5.1.1.3.4 Pengaruh Teknologi terhadap pendapatan
Dari penelitian ini diketahui bahwa teknologi berpengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan dengan nilai signifikansi sebesar 0,006 0,006
≤0,05. Teknologi mempunyai pengaruh negatif terhadap pendapatan. Hal ini terjadi
karena teknologi ditinjau dari kapasitas kapal yang digunakan oleh nelayan. Perbedaan jenis kapal menyebabkan perbedaan jenis komoditas yang dihasilkan
oleh nelayan. Berbeda pula jumlah tenaga kerja, modal dan kemampuan jarak yang ditempuh oleh kapal. Komoditas yang dihasilkan oleh nelayan dengan kapal
0 GT adalah udang dan kepiting. Harga udang berkisar antara Rp. 30.000,- hingga Rp. 100.000,- per kilogram di tingkat nelayan. Sedangkan nelayan dengan
kapasitas kapal 4 GT memproduksi Ikan Gembung, dengan kisaran harga Rp. 18.000,- sampai Rp. 26.000,- per kilogram di tingkat nelayan. Kapal berkapsitas
besar secara keseluruhan disewa oleh nelayan dan harga jualnya juga ditentukan oleh pemilik kapal, maka dari itu teknologi memiliki pengaruh negatif terhadap
pendapatan nelayan. Ditinjau dari pengaruhnya maka hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Muhammad Arliman yang berjudul “Pengaruh Modal,
Jam Kerja, Pengalaman dan Teknologi Terhadap Pendapatan Nelayan Tangkap di Kabupaten Takalar”, bahwa teknologi berpengaruh terhadap pendapatan nelayan.
5.3 Program Pemerintah yang ada di Desa Pekan Tanjung Beringin dan Desa Kuala Lama
Dari informasi dan hasil wawancara dengan nelayan di Desa Pekan Tanjung
Beringin dan Desa Kuala Lama, program pemerintah untuk meningkatkan pendapatan nelayan yang ada di desa-desa tersebut adalah Program
Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap PUMP.
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Usaha Mina Perdesaan PUMP Perikanan Tangkap merupakan bagian dari pelaksanaan PNPM Mandiri yang betujuan untuk penanggulangan
kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja di perdesaan Perpres 152010: Klaster II. Melalui kegiatan PUMP Perikanan Tangkap diharapkan berkembangnya
usaha penangkapan ikan, berkembangnya kewirausahaan nelayan, dan menjadikan Kelompok Usaha Bersama KUB sebagai lembaga ekonomi di pedesaan.
5.4 Persepsi Nelayan Terhadap Program Pengembangan Usaha Mina Pedesaan Perikanan Tangkap PUMP
Untuk mengetahui persepsi nelayan yang mendapat program dan yang tidak dapat
program diambil sampel masing-masing 30 orang. Nilai standar deviasi yang diperoleh untuk nelayan yang tidak mendapatkan program PUMP adalah sebesar
1,162919. Nilai standar deviasi untuk nelayan yang mendapat program PUMP adalah sebesar 2,491892. Persepsi nelayan terhadap program dapat dilihat pada
Tabel 5.3.
Tabel 5.3 Persepsi Nelayan Terhadap Program BLM PUMP No
Uraian Positif
Negatif Jumlah
1 Dapat program
22 73,33 8 26,67
30 100 2
Tidak dapat program 2 6,67
28 93,33 30 100
Sumber : data diolah dari lampiran 4 dan lampiran 6 Dari Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa dari 30 sampel yang tidak dapat program
PUMP yang diambil, 2 sampel 6,67 memiliki persepsi positif terhadap program PUMP, dan 28 sampel 93,33 memiliki persepsi negatif terhadap
program PUMP. Mayoritas dari sampel memiliki persepsi yang negatif, sehingga dapat dikatakan bahwa sampel nelayan yang tidak dapat program memiliki
persepsi negatif terhadap program PUMP. Dari 30 nelayan yang mendapat
Universitas Sumatera Utara
program PUMP, 22 nelayan 73,33 memiliki persepsi positif terhadap program PUMP, dan 8 sampel 26,67 memiliki persepsi negatif terhadap program
PUMP. Mayoritas dari nelayan memiliki persepsi yang positif, sehingga dapat dikatakan bahwa nelayan yang pernah mendapat program PUMP memiliki
persepsi positif terhadap program PUMP. Dari 60 nelayan sampel yang diambil, yaitu 30 nelayan yang dapat program, dan
30 nelayan yang tidak dapat program, mayoritas memiliki persepsi negatif terhadap program PUMP.
Dari hasil wawancara kepada nelayan bisa diketahui bahwa ada beberapa alasan
mengapa persepsi nelayan negatif terhadap Program PUMP yaitu sebagai berikut 1.
Untuk mendapatkan program bantuan dari pemerintah, nelayan atau kelompok nelayan harus memberikan “pelancar” kepada pihak-pihak
tertentu di dinas-dinas pemerintahan terkait agar segala urusan dan hasil pengajuan proposal permohonan bantuan bisa terjamin hasilnya.
2. Nelayan sulit membuat persyaratan berupa proposal yang harus
menggunakan komputer dalam proses pembuatannya. 3.
Penyaluran dana PUMP yang dinilai nelayan belum tepat sasaran, dan masih banyak nelayan yang belum pernah sama sekali mendapat program atau
mendapat bantuan dari pemerintah semenjak berprofesi sebagai nelayan 4.
Kurangnya interaksi yang baik antara nelayan dengan dinas perikanan dan kelautan serta pemerintah karena nelayan tidak mengetahui bagaimana
caranya untuk menyampaikan aspirasi kepada Pemerintah dan dinas perikanan dan kelautan.
Universitas Sumatera Utara
5. Nelayan telah berpandangan pesimis terhadap program-program
pemerintah, karena telah berulang kali mengirim proposal kepada dinas perikanan dan kelautan tetapi sekalipun tidak ada direspon. Hal ini
mengakibatkan banyak nelayan tidak lagi bergabungmembentuk kelompok nelayan.
6. Sulitnya nelayan menyampaikan aspirasi kepada pemerintah
7. Kurangnya sosialisasi dalam kegiatan pendampingan pada kelompok
nelayan dari dinas perikanan dan kelautan terhadap para nelayan. Adapun pandangan positif dari nelayan terhadap program bantuan pemerintah
dikarenakan alasan sebagai berikut : a.
Nelayan sadar bahwa program bantuan yang diberikan pemerintah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan.
b. Ada harapan lagi dari nelayan untuk bisa kembali mendapatkan bantuan
pada periode berikutnya. c.
Terdapat 1 kelompok nelayan yang mendapat bantuan dari pemerintah tanpa harus memberikan pelancar kepada oknum di dinas terkait.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan