Populasi dan Sampel Kriteria Eksklusi Metode Pengumpulan Data Analisis Data Pembahasan

27 BAB IV METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode penelitian deskriptif dengan pengambilan data secara cross sectional yang dimaksudkan untuk mendeskripsikan penderita SKA berdasarkan data yang sudah ada dalam rekam medis di instalasi rekam medis RSUP. H. Adam Malik Medan.

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di instalasi rekam medis H. Adam Malik Medan. Penelitian diambil dari bulan Juni 2015 – Desember 2015. Pengambilan data dilakukan pada bulan Agustus 2015 – Desember 2015

4.3. Populasi dan Sampel

a. Populasi Populasi penelitian adalah semua pasien SKA yang tercatat di rekam medis RSUP HAM selama Tahun 2014 b. Sampel Sampel penelitian adalah keseluruhan populasi yang memenuhi kriteria inklusi meliputi data rekam medik yang memenuhi variabel independen. Sampel dipilih dengan teknik non random. Besar sampel yang digunakan sebanyak jumlah populasi total sampling

4.4. Kriteria Eksklusi

Pasien yang tidak memiliki data lengkap atau jika salah satu variable independen tidak ada dalam rekam medik di RSUP Haji Adam Malik Medan.

4.5. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu langsung diambil dari data rekam medis yang dimulai dari . Data yang 28 didapatkan adalah usia, jenis kelamin, pekerjaan, riwayat penyakit terdahulu,, dan gambaran EKG sewaktu masuk.

4.6. Analisis Data

Semua data yang terkumpul diolah dan disusun dalam bentuk tabel distribusi frekuensi menggunakan software SPSS dengan tahapan sebagai berikut: 1. Editing Dilakukan pemeriksaan kelengkapan data-data yang telah terkumpul. Bila terdapat kekurangan dalam pengumpulan data akan diperbaiki dengan baik. 2. Coding Data yang telah terkumpul dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan komputer. 3. Entry Data yang telah dibersihkan kemudian dimasukkan ke dalam program komputer. 4. Cleaning Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan kedalam computer guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data. 5. Saving Penyimpanan data untuk siap dianalisis 29 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokas Penelitian

Rumah sakit pusat haji adam malik merupakan rumah sakit umum kelas A di Medan yang didirikan berdasarkan keputusan mentri kesehatan Republik Indonesia No: 335MenkesSKVII1990. Rumah sakit ini adalah rumah sakit rujukan wilayah 1 dan terdapat cardiac center unit yang berperan sebagai rujukan untuk penyakit jantung. RSUP. H. Adam Malik ini beralamat di jl. Bungalau No. 17 Medan terletak di Kelurahan Kemenangan Tani, Kec. Medan Tuntungan. Letak RSUP.H. Adam Malik ini agak berada di daerah pinggiran Kota Medan yaitu berjarak ± 1km dari jalan Letjen Djamin Ginting yang merupakan jalan raya menuju kearah Pancurbatu. Pada penelitian ini data diambil dari bagian Rekam Medik RSUP. H Adam Malik Medan.

5.1.2 Karakteristik Penderita SKA Berdasarkan Data Demografi

Penelitian ini dilakukan di instalasi rekam medik RSUP. H. Adam Malik Medan selama tahun 2014 dengan jumlah sampel sebanyak 33 responden dari populasi SKA yang memenuhi kriteria inklusi sehingga dapat diikutkan dalam penelitian. Karakteristik responden penelitian diperlihatkan pada tabel berikut ini: Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Data Demografi Penderita SKA Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin dan Pekerjaan Demografi Responden Frekuensi Persentase Umur 65 tahun 27 81,8 ≥ 65 tahun Min usia 30 thn Max usia 77 thn 6 18,2 Total 33 100 Jenis kelamin Laki-laki 27 81,8 Perempuan 6 18,2 Total 33 100 30 Demografi Responden Frekuensi Persentase Pekerjaan TNI 2 6,1 Wiraswasta 9 27,3 Petani 3 9,1 Ibu Rumah Tangga 4 12,1 Pegawai Swasta 5 15,2 Pegawai Negri 6 18,2 Pensiunan 3 9,1 Sopir 1 3,0 Total 33 100 Dari table 5.1. di atas dapat dilihat bahwa kelompok usia tertinggi penderita SKA adalah berusia 65 tahun yaitu sebanyak 27 responden 81,8 dengan jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki yaitu sebanyak 27 responden 81,8. Pada kelompok pekerjaan, proporsi tertinggi adalah wiraswasta yaitu sebanyak 9 orang 27,3 sedangkan proporsi terendah adalah sopir yaitu sebanyak 1 orang 3. 5.1.3 Karakteristik Penderita SKA Berdasarkan Keluhan Sewaktu Masuk Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Penderita SKA Berdasarkan Keluhan Sewaktu Masuk Keluhan Sewaktu Masuk Frekuensi n Persentase Nyeri dada tanpa keluhan lain 23 72,7 Sesak nafas tanpa keluhan lain 1 3 Nyeri dada dan sesak nafas 5 15,2 Nyeri dada dan mual 1 3 Nyeri dada dan batuk 1 3 Nyeri dada, mual, dan muntah 1 3 Nyeri dada dan keringat dingin 1 3 Total 33 100 31 Berdasarkan table 5.2. di atas dapat dilihat bahwa keluhan penderita SKA sewaktu masuk hampir seluruhnya nyeri dada, hanya 1 reponden yang tidak mengeluh nyeri dada saat masuk melainkan sesak nafas 3 5.1.4. Karakteristik Penderita SKA Berdasrkan Riwayat Penyakit Terdahulu Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Dan Persentase Penderita Berdasarkan Riwayat Penyakit Terdahulu Riwayat Penyakit Terdahulu Frekuensi Persentase Tidak ada riwayat 6 18,2 DM tipe 2 14 42,4 Hipertensi 11 33,3 PJK 5 15,2 Dispepsia 1 3 Pneumonia 1 3 Kanker 1 3 Stroke 1 3 Dislipidemia 1 3 Total 33 100 Berdasarkan tabel 5.3 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar penderita SKA yang masuk ke RSUP H. Adam Malik memiliki riwayat penyakit DM tipe 2 dan sebagian penderita yang memiliki riwayat penyakit dispepsia, pneumonia, kanker, stroke, dan dislipidemia diderita hanya pada 1 orang untuk masing-masing penyakit 32

5.1.5. Karakteristik Penderita SKA Berdasarkan Gambaran EKG Sewaktu Masuk.

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Penderita SKA Berdasarkan Gambaran EKG Sewaktu Masuk. Gambaran EKG sewaktu masuk Frekuensi n Persentase Normal 6 18,2 ST depresi 4 12,1 T inverse 3 9,1 ST elevasi 20 60,6 Total 33 100 Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa gambaran EKG penderita SKA sewaktu masuk RSUP H. Adam Malik terbanyak adalah gambaran EKG dengan ST elevasi yaitu sebanyak 20 responden 60,6. Sedangkan proporsi terrendah adalah T inversi yaitu sebanyak 3 responden 9,1. 5.1.6. Karakteristik Penderita SKA Berdasarkan Diagnosa Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Penderita SKA Berdasarkan Diagnosa Diagnosa Frekuensi n Persentase IMA STE 20 60,6 IMA non STE 5 15,2 APTS 8 24,2 Total 33 100 33 Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa diagnose penderita SKA terbanyak adalah IMA STE yaitu sebanyak 20 responden 60,6. Sedangkan proporsi terrendah adalah diagnose IMA non STE yaitu sebanyak 5 responden.

5.2. Pembahasan

Sindroma Koroner Akut SKA merupakan suatu masalah kardiovaskular yang utama karena menyebabkan angka perawatan rumah sakit dan angka kematian yang tinggi. Faktor resiko yang dapat diubah adalah Di atas usia 45 tahun pada pria dan di atas usia 55 tahun pada wanita, riwayat keluarga, dan ras. Sedangkan untuk faktor resiko yang dapat diubah adalah tekanan darah, DM, obesitas, penyakit metabolic, merokok, dan rendahnya aktifitas fisik Boudi F.B 2015. Pada penelitian ini proporsi penderita SKA terbanyak adalah pada kelompok usia 65 tahun dan hanya sebagian kecil responden yang berusia diatas 65 tahun dimana terdapat responden berusia 30 tahun yang telah menderita SKA tabel 5.1. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian dari Simanjuntak MM 2012 di RSUP H. Adam Malik yang memperoleh proporsi tertinggi penderita SKA 65 tahun yaitu sebanyak 74,5. Penelitian lain yang dilakukan di RSUP PROF. Dr. R.D. Kandou Manado tahun 2010 yang memperoleh Pasien sindrom koroner akut paling banyak pada kelompok usia 41-60 tahun yaitu sebanyak 70. Dengan bertambahnya usia, risiko kejadian kasus sindrom koroner akut mutlak meningkat secara signifikan sebagai akibat dari progresif akumulasi aterosklerosis koroner. Ramadhan B.Y.S 2010. Namun usia diatas 65 tahun memiliki angka kematian yang lebih besar oleh karena pasien usia tua kurang mendapat terapi secara agresif Antman 2000 Jenis kelamin juga merupakan faktor resiko terjadinya SKA. Pada penelitian ini kelompok penderita SKA terbanyak adalah jenis kelamin laki-laki dibandingkan dengan perempuantabel 5.1. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Simanjuntak MM 2012 di poli RSUP H. Adam Malik Medan diperoleh proporsi jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 81,3. Menurut Perhimpunan Dokter 34 Spesialis Kardiovaskuler Indonesia PERKI 2015 diagnosis SKA menjadi lebih kuat jika keluhan ditemukan pada pasien laki-laki. Kejadian sindrom koroner akut antara laki-laki : perempuan adalah 7:3 berdasarkan teori yang ada dikarenakan laki-laki lebih rentan akibat faktor-faktor resiko yang ada antara lain merokok, kolesterol faktor makanan, dan lainlainnya Ramadhan B.Y.S 2010 Berdasarkan hasil penelitian distribusi pada kelompok pekerjaan mendapatkan proporsi tertinggi adalah wiraswasta tabel 5.1. Hal ini sesuai dengan penelitian Salim 2013 di RSUD Dr. Moewardi mununjukkan penderita terbanyaak terjadi pada orang yang tidak bekerja, PNS dan wiraswasta. Namun tidak sejalan dengan penelitian Supriyono 2008 di DI RSUP Dr. Kariadi dan RS Telogorejo Semarang dimana PNS menunjukkan proporsi tertinggi. Hal ini berbeda-beda pada setiap daerah karena Inaktivitas fisik dan stressdepresi dipengaruhi oleh keadaan sosio-ekonomik, pola diet tak sehat dipengaruhi oleh etnis dan sosio kultural. Manifestasi klinis SKA merupakan manifestasi akut dari plak ateroma pembuluh darah koroner yang ruptur atau pecah. Hal ini berkaitan dengan perubahan komposisi plak dan penipisan tudung fibrus yang menutupi plak tersebut. Kejadian ini akan diikuti oleh proses agregasi trombosit dan aktivasi jalur koagulasi, kemudian trombus yang kaya trombosit white thrombus akan terbentuk. Trombus ini akan menyumbat liang pembuluh darah koroner, baik secara total maupun parsial; atau menjadi mikroemboli yang menyumbat pembuluh koroner yang lebih distal. Selain itu terjadi pelepasan zat vasoaktif yang menyebabkan vasokonstriksi sehingga memperberat gangguan aliran darah koroner. Berkurangnya aliran darah koroner menyebabkan iskemia miokardium. Pasokan oksigen yang berhenti selama kurang-lebih 20 menit menyebabkan miokardium mengalami nekrosis, hal ini sering ditandai dengan keluhan nyeri pada dada. infark miokardPERKI 2015. Pada penelitian ini sebagian besar responden mengeluhkan nyeri dada ketika masuk RSUP H. Adam Malik Medan 97. 23 responden hanya 35 mengeluhkan nyeri dada tanpa keluhan tambahan sedangkan 19 responden mengeluh nyeri dada disertai keluhan tambhan yang lain seperti sesak nafas, mual, muntah, keringat dingin, dan batuk tabel 5.2. Sindroma koroner akut dapat terjadi dengan atau tanpa riwayat penyakit terdahulu. Pada penelitian ini sebagian besar penderita SKA memiliki riwayat penyakit DM tipe 2. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Simanjuntak MM 2012 di RSUP H. Adam Malik Medan yang memperoleh hasil penderita SKA dengan riwayat penyakit terbanyak adalah hipertensi yaitu sebanyak 66,3. Namun Sebuah penelitian lain yang sejalan menunjukkan prevalensi yang tinggi terhadap toleransi glukosa atau DM pada penderita PJK di RSUP Dr. Kariadi dan RS Telogorejo Semarang yaitu sebanyak 70Supriyono 2008. Hal ini telah diidentifikasi dalam studi sebelumnya di mana ukuran infark dikaitkan sesuai dari tingkat creatine kinase MB, kortisol, pelepasan katekolamin dan peningkatan linear terkait glukosa darah. Kadar gula darah yang tinggi dapat memicu trombosis, penurunan fibrinolisis, dan peningkatan respon inflamasi sehingga memprcepat terjadinya atherosclerosis.Chih et al 2008. Keluhan nyeri dada dapat disebabkan oleh penyakit kardiovaskular maupun non-kardiovaskular sehingga untuk penegakan diagnosa dilakukan pemeriksaan EKG. Gambaran EKG pada penderita SKA dapat dinilai dari gelombang ST segmen. Pemantauan segmen ST secara berkala pada EKG saat istirahat memberi informasi prognostik tambahan, selain hasil troponin dan variabel klinis lainnya Hamm 2004. Pada penelitian ini proporsi gambaran EKG terbanyak adalah ST elevasi tabel 5.4. Hal ini sesuai dengan penelitian Tarigan E 2003 di RSUP H. Adam Malik Medan yang memperoleh gambaran EKG terbanyak dari subjek penelitian adalah ST elevasi yaitu sebanyak 54,3 dan gambaran EKG ini memiliki korelasi positif dengan hasil pemeriksaan troponin T namun pada penelitian ini data pemeriksaan troponin T tidak menjadi variable penelitian. Hal ini menggambarkan oklusi total arteri koroner yang menyebabkan nekrosis myocardium PERKI 2015 36 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan