1.6.4. Hubungan Agama dan Negara menurut Paham Sekuler dan Paham Teokrasi
Hubungan antara agama dan negara bukan hanya masalah peka, melainkan, juga rumit dan luas. Hubungan ini berkembang terus, karena agama
bertahan berabad-abad dan melampaui batas Negara-negara dan lingkungan- lingkungan kebudayaan yang terus berubah, bahkan timbul dan hilang. Sehingga
identifikasi antara agama dan Negara tertentu tidak mungkin dan agama-agama besar tidak pernah menjadi suatu fungsi Negara saja.
26
Paham sekuler memisahkan dan membedakan antara agama dan Negara . dalam Negara sekuler, tidak ada hubungan antara system kenegaraan dengan
agama. Dalam paham ini, Negara adalah urusan hubungna manusia dengan Dalam sejarah Negara dapat dianggap dan dijadikan sarana satu agama.
Baik Negara maupun agama-agama, menurut pengertian masing-masing agama adalah hasil ciptaan Tuhan Yang Esa, yaitu satu dan sama, maka kedua-keduanya
lama saling mengakui dan menghormati, karena Negara modern adalah wadah bagi para warga negara yang berkeyakinan dan beriman berbeda-beda, maka
hukum agama termasuk hukum-hukum yang menurut iman penganut suatu agama dimaksudkan Tuhan untuk Negara hanya dapat menjadi hukum Negara, sejauh
rasionya dapat diterima baik oleh semua golongan, tetapi tidak hanya karena diimani oleh golongan, sekalipun mayoritas dapat menjadi hukum negara.
Agama dapat mempunyai fungsi interaktif bagi masyarakat dan Negara karena menyumbangkan juga nilai-nilai social dan norma-norma moral, member
arti pada peristiwa hidup baik orang perseorangan maupun bagi masyarakat seluruhnya.
Fungsi agama untuk mempersatukan orang, masih kuat, tapi agama juga dapat berfungsi desintragratif jika agama dicampuradukkan dengan kepentingan
politik dan ekonomi, bila kebebasan agama ditolak dan jika mendukung diskriminasi atas dasar agama.
26
A. Heuken, SF, Ensiklopedia Gereja, Jilid A-G. Jakarta: Cipta Loka Caraka, 1991, hal 48
Universitas Sumatera Utara
manusia lain, atau utusan dunia. Sedangkan agama adalah hubungan manusia dengan Tuhan. Dua hal ini menurut paham sekuler tidak dapat disatukan.
Dalam Negara sekuler, sistem dan norma hukum positif dipisahkan dengan nilai dan norma agama. Norma hukum ditentukan atas kesepakatan manusia dan
tidak berdasarkan agama dan firman-firman Tuhan, meskipun norma-norma tersebut bertentangn dengan norma-norma agama. Sekalipun paham ini
memisahkan antara agama san Negara, akan tetapi pada lazimnya Negara sekuler membebaskan warga negaranya untuk memeluk agama apa saja yang mereka
yakini dan Negara tidak intervensif dalam urusan agama. Dalam sistem teokrasi, hubungan agama dan Negara digambarkan sebagai
dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Teokrasi merupakan suatu istilah yang berasal dari Bahasa Yunani,theokratia, artinya “pemerintahan Tuhan.” Istilah ini
ditemukan dalam tulisan Yosefus, seorang sejarahwan Yahudi yang hidup pada sekitar tahun 37-100 M. Dalam tulisannya berjudul Melawan Apion, Yosefus
mengatakan bahwa Musa telah membentuk pemerintahan Yahudi menjadi apa yang lebih tepat disebut sebagai “teokrasi.”
Secara harafiah, istilah teokrasi berasal dari kata theos Tuhan dan kratein memerintah. Negara menyatu dengan agama, karena pemerintah menurut
paham ini dijalankan berdasarkan firman-firman Tuhan, segala tata kehidupan dalam masyarakat, bangsa, dan Negara dilakukan atas titah Tuhan. Dengan
demikian, urusan kenegaraan atau politik, dalam paham teokrasi juga diyakini sebagai manifestasi firman Tuhan.
Dalam perkembangannya, paham teokrasi terbagi ke dalam dua bagian, yakni paham teokrasi langsung dan paham teorasi tidak langsung. Menurut paham
teokrasi langsung, pemerintahan diyakini sebagai otoritas Tuhan secara langsung pula. Adanya Negara di dunia ini adalalah atas kehendak Tuhan, dan oleh karena
itu yang memerintah adalah Tuhan pula. Paham teokrasi langsung menyatakan bahwa manusia, dalam hal ini raja merupakan orang yang ditunjuk oleh Tuhan di
dunia. Perkembangan Paham ini ketika berkembangnya mazhab hukum alam.
Universitas Sumatera Utara
Raja sebagai orang yang ditunjuk secara langsung oleh Tuhan menjalankan perintah langsung oleh Tuhan. Tuhan menurunkan seperangkat aturan kepada
manusia untuk menjadi panduan dalam hidupnya. Sehingga peran raja hanyalah sebagai phak yang ditugaskan untuk menjalankan aturan hukum dari Tuhan.
Ketika manusia memutuskan untuk mempercayai tentang Tuhan ia akan mempercayai ketika dirinya melanggar aturan yang telah diturunkan akan
mendatangkan nestapa neraka. Namun jika manusia tidak mematuhi aturan Tuhan akan mendapatkan ganjaran berupa kenikmatan surga. Hukum ditaati
oleh manusia karena manusia menginginkan dirinya mendapatkan kebahagiaan dan menghindarkan pada penderitaan. Raja sebagai penjelmaan tuhan di dunia
sehingga apa yang ditetapkan harus ditaati. Sementara menurut pemerintahan teokrasi tidak langsung yang memerintah
bukanlah Tuhan sendiri, melainkan yang memerintah adalah raja atau kepala Negara atau raja yang diyakini memerintah atas kehendak Tuhan.
Dalam pemerintahan teokrasi tidak langsung, sistem dan norma-norma dalam Negara
dirumuskan berdasarkan firman-firman Tuhan. Dengan demikian, Negara menyatu dengan Agama. Negara dan Agama tidak dapat dipisahkan.
1.7. Metode Penelitian 1.7.1. Jenis Penelitian