mengenai hal itu adalah: 38 Pemahaman di atas, terutama menyangkut pandangannya terhadap Alkitab dan pembagian keturunan Adam, membuat Luther dituduh memunculkan dua macam etika di dalam kehidupan orang Kristen di tempat dan waktu yang sama. Sebagai orang Kristen ia memiliki etikanya sendiri dan sebagai waraga negara menganut etika yang lain. De Jonge adalah salah satu yang melihat pemahaman Luther yang mengandung dualisme itu. Namun, hal itu akan lebih jelas bila 37 Marthin Luther, Work of Martin Luther, Vol. III, Philadelphia: Muhlemberg Press, 1930, hal 229. 38 Ibid., hal 234 Universitas Sumatera Utara penggalian terhadap pemikiran Luther dilanjutkan secara mendalam. Bagi Luther, warga gereja memang tidak memerlukan pedang dan hukum negara. Sebab, bila seluruh dunia ini telah dihuni orang-orang yang sungguh-sungguh Kristen, dunia tidak membutuhkan lagi penguasa. Itulah yang memerintah dan menyebabkan mereka tidak berbuat salah kepada orang lain tetapi mengasihi tiap orang, relawwan dan dengan gembira berkorban bagi keadilan, bahkan rela mati bagi orang lain. Hal itulah yang menjadi inti ketika Luther mengatakan: Where every wrong is suffered and every right is done, no quarrel, strife, trial, judge, penalty, law or sword is needed. 39 If any one attempted to rule the world by gospel, and put aside all secular law and the secural sword, on theplea that all are baptised and Christian, and that according to the Gospel, there is to be among neither would happen? He would loose the bands and chains of the wild and savage beasts, and let them tear and mangle every one, and at the same time say they were quite tame and gentle creatures; but I would have the proof in my wounds. Just so would the wicked under the name of Christian abuse this freedom of the Gospel, carry on their knavery, and say that they where Christians subject neither to law nor sword, as some are already raving and ranting. Luther memang mengakui ada dua realitas yang sangat bertentangan, yakni realitas yang jahat dan realitas yang baik. Hal itu terjadi disebabkan dunia yang telah jatuh ke dalam dosa dan karena itu kedua realitas yang berlawanan itu, antara yang salah dengan yang benar, baik dengan buruk, baik dengan jahat, tidak dapat dipersatukan. Realitas dunia yang demikian menuntut kekristenan melaksanakan hukumnya tersendiri untuk mengalahkan dan membawa dunia itu ke wilayah hukum Kristen sendiri. Selagi dunia itu, baik sedikit maupun banyak, masih dihuni kejahatan, realitas pedang dari hukum negara merupakan keharusan. Ungkapannya yang berikut dapat diamati secara jelas: 40 39 Ibid 40 Ibid., hal 236 Universitas Sumatera Utara Latar belakang pemikiran yang mengandung semangat yang sangat kuat terhadap penaklukan pagan non-kristenkafir dan kejahatan sangat melekat dalam diri Luther. Itulah sebabnya ia menegaskan bahwa pemerintah itu adalah indispensable, tetapi penguasa-penguasa itu harus bergantung kepada Allah dan harus menguntungkan rakyat: I belong to the land and people; I must do what is profitable and good for them. Pembatasan mengenai fungsi dan wewenang negara tidak terlalu jelas dalam pemikiran Luther. Ia hanya menyebutkan jiwa soul sebagai hak prerogatif Tuhan, tetapi tetap tidak memberi batas mengenai penggunaan pedang oleh negara. Padahal penggunaan pedang oleh negara bisa saja mengena dengan persoalan jiwa soul, seperti hukuman mati yang dianut banyak negara. Orang Kristen juga memiliki fungsi dalam setiap negara, sebab sebagai warga negara mereka juga bertanggung jawab kepada negara. Luther tidak menghendaki kekristenan yang melarikan diri dari dunia ini, tetapi harus menatanya sedemikian rupa. Dengan tegas ia mengatakan: Christian all belong to the imperial government, which Christ has no intention of overthrowing. Nor does he teach us to escape from it or to desert the world and our office and station, but to make use of this rule and establish order. 41 Penekanan pada kepatuhan hukum menjadi ciri kuat dari Luther dan hal itu merupakan salah satu yang penting dalam reformasi yang dilakukannya. Akan tetapi, walau orang Kristen bertanggung jawab kepada pemerintahdan meskipun Kristus tidak memiliki maksud membuang atau melenyapkan pemerintahan itu, bukan berarti seluruh perilaku pemerintah itu harus dituruti dan diaminkan. Ketika Luther ditanya apakah rakyat diwajibkan mematuhi penguasa yang tidak adil, dengan tegas ia menjawab, No, because no one has right to act contrary to the law. The law is the will of God. You are to obey God. 41 Helmut T. Lehman Gen.ed Luther Works, Vol. 21 Philadelphia: Muhlenberg Press, 1962, hal 113 Universitas Sumatera Utara Supremasi hukum yang menjadi ciri dari negara modern dan demokratis tidak dapat dilepaskan dari upaya Luther. Pemerintah atau penguasa-penguasa tidak bebas dari hukum, tetapi berada di bawah dan harus takluk kepada hukum. Jika hal itu tidak dilakukan pemerintah atau penguasa-penguasa, Luther dengan tegas menyerukan supaya lebih taat kepada Tuhan. 42 Bagi Luther, gereja dan negara adalah two highest gifts of God on earth dan karena itu harus to be honored and esteemed with all reverence. Dia juga Penolakan Luther atas tuntutan para penguasa dan paus pada masa reformasi merupakan salah satu bentuk perlawanan dan ketidaktaatan yang didasari sentimen keadilan, meski harus menerima resiko langsung pada dirinya. Jose Fuliga menyimpulkan penolakan itu mencakup dua makna, gerejawi dan politik. Tepatnya dikatakan: When Luther refused the emperor and pope’s demand for him to recant, this was both an ecclesiastical and civil disobedience. For this reason he was both excomunicated and placed under the ban. Luther berupaya untuk berpegang kuat pada Alkitab, termasuk dalam melihat persoalan gereja dan negara. Di dalam dirinya sangat kuat keinginan untuk menjadikan negara itu sebagai alat Tuhan untuk menjaga keamanan, menghilangkan kejahatan dan memberi keuntungan kepada rakyat, termasuk kepada tanah dan negeri lands. Tetapi, yang paing khas adalah semangat yang luar biasa agar semua orang sungguh-sungguh menjadi Kristen. Martin Luther sangat yakin apabila semua orang sungguh-sungguh menjadi Kristen, maka segala kekerasan, kejahatan dan jenis-jenis perbuatan yang menista manusia akan hilang. Ketaatan terhadap hukum dari semua orang terutama dari penguasa-penguasa akan menandai terlaksananya kehendak Tuhan. Di situlah gereja bertugas menjalankan fungsi dan prosesnya, dan negara menjaga dengan pedangnya, hingga batas waktu yang ditentukan Tuhan. 42 W.A. 51. 240.1. Weimar edition of Luthers Works, sebagaimana dikutip di dalam Jose B. Fuliga, Church-State Relations and Civil Disobedience, dalam Doing Theology With Asian Resources, Theology and Politics ed. Yeow Choo Lak Vol. 1 Singapura: ASTSEA, 1993, hal 119. Universitas Sumatera Utara memberikan tafsiran yang sangat luas atas bagian dari Doa Bapa Kami, “berikanlah kami hari ini makanan kami yang secukupnya”, sebagai bagian yang mencakup tuntutan bagi pemerintahan yang baik. Dengan demikian, persoalan kesejahteraan rakyat seluruhnya, sepenuhnya dan seutuhnya adalah tugas dari gereja dan pemerintah. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah