Konsep Negara dan Agama Menurut Martin Luther

didominasi aliran Lutheran mis. Jerman dan Negara-negara Skandinafia gereja pada umumnya menjadi gereja Negara, paling tidak hingga pada abad ke XIX.

3.2 Konsep Negara dan Agama Menurut Martin Luther

Gereja mengajarkan bahwa adanya suatu negara adalah berdasarkan atas kodrat manusia sebagai mahkluk sosial. Manusia secara kodrati dalam mengembangkan diri pribadinya tidak bisa sendirian begitu saja. Walaupun tujuan adanya negara bukan hanya untuk mengembangkan diri saja, tetapi mereka saling membutuhkan anatara satu dengan yang lain, mulai dari kelompok yang paling kecil, yaitu keluarga hingga masyarakat-negara Gaudium et Spes art. 74; Bdk. Go, 1989:105 52 Melihat kenyataan bahwa antara negara satu dengan negara lain dalam suatu bangsa adalah saling membutuhkan. Untuk itu Gereja mengajarkan bahwa adanya suatu negara adalah demi kepentingan umum. Inilah yang menjadi tujuan adanya suatu negara. Bapa Konsili bahkan pernah memberikan rumusan mengenai kesejahteraan umum sebagai, “Keseluruhan kondisi-kondisi kehidupan sosial yang memungkinkan kelompok-kelompok sosial maupun masing-masing anggotanya mencapai kesempurnaan sendiri secara lebih penuh, menyeluruh dan lebih mudah” GS, art. 26. Bila kita bandingkan dengan artikel 74, di sana di- tuliskan bahwa kesejahteraan umum mencakup sejumlah persyaratan kehidupan sosial yang memungkinkan manusia, keluarga dan serikat-serikat untuk mencapai kesempurnaannya secara lebih penuh. 53 Itulah sebabnya mengapa Konsili Vatikan II sendiri menyadari realitas dunia dan berefleksi terhadap dirinya secara utuh. Konsili menyadari hakikat Gereja, yakni sebagai umat Allah yang hadir di dunia dan untuk dunia. “Gereja merupakan gambaran karya penyelamatan Kristus di dunia sehingga semua kegiatan duniawi para beriman dipenuhi terang Injil” Bdk. Go, 1989:105: Bdk. GS art. 43. Untuk itu Gereja menyadari dengan sungguh-sungguh bahwa antar 52 Y. Eko Budi Susilo, Op.cit, hal. 1 53 Ibid. Universitas Sumatera Utara Gereja dan dunia terjadi hubungan timbal balik yang saling menguntungkan GS art. 40. Bila dilihat keberadaan Gereja di dunia, maka keberadaannya tidak bisa dilepaskan dari pemerintahan dunia. Barangkali Gereja bisa mempengaruhi pemerintahan dunia, tetapi di pihak lain Gereja juga bisa terpengaruh oleh pemerintah dunia yang dimaksud. Kehadiran Kristus sendiri di dalam membawa misi penyelamatan-Nya berhadapan dengan pemerintahan dunia. Sebagai contoh menjelang akhir hayat-Nya, Ia dihadapkan dan berhadapan dengan Gubernur Ponsius Pilatus. Keberadaan Gereja di dunia bisa diperlakukan dengan baik dan bisa juga diperlakukan dengan kurang baik dari pihak pemerintah dunia. Dari sejarah Gereja kita bisa melihat bahwa kekaisaran Romawi menganiaya Gereja yang masih muda itu sampai 300 tahun lamanya secara kejam hanya karena orang Kristen tidak mau memuja berhala dan mendewakan Kaisar. Namun demikian, kita ketahui bahwa setiap negara dan bangsa dalam menghadapi Gereja tidak sama sikapnya. Ada yang sengaja menghambat perkembangan Gereja, namun ada yang memberikan kebebasan yang sepenuhnya. Hal ini, tentu saja, akan mempengaruhi hubungan antara gereja dan negara. Luther memandang negara sebagai sesuatu yang berasal dari Allah. Konsekuensinya adalah bahwa seluruh dunia dan manusia harus tunduk kepada Allah. Dengan demikian maka kesetiaaan manusia kepada penguasa menjadi tanpa syarat. Luther melihat kesetiaan warga Negara kepada pimpinannya sebagai hal yang rohani dalam kerangka hubungan manusia dengan Allah. 54 Dalam katekismus besar Luther, juga disebutkan bahwa kuasa itu berasal dari Allah. Luther meneruskan penjelasannya yang mengatakan bahwa pemerintah tercakup di dalam kedudukan orang tua. Artinya ketaatan kepada penguasa adalah ketaatan kepada seorang bapak, sebab pejabat bukan hanya bapak dari satu 54 Mangisi SE. Simorangkir, Ajaran Dua Kerajaan Luther,Pematangsiantar: kalportase pusat GKPI;2008, hal 90 Universitas Sumatera Utara keluarga melainkan bapak dari rakyat. Para penguasa bagaikan orang tua 55 dan penguasa itu meneladani Kristus. Artinya ialah bahwa seorang penguasa harus mengosongkan dirinya seperti Kristus. Ia tidak mengeksploitasi kekuasaan demi kepentingannya, melainkan demi kepentingan orang lain. 56 Hubungan antara gereja dan Negara, Luther menggunakan teori atau ajaran tentang “dua kerajaan” Negara tidak boleh merebut hak-hak Allah. Allahlah yang memerintah jiwa-jiwa bukan Negara. Luther mempertegas bahwa tugas dan tanggung jawab pemerintah atau penguasa adalah mempraktekkan keadilan, mengizinkan kebebasan bagi setiap orang dalam melaksanakan kepercayaannya, membela Negara dari semua musuh-musuhnya, dan memuliakan Tuhan. 57 atau “dua pemerintahan”. Dalam hal ini, Gereja merupakan lembaga atau perwujudan nyata dari Agama. Luther menarik suatu perbedaan antara pemerintahan “spiritual” yang berasal dari Allah yang diberlakukan melalui firman Allah dan tuntunan roh kudus, dan pemerintahan “duniawi” Allah diberlakukan melalui raja-raja, pengeran-pangeran dan hakim- hakim dengan mempergunakan pedang dan hukum Negara. Luther juga menekankan perbedaan antara konsepsi manusia dan konsepsi Ilahi tentang “kebenaran” atau “keadilan”, suatu tema yang merupakan karakteristik dari “teologi salib”. Ukuran Allah tentang keadilan mempersoalkan semua perkara di dunia ini. Luther mengatakan bahwa keteraturan akan dikenakan untuk menciptakan kedamaian dan untuk menekan dosa dan semua ini didasarkan atas firman Allah dan merefleksikan kehendak Ilahi untuk membangun dan memelihara bidang duniawi. 58 55 Marthin Luther, Katekismus Besar, terj. Anwar Tjen, Jakarta:BPK-GM;1996, hal. 63-65. 56 Mangisi SE. Simorangkir, Op.cit., hal. 92-93 57 Jan S. Aritonang, Garis Besar Sejarah Reformasi, Bandung: Jurnal Info Media;2007, hal. 127. 58 Alister E. McGrath,Sejarah Pemikiran Reformasi, Jakarta:BPK-GM;2002, hal.270 Atau dengan kata lain, Allah memberi kepada gereja kuasa untuk mengurusi kehidupan rohani dari umat yang sudah berada dalam lingkungan kerajaan Allah, sedangkan kepada Negara Allah memberikan kuasa mengurusi kehidupan duniawi untuk menertipkan orang-orang jahat, sekaligus menolong gereja mengupayakan orang-orang yang belum Kristen itu Universitas Sumatera Utara bisa masuk ke dalam naungan kerajaan Allah. Karena para raja dan bangsawan itu adalah warga gereja, maka sejalan dengan semboyan “Imamat Am Orang Percaya” bahwa mereka juga terpanggil untuk membaharui gereja dan mengambil bagian dalam pelayanan gereja terutama dalam memberantas kejahatan dan mengupayakan perikehidupan yang kristiani. Dengan alasan itu pula maka Luther setuju bila orang Kristen duduk dalam pemerintahan. Ia menerima pandangan Augustinus yang mengatakan bahwa pemerintahan Kristen harus memerintah dengan akal, kasih dan kehendak baik. 59 Pemerintah atau pangeran-pangeran itu harus tetap melaksanakan tugas ilahi Luther mengacu pada Roma 13:1-7, I Petrus 2:13-14. 60 Meskipun pada dasarnya Luther tidak bermaksud menggelontorkan sekularisasi, tetapi gagasan-gagasannya telah memicu sekularisasi politik. Penyangkalan Luther atas otoritas politik bersampul agama telah menimbulkan wacana pemisahan Gereja-Negara. Luther acap kali menekankan perlunya kepatuhan kepada kekuasaan pemerintahan sipil yang sah. Besar kemungkinan, latar belakang pokoknya adalah karena penolakannya atas campur tangan gereja terhadap pemerintahan sipil. Menurutnya, kekuasaan Paus tidak universal sebab Awal mulanya Luther berpendapat bahwa secara kelembagaan Negara tidak boleh mengurusi kehidupan gereja. Tetapi ketika ia melihat bahwa ada kelompok tertentu atas nama imam melakukan pemberontakkan dan huru-hara yang juga mengakibatkan kerugian kepada gereja, antara lain pemberontakkan kaum petani tahun 1525 yang dinilai Luther sudah mengarah pada anarkhi, maka Luther memberi peluang kepada negara untuk ikut mengatur kehidupan gereja. Dalam perkembangan selanjutnya campur tangan Negara terhadap gereja semakin besar. Itu tak lepas dari dukungan raja-raja tertentu di Jerman terhadap Luther ketika membela di hadapan tuntutan GKR. Itulah sebabnya di Negara-negara yang didominasi aliran Lutheran mis. Jerman dan Negara-negara Skandinafia gereja pada umumnya menjadi gereja Negara, paling tidak hingga pada abad ke XIX. 59 Mangisi SE. Simorangkir, Op.cit., hal. 91. 60 Alister E. McGrath, Op.cit. Universitas Sumatera Utara Paus harus mengakui kekuasaan para pangeran atau penguasa sekuler suatu Negara yang memiliki prinsip-prinsip kenegaraan yang berdasarkan nasionalisme. Luther juga menuntut dibedakannya otoritas politik dengan otoritas agama. Paus dituntut agar mengakui otoritas politik penguasa Negara dan tidak mencampur- adukannya dengan otoritas agama. 61 Pemikiran Luther ini pada akhirnya menumbuhkan semangat nasionalisme yang mengakibatkan imperium Katolik Roma yang dulunya merupakan entitas politik political entity mengalami disintegrasi politik. Dapatlah dikatakan bahwa Reformasi Protestan dibawah pimpinan Luther telah menumbuhkan Royal Absolutism kekuasaan mutlak kalangan bangsawan dan pangeranpenguasa Negara. Jadi tidak mengherankan apabila Luther mendapatkan dukungan dari kalangan bangsawan dan penguasa secara luas. Dukungan itu selain karena alas an keagamaan juga karena alasan ekonomis dan politik; mereka menolak untuk membayar pajak yang memberatkan serta keinginan memisahkan diri dari kekuasaan imperium Katolik Roma. 62 Terhadap 95 dalil dan pernyataan- pernyataan Luther Lainnya pihak kepausan telah menanggapi dengan mengeluarkan bulla “Exsurge Domine”, yang menyatakan terdapat 41 pernyataan Luther yang salah keliru; dan Luther diminta untuk menarik pernyataan pengajaran yang salah itu dalam waktu 60 hari. Namun Luther menolak untuk menarik kembali ajarannya, dan bahkan ia membakar bulla tersebut, maka pihak Vatikan akhirnya mengeluarkan bulla ekskomunikasi Martin Gagasan Luther tentang kekuasaan penguasa sekuler yang suci memberikan andil bagi munculnya konsepsi hak-hak ketuhanan para penguasa Negara atau raja. Raja dengan hak-hak ketuhananannya itu kemudian merasa memperoleh pembenaran doktrinal keagamaan untuk memerintah secara semena- mena, tanpa kontrol politik berarti dari rakyat. Kondisi ini pada akhirnya menjurus pada terbentuknya Negara Kekuasaan Machtstaat. 61 Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat, kajian sejarah perkembangan pemikiran Negara, masyarakat, dan kekuasaan, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2004, hal 154 62 Firdaus Syam, ,Pemikiran Politik Barat Sejarah, Filsafat, Ideologi, dan pengaruhnya Terhadap Dunia Ke-3, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007, hal 93-94 Universitas Sumatera Utara Luther dan para pengikutnya, tanggal 3 Januari 1521. Seandainya Luther mau menarik pengajaran yang salah tersebut, atau mau datang ke Roma untuk menjelaskan kasusnya, maka sejarah akan mencatat kisah yang berbeda. 63 Abad pertengahan adalah periode sejarah di Eropa sejak bersatunya kembali daerah bekas kekuasaan Kekaisaran Romawi Barat di bawah prakarsa raja Charlemagne pada abad 5 hingga munculnya monarkhi-monakhi nasional, dimulainya penjelajahan samudera, kebangkitan humanisme, serta reformasi Protestan dengan dimulainya renaisans pada tahun 1517. Zaman Renaissance adalah zaman kelahiran-kembali Renaissance, bahasa Perancis kebudayaan Yunani-Romawi di Eropa merupakan sebuah gerakan budaya yang berkembang pada periode kira-kira dari abad ke-14 sampai abad ke-17, dimulai di Italia pada Abad Pertengahan Akhir dan kemudian menyebar ke seluruh Eropa. Meskipun pemakaian kertas dan penemuan barang metal mempercepat penyebaran ide-idenya dari abad ke-15 dan seterusnya, perubahan Renaissance tidak terjadi secara bersama maupun dapat dirasakan di seluruh Eropa. Sesudah mengalami masa kebudayaan tradisional yang sepenuhnya diwarnai oleh ajaran Kristiani, orang-orang kini mencari orientasi dan inspirasi baru sebagai alternatif dari kebudayaan Yunani-Romawi sebagai satu-satunya kebudayaan lain yang mereka kenal dengan baik. Kebudayaan klasik ini dipuja dan dijadikan model serta dasar bagi seluruh peradaban manusia. Dalam dunia politik, budaya Renaissance berkontribusi dalam pengembangan konvensi diplomasi, dan dalam ilmu peningkatan ketergantungan pada sebuah observasi. Sejarawan sering berargumen bahwa transformasi intelektual ini adalah jembatan antara Abad Pertengahan dan sejarah modern. Meskipun Renaissance dipenuhi revolusi terjadi di banyak kegiatan intelektual, serta pergolakan sosial dan politik, Renasaince mungkin paling dikenal karena 63 Papa-kriestomartin-luther-dan-pilihannya-hidupnya157106511040060, diakses tanggal 1 Oktober 2014 Universitas Sumatera Utara perkembangan artistik dan kontribusi dari polimatik sepertiLeonardo da Vinci dan Michelangelo, yang terinspirasi dengan istilah manusia Renaissance. Ada konsensus bahwa Renaissance dimulai di Florence, Italia, pada abad ke-14. [6] Berbagai teori telah diajukan untuk menjelaskan asal-usulnya dan karakteristik, berfokus pada berbagai faktor termasuk kekhasan sosial dan kemasyarakatan dari Florence pada beberapa waktu; struktur politik; perlindungan keluarga dominan, Wangsa Medici;. dan migrasi sarjana Yunani dan terjemahan teks ke bahasa Italia setelah Kejatuhan Konstantinopel di tangan Turki Utsmani. Kata Renaissance, yang terjemahan literal dari bahasa Perancis ke dalam bahasa Inggris adalah Rebirth atau dalam bahasa Indonesia Kelahiran kembali, pertama kali digunakan dan didefinisikan oleh sejarawan Perancis Jules Michelet pada tahun 1855 dalam karyanya, Histoire de France. Kata Renaissance juga telah diperluas untuk gerakan sejarah dan budaya lainnya, seperti Carolingian Renaissance dan Renaissance dari abad ke-12. Sesudah mengalami masa kebudayaan tradisional yang sepenuhnya diwarnai oleh ajaran kristiani. Namun, orang-orang kini mencari orientasi dan inspirasi baru sebagai alternatif bagi kebudayaan Yunani-Romawi sebagai satu- satunya kebudayaan lain yang mereka kenal dengan baik. Kebudayaan klasik ini juga dipuja dan dijadikan model serta dasar bagi seluruh peradaban manusia. 64 Reformasi Protestan lahir sebagai sebuah upaya untuk mereformasi Gereja Katolik, diprakarsai oleh umat Katolik Eropa Barat yang menentang hal-hal yang menurut anggapan mereka adalah doktrin-doktrin palsu dan malapraktik gerejawi khususnya ajaran dan penjualan indulgensi, serta simoni, jual-beli jabatan rohaniwan yang menurut para reformator merupakan bukti kerusakan sistemik hirarki Gereja, termasuk Sri Paus. 65 64 Ibid. 65 Wikipedia.orgwikiReformasi_Protestan Situasi Keagamaan di Eropa, diakses tanggal 1 Oktober 2014 Universitas Sumatera Utara Abad pertengahan sering diwarnai dengan kesan-kesan yang tidak baik. Hal ini mungkin disebabkan oleh banyaknya kalangan yang memberikan stereotipe kepada abad pertengahan sebagai periode buram sejarah eropa mengingat dominasi kekuatan agama yang begitu besar sehingga menghambat perkembangan ilmu pengetahuan, prinsip-prinsip moralitas yang agung membuat kekuasaan agama menjadi begitu luas dan besar di segala bidang. 66 Abad pertengahan merupakan abad kebangkitan religi di eropa. Pada masa ini agama berkembang dan mempengaruhi hampir seluruh kegiatan manusia, termasuk pemerintahan. Sebagai konsekuensinya, sains yang telah berkembang di zaman klasik dipinggirkan dan dianggap sebagai ilmu sihir yang megalihkan perhatian manusia dari ketuhanan. Eropa dilanda Zaman Kelam Dark Ages sebelum tiba Zaman Pembaharuan. Maksud Zaman Kelam ialah zaman masyarakat Eropa menghadapi kemunduran intelek dan kelembapan ilmu pengetahuan. Menurut Ensikopedia Amerikana, tempoh zaman ini selama 600 tahun, dan bermula antara zaman kejatuhan Kerajaan Romawi dan berakhir dengan kebangkitan intelektual pada abad ke-15 Masihi. Gelap juga bermaksud tiada prospek yang jelas bagi masyarakat Eropa. Keadaan ini merupakan wujud kekuasaan agama. Gereja Kristiani yang sangat berpengaruh. Gereja serta para pendeta mengawasi pemikiran masyarakat serta juga politik. Mereka berpendapat hanya gereja saja yang pantas untuk menentukan kehidupan, pemikiran, politik dan ilmu pengetahuan. Akibatnya kaum cendekiawan yang terdiri daripada ahli- ahli sains berasa mereka ditekan dan dikawal ketat. Pemikiran merekapun ditolak, dan timbul ancaman, siapa yang mengeluarkan teori yang bertentangan dengan pandangan gereja akan ditangkap dan didera, malah ada yang dibunuh. 67 Negara dan agama merupakan persoalan yang banyak menimbulkan perdebatan discourse yang terus berkelanjutan dikalangan para ahli. Hal ini disebabkan oleh perbedaan pandangan dalam menerjemahkan agama sebagai 66 Zulfafadila.blogspot.com201204sejarah-abad-pertengahan-eropa.html, diakses tanggal 5 Oktober 2014 67 Ibid Universitas Sumatera Utara bagian dari negara atau negara bagian dari dogma agama. Pada hakekatnya, Negara sendiri diartikan secara umum sebagai suatu persekutuan hidup bersama sebagai penjelmaan sifat kodrati manusia sebagai makhlu individu dan makhluk sosial, oleh karena itu, sifat dasar kodrat manusia tersebut merupakan sifat dasar Negara sebagai manifestasi kodrat manusia secara horizontal dalam hubungan manusia dengan manusia lain untuk mencapai tujuan bersamaan. Dengan demikian, Negara memiliki sebab akibat langsung dengan manusia karena manusia adalah pendiri Negara itu sendiri. Memahami hubungan agama dan Negara ini, akan dijelaskan beberapa konsep hubungan agama dan Negara menurut beberapa ajaran agama di Indonesia : Dalam Ajaran Islam, hubungan agama dan Negara menjadi perdebatan yang cukup panjang diantara pakar Islam hingga kini. Bahkan menurut Azyumardi Azra perdebatan itu telah berlangsung sejak hampir satu abad, dan belangsung hingga dewasa ini. Azra mengatakan bahwa ketegangan perdebatan tentang hubungan agama dan Negara ini diilhami oleh hubungan yang agak canggung antara islam sebagai agama din dan negara dawlah, berbagai eksperimen dilakuakan dalam menyelaraskan antara din dengan konsep dan kultur politik masyarakat muslim, dan eksperimen tersebut dalam banyak hal sangat beragam. 68 Selain hal-hal yang disebutkan di atas, kitab suci Alquran dan hadis tampaknya juga merupakan inspirasi yang dapat menimbulkan pemahaman yang berbeda. Kitab suci sendiri menyebutkan dunya yang berarti dunia dan din yang Sumber dari hubungan yang canggung di atas, kitab, berkaitan dengan kenyataan bahwa din dalam pengertian terbatas pada hal-hal yang berkenaan dengan bidang-bidang ilahiah, yang bersifat sakral dan suci. Sedangkan politik kenegaraan pada umumnya merupakan bidang prafon atau keduniaan. 68 http:tienkrahman.blogspot.com201005agama-dan-negara.html , diakses tanggal 1 September 2014 Universitas Sumatera Utara berarti agama. Ini juga menimbulkan kesan dikotomis antara urusan dunia dan akhirat, atau agama dan negara yang bisa diperdebatkan oleh kalangan para ahli. 69 Dalam ajaran Katolik, gereja dan negara memiliki beberapa bentuk hubungan. Pada bagian ini akan dibahas mengenai hubungan yang terjadi antara gereja dan negara. Banyak orang berpikir bahwa gereja dan negara merupakan dua hal yang sangat berbeda. Sehingga mereka menyatakan bahwa negara dan gereja tidak boleh memiliki keterikatan antara satu dengan yang lainnya. Di samping itu ada orang yang memiliki pemahaman bahwa gereja dan negara harus saling berhubungan. Artinya gereja sebagai pembina rohani harus memiliki tanggung jawab penuh terhadap negara. Negara harus berada di bawah pengawasan dan kontrol gereja. Pandangan lain menyatakan bahwa negara harus berperan penuh dalam perkembangan yang terjadi di dalam gereja. Artinya negara harus mengontrol gereja. Berbagai pandangan tersebut akan dibahas lebih lanjut dalam bagian berikut: Banyak para ulama tradisional yang berargumentasi bahwa Islam merupakan sistem kepercayaan dimana agama memiliki hubungan erat dengan politik. Islam memberikan pandangan dunia dan makna hidup bagi manusia termasuk bidang politik. Dari sudut pandang ini, maka pada dasarnya dalam Islam tidak ada pemisahan antara agama dan politik. 70 69 IAIN Syarif Hidayatullah, “pendidikan kewargaan, demokrasi, Ham masyarakat madani” jakarta, 2000, hal 127-129 Gereja dalam kapasitasnya sebagai sebuah lembaga kerohanian, merupakan sebuah organisasi yang terbentuk di dalam suatu wilayah tertentu. Wilayah yang dimaksud tentunya memiliki struktur pemerintahan. Artinya adalah gereja yang terbentuk di dalam negara atau teritorial kekuasaan yang diatur oleh hukum yang berlaku dalam negara tersebut. 70 Afrizalnbbn.wordpress.com20121026karya Ilmiah Hubungan Agama dengan Negaradiakses tanggal 1 September 2014 Universitas Sumatera Utara Dalam Ajaran Hindu, negara dan agama saling melengkapi. Kehidupan bernegara identik dengan politik. Namun banyak pihak beranggapan bahwa politik adalah kotor karena politik selalu diidentikkan dengan perebutan kekuasaan yang menghalalkan segala cara. Akan tetapi, Hindu memandang politik tidak semata-mata sebagai cara mencari, dan mempertahankan kekuasaan, melainkan adalah bagian dari penegakkan Dharma. Hindu mengajarkan agar umatnya menghormati pemerintah. Berperan aktif membantu program pemerintah. Warga negara memiliki kewajiban untuk membela negaranya, demikian Hindu mengajarkan umatnya. Mahawakya dalam Hindu yaitu Tat Tvam Asi Itu adalah kamu dan Vaisudeva Kutumbakam semua mahluk adalah satu keluarga menjiwai umat Hindu untuk mengikatkan diri menjadi satu keluarga besar dengan warga negara lainnya, bahkan dengan semua umat dan semua mahluk. Ini menjadi semangat untuk melaksanakan kewajiban kepada negara, mengingat negara idealnya ditujukan untuk mensejahterakan seluruh umat. Walaupun agama bertujuan sebagai suatu sistem kontrol agar tujuan negara benar-benar untuk mensejahterakan rakyatnya, agama tidak diformalkan menjadi hukum positif, akan tetapi agama dijadikan ruh dan etika yang mendasari hukum positif. Negara menjadikan agama sebagai etika dan moralitas di dalam penyelenggaraan negara dan sebaliknya agama memperoleh tempat yang sangat memadai untuk berkembang dan terus hidup. Hal tersebut memperhatikan bahwa dalam suatu negara ada kebhinekaan aliran kepercayaan agama. Maka agama tersebut memiliki peran sebagai pedoman bagi individu penyelenggara kehidupan bernegara aparatur negara agar memiliki etika-moral yang positif, sehingga penyelenggaraan roda kehidupan bernegara dapat mencapai tujuan dengan baik. Tidak juga berarti agama berdiri sendiri lepas dari negara negara sekuler. Negara membantu memfasilitasi setiap agama untuk dapat menjalankan rangkaian acara keagamaannya agar berjalan dengan baik. Fasilitas yang diberikan itu pun harus adil dan merata kepada semua agama, tanpa ada Universitas Sumatera Utara diskriminasi. Konsep hubungan negara dan agama seperti itulah yang diambil di negeri kita tercinta ini, Indonesia. 71 1. Bersikap bebastidak picik dan menghindari sikap mementingkan diri sendiri. Dalam Ajaran Budha, Pendekatan agama Buddha terhadap politik adalah moralisasi dan tanggung jawab penggunaan kekuatan masyarakat. Sang Buddha mengkotbahkan Tanpa Kekerasan dan Kedamaian sebagai pesan universal. Beliau tidak menyetujui kekerasan atau penghancuran kehidupan dan mengumumkan bahwa tidak ada satu hal yang dapat disebut sebagai suatu perang adil. Beliau mengajarkan, Yang menang melahirkan kebencian, yang kalah hidup dalam kesedihan. Barang siapa yang melepaskan keduanya baik kemenangan dan kekalahan akan berbahagia dan damai. Sang Buddha mendiskusikan penting dan perlunya suatu pemerintahan yang baik. Beliau memperlihatkan bagaimana suatu negara dapat menjadi korup, merosot nilainya dan tidak bahagia ketika kepala pemerintahan menjadi korup dan tidak adil. Beliau berbicara menentang korupsi dan bagaimana suatu pemerintahan harus bertindak berdasarkan pada prinsip- prinsip kemanusiaan. Di dalam Cakkavatti Sihananda Sutta, Sang Buddha berkata bahwa kemerosotan moral dan kejahatan seperti pencurian, pemalsuan, kekerasan, kebencian, kekejaman, dapat timbul dari kemiskinan. Para raja dan aparat pemerintah mungkin menekan kejahatan melalui hukuman, tetapi menghapus kejahatan malalui kekuatan, tidak akan berhasil. Dalam Jataka, Sang Buddha telah memberikan10 sepuluh aturan untuk pemerintahan yang baik, yang dikenal sebagai Dasa Raja Dhamma. Kesepuluh aturan ini dapat diterapkan bahkan pada masa kini oleh pemerintahan manapun yang berharap dapat mengatur negaranya. Peraturan-peraturan tersebut sebagai berikut : 2. Memelihara suatu sifat moral tinggi. 3. Siap mengorbankan kesenangan sendiri bagi kesejahteraan rakyat. 71 Ibid Universitas Sumatera Utara 4. Bersikap jujur dan menjaga ketulusan hati. 5. Bersikap baik hati dan lembut. 6. Hidup sederhana sebagai teladan rakyat. 7. Bebas dari segala bentuk kebencian. 8. Melatih tanpa kekerasan. 9. Mempraktekkan kesabaran, dan 10. Menghargai pendapat masyarakat untuk meningkatkan kedamaian dan harmoni. 72 Dalam Ajaran Khonghucu, terdapat ajaran-ajaran yang wajib di amalkan oleh para pengikutnya: Beriman terhadap tuhan yang maha esa. Beriman bahwa hidupnya oleh dan mengemban firman tuhan. Beriman bahwa tuhan itu menjadi tugas suci yang wajib di pertanggungjawabkan dan sekaligus menjadi rahmat dan kemampuan di dalam hidupnya. Beriman bahwa hidupnya mampu mengikuti, tepat, selaras,serasi, dan seimbang dengan watak sejati itu. Beriman bahwa agama karunia bimbingan tuhan Yang Maha esa untuk membina diri menempuh jalan kebenaran suci itu. Beriman bahwa jalan suci itu menghendakai hidup memahami, menghayati, mengembangakan,menggemilangkan kebajikan, benih kesucian dalam watak sejatinya. Beriman bahwa kesetiaan menggemilangkan kebajikan itu wajib di amalkan dengan mencintai, teposeliro sesama manusia,sesama mahkluk dan menyayangi lingkungan. Beriman bahwa kebajikan suci ialah menggembilangkan kebajikan dan mengamalkany sampai puncak baik. Beriman hanya di dalam kebajikan itu tuhan berkenan, hidup itu bermakna apabila dapat setia kepada khaliknya dan saudara sejati kepada sesamanya. 10. Beriman bahwa kebajikan itu jalan, keselamatan ;kebahagiaan tertinggi di dalam haekat dan martabat manusia sebagai mahluk termulia ciptaan tuhan. Pada saat mengalami kematian roh seorang manusia meninggalkan badan dan orang yang semasa hidupnya mampu hidup sesuai dengan fitrah atau watak sejatinya , rohnya 72 Ibid Universitas Sumatera Utara menjadi Sheng. “Orang yang sungguh sepenuh hati menempuh jalan suci,lalu mati, dia lurus di dalam firman”bingcu VIIA. Sheng naik ke surga dan immortal, artinya dia hidup abadi di dalam surga shian thian di samping tuhan. Sebaliknya orang yang berlumuran dosa, yang mengingkari jalan suci rohnya manjadi kuei atau hantu turun ke neraka dalam pujian yang di tujukan kepada raja suci Bun atau nabi king ciang.

3.3 Relasi Agama dan Negara di dalam Konsep Negara Sekuler dan