Karakteristik Nelayan Sampel Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Dan Persepsi Nelayan Pada Program Peningkatan Pendapatan

Untuk sarana penghubung atau transportasi yang tersedia di daerah penelitian adalah becak motor bentor dan angkutan sepeda motor RBT. Sarana jalan menuju desa sebagian sudah di aspal dan sebagian lagi masih jalan berbatu.

4.3 Karakteristik Nelayan Sampel

Karakteristik sampel yang dimaksud adalah karakteristik nelayan yang dijadikan sebagai responden pada penelitian ini. Karakteristik tersebut meliputi pendapatan, pengalaman melaut, tingkat pendidikan, modal melaut, jumlah tenaga kerja dalam perahukapal, hasil tangkapan, pendidikan, dan umur nelayan. 4.3.1 Karakteristik Sosial Nelayan Sampel Karakteristik sosial nelayan sampel dijelaskan dengan membagi sampel menjadi 2 golongan yaitu nelayan yang mendapat program bantuan PUMP dan dan yang tidak mendapat program bantuan. Tabel 4.3. Karakteristik Nelayan yang Mendapat Program PUMP No. Karakteristik Sampel Satuan Rentang Rataan 1 Modal Rp 45.000-55.500 50.291 2 Tenaga Kerja Orang 1-6 3,5 3 Umur tahun 21-53 36,1 4 Pendidikan tahun 6-12 6,8 5 Pengalaman melaut Tahun 6-38 20,7 6 Jarak Tempuh Mil 2-10 5,96 7 Harga Jual Rp 23.000-71.250 45.441 8 Jumlah Pendapatan Rp 76.785-105.000 93.060 Sumber : Data lampiran 1 diolah Pada Tabel 4.3 dilihat bahwa nelayan yang mendapatkan program PUMP yang menjadi sampel memiliki rentang modal Rp.45.000,- hingga Rp.55.500,- dengan rataanRp.50.291,-. Tenaga kerja memiliki rentang 1-6 dengan rataan 3,5. Pendidikan memiliki rentang 6-12 tahun dengan rataan 6,8 tahun. Umur memiliki rentang antara 21-53 tahun dengan rataan 36,1 tahun. Pengalaman melaut Universitas Sumatera Utara memiliki rentang 13-32 dengan rataan 23,133. Harga jual memiliki rentang Rp.23.000 hingga Rp.71.250,- dengan rataan Rp.45.441,-. Jumlah pendapatan sekali melaut memiliki rentang Rp.76.785,- hingga Rp.105.000,- dengan rataan Rp. 93.060. Karakteristik nelayan yang dapat program PUMP dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.4. Karakteristik Sosial Nelayan yang Tidak Mendapat Program PUMP No. Karakteristik Sampel Satuan Rentang Rataan 1 Modal Rp 43.000-65.500 49.032 2 Tenaga Kerja Orang 1-6 3,33 3 Umur tahun 21-47 34,1 4 Pendidikan tahun 6-12 6,8 5 Pengalaman melaut Tahun 7-32 19,3 6 Jarak Tempuh Mil 2-8 5 7 Harga Jual Rp 21.333-75.000 43.047 8 Jumlah Pendapatan Rp 75.000-120.000 88.531 Sumber : Data lampiran 2 Dari tabel 4.4 dilihat bahwa nelayan yang tidak mendapatkan program PUMP yang menjadi sampel memiliki rentang modal Rp.43.000,- hingga Rp.65.500,- dengan rataanRp.49.032,-. Tenaga kerja memiliki rentang 1-6 dengan rataan 3,3. Pendidikan memiliki rentang 6-12 tahun dengan rataan 6,8 tahun. Umur memiliki rentang antara 21-47 tahun dengan rataan 34,1 tahun. Pengalaman melaut memiliki rentang 7-32 dengan rataan 19,3. Harga jual memiliki rentang Rp.21.333 hingga Rp.75.000,- dengan rataan Rp.43.047,-. Jumlah pendapatan sekali melaut memiliki rentang Rp.75.000,- hingga Rp.120.000,- dengan rataan Rp. 88.531,-

4.3.2 Kepemilikan Perahu atau Kapal Motor

Untuk status kepemilikan perahu dan kapal motor di daerah penelitian berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan bahwa nelayan yang menyewa kapal untuk Universitas Sumatera Utara melaut yaitu sebesar 75 kemudian diikuti oleh nelayan yang mengkredit perahunya sebesar 15 dan yang memiliki perahu sendiri sebesar 10. Tabel 4.5.Status Kepemilikan Perahu atau Kapal Motor Status Kepemilikan Perahu atau Kapal Motor Jumlah Persen Milik Sendiri 6 10 Sewa 45 75 Kredit 9 15 Jumlah 60 100 Sumber : Data Kuisioner

4.3.3 Sitem Bagi Hasil Nelayan Sampel a. Nelayan dengan Kapasitas Kapal 4 GT

Nelayan dengan kapal berkapasitas 4 GT hampir secara keseluruhan belum memiliki kapal sendiri. Nelayan dengan kapal 4 GT membawa 6 orang awak tenaga kerja dengan komposisi 5 orang nelayan dan 1 orang tekong nahkoda atau pawang yang memiliki pengetahuan tentang keadaan laut. Pembagian hasil tangkapan di daerah penelitian memiliki tahapan sebagai berikut : 1. Sebelum berangkat, nelayan terlebih dahulu menumpulkan uang untuk membeli bahan bakar diesel solar di SPBN atau kepada pedagangan minyak eceran di sekitar tangkahan dermaga. Bila nelayan belum memiliki uang yang cukup untuk membeli bahan bakar, mereka biasanya berhutang kepada pedagang minyak eceran dan setelah selesai melaut, barulah nelayan membayarkan hutangnya. 2. Setelah selesai melaut, hasil tangkapan nelayan dijualkan kepada toke pemilik kapal dengan harga yang ditentukan oleh toke. 3. Separuh hasil penjualan diberikan kepada toke pemilik kapal sebagai sewa kapal dan separuhnya lagi kepada nelayan. Universitas Sumatera Utara 4. Hasil penjualan kemudian dibagi rata kepada nelayan, namun tekong mendapatkan hasil 2 kali lebih banyak dibandingkan nelayan lain yang berada di kapal. Bila nelayan berhutang bahan bakar kepada pedagang minyak eceran maka uang hasil penjualan sebelum dibagikan kepada nelayan harus dipotong lagi sebesar hutang untuk membeli bahan bakar kepada pedagang minyak eceran. b. Nelayan dengan Kapasitas Kapal 0 GT Nelayan dengan kapasitas kapal 0 GT di daerah penelitian bermuatan 1 orang nelayan. Ditinjau dari kepemilikan kapalnya, nelayan di daerah penelitain terbagi 2 jenis yaitu nelayan yang memiliki kapal sendiri dan nelayan dengan kapal sewaan. Sistem bagi hasilnya juga berbeda, nelayan pemilik kapal biasanya menjualkan hasil tangkapannya kepada toke pedagang pengumpul lalu hasil penjualannya utuh dimiliki oleh nelayan itu sendiri. Berbeda halnya dengan nelayan yang masih menyewa kapal untuk melakukan proses penangkapan ikan. Nelayan yang masih menyewa secara keseluruhan menjual hasil tangkapannya kepada toke pemilik kapal kemudian hasil penjualannya dipotong sebesar Rp.15.000,- hingga Rp. 20.000,- sebagai harga sewa kapal. Universitas Sumatera Utara

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Deskripsi Variabel Penelitian Deskripsi variabel dari hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.1 Tabel 5.1 Deskripsi Variabel Penelitian Sumber : Lampiran 1 dan 2 diolah Dari Tabel 5.1, diketahui rentang pendapatan rentang pendapatan adalah Rp.75.000,- sampai Rp. 120.000,- dengan rata-rata Rp.62.468,68 dalam sekali melaut. Modal kerja terdiri dari makanan, rokok, harga sewa kapal atau kredit kapal dan peralatan atau penyusutan kapal dan peralatan penangkap ikan, dan bahan bakar yang digunakan dalam sekali proses produksi. Modal kerja berada di rentang Rp.43.000,- hingga Rp.65.500,- dengan rataan Rp.90.799,-. Jumlah tenaga kerja dalam satu perahu berada pada rentang 1 hingga 6 orang. Kapal dengan kapasitas 4 GT mampu menampung 6 orang nelayan sedangkan kapal dengan kapasitas 0 GT hanya mampu memuat 1 orang nelayan. Jumlah tanga kerja dalam 1 kapal memiliki rataan 3,4. Variabel Satuan Rentang per trip Rataan Pendapatan Rupiah 75.000 - 120.000 64.468,68 Modal Kerja Rupiah 43.000 – 65.500 90.799 Pengalaman Tahun 6-38 20,21 Jam Kerja Jam 6-9 7,65 Teknologi GT Gross Ton 0 dan 4 - Universitas Sumatera Utara Jam kerja nelayan berada direntang 6 hingga 9 jam, dengan rataan 7,65 jam sehari. Teknologi yang digunakan nelayan berdasarkan kapasitas perahu, yaitu perahu 0 GT dan 4 GT. 5.2 Hasil Analisis Pengaruh Variabel Modal Kerja, Jumlah Tenaga Kerja, Jam Kerja dan Teknologi Terhadap Pendapatan Nelayan ŶHasil regresi variabel modal kerja, tenaga kerja, jarak tempuh dan teknologi, dapat dilihat pada tabel 5.2. Tabel 5.2 Hasil Regresi Variabel Penelitian Koefisen Regresi t-hitung Sig Constanta 43.812,361 2,934 0,005 Modal 1,233 5,102 0,000 Jam Kerja 1.441,949 1,026 0,310 Pengalaman 11,238 0,083 0,934 Teknologi - 5.969,4751 2,859 0,006 F-hitung 15,508 Sig. F-hitung 0,000 R 0,728 Standar Eror 7044,85125 R-Square 0,530 N 60 Adjusted R-Squared 0,496 Dari Tabel 5.2 dapat dibuat persamaan sebagai berikut: Ŷ= 43.812,361 + 1,233 - 1.441,949 -11,238 - 5.969,4751 Dimana : Y = Pendapatan nelayan = Modal melaut = Jam kerja Pengalaman = Teknologi Universitas Sumatera Utara 5.2.1 Uji asumsi klasik 5.2.1.1 Uji normalitas Uji asumsi normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi , variabel pengganggu atau residual berdistribusi normal. Dari hasil perhitungan OSKS diperoleh signifikansi sebesar 0.344. Nilai signifikansi lebih besar dari nilai toleransi yaitu 0,05. Hal ini menjelaskan tidak ada perbedaan antara distribusi residual dengan distribusi normal, data residual model berdistribusi normal.

5.2.1.2 Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas dgunakan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi yang kuat di antara variabel-variabel independen yang diikutsertakan dalam pembentukan model. Untuk mendeteksi apakah model regresi linier mengalami multikolinearitas dapat diperiksa menggunakan Variance Inflation Factor VIF untuk masing-masing Variabel Independen, yaitu jika suatu Variabel Independen mempunyai nilai VIF 10 berarti telah terjadi multikolinearitas. Dari hasil diatas, diperoleh nilai VIF secara keseluruhan lebih kecil dari 10. Hal ini mengidentifikasikan bahwa tidak terjadi multikolinieritas. Universitas Sumatera Utara 5.2.1.3 Uji Heterokedasitas Untuk mengindentifikasi herokedasitas dapat dilihat scatterplot pada gambar 4. Gambar 4. Pola Scatterplot Scatterplot diatas tidak menunjukkan pola sistematis. Jadi dapat disimpulkan tidak terjadi heterokedastis.

5.2.2 Uji Hipotesis

5.2.2.1 Koefisien Determinasi R

2 Dari hasil regresi pengaruh variabel modal kerja, tenaga kerja, pengalaman kerja, teknologi, harga jual terhadap pendapatan diperoleh nilai R 2 sebesar 0.530. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 53 dari variasi variabel pendapatan telah dijelaskan secara serempak oleh variabel modal kerja X 1 , pengalaman kerja X 2 , jam kerja X 3 , dan teknologi X 4 . Sedangkan sisanya yaitu sebesar 47 Universitas Sumatera Utara persen dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang belum dimasukkan dalam model.

5.2.2.2 Pengujian Signifikan Simultan Uji-F

Dari hasil regresi pengaruh variabel modal kerja, tenaga kerja, pengalaman kerja, teknologi, harga jual terhadap pendapatan diperoleh tingkat signifikansi F adalah sebesar 0,000 0,000 ≤0,001. Hal ini menunjukkan bahwa H ditolak dan H 1 diterima,yang berarti variabel bebas modal ,tenaga kerja, pengalaman, teknologi, harga jual secara serempak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat Pendapatan nelayan.

5.2.2.3 Pengujian Signifikan parsial Uji-t

Dari hasil regresi pengaruh variabel modal melaut, pengalaman kerja, jam kerja dan teknologi terhadap pendapatan : - Variabel modal memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,000 0,000 ≤0,05; dan teknologi sebesar 0,006 0,006 ≤0,05 Hal ini menunjukkan bahwa variabel modal dan teknologi secara parsial berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan. - Variabel jam kerja sebesar 0,310 0,310 ≥0,05 dan pengalaman melaut sebesar 0,934 0,934 ≥0,05 . Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing variabel jam kerja dan pengalaman melaut secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan 5.2.2.3.1 Pengaruh Modal kerja terhadap pendapatan Dari penelitian ini diketahui bahwa modal berpengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan artinya modal secara parsial berpengaruh nyata terhadap Universitas Sumatera Utara pendapatan nelayan. Besarnya koefisien regresi adalah 1,233. Hal ini menunjukkan bahwa setiap adanya kenaikan modal Rp.1.000, maka akan terjadi kenaikan pendapatan sebesar Rp.1.233,- dengan asumsi variabel lain tetap. Sehingga untuk mendapatkan penambahan pendapatan yang besar harus diikuti dengan penambahan modal yang lebih besar lagi. Hal ini sesuai dengan pernyataan oleh Mubyarto bahwa modal mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan berhasil tidaknya suatu usaha produksi yang didirikan. Sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Sujarno, 2008 yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan di Kabupaten Langkat”. Sama halnya dengan nelayan di Kabupaten Sergai, bahwa modal merupakan faktor yang dapat mempengaruhi pendapatan nelayan. Nelayan di lokasi penelitian khususnya nelayan dengan kapasitas perahu 4GT sering terkendala dalam ketersediaan modal. Mereka lebih sering membeli bahan bakar ke pedagang bahan bakar eceran daripada ke SPBN Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan. Hal ini disebabkan ketidakadaan modal untuk membeli bahan bakar di SPBN. Para pedagang bahan bakar eceran membolehkan para nelayan untuk berhutang, sedangkan untuk mendapatkan bahan bakar di SPBN, nelayan harus membayar secara kontan terlebih dahulu.

5.2.2.3.2 Pengaruh Jam Kerja terhadap pendapatan

Dari penelitian ini diketahui bahwa jam kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan 0,310 ≥0,05 artinya jarak tempuh secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan. Universitas Sumatera Utara Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian Muhammad Arliman yang berjudul “Pengaruh Modal, Jam Kerja, Pengalaman dan Teknologi Terhadap Pendapatan Nelayan Tangkap di Kabupaten Takalar.” Adanya Indikasi over fishing di wilayah laut Kabupaten Sergai menyebabkan lamanya waktu melaut belum tentu bisa meningkatkan hasil tangkapan. Nelayan yang berasal dari wilayah lain di luar Kabupaten Serdang Bedagai yang menggunakan pukat trawl tak henti mengeksploitasi wilayah tangkap nelayan tradisional Kabupaten Serdang Bedagai, bahkan hingga ke bibir pantai. Keberadaan nelayan pengguna pukat trawl yang tidak terkendali inilah yang diduga menjadi alasan terjadinya over fishing di wilayah tangkap nelayan Kabupaten Serdang Bedagai sehingga selama apapun waktu yang digunakan untuk proses produksi tidak bisa meningkatkan hasil tangkapan ikan.

5.1.1.3.3 Pengaruh Pengalaman Melaut terhadap pendapatan

Dari penelitian ini diketahui bahwa pengalaman tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan dengan besar signifikansi yaitu 0,934 0,934 ≥0,05 artinya pengalaman secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Sujarno 2008 dengan judul “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan di Kabupaten Langkat”. Lamanya pengalaman seorang nelayan tidak menentukan besarnya hasil tangkapan, hal ini dikarenakan setiap nelayan masih bergantung kepada kondisi alam dan habitat ikan di laut. Universitas Sumatera Utara

5.1.1.3.4 Pengaruh Teknologi terhadap pendapatan

Dari penelitian ini diketahui bahwa teknologi berpengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan dengan nilai signifikansi sebesar 0,006 0,006 ≤0,05. Teknologi mempunyai pengaruh negatif terhadap pendapatan. Hal ini terjadi karena teknologi ditinjau dari kapasitas kapal yang digunakan oleh nelayan. Perbedaan jenis kapal menyebabkan perbedaan jenis komoditas yang dihasilkan oleh nelayan. Berbeda pula jumlah tenaga kerja, modal dan kemampuan jarak yang ditempuh oleh kapal. Komoditas yang dihasilkan oleh nelayan dengan kapal 0 GT adalah udang dan kepiting. Harga udang berkisar antara Rp. 30.000,- hingga Rp. 100.000,- per kilogram di tingkat nelayan. Sedangkan nelayan dengan kapasitas kapal 4 GT memproduksi Ikan Gembung, dengan kisaran harga Rp. 18.000,- sampai Rp. 26.000,- per kilogram di tingkat nelayan. Kapal berkapsitas besar secara keseluruhan disewa oleh nelayan dan harga jualnya juga ditentukan oleh pemilik kapal, maka dari itu teknologi memiliki pengaruh negatif terhadap pendapatan nelayan. Ditinjau dari pengaruhnya maka hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Muhammad Arliman yang berjudul “Pengaruh Modal, Jam Kerja, Pengalaman dan Teknologi Terhadap Pendapatan Nelayan Tangkap di Kabupaten Takalar”, bahwa teknologi berpengaruh terhadap pendapatan nelayan.

5.3 Program Pemerintah yang ada di Desa Pekan Tanjung Beringin dan Desa Kuala Lama