mendesak dan mutlak diperlukan oleh petani, agar dapat bersaing dalam melaksanakan kegiatan usaha tani dan dapat meningkatkan kesejahteraan hidunya.
Gapoktan adalah gabungan dari beberapa kelompok tani yang melakukan usaha agribisnis diatas prinsip kebersamaan dan kemitraan sehingga mencapai
peningkatan produksi dan pendapatan usaha tani bagi anggotanya dan petani lainnya. Pengembangan Gapoktan dilatarbelakangi oleh kenyataan lemahnya
akses petani terhadap berbagai kelembagaan layanan usaha. Pada prinsipnya lembaga Gapoktan diarahkan sebagai sebuah kelembagaan ekonomi, namun
diharapkan juga mampu menjalankan fungsi-fungsi lainnya serta memiliki peran penting terhadap pertanian Syahyuti, 2007.
Peran kelembagaan sangat penting dalam mengatur sumber daya dan distribusi manfaat, untuk itu unsur kelembagaan perlu diperhatikan dalam upaya
peningkatan potensi desa guna menunjang pembangunan desa. Dengan adanya kelembagaan petani dan ekonomi desa sangat terbantu dalam hal mengatur silang
hubungan antar pemilik input dalam menghasilkan output ekonomi desa dan dalam mengatur distribusi output tersebut Prihartanto, 2009.
2.2.3 Pengertian Program
Menurut Jones 1996, program adalah cara yang disahkan untuk mencapai tujuan. Dengan adanya program maka segala bentuk rencana akan lebih
terorganisir dan lebih mudah untuk dioperasionalkan. Hal ini mudah dipahami, karena program itu sendiri menjadi pedoman dalam rangka pelaksanaan program
tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Program merupakan unsur pertama yang harus ada demi tercapainya kegiatan pelaksanaan karena dalam program tersebut telah dimuat berbagai aspek,
yang antara lain adalah : 1.
Adanya tujuan yang ingin dicapai. 2.
Adanya kebijakan-kebijakan yang harus diambil dalam pencapaian tujuan itu.
3. Adanya aturan-aturan yang dipegang dengan prosedur yang harus dilalui.
4. Adanya perkiraan anggaran yang perlu atau dibutuhkan.
5. Adanya strategi dalam pelaksanaan.
Unsur kedua yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan program adalah adanya kelompok orang yang menguji sasaran program sehingga kelompok orang
tersebut merasa ikut dilibatkan dan membawa hasil program yang dijalankan dan adanya perubahan dan peningkatan dalam kehidupannya. Bila tidak memberikan
manfaat pada kelompok orang maka boleh dikatakan program tersebut telah gagal dilaksanakan.
Berhasil tidaknya suatu program dilaksanakan tergantung dari unsur pelaksananya. Pelaksana penting artinya karena pelaksanaan suatu program, baik
itu organisasi ataupun perseorangan bertanggung jawab dalam pengelola maupun pengawasan dalam pelaksanaan. Suatu program dapat dievaluasi apabila ada tolak
ukur yang bias dijadikan penilaian terhadap program yang telah berlangsung, berhasilnya atau tidak berhasilnya suatu program berdasarkan tujuan yang sudah
tentu memiliki tolak ukur yang nantinya harus dicapai dengan baik oleh sumber daya yang mengelolanya.
Universitas Sumatera Utara
2.2.4 Stabilitas Harga
Stabilisasi harga merupakan tindakan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya lonjakan harga yang dapat meresahkan masyarakat setelah melakukan
upaya pemantauan dan evaluasi perkembangan harga. Harga dinyatakan stabil jika gejolak harga pangan di suatu wilayah kurang dari 25 dari kondisi normal
Kemendag, 2012. Stabilitas Harga SH dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
n SHi
SH
n i
∑
=
=
1
Keterangan: SHi= Stabilitas Harga Beras ke i
I = 1,2,3...n n = jumlah komoditi
dimana: Stabilitas Harga SH di gambarkan dengan koefisien keragaman CV
1. Stabilitas Harga komoditas ke i SHi dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
100 2
x CVHTi
CVHRi SHi
− =
Keterangan: CVHRi = Koefisien keragaman Realisasi untuk Harga komoditas ke i
CVHTi = Koefisien keragaman Target untuk Harga komoditas ke i 2.
CVHRi dihitung dari rumus sebagai berikut :
100 x
HHi SDHRi
CVHRi =
Universitas Sumatera Utara
Dimana : SDHRi = Standar deviasi realisasi untuk Harga komoditas ke i
1
1 ___
2
− −
=
∑
=
n HRi
HRi SDHRi
n i
HRi = Realitas harga komoditas ke I
2.2.4.1 Instabilitas Harga
Fluktuasi harga atau instabilitas sebenarnya dibutuhkan untuk mendorong realokasi sumberdaya dan realokasi konsumsi ketika ada goncangan ekonomi.
Namun untuk pangan, instabilitas harga yang berlebihan berpotensi memiliki dampak negatif yang cukup substansial. Merangkum dari hasil-hasil kajian
Sadoulet dan De Janvry 1995, Timmer 2003, Jayne 2004, dan Jordan et al.2007, ada beberapa dampak negatif dari instabilitas harga pangan yang
berlebihan, yaitu : 1
Misalokasi sumberdaya dan efisiensi ekonomi. Instabilitas harga pangan dapat menyebabkan inefisiensi baik pada sisi produksi maupun konsumsi,
khususnya untuk masyarakat berpendapatan rendah. Ketidakstabilan harga pangan dapat meningkatkan atau menurunkan tingkat tabungan
masyarakat dan investasi dalam suatu kegiatan ekonomi. Konsumen memerlukan tabungan untuk melindungi diri dari kemungkinan kenaikan
harga pangan, sementara produsen menabung untuk melindungi diri dari kejatuhan harga pangan yang diusahakan.
2 Instabilitas ekonomi makro. Instabilitas harga pangan yang berlebihan
dapat berdampak pada ekonomi makro secara keseluruhan, terutama ketika sebagian pendapatan masyarakat digunakan untuk konsumsi pangan.
Universitas Sumatera Utara
Instabilitas in berpengaruh pada perubahan nilai tukar, dan inflasi yang berpengaruh pada ekonomi makro.
3 Kemiskinan dan kerentanan. Fluktuasi harga pangan dapat meningkatkan
jumlah orang miskin atau membuat kelompok orang yang berpendapatan rendah menjadi lebih rentan secara ekonomi. Instabilitas harga pangan
untuk kelompok masyarakat ini dapat menyebabkan kekurangan gizi, kesehatan, bahkan kelaparan.
4 Instabilitas politik. Instabilitas harga pangan yang berlebihan sering
identik dengan instabilitas politik atau paling tidak mendorong instabilitas politik, khususnya di negara yang tingkat kesejahteraannya masih rendah.
Ketentuan PP No. 68 tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan bisa dipakai sebagai pedoman untuk melakukan intervesi pasar, yaitu apabila harga naik 25
di atas harga normal. Dengan angka besar kenaikan itu, maka bisa dihitung tingka HLL harga langit-langit sebagai refeerensi intervensi yang diperoleh dengan
rumus berbeda tingkat kenaikannya 20 dan 25.
2.2.5 Fungsi Sarana Penyimpanan Gudang Terhadap Stabilisasi Harga
Sebagaimana diketahui, sebagian besar produk pertanian bersifat musiman sehingga ketersediaannya tidak terdistribusi merata sepanjang tahun. Agar produk
pertanian tertentu selalu tersedia dalam volume transaksi dan waktu yang diinginkan harus dilakukan pengelolaan stok produksi tahunan. Dengan demikian
ada beberapa tipe penyimpanan berdasarkan motivasi atau alasan dilakukannya penyimpanan, yaitu :
1 Seasonal stocks: ada sejumlah produk pertanian yang proses konsumsinya
dilakukan sepanjang tahun namun periode panennya relatif pendek, contoh
Universitas Sumatera Utara
bawang putih. Peyimpanan musiman ini bersifat jangka pendek tergantung pada daya simpan produk dan periode panennya
2 Carryover stocks: hal ini dilakukan untuk produk pertanian yang tersedia
sepanjang tahun namun level produktivitasnya fluktuatif, contohnya telur dan daging ayam. Fungsi penyimpanan umumnya ditujukan agar harga
produk stabil. Penyimpanan persediaan juga harus mempertimbangkan penurunan kualitas produk akibat lamanya waktu penyimpanan
3 Speculative stocks: jenis penyimpanan ini dilakukan untuk produk-produk
pertanian yang pola permintaannya sepanjang tahun berbeda. Misalnya permintaan kurma, tepung terigu dan bahan-bahan pembuat kue yang
selalu meningkat menjelang lebaran mendorong pedagang untuk melakukan speculative stocks. Penyimpanan atau penimbunan produk
umumnya dilakukan pedagang sejak harga produk dan pola permintaan belum meningkat. Stok spekulatif juga dilakukan karena alasan jarak
tempuh transportasi yang intensif waktu Tatiek, 2013. Untuk petani padi, kebanyakan petani menjual gabahnya di sawah
segera setelah panen. Harga yang mereka terima adalah harga kesepakatan, meskipun seringkali lebih ditentukan oleh para pedagang desapenggilingan.
Sebenarnya petani dapat menerima harga lebih tinggi seandainya mereka menjual padi mereka dalam bentuk gabah kering simpan GKS. Namun hal ini
sulit dilakukan karena mereka tidak memiliki lumbung penyimpan yang cukup luas dan lantai jemur untuk mengeringkan gabah Surono, 1998.
Menurut Jannahari 2012, pola produksi tahunan komoditas gabahberas di daerah sentra produksi menunjukkan produksi gabahberas pada saat panen
Universitas Sumatera Utara
raya selalu melimpah sedangkan permintaan akan gabahberas bulanan relatif stabil. Hal ini menyebabkan harga gabahberas menjadi turun. Sebaliknya pada
saat tidak terjadi panen paceklik, produksi gabahberas lebih sedikit sehingga lebih rendah dari kebutuhan gabahberas. Akibatnya harga akan melonjak naik
dan tidak terjangkau, yang terjadi saat petani justru tidak memiliki persediaan. Hal ini menunjukkan bahwa harga gabahberas berfluktuasi menurut musim
Menurut Badan Ketahanan Pangan 2015, jika para petani mempunyai gudang penyimpanan, maka para petani dapat meningkatkan volume pembelian-
penjualan gabah, beras, minimal para petani sudah memperoleh harga yang layak terutama saat panen raya serendah-rendahnya sesuai HPP untuk gabahberas,
sehinga harga untuk gabahberas dapat stabil. Selain itu petani dapat mengelola gabah tersebut, yaitu menyimpan dengan baik, mengolah menjadi beras dan
memasarkan pada saat harga cukup tinggi sehingga dapat memperoleh keuntungan yang optimal.
2.2.6 Elemen Regulasi Pasar