Analisis Pengaruh Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM)Terhadap Stabilitas Harga Beras di Kabupaten Deli Serdang

(1)

Lampiran 1. Daftar harga aktual beras per bulan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2003

No Tahun 2003

Bulan (Rp/Kg) 1. Januari 3,041 2. Februari 3,000

3. Maret 3,000

4. April 3,000

5. Mei 3,000

6. Juni 3,000

7. Juli 3,100

8. Agustus 3,046 9. September 3,000 10. Oktober 2,992 11. November 3,000 12. Desember 3,019 Rata-rata 3,017

Lampiran 1a. Grafik perkembangan harga aktual beras per bulan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2003

2.920 2.940 2.960 2.980 3.000 3.020 3.040 3.060 3.080 3.100 3.120

Tahun 2003 (Rp/Kg)


(2)

Lampiran 2. Daftar harga aktual beras per bulan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2004

No Tahun 2004

Bulan (Rp/Kg) 1. Januari 3,000 2. Februari 3,000

3. Maret 3,000

4. April 3,000

5. Mei 3,000

6. Juni 3,000

7. Juli 3,100

8. Agustus 3,100 9. September 3,100 10. Oktober 3,100 11. November 3,100 12. Desember 3,100 Rata-rata 3,100

Lampiran 2a. Grafik perkembangan harga aktual beras per bulan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2004

2.940 2.960 2.980 3.000 3.020 3.040 3.060 3.080 3.100 3.120

Tahun 2004 (Rp/Kg)


(3)

Lampiran 3. Daftar harga aktual beras per bulan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2005

No Tahun 2005

Bulan (Rp/Kg) 1. Januari 3,300 2. Februari 3,217 3. Maret 3,700 4. April 3,700

5. Mei 3,650

6. Juni 3,500

7. Juli 3,700

8. Agustus 3,700 9. September 3,670 10. Oktober 3,600 11. November 3,862 12. Desember 3,900 Rata-rata 3,625

Lampiran 3a. Grafik perkembangan harga aktual beras per bulan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2005

0 500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000 3.500 4.000 4.500

Tahun 2005 (Rp/Kg)


(4)

Lampiran 4. Daftar harga aktual beras per bulan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2006

No Tahun 2006

Bulan (Rp/Kg) 1. Januari 4,370 2. Februari 4,550 3. Maret 4,545 4. April 4,560

5. Mei 4,600

6. Juni 4,600

7. Juli 4,700

8. Agustus 4,700 9. September 4,000 10. Oktober 4,200 11. November 4,500 12. Desember 5,000 Rata-rata 4,527

Lampiran 4a. Grafik perkembangan harga aktual beras per bulan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2006

1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000

Tahun 2006 (Rp/Kg)


(5)

Lampiran 5. Daftar harga aktual beras per bulan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007

No Tahun 2007

Bulan (Rp/Kg) 1. Januari 5,200 2. Februari 5,217 3. Maret 5,300 4. April 5,200

5. Mei 5,400

6. Juni 5,500

7. Juli 5,500

8. Agustus 5,300 9. September 5,300 10. Oktober 5,300 11. November 5,200 12. Desember 5,200 Rata-rata 5,301

Lampiran 5a. Grafik perkembangan harga aktual beras per bulan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007

5.100 5.150 5.200 5.250 5.300 5.350 5.400 5.450 5.500 5.550

Tahun 2007 (Rp/Kg)


(6)

Lampiran 6. Daftar harga aktual beras per bulan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008

No Tahun 2008

Bulan (Rp/Kg) 1. Januari 5,530 2. Februari 5,600 3. Maret 5,300 4. April 5,500

5. Mei 5,600

6. Juni 5,700

7. Juli 5,800

8. Agustus 6,000 9. September 5,800 10. Oktober 5,800 11. November 5,800 12. Desember 6,000 Rata-rata 5,703

Lampiran 6a. Grafik perkembangan harga aktual beras per bulan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008

5.000 5.200 5.400 5.600 5.800 6.000 6.200

Tahun 2008 (Rp/Kg)


(7)

Lampiran 7. Daftar harga aktual beras per bulan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009

No Tahun 2009

Bulan (Rp/Kg) 1. Januari 6,263 2. Februari 6,280 3. Maret 6,300 4. April 6,050

5. Mei 6,150

6. Juni 6,263

7. Juli 6,300

8. Agustus 6,500 9. September 6,500 10. Oktober 6,500 11. November 6,432 12. Desember 6,612 Rata-rata 6,346

Lampiran 7a. Grafik perkembangan harga aktual beras per bulan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009

5.700 5.800 5.900 6.000 6.100 6.200 6.300 6.400 6.500 6.600 6.700

Tahun 2009 (Rp/Kg)


(8)

Lampiran 8. Daftar harga aktual beras per bulan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010

No Tahun 2010

Bulan (Rp/Kg) 1. Januari 6,700 2. Februari 6,634 3. Maret 6,800 4. April 7,000

5. Mei 6,824

6. Juni 6,900

7. Juli 7,100

8. Agustus 6,760 9. September 6,500 10. Oktober 6,500 11. November 6,910 12. Desember 7,120 Rata-rata 6,812

Lampiran 8a. Grafik perkembangan harga aktual beras per bulan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010

6.200 6.300 6.400 6.500 6.600 6.700 6.800 6.900 7.000 7.100 7.200

Tahun 2010 (Rp/Kg)


(9)

Lampiran 9. Daftar harga aktual beras per bulan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011

No Tahun 2011

Bulan (Rp/Kg) 1. Januari 8,240 2. Februari 8,470 3. Maret 8,465 4. April 8,488

5. Mei 7,855

6. Juni 7,800

7. Juli 7,788

8. Agustus 7,844 9. September 8,170 10. Oktober 7,853 11. November 8,135 12. Desember 8,283 Rata-rata 8,116

Lampiran 9a. Grafik perkembangan harga aktual beras per bulan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011

7.600 7.800 8.000 8.200 8.400 8.600

Tahun 2011 (Rp/Kg)


(10)

Lampiran 10. Daftar harga aktual beras per bulan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

No Tahun 2012

Bulan (Rp/Kg) 1. Januari 8,380 2. Februari 8,393 3. Maret 6,720 4. April 6,753

5. Mei 8,472

6. Juni 8,628

7. Juli 8,555

8. Agustus 8,693 9. September 8,605 10. Oktober 8,512 11. November 8,520 12. Desember 8,700 Rata-rata 8,244

Lampiran 10a. Grafik perkembangan harga aktual beras per bulan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 7.000 8.000 9.000 10.000

Tahun 2012 (Rp/Kg)


(11)

Lampiran 11. Daftar harga aktual beras per bulan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

No Tahun 2013

Bulan (Rp/Kg) 1. Januari 8,703 2. Februari 8,588 3. Maret 8,628 4. April 8,898

5. Mei 8,089

6. Juni 8,730

7. Juli 8,745

8. Agustus 8,743 9. September 9,306 10. Oktober 8,810 11. November 8,820 12. Desember 8,715 Rata-rata 8,731

Lampiran 11a. Grafik perkembangan harga aktual beras per bulan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

7.400 7.600 7.800 8.000 8.200 8.400 8.600 8.800 9.000 9.200 9.400

Tahun 2013 (Rp/Kg)


(12)

Lampiran 12. Daftar harga aktual beras per bulan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014

No Tahun 2014

Bulan (Rp/Kg) 1. Januari 9,800 2. Februari 9,200 3. Maret 9,500 4. April 9,260

5. Mei 9,054

6. Juni 9,063

7. Juli 9,404

8. Agustus 9,500 9. September 9,500 10. Oktober 9,438 11. November 9,500 12. Desember 9,500 Rata-rata 9,393

Lampiran 12a. Grafik perkembangan harga aktual beras per bulan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014

Lampiran 13. Uji Independent Sample T Test

9.000 9.200 9.400 9.600 9.800 10.000


(13)

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

95% Interval Differenc

F Sig. t df

Sig. (2-tailed)

Mean Differenc e

Std. Error Differenc

e Lower

NILAI Equal variances assumed

3.349 .097 -2.203 10 .052 -.12667 .05749 -.25477 Equal variances

not assumed

-2.203 8.516 .057 -.12667 .05749 -.25786

Tahun Bulan

Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Ags Sept Okt Nov Des Min

2003 3041 3000 3000 3000 3000 3000 3100 3046 3000 2992 3000 3019 2992 2004 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3100 3100 3100 3100 3100 3100 3000 2005 3300 3217 3700 3700 3650 3500 3700 3700 3670 3600 3862 3900 3217 2006 4370 4550 4545 4560 4600 4600 4700 4700 4000 4200 4500 5000 4000 2007 5200 5217 5300 5200 5400 5500 5500 5300 5300 5300 5200 5200 5200 2008 5530 5600 5300 5500 5600 5700 5800 6000 5800 5800 5800 6000 5300

Group Statistics

kelompok N Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

NILAI %sebelum 6 .1717 .11856 .04840 %SESUDA

H


(14)

2009 6263 6280 6300 6050 6150 6263 6300 6500 6500 6500 6432 6612 6050 2010 6700 6634 6800 7000 6824 6900 7100 6760 6500 6500 6910 7120 6500 2011 8240 8470 8465 8488 7855 7800 7788 7844 8170 7853 8135 8283 7788 2012 8380 8393 6720 6753 8472 8628 8555 8693 8605 8512 8520 8700 6720 2013 8703 8588 8628 8898 8089 8730 8745 8743 9306 8810 8820 8715 8089 2014 9800 9200 9500 9260 9054 9063 9404 9500 9500 9438 9500 9500 9054


(15)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 2008. Peraturan Pemerintah Pertanian No. 16/OT.140/2/2008. Jakarta: Departemen Pertanian RI.

Arifin, B. 2009. Diagnosis Ekonomi Politik Pangan dan Pertanian. PT Raja Grafindo Persada : Jakarta

Bappenas. 2015. Pangan. Jakarta

BKP. 2009. Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat Provinsi

Sumatera Utara.

2010. Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat Provinsi

Sumatera Utara.

2014. Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat Provinsi

Sumatera Utara.

Jones, C. O. 1996. Pengantar Kebijakan Publik (Public Policy). Jakarta PT. Raja Grafindo Persada.

Kemendag. 2012. Penggunaan Cadangan Beras Pemerintah Untuk Stabilitas

Harga. Jakarta.

Linda. J. L. 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keberhasilan

Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM) di Kab. Serdang Bedagai. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Nasution, M. 2002. Pengembangan Kelembagaan Koperasi Pedesaan untuk

Agroindustri. Bogor : IPB Press.

Prihartanto, M. K. 2009. Dampak Program Pengembangan Usaha Agribisnis

Perdesaan terhadap Kinerja Gapoktan dan Pendapatan Anggota Gapoktan. Skripsi, Institut Pertania Bogor.

Sesbany. 2007. Pengutan Kelembagaan Petani untuk Meningkatkan Posisi Tawar

Petani. STTP Medan.

Sugiarto, dkk. 2000. Ekonomi Mikro. Gramedia Pustaka Umum : Jakarta

Suryana, A. 2003. Kapita Selekta Evaluasi Pemikiran Kebijakan Ketahanan

Pangan. Yogyakarta : BPFE.

Sumarti, T. dkk. 2008. Model Pemberdayaan Petani dalam Mewujudkan Desa

Mandiri dan Sejahtera. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat,

IPB. Bogor.

Syahyuti. 2007. Kebijakan Pengembangan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan)

Sebagai Kelembagaan Ekonomi di Pedesaan. Jurnal Analisis Kebijakan

Pertanian.

Wenny, K. S. 2009. Analisis Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi

Pedesaan (DPM-LUEP) Terhadap Tingkat Kestabilan Harga Jual Gabah di Desa Sekip, Kec.Lubupakam, Kab. Deli Serdang. Universitas Sumatera


(16)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Pemilihan Lokasi

Daerah penelitian ini ditentukan secara purposive sampling atau secara sengaja, yaitu teknik penentuan sampel data dilakukan dengan pertimbangan tertentu yang telah dibuat terhadap obyek yang sesuai dengan tujuan penelitian (Sugiyono, 2010).

Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Deli Serdang yang dipilih karena Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah penerima bantuan program P-LDPM di Sumatera Utara.

Tabel 2. Daerah Penerima Bantuan P-LDPM di Sumatera Utara Pada Tahun 2009

No. Kabupaten/Kota Jumlah Gapoktan

1 Langkat 6

2 Deli Serdang 3

3 Serdang Bedagai 6

4 Karo 2

5 Asahan 2

6 Labuhan Batu 2

7 Tapanuli Utara 3

8 Toba Samosir 4

9 Tapanuli Selatan 3

10 Simalungun 3

11 Humbang Hasundutan 3

12 Mandailing Natal 4

Sumber : Badan Ketahanan Pangan Sumatera Utara, 2015

3.2Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder time series dengan

range tahun 2003 – 2014 dengan sumber data dari instansi BKP (Badan

Ketahanan Pangan) Sumatera Utara,instansi BKP (Badan Ketahanan Pangan) Deli Serdang, Dinas Pertanian, Dinas Perdagangan dan Bulog. Untuk mendukung data sekunder dilakukan wawancara secara langsung dengan pihak instansi terkait


(17)

seperti Kepala (BKP) Badan Ketahanan Pangan Sumatera Utara dan BKP (Badan Ketahanan Pangan) Deli Serdang.

3.3 Metode Analisis Data

Untuk tujuan penelitian yang pertama maka menggunakan analisis deskriptif dengan mengumpulkan informasi tentang Program P-LDPM (Penguatan Lembaga Distribusi Pangan) yaitu sistem penyaluran dana P-LDPM terhadap stabilitas harga beras di Deli Serdang.

Untuk tujuan penelitian yang kedua, digunakan metode komparatif, yaitu uji beda rata-rata independen (independent sample t-test) dengan bantuan SPSS untuk menguji ada tidaknya perbedaan rata-rata stabilisasi harga beras sebelum adanya Program P-LDPM dan sesudah adanya Program P-LDPM di Kabupaten Deli Serdang. Persamaan uji beda rata-rata independen (independent sample t-test) yang diperoleh menggunakan rumus :

t =

Dimana :

1

X

= nilai rata-rata stabilitas harga gabah/beras sebelum Program P-LDPM (%)

2

X

= nilai rata-ratastabilitas harga gabah/beras sesudah Program P-LDPM (%) n1= banyaknya sampel stabilitas harga gabah/beras sebelum Program P-LDPM n2= banyaknya sampel stabilitas harga gabah/beras sebelum Program P-LDPM Sp=stddeviasi gabungan


(18)

Kriteria uji :

Signifikansi t > α (0,05) : maka terima H0 tolak H1 yaitu tidak ada dampak antara harga aktual dan harga pembelian pemerintah (HPP) sesudah P-LDPM.

Signifikansi t < α (0,05) : maka tolak H0 terima H1 yaitu ada dampak antara harga aktual dan harga pembelian pemerintah (HPP) sesudah P-LDPM.

3.4 Definisi dan Batasan Operasional 3.4.1 Definisi

1. Petani adalah seseorang yang bergerak di bidang pertanian, utamanya dengan cara melakukan pengelolahan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan dan memelihara tanaman dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk digunakan sendiri ataupun menjualnya kepada orang lain.

2. Produksi adalah hasil panen padi dalam sekali musim tanam.

3. Panen raya adalah kondisi saat produksi padi tinggi yang mengakibatkan produksi harga padi ditingkat petani menjadi rendah.

4. Paceklik adalah kondisi saat produksi padi rendah yang disebabkan musim kemarau atau serangan hama penyakit.

5. Harga jual adalah besarnya harga yang akan dibebankan kepada konsumen yang diperoleh atau dihitung dari biaya produksi ditambah biaya nonproduksi dan laba yang diharapkan.

6. Stabilitas Harga adalah kondisi harga dinyatakan stabil jika gejolak harga pangan di suatu wilayah kurang dari 25% dari kondisi normal.

7. Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM) adalah bagian dari Pengembangan Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaanpada


(19)

program peningkatan ketahanan pangantahun 2009 yang bertujuan meningkatkan kemampuan Gapoktan dalam mengembangkan usaha distribusi dan mengelola cadangan pangan.

8. Dana bantuan sosial (Bansos) adalah bantuan dana dari program P-LDPM yang diberikan kepada Gapoktan untuk pembangunan gudang yang digunakan sebagai penyimpanan cadangan beras/gabah dan penguatan unit usaha distribusi hasil pertanian.

9. Gabungan kelompok tani (Gapoktan) adalah gabungan beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerja sama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha.

3.4.2 Batasan Operasional

1. Daerah penilitian dilakukan di Kantor Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Deli Serdang dan Kantor Badan Ketahanan Pangan Sumatera Utara.

2. Data yang diambil adalah data dalam kurun waktu tahun 2003 – 2014 meliputi data harga aktual beras, HPP (Harga Pembelian Pemerintah) terhadap beras.

3. Harga beras yang digunakan adalah harga beras aktual beras jenis IR-64. 4. Waktu Penelitian adalah tahun 2016.


(20)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1 Metode Pemilihan Lokasi

4.1.1 Geografis, Luas, dan Iklim Daerah Penelitian

Deli Serdang merupakan salah satu kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis Kabupaten Deli Serdang berada pada 2 57" Lintang Utara, 3 16" Lintang Selatan dan 98 33" - 99 27" Bujur Timur dengan ketinggian 0 – 500 m di atas permukaan laut.

Kabupaten Deli Serdang menempati area seluas 2.497,72 km . Adapun batas – batas wilayah Deli Serdang adalah sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Selat Malaka - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Simalungun - Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Karo - Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai

Di Kabupaten Deli Serdang dikenal hanya dua musim, yaitu musim kemarau dan penghujan. Pada bulan Juni sampai dengan September arus angin yang bertiup tidak banyak mengandung uap air, sehingga mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya pada bulan Desember sampai dengan Maret arus angin yang banyak mengandung uap air berhembus sehingga terjadi musim hujan. Keadaan ini berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa peralihan pada bualan April – Mei dan Oktober – November.


(21)

4.1.2 Keadaan Penduduk

a. Penduduk Menurut Kelompok Umur

Penduduk di Kabupaten Deli Serdang terdiri dari beberapa kelompok umur, untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari Tabel 3 berikut ini.

Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin pada Tahun 2014

Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

0 – 4 113.047 107.992 221.039

5 – 9 104.846 99.390 204.236

10 – 14 94.671 90.805 185.476

15 – 19 93.242 90.783 184.025

20 – 24 91.295 89.878 181.173

25 – 29 85.476 86.095 171.571

30 – 34 80.310 82.009 162.319

35 – 39 75.039 75.625 150.664

40 – 44 68.291 67.351 35.642

45 – 49 57.211 56.244 113.455

50 – 54 46.952 46.555 93.507

55 – 59 36.687 35.743 72.430

60 – 64 22.489 21.981 44.470

65 – 69 13.257 14.358 27.613

70 – 74 8.465 10.005 18.470

75 + 7.391 11.115 18.506

Total 998.669 985.929 1.984.598

Sumber : Badan Pusat Statistik Deli Serdang, 2015

Dari Tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dari jumlah penduduk perempuan di Kabupaten Deli Serdang. Usia produktif di Kabupaten Deli Serdang mulai dari umur 20-59 tahun berjumlah 980.761 jiwa atau 49%.

b. Struktur Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

Struktur penduduk di Kabupaten Deli Serdang berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini.


(22)

Tabel 4. Struktur Penduduk yang Bekerja di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012 – 2014 (%)

Uraian 2012 2013 2014

Sektor Pertanian 19,12 16,95 17,01

Sektor Industri Pengolahan 14,59 13,37 13,90

Sektor Kontruksi 22,14 24,71 22,75

Sektor Perdagangan, hotel, dan restoran 18,54 18,88 18,89

Sektor Jasa Kemasyarakatan 17,28 17,96 18,74

Sektor Lainnya 8,33 8,13 8,71

Sumber : Badan Pusat Statistik Deli Serdang, 2015

Penduduk Deli Serdang paling banyak bekerja pada sektor kontruksi yaitu 22,75 persen. Sektor kedua terbesar dalam menyerap tenaga kerja di Deli Serdang adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 18,89 persen. Kemudian disusul oleh sektor jasa kemasyarakatan sebesar 18,74 persen, sektor pertanian sebesar 17,01 persen, sektor industri pengolahan sebesar 13,90 persen dan yang terakhir yaitu sektor lainnya sebesar 8,71 persen.

Sektor pertanian menempati posisi keempat dari segi struktur penduduk yang bekerja. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian belum menjadi sektor utama yang dijadikan sebagai mata pencaharian. Sektor ini mengalami fluktuasi perubahan persen setiap tahunnya. Pada tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 2,17 persen dan kemudian di tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar 0,06 persen.

c. Sarana dan Prasarana

Banyaknya rumah ibadah menurut kecamatan dan jenisnya di Kabupaten Deli Serdang sebagai berikut :


(23)

Tabel 5. Banyaknya rumah ibadah menurut kecamatan dan jenisnya di Kabupaten Deli Serdang tahun 2014

No Kecamatan Mesjid Musollah Gereja Kuil Vihara

1 Gunung Meriah 1 0 12 0 0

2 S.T.M Hulu 12 0 34 0 0

3 Kutalimbaru 20 16 28 0 0

4 Sibolangit 7 3 53 1 1

5 Pancur Batu 50 30 76 3 4

6 Namo Rambe 16 3 36 0 0

7 Biru-biru 18 9 38 4 1

8 S.T.M Hilir 36 12 64 1 0

9 Bangun Purba 32 24 24 0 0

10 Galang 58 15 18 0 1

11 Tanjung Morawa 95 67 35 0 13

12 Patumbak 39 37 31 0 0

13 Deli Tua 17 9 9 0 1

14 Sunggal 98 32 49 1 2

15 Hamparan Perak 66 164 24 1 10

16 Labuhan Deli 30 9 5 1 0

17 Percut Sei Tuan 174 166 75 1 7

18 Batang Kuis 28 22 12 0 3

19 Pantai Labu 27 42 10 0 6

20 Beringin 24 48 15 0 0

21 Lubuk Pakam 38 25 36 1 14

22 Pagar Merbau 28 30 9 3 1

Total 914 763 693 17 64

Sumber : Badan Pusat Statistik Deli Serdang, 2015

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa salah satu bagian dari sarana dan prasarana yang ada di Kabupaten Deli Serdang adalah sarana rumah ibadah. Setiap kecamatan memiliki bermacam-macam tempat ibadah. Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat di Kabupaten Deli Serdang multiagama.


(24)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Saluran P-LDPM

Sejak tahun 2009, Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian telah mengalokasikan kegiatan Penguatan-LDPM pada 14 (empat belas) kabupaten di Provinsi Sumatera Utara salah satunya yaitu Kabupaten Deli Serdang.

Dukungan dana belanja Bantuan Sosial yang bersumber dari APBN untuk kegiatan Penguatan-LDPM hanya diberikan kepada Gapoktan Tahap Penumbuhan dan Pengembangan, yaitu pada tahun pertama dan kedua. Sementara pada tahun ketiga (Tahap Kemandirian) Gapoktan hanya menerima pembinaan dari pendamping, Tim Teknis maupun Tim Pembina (BKP, 2014).

a. Tahap Pertumbuhan (Tahap Pertama)

Tabel 6. Jumlah Gapoktan Penerima Dana Bansos Kegiatan Penguatan LDPM Tahun 2009-2014 Tahap Penumbuhan di Kabupaten Deli Serdang No Kabupaten Jumlah Gapoktan Penerima Dana

2009 2010 2011 2012 2013 2014

1. Deli Serdang 3 1 1 2 2 1

Sumber : Badan Ketahanan Pangan, 2014

Pada tahun 2009 ada 3 Gapoktan yang mendapat dana Tahap Penumbuhan, kemudian pada tahun 2010 dan 2011masing-masing ada 1 Gapoktan, pada tahun 2012 dan 2013 masing-masing ada 2 Gapoktan, dan pada tahun 2014ada 1 Gapoktan yang menerima dana program P-LDPM.

Pada Tahap Penumbuhan ini, masing-masing Gapoktan mendapat dana Bansos sebesar Rp. 150.000.000 dengan komponen kegiatan antara lain untuk : (a) pembanguna atau renovasi gudang milik Gapoktan untuk menyimpanan pangan, (b) penguatan Gapoktan untuk dapat melakukan pengadaan beras sebagai


(25)

cadangan pangan, dan (c) penguatan modal usaha Gapoktan untuk dapat melakukan pembelian – penjualan beras dari petani anggotanya atau di luar anggotanya pada saat panen raya minimal sesuai dengan Harga Pembelian Pemerintah untuk gabah / beras.

Peruntukkan dana ini dibagi 2 bagian yaitu sebesar 150 juta rupiah untuk pembangunan atau renovasi gudang (biaya maksimal 50 juta rupiah) dan pembelian gabah yang digunakan untuk usaha perdagangan beras dan cadangan beras.

Masing – masing Gapoktan diwajibkan untuk mempunyai gudang untuk penyimpanan beras. Di Kabupaten Deli Serdang semua Gapoktan yang menerima dana P-LDPM harus memiliki gudang untuk penyimpanan beras. Gudang bisa hasil hibah dari salah satu anggota Gapoktan yang dikasih secara sukarela, namun tetap harus dengan notaris agar suatu saat tidak terjadi permasalahan. Jadi apabila ada yang menghibahkan gudang maka dana untuk membuat gudang bisa di simpan untuk modal membeli beras saat panen raya.

Jadi pada saat terjadi panen raya, Gapoktan membeli beras/gabah pada anggota Gapoktan atau petani dengan harga serendah – rendahnya harga pembelian pemerintah (HPP).Beras/gabah tersebut kemudian di simpan di dalam gudang milik Gapoktansebagai cadangan beras/gabah.Dan apabila terjadi paceklik, harga di pasar mengalami peningkatan akibatnya rendahnya produksi.Kemudian Gapoktan menjual cadangan beras yang telah disimpan untuk menstabilkan harga beras ditingkat pasar.Dan pada saat paceklik, anggota Gapoktan dapat mengambil beras/gabah yang telah disimpan sebelumnya dalam


(26)

bentuk pinjaman (utang) yang akan dibayar sewaktu anggota Gapoktan panen raya.

b. Tahap Pengembangan (Tahap Kedua)

Tabel 7. Jumlah Gapoktan Penerima Dana Bansos Kegiatan Penguatan LDPM Tahun 2010-2014 Tahap Pengembangan di Kabupaten Deli Serdang No Kabupaten Jumlah Gapoktan Penerima Dana

2010 2011 2012 2013 2014

1. Deli Serdang 3 1 1 2 2

Sumber : Badan Ketahanan Pangan, 2014

Di Kabupaten Deli Serdang, semua Gapoktan yang menerima dana P-LDPM pada Tahap Penumbuhan (tahap pertama) dinyatakan lulus ke tahap kedua yaitu Tahap Pengembangan. Dana Bansos pada tahap pengembangan ini diberikan sebesar Rp. 75.000.000 per Gapoktan yang disalurkan ke rekening masing-masing Gapoktan yang sudah dievaluasi kelayakannya.

Dana Bansos sebesar Rp. 75.000.000 dapat dicairkan apabila Gapoktan Tahap Penumbuhan sudah memenuhi persyaratan untuk dapat masuk ke Tahap Pengembangan. Gapoktan yang belum siap untuk masuk dalam Tahap Pengembangan wajib untuk dibina secara terus – menerus dari pendamping, Tim Teknis, dan Tim Pembina Provinsi hingga Gapoktan tersebut dianggap mampu untuk masuk dalam Tahap Pengembangan.

Kriteria yang mendapatkan dana Bansos Tahap Pengembangan adalah gudang sudah tersedia atau terbangun; pembelian gabah utuk kegiatan perdagangan minimal telah dua kali putaran dan membukukan keuntungan; sudah melakukan pengelolaan cadangan pangan; pencatatan atau pembukukuan pengelolaan dana bansos, pembelian dan penjualan gabah dan pengelolaan cadangan pangan sudah dilaksanakan dengan rapi.


(27)

Komponen kegiatan untuk dana Bansos tahun kedua antara lain : (a) pembelian – penjualan beras dari petani anggotanya atau di luar anggotanya pada saat panen raya, dan (b) untuk pengadaan beras dalam memperkuat cadangan pangan.

c. Tahap Kemandirian (Tahap Ketiga)

Pada tahap terakhir yaitu Tahap Kemandirian. Gapoktan tidak lagi mendapat tambahan dana Bansos, namun pembinaan teknis dan administrasi terhadap Gapoktan tersebut terus dilakukan oleh Tim Teknis dan Tim Pembina Provinsi agar mereka dapat terus mengembangkan unit usahanya sehingga akumulasi dana Bansos yang dikelolanya akan terus meningkat.

Kondisi Tahap Kemandirian ditandai dengan modal usaha yang sudah bertambah dari keuntungan usahanya, pelayanan pengelolaan cadangan pangan bagi anggota sudah lebih teratur dan harga beli gabah saat panen raya bagi anggota dan wilayah disekitarnya semakin stabil berada atau di atas HPP.

Tabel 8. Nama-nama Gapoktan Penerima Dana Bansos Kegiatan Penguatan LDPM Tahun 2009-2014 di Kabupaten Deli Serdang

Tahun Nama Gapoktan Pembangunan Gudang

2009 - Lestari

- Jati Kesuma Jasa - Tumpas

- 6m × 12m × 4m - 5m × 8m × 4,5m - 4,5m × 14m × 4m

2010 - Oryza Sativa - 6m × 7m × 4m

2011 - Namora - 6m × 7m × 4m

2012 - Bina Tari

- Serasi

- 6m × 7m × 4m - 6m × 7m × 4m

2013 - Berkat Rukun

- Karya Tani

- 6m × 7m × 4m - 6m × 7m × 4m

2014 - Sinar Tani - 6m × 7m × 4m

Sumber : Badan Ketahanan Pangan, 2014

Dari tabel di atas dapat di lihat bahwa nama-nama Gapoktan penerima dana Bansos kegiatan P-LDPM dari tahun 2009 – 2014 berjumlah 10 Gapoktan. Gapoktan tersebut telah melalui 3 tahap yaitu Tahap Pertumbuhan,


(28)

Pengembangan dan Kemandirian.Dan sampai saat ini 10 Gapoktan tersebut masih didampingi oleh Tim Pembina.

5.2 Stabilitas Harga Beras Sebelum dan Sesudah Program P-LDPM

Stabilitas harga beras hasil petani pada saat panen raya merupakan aspek yang sangat penting dan menentukan pendapatan dan ketahanan pangan petani padi.Dengan meningkatnya pembelian beras oleh Gapoktan dengan harga yang tinggi diharapkan dapat mempengaruhi harga beras di wiliyah. Stabilitas harga beras dapat dilihat dari perkembangan harga beras sebelum program P-LDPM dan setelah program P-LDPM. Perkembangan harga beras sebelum program P-LDPM disajikan dalam tabel 9.

Tabel 9. Perkembangan harga beras (Rp/Kg) sebelum program P-LDPM (2003-2008) di Kabupaten Deli Serdang

Harga Beras (Rp/Kg)

2003 2004 2005 2006 2007 2008

Januari 3.041 3.000 3.300 4.370 5.200 5.530 Februari 3.000 3.000 3.217 4.550 5.217 5.600

Maret 3.000 3.000 3.700 4.545 5.300 5.300

April 3.000 3.000 3.700 4.560 5.200 5.500

Mei 3.000 3.000 3.650 4.600 5.400 5.600

Juni 3.000 3.000 3.500 4.600 5.500 5.700

Juli 3.100 3.100 3.700 4.700 5.500 5.800

Agustus 3.046 3.100 3.700 4.700 5.300 6.000 September 3.000 3.100 3.670 4.000 5.300 5.800 Oktober 2.992 3.100 3.600 4.200 5.300 5.800 November 3.000 3.100 3.862 4.500 5.200 5.800 Desember 3.019 3.100 3.900 5.000 5.200 6.000 Rata-rata 3.017 3.100 3.625 4.527 5.301 5.703

Sumber: Data diolah dari lampiran 1,2,3,4,5,6

Dari Tabel 9. dapat di lihat bahwa rata-rata harga beras di Kabupaten Deli Serdang setiap tahun mengalami kenaikan harga beras.Pada tahun 2003 rata-rata harg bers di Kabupaten Deli Serdang yaitu Rp 3.017/kg.Pada tahun 2004 rata-rata


(29)

pada tahun 2006 rata-rata harga beras sebesar Rp 4.527/kg.Pada tahun 2007 sebesar Rp 5.301.Sedangkan pada tahun 2008 rata-rata harga beras sebesar Rp 5.703/kg.

Namun apabila dilihat berdasarkan harga beras perbulan yaitu mengalami naik turun.Naik turun harga beras yang terjadi tiap bulan dalam tiap tahunnya dipengaruhi oleh berbagai faktor, yakni faktor panen raya, paceklik, dan hari-hari besar. Pada saat musim paceklik hal ini disebabkan karena musum kemarau atau hama penyakit yang mengakibatkan produksi beras sedikit dan pasokan beras terbatas.

Panen raya merupakan kondisi dimana jumlah beras yang diproduksi melimpah akibat pola tanam yang memang serempak dilakukan oleh para petani di daerah penelitian maupun daerah lain yang dekat dengan daerah penelitian. Pola tanam yang serempak ini menyebabkan panen padi secara bersamaan sehingga jumlah beras menjadi banyak sedangkan kebuTuhan akan beras diasumsikan tetap.

Hari-hari besar keagamaan juga turut menjadi faktor yang mempengaruhi harga beras.Ketika panen padi bertepatan dengan menjelangnya hari besar seperti lebaran, harga beras bisa meningkat karena meningkatnya permintaan. Sedangkan di sisi lain, panen padi yang mendekati hari besar keagamaan juga dapat menyebabkan harga beras menjadi turun. Terbatasnya aktivitas penggilingan padi di kilang karena tenaga kerja pada umumnya sudah banyak yang mudik menyebabkan kelangkaan tenaga kerja.Kalaupun ada pihak kilang harus membayar lebih mahal, sehingga biaya produksi menjadi meningkat, dan petani


(30)

Harga Beras (Rp/Kg)

harus berserah pada harga yang ditetapkan oleh kilang dan biasanya lebih rendah dari harga biasanya untuk menekan biaya produksi.

Adapun masalah yang terjadi sebelum kehadiran P-LDPM adalah kejadian dimana petani memperoleh harga di bawah harga dasar atau harga pembelian pemerintah karena menjual beras kepada pihak tengkulak yang sengaja mempermainkan harga karena petani memiliki posisi tawar yang rendah. Namun setelah adanya P-LDPM, hal tersebut lebih dapat diatasi karena petani atau Gapoktan memperoleh modal dari tanpa agunan/jaminan untuk membeli beras petani dengan harga serendah-rendahnya sama dengan HPP. Dengan demikian beras yang terserap semakin banyak, dan para petani tidak khawatir untuk menjual beras yang dihasilkan dengan memperoleh harga yang wajar.

Tabel 10. Perkembangan harga beras (Rp/Kg) sesudah program P-LDPM (2009-2014) di Kabupaten Deli Serdang

Perkembangan harga beras dari tahun ke tahun selama program P-LDPM (2009-2014) cenderung mengalami kenaikan.Dari Tabel 10 terlihat bahwa

rata-Bulan 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Januari 6.263 6.700 8.240 8.380 8.703 9.800

Februari 6.280 6.634 8.470 8.393 8.588 9.200

Maret 6.300 6.800 8.465 6.720 8.628 9.500

April 6.050 7.000 8.488 6.753 8.898 9.260

Mei 6.150 6.824 7.855 8.472 8.089 9.054

Juni 6.263 6.900 7.800 8.628 8.730 9.063

Juli 6.300 7.100 7.788 8.555 8.745 9.404

Agustus 6.500 6.760 7.844 8.693 8.743 9.500

September 6.500 6.500 8.170 8.605 9.306 9.500

Oktober 6.500 6.500 7.853 8.512 8.810 9.438

November 6.432 6.910 8.135 8.520 8.820 9.500 Desember 6.612 7.120 8.283 8.700 8.715 9.500 Rata-rata 6.346 6.812 8.116 8.244 8.731 9.393


(31)

rata harga beras (Rp/kg) naik dari tahun ke tahun.Pada tahun 2009 harga rata-rata beras sebesar Rp 6.346/kg.Pada tahun 2010 harga rata-rata beras sebesar Rp 6.812/kg.Kemudian pada tahun 2011 rata-rata harga beras di Kabupaten Deli Serdang yaitu Rp 8.116/kg.Sedangkan pada tahun 2012 sebesar Rp 8.244/kg.Pada tahun 2013 rata-rata harga beras yaitu Rp 8.731/kg.Dan pada tahun 2014 rata-rata harga beras yaitu sebesar Rp 9.393/kg.

Tabel 11. Persen dari Rata-rata Harga Beras Sebelum dan Sesudah Program P-LDPM di Kabupaten Deli Serdang

Sebelum P-LDPM Sesudah P-LDPM

Tahun H.Aktual % Tahun H.Aktual %

2003 3.017 1,05 2009 6.345 2,60

2004 3.100 1,71 2010 6.812 3,04

2005 3.625 5,55 2011 8.116 3,43

2006 4.527 5,60 2012 8.244 8,63

2007 5.301 2,10 2013 8.731 3,13

2008 5.703 3,62 2014 9.393 2,28

Sumber: Badan Ketahanan Pangan SUMUT, 2015

Berdasarkan indikador stabilitas harga yaitu harga dinyatakan stabil jika gejolak harga pangan di suatu wilayah kurang dari 25 % dari kondisi normal.Maka dari Tabel 11. dapat disimpulkan bahwa baik sebelum dan setelah adanya program P-LDPM (Penguatan – Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat) harga beras di Kabupaten Deli Serdang adalah stabil.

Berikut ini adalah selisih harga aktual dan HPP di Deli Serdang periode tahun 2003 – 2008 dan 2009 – 2014 yang disajikan pada Tabel 12 dan 13.


(32)

Tabel 12. Persen Harga Aktual dan HPP Sebelum program P-LDPM periode tahun 2003-2008 di Kabupaten Deli Serdang

Tahun H.Aktual HPP Selisih Perbedaan

2003 3.017 2.790 227 8%

2004 3.100 2.790 310 11%

2005 3.625 3.550 75 2%

2006 4.527 3.550 977 27%

2007 5.301 4.000 1.301 32%

2008 5.703 4.600 1.103 23%

Sumber: Badan Ketahanan Pangan SUMUT, 2015

Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa secara keseluruhan dari tahun 2003-2008, rata-rata harga beras selalu berada di atas HPP.Pada tahun 2005 merupakanperbedaan persennya yang paling kecil yaitu sebesar 2%. Kemudian pada tahun 2007 yaitu 32%, ini merupakan persennya paling tinggi.

Sedangkan perkembangan harga beras selama program P-LDPM (2009-2014) di Kabupaten Deli Serdang disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13. Persen Harga Aktual dan HPPSesudah program P-LDPM periode tahun 2009-20014 di Kabupaten Deli Serdang

Sumber: Badan Ketahanan Pangan SUMUT, 2015

Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa secara keseluruhan dari tahun 2009-2014, rata-rata harga beras selalu berada di atas HPP.Pada tahun 2009 perbedaan persennya yang paling tinggi yaitu sebesar 42%.Sedangkan pada tahun 2011 merupakan perbedaan persen yang paling kecil yaitu sebesar 22%.

Tahun H.Aktual HPP Selisih Perbedaan

2009 6.345 5.060 1.285 25%

2010 6.812 5.060 1.752 34%

2011 8.116 6.600 1.516 22%

2012 8.244 6.600 1.644 24%

2013 8.731 6.600 2.131 32%


(33)

5.2.1 Hasil Uji Perbedaan Sebelum dan Sesudah Program P-LDPM

Sebelum melakukan uji Independent Samle T Test, sebaiknya dilakukan uji Lavene’s (Uji Homogenitas). Hal ini dilakukan untuk penggunaan Equal Variance

Assumed (diasumsikan jika varian sama) dan Equal Variance Not Assumed

(diasumsikan jika varian berbeda). Kriteria pengujian uji Homogenitas berdasarkan signifikansi, yakni jika nilai signifikansi >0,05 maka kelompok data memiliki varian yang sama dan jika nilai signifikansi <0,05 maka kelompok data memiliki varian yang berbeda. Hasil ujiLavene’s disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14. Hasil Uji Lavene,s pada Sebelum dan Sesudah Program P-LDPM di Kabupaten Deli Serdang

Lavene,s Test For Equality of Variances

F Sig

Nilai Equal Varian Assumed 3,349 0,097

Equal Varian not Assumed Sumber : Analisis Data Sekunder

Dapat dilihat bahwa nilai signifikansi yang diperoleh adalah 0,097 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelompok data yang memiliki varian yang sama (0,097>0,05).

Hasil pengujian adanya sebelum dan sesudah program P-LDPM terhadap stabilitas harga beras di Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 15. Hasil Uji Independent Sample T Test pada Sebelum dan Sesudah Program P-LDPM Terhadap Stabilitas Harga Beras di Kabupaten Deli Serdang

Variabel Nilai

Equal Variances Assumed 0,052

Sig (2-Tailed)

Df 10

T hitung -2,203

Rata-rata % Harga Sebelum P-LDPM 0,1717 Rata-rata % Harga Sesudah P-LDPM 0,2983


(34)

Tabel 15 menunjukkan bahwa Nilai sig 0,052>0.05 maka sesuai dasar pengambilan keputusan independent sample t –test dapat disimpulkan bahwa H0 diterima H1 ditolak yang artinya tidak ada dampak terhadap stabilitas harga beras di Kabupaten Deli Serdang sebelum dan sesudah adanya program P-LDPM (Penguatan – Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat).


(35)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Seluruh Gapoktan penerima dana program P-LDPM di Kabupaten Deli Serdang pada saat ini memasuki Tahap Kemandirian. Pada Tahap Mandiri, Gapoktan hanya menerima pembinaan.

2. Tidak ada dampak terhadap stabilitas harga beras di Kabupaten Deli Serdang sebelum dan sesudah adanya program P-LDPM (Penguatan – Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat).

6.2 Saran

1. Pemerintah diharapkan dapat meneruskan program P-LDPM dengan menambah Gapoktan yang menerima dana program P-LDPM.

2. Kepada Gapoktan yang sudah menerima dana P-LDPM agar dapat menjalankan fungsinya guna untuk mencapai tujuan dan sasaran pelaksanaan program P-LDPM.

3. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti/menganalisis Penguatan – Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat dari sisi peningkatan pendapatan petani.


(36)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yamg di peruntukan sebagai makanan dan minuman bagi konsumsi manusia termasuk bahan tambahan pagan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan dan minuman (BKP, 2010).

Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi Negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif dan produktif secara berkelanjutan (BKP, 2014).

Pemerintah Indonesia mempunyai komitmen yang tinggi dan konsisten dalam mewujudkan ketahanan pangan bagi rakyatnya. Komitmen yang tinggi tersebut telah diwujudkan dalam bentuk kebijakan-kebijakan dan program-program peningkatan produksi pangan, khususnya beras. Besarnya perhatian pemerintah terhadap perekonomian beras ini didasari pertimbangan bahwa beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebahagian besar penduduk Indonesia, serta usaha tani padi merupakan sumber pendapatan dan sumber lapangan pekerjaan bagi sebahagian besar masyarakat pedesaan.

Pembangunan ketahanan pangan, sesuai amanat Undang-undang Nomor 7 tahun 1996 tentang pangan, bertujuan untuk mewujudkan ketersediaan pangan


(37)

bagi seluruh rumah tangga, dalam jumlah yang cukup, mutu, dan gizi yang layak, aman dikonsumsi, merata serta terjangkau oleh setiap individu (Suryana, 2003).

Pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM merupakan kegiatan bersama antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan masyarakat. Peran dan partisipasi dari pengurus dan anggota Gapoktan menjadi prioritas utama sebagai pelaku untuk mencapai keberhasilan dari kegiatan ini. Partisipasi dari pengurus dan anggota Gapoktan dan masyarakat sangat dibutuhkan untuk membina dan mendukung keberlanjutan dari Gapoktan dalam menjaga stabilitas harga gabah/beras di tingkat petani anggotanya serta ketersediaan cadangan pangan sepanjang waktu.

Kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (Penguatan-PLDPM) merupakan salah satu sub kegiatan dari program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan tahun 2014 dan Kegiatan Prioritas Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan. Kegiatan Penguatan-LDPM merupakan kegiatan yang berkelanjutan selama tiga tahap mulai dari tahun pertama : Tahap Penumbuhan, tahun kedua : Tahap Pengembangan, dan tahun ketiga : Tahap Kemandirian.

Penguatan-PLDPM dilakukan melalui pendekatan pemberdayaan. Gapoktan dibina agar mampu mengelola unit-unit usaha guna mengatasi permasalahan khususnya ketidakmampuan mereka untuk mengakses pangan saat paceklik, masalah harga pangan yang jatuh disaat panen raya dikarenakan ketidakmampuan mereka untuk mendistribusikannya ke luar wilayahnya, dan masalah pembiayaan/modal usaha.


(38)

Strategi dasar dalam pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM antara lain adalah memperkuat modal usaha Gapoktan untu dapat melakukan kegiatan pembelian-penjualan gaba, beras dan jagung terutama dari hasil petani anggotanya, membangun sarana penyimpanan dan pengadaan cadangan pangan serta memberikan pendampingan kepada Gapoktan agar mampu mengembangkan dan mengelola unit-unit usahanya dengan baik, kemudian meningkatkan kemampuan SDM Gapoktan dalam mengaministrasikan kegiatannya dan membuat laporan secara rutin.

Petani dan Poktan yang berada dalam wadah Gapoktan merupakan produsen dari gabah, beras, dan jagung yang dimana pada saat tertentu mereka juga sebagai konsumen. Pada saat sebagai produsen mereka mempunyai masalah dalam pendistribusian pemasaran hasil panen, maka Gapoktan memulai unit usaha distribusi atau pemasaran atau pengolahan yang mendapatkan dukungan dana belanja Bansos dari pemerintah, wajib melakukan pembelian gabah dan beras serendah-rendahnya sesuai HPP. Di sisi lain pada saat musim paceklik apabila ada anggota Gapoktan tidak menghasilkan produk pangan sehingga berdampak tidak mempunyai akses terhadap pangan, maka Gapoktan melalui unit pengelola cadangan pangan dapat menyalurkan cadangan pangan dengan memprioritaskan kepada anggota Gapoktan yang sudah memenuhi kewajiban sebagai anggota Gapoktan sesuai dengan aturan dan sanksi yang telah disepakati bersama (BKP, 2014).

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Penguatan LDPM


(39)

Kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM) adalah bagian kegiatan program Peningkatan Ketahanan Pangan yang bertujuan meningkatkan kemampuan Gapoktan dan unit-unit usaha yang dikelolanya (distribusi/pemasaran dan cadangan pangan) dalam usaha memupuk cadangan pangan dan memupuk modal dari usahanya dan dari anggotanya yang tergabung dalam wadah Gapoktan. Kegiatan Penguatan-LDPM dibiayai melalui APBN dengan mekanisme dana bantuan sosial (Bansos) yang disalurkan langsung kepada rekening Gapoktan (Badan Ketahanan Pangan Pusat, 2010).

Gambar 1. Penguatan LDPM

Dari gambar 1. Dapat diketahui, Program P-LDPM dilatarbelakangi oleh beberapa permasalahan yaitu : rendahnya posisi tawar petani pada saat panen raya, rendahnya nilai tambah produk pertanian, terbatasnya modal usaha Gapoktan, dan terbatasnya akses pangan (beras) pada saat masa paceklik. Sehingga melalui program ini diberikan dana bantuan sosial, perencanaan pembiayaan dan pendampingan, serta dukungan operasional kegiatan kepada


(40)

Gapoktan agar dapat mengelola modal yang diberikan dengan baik (Badan Ketahanan Pangan, 2015).

Dana bantuan sosial serta pendampingan digunakan untuk :

1) Pengembangan unit-unit usaha (unit usaha distribusi atau pemasaran atau pengolahan dan pengelolaan cadangan pangan, yaitu melalui pembangunan dan perbaikan gudang. Dengan adanya gudang tersebut, Gapoktan yang membeli gabah/beras denan harga minimal sesuai HPP.

2) Pembangunan sarana penyimpanan milik Gapoktan agar dapat meningkatkan posisi tawar petani, meningkatkan nilai tambah produksi petani dan mendekatkan akses masyarakat terhadap sumber pangan (Badan Ketahanan Pangan, 2015).

Dana bantuan sosial tersebut juga mempengaruhi unit pengolahan usaha, dimana para Gapoktan diharapkan gabah menjadi beras sehingga dapat meningkatkan nilai tambah sehingga petani dapat menjual dengan harga yang lebih tinggi tanpa harus melalui tengkulak senigga kestabilan harga gabah/beras dapat tercapai dan terwujud ketahanan pangan tingkat rumah tangga petani (Badan Ketahanan Pangan, 2015).

Strategi yang dilaksanakan pada program P-LDPM ini antara lain: (a) memberikan dukungan kepada Gapoktan dan unit usaha distribusi, pemasaran, pengolahan untuk memperkuat kemampuannya mendistribusikan beras dari petani anggotanya. Hal ini dilaksanakan dengan melakukan pembelian dan penjualan kepada mitra usahanya baik di dalam maupun di luar wilayahnya secara mandiri dan berkelanjutan sehingga tercapainya stabilitas harga di tingkat petani; dan (b) memberikan dukungan kepada Gapoktan dan unit pengelolaan cadangan pangan


(41)

dalam mengelola cadangan pangan. Hal ini dilaksanakan dengan melakukan pengadaan beras atau pangan pokok local spesifik lainnya sehingga mudah diakses dan tersedia setiap waktu secara berkelanjutan (BKP, 2010).

Untuk mengukur keberhasilan kegiatan P-LDPM meliputi tiga hal yaitu : a. Indikator keluaran (output) antara lain :

a. Terlaksananya fasilitasi penguatan kapasitas dan kemampuan sumberdaya pengelola Gapoktan dan pendamping.

b. Tersalurkannya dana Bansos Penguatan- LDPM kepada 6 Gapoktan tahap pengembangan sebagai modal usaha pada unit usaha distribusi atau pemasaran untuk melakukan kegiatan pembelian-penjualan beras dan unit usaha pengelola cadangan pangan untuk pengadaan cadangan pangan.

b. Indikator keberhasilan (income)antara lain :

a. Berkembangnya unit usaha cadangan pangan dan distribusi atau pemasaran yang dikelola oleh Gapoktan.

b. Meningkatnya modal usaha Gapoktan menjadi lebih besar dari modal awal yang diterimanya.

c. Indikator dampak (impact)antara lain :

a. Terwujudnya stabilitas harga gabah, beras, dan/atau jagungdi wilayah Gapoktan.

b. Terwujudnya Ketahanan Pangan di tingkat rumah tangga petani.

c. Meningkatnya ekonomi pedesaan yang bersumber dari komoditas pangan. d. Meningkatnya pendapatan petani padi dan jagung yang berada di wilayah


(42)

e. Harga beras di tingkat petani saat panen raya diatas HPP. 2.2.2 Kelembagaan

Nasution (2002), menyebutkan bahwa kelembagaan mempunyai pengertian sebagai wadah dan sebagai norma. Lembaga atau institusi adalah seperangkat aturan, prosedur, norma prilaku individual dan sangat penting artinya sebagai pengembangan pertanian.

Kelembagaan dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu : pertama, lembaga formal seperti pemerintah desa, BPD, KUD, dan lain-lain. Kedua, lembaga tradisional atau lokal. Kelembagaan merupakan kelembagaan yang tumbuh dari dalam komunitas itu sendiri yang sering memberikan “asuransi terselubung” bagi kelangsungan komunitas tersebut. Kelembagaan tersebut biasanya berwujud nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan dan cara hidup yang telah lama hidup dalam komunitas.

Keberadaan lembaga dipedasaan memiliki fungsi yang mampu memberikan “energi sosial” yang merupakan kekuatan internal masyarakat dalam mengatasi masalah-masalah mereka sendiri. Berdasarkan hal tersebut, maka lembaga dipedesaan yang saat ini memiliki kesamaan dengan karakteristik tersebut dapat dikatakan sebagai lembaga gabungan kelompok tani atau Gapoktan (Sumarti, dkk, 2008).

Menurut Sesbany (2007), kelembagaan mempunyai titik strategis (entry point) dalam menggerakkan sistem agribisnis pedesaan. Untuk itu segala sumber daya yang ada dipedesaan perlu diarahkan / diprioritaskan dalam rangka peningkatan profesionalisme dan posisi tawar petani (kelompok tani). Penguatan posisi tawar petani melalui kelembagaan merupakan suatu kebutuhan yang sangat


(43)

mendesak dan mutlak diperlukan oleh petani, agar dapat bersaing dalam melaksanakan kegiatan usaha tani dan dapat meningkatkan kesejahteraan hidunya.

Gapoktan adalah gabungan dari beberapa kelompok tani yang melakukan usaha agribisnis diatas prinsip kebersamaan dan kemitraan sehingga mencapai peningkatan produksi dan pendapatan usaha tani bagi anggotanya dan petani lainnya. Pengembangan Gapoktan dilatarbelakangi oleh kenyataan lemahnya akses petani terhadap berbagai kelembagaan layanan usaha. Pada prinsipnya lembaga Gapoktan diarahkan sebagai sebuah kelembagaan ekonomi, namun diharapkan juga mampu menjalankan fungsi-fungsi lainnya serta memiliki peran penting terhadap pertanian (Syahyuti, 2007).

Peran kelembagaan sangat penting dalam mengatur sumber daya dan distribusi manfaat, untuk itu unsur kelembagaan perlu diperhatikan dalam upaya peningkatan potensi desa guna menunjang pembangunan desa. Dengan adanya kelembagaan petani dan ekonomi desa sangat terbantu dalam hal mengatur silang hubungan antar pemilik input dalam menghasilkan output ekonomi desa dan dalam mengatur distribusi output tersebut (Prihartanto, 2009).

2.2.3 Pengertian Program

Menurut Jones (1996), program adalah cara yang disahkan untuk mencapai tujuan. Dengan adanya program maka segala bentuk rencana akan lebih terorganisir dan lebih mudah untuk dioperasionalkan. Hal ini mudah dipahami, karena program itu sendiri menjadi pedoman dalam rangka pelaksanaan program tersebut.


(44)

Program merupakan unsur pertama yang harus ada demi tercapainya kegiatan pelaksanaan karena dalam program tersebut telah dimuat berbagai aspek, yang antara lain adalah :

1. Adanya tujuan yang ingin dicapai.

2. Adanya kebijakan-kebijakan yang harus diambil dalam pencapaian tujuan itu.

3. Adanya aturan-aturan yang dipegang dengan prosedur yang harus dilalui. 4. Adanya perkiraan anggaran yang perlu atau dibutuhkan.

5. Adanya strategi dalam pelaksanaan.

Unsur kedua yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan program adalah adanya kelompok orang yang menguji sasaran program sehingga kelompok orang tersebut merasa ikut dilibatkan dan membawa hasil program yang dijalankan dan adanya perubahan dan peningkatan dalam kehidupannya. Bila tidak memberikan manfaat pada kelompok orang maka boleh dikatakan program tersebut telah gagal dilaksanakan.

Berhasil tidaknya suatu program dilaksanakan tergantung dari unsur pelaksananya. Pelaksana penting artinya karena pelaksanaan suatu program, baik itu organisasi ataupun perseorangan bertanggung jawab dalam pengelola maupun pengawasan dalam pelaksanaan. Suatu program dapat dievaluasi apabila ada tolak ukur yang bias dijadikan penilaian terhadap program yang telah berlangsung, berhasilnya atau tidak berhasilnya suatu program berdasarkan tujuan yang sudah tentu memiliki tolak ukur yang nantinya harus dicapai dengan baik oleh sumber daya yang mengelolanya.


(45)

2.2.4 Stabilitas Harga

Stabilisasi harga merupakan tindakan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya lonjakan harga yang dapat meresahkan masyarakat setelah melakukan upaya pemantauan dan evaluasi perkembangan harga. Harga dinyatakan stabil jika gejolak harga pangan di suatu wilayah kurang dari 25 % dari kondisi normal (Kemendag, 2012).

Stabilitas Harga (SH) dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

n SHi SH n i

= = 1 Keterangan:

SHi= Stabilitas Harga Beras ke i I = 1,2,3...n

n = jumlah komoditi dimana:

Stabilitas Harga (SH) di gambarkan dengan koefisien keragaman (CV)

1. Stabilitas Harga komoditas ke i (SHi) dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

% 100

2 x

CVHTi CVHRi SHi= − 

Keterangan:

CVHRi = Koefisien keragaman Realisasi untuk Harga komoditas ke i CVHTi = Koefisien keragaman Target untuk Harga komoditas ke i

2. CVHRi dihitung dari rumus sebagai berikut :

% 100 x HHi SDHRi CVHRi =


(46)

Dimana :

SDHRi = Standar deviasi realisasi untuk Harga komoditas ke i

1

) (

1

___ 2

− −

=

=

n

HRi HRi SDHRi

n

i

HRi = Realitas harga komoditas ke I 2.2.4.1 Instabilitas Harga

Fluktuasi harga atau instabilitas sebenarnya dibutuhkan untuk mendorong realokasi sumberdaya dan realokasi konsumsi ketika ada goncangan ekonomi. Namun untuk pangan, instabilitas harga yang berlebihan berpotensi memiliki dampak negatif yang cukup substansial. Merangkum dari hasil-hasil kajian Sadoulet dan De Janvry (1995), Timmer (2003), Jayne (2004), dan Jordan et al.(2007), ada beberapa dampak negatif dari instabilitas harga pangan yang berlebihan, yaitu :

1) Misalokasi sumberdaya dan efisiensi ekonomi. Instabilitas harga pangan dapat menyebabkan inefisiensi baik pada sisi produksi maupun konsumsi, khususnya untuk masyarakat berpendapatan rendah. Ketidakstabilan harga pangan dapat meningkatkan atau menurunkan tingkat tabungan masyarakat dan investasi dalam suatu kegiatan ekonomi. Konsumen memerlukan tabungan untuk melindungi diri dari kemungkinan kenaikan harga pangan, sementara produsen menabung untuk melindungi diri dari kejatuhan harga pangan yang diusahakan.

2) Instabilitas ekonomi makro. Instabilitas harga pangan yang berlebihan dapat berdampak pada ekonomi makro secara keseluruhan, terutama ketika


(47)

Instabilitas in berpengaruh pada perubahan nilai tukar, dan inflasi yang berpengaruh pada ekonomi makro.

3) Kemiskinan dan kerentanan. Fluktuasi harga pangan dapat meningkatkan jumlah orang miskin atau membuat kelompok orang yang berpendapatan rendah menjadi lebih rentan secara ekonomi. Instabilitas harga pangan untuk kelompok masyarakat ini dapat menyebabkan kekurangan gizi, kesehatan, bahkan kelaparan.

4) Instabilitas politik. Instabilitas harga pangan yang berlebihan sering identik dengan instabilitas politik atau paling tidak mendorong instabilitas politik, khususnya di negara yang tingkat kesejahteraannya masih rendah. Ketentuan PP No. 68 tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan bisa dipakai sebagai pedoman untuk melakukan intervesi pasar, yaitu apabila harga naik 25% di atas harga normal. Dengan angka besar kenaikan itu, maka bisa dihitung tingka HLL (harga langit-langit sebagai refeerensi intervensi) yang diperoleh dengan rumus berbeda tingkat kenaikannya (20% dan 25%).

2.2.5 Fungsi Sarana Penyimpanan (Gudang) Terhadap Stabilisasi Harga Sebagaimana diketahui, sebagian besar produk pertanian bersifat musiman sehingga ketersediaannya tidak terdistribusi merata sepanjang tahun. Agar produk pertanian tertentu selalu tersedia dalam volume transaksi dan waktu yang diinginkan harus dilakukan pengelolaan stok produksi tahunan. Dengan demikian ada beberapa tipe penyimpanan berdasarkan motivasi atau alasan dilakukannya penyimpanan, yaitu :

1) Seasonal stocks: ada sejumlah produk pertanian yang proses konsumsinya


(48)

bawang putih. Peyimpanan musiman ini bersifat jangka pendek tergantung pada daya simpan produk dan periode panennya

2) Carryover stocks: hal ini dilakukan untuk produk pertanian yang tersedia

sepanjang tahun namun level produktivitasnya fluktuatif, contohnya telur dan daging ayam. Fungsi penyimpanan umumnya ditujukan agar harga produk stabil. Penyimpanan persediaan juga harus mempertimbangkan penurunan kualitas produk akibat lamanya waktu penyimpanan

3) Speculative stocks: jenis penyimpanan ini dilakukan untuk produk-produk

pertanian yang pola permintaannya sepanjang tahun berbeda. Misalnya permintaan kurma, tepung terigu dan bahan-bahan pembuat kue yang selalu meningkat menjelang lebaran mendorong pedagang untuk melakukan speculative stocks. Penyimpanan atau penimbunan produk umumnya dilakukan pedagang sejak harga produk dan pola permintaan belum meningkat. Stok spekulatif juga dilakukan karena alasan jarak tempuh transportasi yang intensif waktu (Tatiek, 2013).

Untuk petani padi, kebanyakan petani menjual gabahnya di sawah segera setelah panen. Harga yang mereka terima adalah harga kesepakatan, meskipun seringkali lebih ditentukan oleh para pedagang desa/penggilingan. Sebenarnya petani dapat menerima harga lebih tinggi seandainya mereka menjual padi mereka dalam bentuk gabah kering simpan (GKS). Namun hal ini sulit dilakukan karena mereka tidak memiliki lumbung penyimpan yang cukup luas dan lantai jemur untuk mengeringkan gabah (Surono, 1998).

Menurut Jannahari (2012), pola produksi tahunan komoditas gabah/beras di daerah sentra produksi menunjukkan produksi gabah/beras pada saat panen


(49)

raya selalu melimpah sedangkan permintaan akan gabah/beras bulanan relatif stabil. Hal ini menyebabkan harga gabah/beras menjadi turun. Sebaliknya pada saat tidak terjadi panen (paceklik), produksi gabah/beras lebih sedikit sehingga lebih rendah dari kebutuhan gabah/beras. Akibatnya harga akan melonjak naik dan tidak terjangkau, yang terjadi saat petani justru tidak memiliki persediaan. Hal ini menunjukkan bahwa harga gabah/beras berfluktuasi menurut musim

Menurut Badan Ketahanan Pangan (2015), jika para petani mempunyai gudang penyimpanan, maka para petani dapat meningkatkan volume pembelian-penjualan gabah, beras, minimal para petani sudah memperoleh harga yang layak terutama saat panen raya serendah-rendahnya sesuai HPP untuk gabah/beras, sehinga harga untuk gabah/beras dapat stabil. Selain itu petani dapat mengelola gabah tersebut, yaitu menyimpan dengan baik, mengolah menjadi beras dan memasarkan pada saat harga cukup tinggi sehingga dapat memperoleh keuntungan yang optimal.

2.2.6 Elemen Regulasi Pasar

Pemerintah sering meregulasi pasar. Dampak dari regulasi akan selalu tercermin diharga. Salah satu tujuan pemerintah melakukan regulasi adalah mentransfer pendapatan dari kelompok ekonomi yang satu ke yang lain. Transfer pendapatan ini tidak hanya terjadi dari kelompok kaya ke pendapatan yang rendah (Sunaryo, 2001).

Regulator pada dasarnya adalah pelaku ekonomi yang rasional. Mereka selalu mengoptimalkan utility-nya sendiri. Regulator sering menggunakan price floor (harga minimum) yang relatif tinggi untuk melindungi kelompok produsen tertentu, misalnya pemerintah menaikkan harga gabah kering giling untuk


(50)

meningkatkan kesejahteraan petani. Regulator juga menggunakan price ceiling (harga maksimum) yang relatif rendah yang biasanya untuk melindungi konsumen tertentu, misalnya pemerintah menjual beras dengan harga maksimum Rp 10.000/kg (Sunaryo, 2001).

2.2.6.1 Price Ceiling (Harga Maksimum)

Ceiling price adalah harga yang tertinggi yang diperbolehkan oleh

pemerintah, yang biasanya ditetapkan untuk melindungi konsumen, jika harga ekulibrium yang terjadi di pasar terlalu tinggi. Hal ini terjadi pada waktu jumlah produksi/ penawaran kurang, umpamanya pada waktu pacekllik, atau panen gagal (Kadariah,1994).

Gambar 2. Grafik Ceiling Price

Dari gambar 2. dapat diketahui, jika diserahkan kepada mekanisme pasar, maka harga (ekuilibrium) terjadi pada titik E, ialah setinggi OA. Pada titik harga ini yang dapat membeli beras hanyalah orang yang mampu (berpendapatan tinggi), sedangkan orang- orang yang berpendapatan rendah tidak dapat membeli bahan makanan pokok itu. Untuk menolong orang- orang yang tidak mampu maka ditentukan harga yang lebih rendah daripada harga ekuilibrium, umpamanya


(51)

setinggi OC. Dengan demikian maka akan terjadi excess demand sebesar RT, yang dapat menimbulkan perebutan barang (Kadariah,1994).

2.2.6.2 Price Floor (Harga Minimum)

Pemerintah dapat menjamin kepada petani suatu tingkat harga yang lebih tinggi dari pada harga ekuilibrium dengan menentukan suatu price floor, tingkat harganya disebut floor price. Pada tingkat yang lebih tinggi ini tidak seluruh hasil produksi terbeli oleh konsumen. Sisanya dibeli oleh pemerintah dengan harga

floor price untuk ditimbun. Jika tidak demikian, maka harga akan turun kembali

ketingkat semula (Kadariah,1994).

Gambar 3. Grafik Penentuan Floor - Price dan Pembelian Kelebihan Hasil oleh Pemerintah

Dari gambar 3. dapat dilihat bahwa jumlah yang ditawarkan adalah OS; harga ekuilibrium adalah SE=OA. Jika tidak ada kebijaksanaan pemerintah, penerimaan total petani adalah OSEA. Sekarang pemerintah menentukan floor


(52)

price setinggi OB. Jika yang dibeli konsumen turun sampai OS’, sisanya sebesar S’S dibeli pemerintah dengan harga floor-price (Kadariah,1994).

2.3 Penelitian Terdahulu

Wenny (2009) dalam penelitiannya menganalisis DPM-LUEP terhadap kestabilan harga jual gabah di Desa Sekip, Kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang. Kesimpulan yang diperoleh yaitu harga jual gabah lebih stabil setelah program DPM-LUEP. Hal ini ditunjukan dengan pergerakan harga jual gabah yang terus meningkat dari tahun ke tahun selama program DPM-LUEP untuk setiap musim yang sama dibandingkan sebelum program DPM-LUEP yang pergerakannya lebih fluktuatif.

Linda (2012) dalam penelitiannya yang berjudul faktor-faktor yang berhubungan dengan keberhasilan program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM) di Kab. Serdang Bedagai. Kesimpulan yang diperoleh, tidak ada hubungan antara umur dan pendidikan non formal pengurus terhadap keberhasilan pelaksanaan programP-LDPM. Namun ditemukan hubungan antara tingkat pendidikan pengurus terhadap keberhasilan pelaksanaan program P-LDPM. Kemudian tidak ada perbedaan harga yang diperoleh petani Gapoktan yang berhasil melaksanakan program P-LDPM dengan petani Gapoktan yang tidak berhasil melaksankan program P-LDPM.

2.4 Kerangka Pemikiran

Petani adalah seseorang yang melakukan kegiatan usaha tani. Petani menghadapi masalah pada saat musim paceklik dan panen raya. Seperti diketahui, pada saat panen raya, harga jual gabah cenderung rendah bahkan di bawah harga pemerintah. Sebaliknya, pada musim paceklik, harga jual gabah melambung


(53)

tinggi tetapi produksi rendah. Dengan kata lain apabila terjadi paceklik maka ketersediaan beras menjadi terbatas, sedangkan apabila terjadi panen raya maka harga jual petani rendah.

Untuk mengatasi masalah tersebut maka pemerintah membuat program Penguatan-LDPM. Dengan dilaksanakannya kegiatan Penguatan-LPDM ini diharapkan posisi tawar petani akan lebih baik, cadangan pangan selalu tersedia bagi anggota Gapoktan manakala terjadi paceklik atau gagal panen, petani dapat mengembangkan jejaring pemasaran dan terciptanya stabilitas harga gabah atau beras serta adanya peningkatan kesejahteraan anggota Gapoktan melalui unit-unit usaha yang dikelola.

Program P-LDPM berupa Bansos yang di berikan kepada Gapoktan yang berada di central produksi padi. Dana di berikan kepada Gapoktan tanpa anggunan atau jaminan, dan Gapoktan yang menerima bantuan tersebut tidak perlu mengembalikan uang yang telah diberikan.

Tujuan akhir dari progam Penguatan-LDPM yaitu untuk mencaga stabilitas harga gabah / beras. Jadi dengan adanya Penguatan-LDPM diharapkan dapat mengatasi masalah petani pada saat paceklik dan panen raya sehingga harga beras menjadi stabil.


(54)

Sebelum Program P-LDPM

Sesudah Program P-LDPM

Gambar 4. Kerangka Pikir Kegiatan Penguatan-LDPM Keterangan :

: Menyatakan Hubungan Petani

Produksi

Paceklik Panen Raya

Harga Jual

Stabilitas Harga Pemerintah

Bansos Gapoktan

Program P-LDPM

Tahap Penumbuhan

Tahap Penumbuhan


(55)

2.5 Hipotesis

Adapun hipotesis penelitian adalah sebagai berikut :

1. Dengan adanya program Pengutan-LDPM maka harga beras menjadi stabil terutama di daerah penelitian yaitu Deli Serdang.


(56)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu daerah sentra produksi padi yang banyak memberi kontribusi dalam pemenuhan kebutuhan bahan pangan pokok dan strategis khususnya beras untuk dalam dan luar provinsi. Oleh karena itu pemerintah bersama-sama dengan masyarakat perlu membangun sinerji agar ketersediaan beras dapat terjaga dalam provinsi yang mencukupi dan harga yang relative stabil pada tingkat yang wajar, sehingga masyarakat dapat mengakses pangan secara mudah dan terjangkau.

Masalah mendasar yang umum dihadapi oleh petani produsen dan kelompoktani atau gabungan kelompoktani (Gapoktan) antara lain yaitu keterbatasan modal usaha untuk melakukan kegiatan pengolahan, penyimpanan, pendistribusian atau pemasaran setelah panen, serta rendahnya posisi tawar petani pada saat panen raya yang bersamaan dengan datangnya hujan, dan keterbatasan akses pangan (beras) untuk dikonsumsi saat mereka menghadapi paceklik karena tidak memiliki cadangan pangan yang cukup.

Dampak dari ketidakberdayaan petani, Poktan atau Gapoktan tersebut yang tidak dapat melakukan kegiatan pengolahan, penyimpanan, dan pendistribusian atau pemasaran hasil produksinya, dapat mempengaruhi ketidakstabilan harga untuk komoditas beras di wilayah sentra produksi pada saat terjadi panen raya dan kekurangan pangan (beras) pada saat musim paceklik ataupun gagal panen.


(57)

Untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh petani di daerah sentra produksi padi, khususnya dalam menghadapi panen raya maupun paceklik, pemerintah melalui pendekatan kelompok atau Gapoktan berupaya membantu masyarakat tani agar mau dan mampu mengelola unit usaha Gapoktan dalam rangka memperkuat cadangan pangan dan pengembangan unit usaha distribusi atau pemasaran beras, sekaligus mendukung stabilitas harga dan perbaikan kesejahteraan anggota Gapoktan (BKP, 2014).

Bentuk pemberdayaan yang dilakukan oleh pemerintah dalam memenuhi maksud tersebut di atas adalah berupa Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (Penguatan-LDPM) melalui pemberian dana bantuan sosial (Bansos) yang akan dimanfaatkan oleh Gapoktan untuk pembangunan gudang sarana penyimpanan, pengadaan cadangan pangan, dan pengembangan unit usaha distribusi atau pemasaran beras (BKP, 2014).

Bagi Gapoktan yang telah menerima dana Bansos berkewajiban membeli hasil produksi pertanian pada saat panen raya dengan harga minimal sesuai dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) untuk gabah dan beras sehingga harga di tingkat petani stabil (BKP, 2014).

Mengingat sering terjadinya gejolak harga pangan di saat panen raya maka Gapoktan membantu mendistribusikan atau memasarkan produksi anggotanya secara berkelompok untuk dapat memenuhi skala ekonomi sehingga memudahkan dalam hal pengangkutan, pengolahan, penyimpanan, dan pemasaran dimana pada akhirnya dapat memberikan harga serta keuntungan yang layak. Agar perputaran usaha pembelian – penjualan beras meningkat maka Gapoktan perlu mendorong unit usahanya untuk mengelola kegiatannya secara komersial dengan


(58)

mengembangkan jejaring pemasaran dengan mitranya baik di dalam maupun di luar wilayah.

Dengan dilaksanakannya kegiatan Penguatan-LPDM ini diharapkan posisi tawar petani akan lebih baik, cadangan pangan selalu tersedia bagi anggota Gapoktan manakala terjadi paceklik atau gagal panen, petani dapat mengembangkan jejaring pemasaran dan terciptanya stabilitas harga gabah atau beras serta adanya peningkatan kesejahteraan anggota Gapoktan melalui unit-unit usaha yang dikelola. Sejalan dengan proses pemberdayaan, maka kegiatan Penguatan-LDPM tahun 2014 juga dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu penumbuhan, pengembangan dan kemandirian (BKP, 2014).

Melalui Program Penguatan LDPM juga diharapkan dapat menstabilkan harga beras. Adapun hal yang dapat menyebabkan harga beras tidak stabil yaitu produksi padi bersifat musiman sehingga hasil produksi tidak tersedia secara merata sepanjang tahun. Sedangkan untuk konsumsi beras pada umumnya merata sepanjang tahun, sehingga sifat produksi yang demikian dapat menyebabkan harga beras tidak stabil. Kebijakan stabilisasi yang pernah dilaksanakan di Indonesia dan banyak negara berkembang memiliki tujuan menjaga stabilitas harga pangan pokok, mengurangi tingkat fluktuasi harga agar tidak terlalu besar, dan mengurangi disparitas harga yang terlalu lebar (Arifin, 2009).

Menurut Bappenas (2015) harga beras dapat meningkat dengan cepat apabila meningkatnya permintaan akan beras yang tidak dapat diimbangi oleh persediaan beras yang ada. Pada umumnya konsumsi beras meningkat akibat adanya kenaikan pendapatan rata-rata yang merupakan akibat dari adanya pertambahan penduduk yang cukup tinggi. Karena laju kenaikan pendapatan dan


(59)

penduduk itu cukup tinggi maka laju peningkatan permintaan beras semakin tinggi, sehingga persediaan beras di masyarakat harus meningkat. Oleh karena itu, pemerintah sangat berkepentingan untuk mengatur regulasinya demi menjaga kestabilan keamanan pangan masyarakat. Pemerintah berkewajiban menciptakan kestabilan politik dan keamanan dengan menjamin ketersediaan beras sepanjang tahun dengan distribusi yang merata dan harga yang stabil.

Di Sumatera Utara harga beras berfluktuatif untuk selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1. Harga Beras di Sumatera Utara Pada Bulan Agustus, September, Oktober Tahun 2015

No Kabupaten/Kota Harga Beras (Rp/kg)

Agustus September Oktober

1 Langkat 9.588 9.187 9.342

2 Deli Serdang 9.000 9.600 9.563 3 Serdang Bedagai 9.667 9.534 9.375

4 Karo 11.000 10.800 10.625

5 Asahan 10.375 9.750 9.500

6 Labuhan Batu 8.000 7.600 7.250

7 Tapanuli Utara 10.000 10.000 10.000

8 Toba Samosir 10.500 10.050 9.656

9 Tapanuli Tengah 13.000 13.200 12.875 10 Pematang Siantar 9.425 9.400 9.325

11 Samosir 10.500 10.500 10.075

12 Humbang Hasundutan 9.275 8.980 8.700 13 Mandailing Natal 10.000 9.800 9.667

Rata-rata 10.062 9.887 9.689

Sumber : Badan Ketahanan Pangan Sumatera Utara, 2015

Dari Tabel diatas dijelaskan bahwa harga rata-rata beras di Sumatera Utara dari Bulan Agustus - Oktober tahun 2015 mengalami penurunan. Harga rata-rata


(60)

beras di Provinsi Sumatera Utara pada tingkat pedagang pada bulan Agustus 2015 adalah sebesar Rp 10.062/kg menurun menjadi Rp 9.887/kg di bulan September 2015 hingga mencapai Rp 9.689/kg pada bulan Oktober 2015.

Berdasarkan apa yang telah dipaparkan dan untuk mengetahui sistem penyaluran dana program P-LDPM serta mengetahui dampak sebelum (2003-2008) dan sesudah (2009-2014) program P-LDPM, maka penelitian ini dilaksanakan di Kab. Deli Serdang yang tergolong sebagai salah satu kabupaten yang mendapatkan dana P-LDPM.

1.2Indentifikasi Masalah

Seperti yang telah dipaparkan dalam latar belakang, maka identifikasi masalah penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimanakah sistem penyaluran dana Program Penguatan Lembaga Disribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM) terhadap stabilitas harga beras di Kabupaten Deli Serdang ?

2. Bagaimana dampak program Penguatan-LDPM terhadap stabilitas harga beras di Kabupaten Deli Serdang ?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan identifikasi masalah maka tujuan penelitian adalah :

1. Untuk menganalisis sistem penyaluran dana Penguatan-LDPM terhadap stabilitas harga beras di Kabupaten Deli Serdang.

2. Untuk menganalisis dampak program Penguatan-LDPM terhadap stabilitas harga beras di Kabupaten Deli Serdang.


(61)

Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian, maka adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan bahan masukan bagi pemerintah dan instansi-instansi yang terkait terutama untuk Badan Ketahanan Pangan (BKP) untuk menyusun program yang akan dibuat selanjutnya.

2. Sebagai referensi bagi pihak-pihak yang membutuhkan dalam melakukan penelitian.

3. Sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.


(62)

ABSTRAK

Cici Erfanni (120304133) dengan judul skripsi Analisis Pengaruh Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM) Terhadap Stabilitas Harga Beras di Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini dibimbing oleh bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, MEc dan ibu Emalisa SP, M.Si.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui sistem penyaluran dana P-LDPM terhadap stabilitas harga beras di Kabupaten Deli Serdang, dan untuk menganalisis dampak sebelum dan sesudah adanya program Penguatan-LDPM terhadap stabilitas harga beras di Kabupaten Deli Serdang. Metode analisis data yang digunakan adalah untuk tujuan penelitian yang pertama maka menggunakan analisis deskriptif dengan mengumpulkan informasi tentang Program P-LDPM (Penguatan Lembaga Distribusi Pangan) dan untuk tujuan penelitian yang kedua digunakan metode komparatif, yaitu uji beda rata-rata independen (independent sample t-test) dengan bantuan SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem penyaluran dana P-LDPM memiliki tiga tahap yaitu Tahap Penumbuhan, Tahap Pengembangan dan Tahap Mandiri. Dan hasil penelitian menunjukkan bahwa harga jual beras sebelum dan sesudah program P-LDPM sama-sama stabil artinya tidak ada perbedaan antara sebelum dan sesudah adanya program P-LDPM terhadap stabilitas harga beras.


(63)

ANALISIS PENGARUH PENGUATAN LEMBAGA

DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT (P-LDPM)TERHADAP

STABILITAS HARGA BERAS DI KABUPATEN DELI

SERDANG

SKRIPSI

Oleh :

CICI ERFANNI 120304133 AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(64)

ANALISIS PENGARUH PENGUATAN LEMBAGA

DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT (P-LDPM)

TERHADAP STABILITAS HARGA BERASDI KABUPATEN

DELI SERDANG

SKRIPSI

Oleh : CICI ERFANNI

120304133 AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujuin Oleh Komisi Pembimbing

Ketua Komisi Pembimbing, Anggota Komisi Pembimbing,

(Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec) (Emalisa, S.P., M.Si.) NIP. 196302041997031001 NIP. 197211181998022001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2016


(65)

HALAMAN PENGESAHAN

CICI ERFANNI, NIM 120304133 dengan Judul Skripsi ANALISIS PENGUATAN LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT (P-LDPM) TERHADAP STABILITAS HARGA BERAS DI KABUPATEN DELI SERDANG. Telah Dipertahankan di Depan Komisi Pembimbing dan Komisi Penguji Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan Diterima untuk Memenuhi Sebahagian Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian.

Pada Tanggal, 15 Juni 2016

Panitia Penguji Skripsi Ketua : Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec :

NIP. 196302041997031001

Anggota : 1. Emalisa, S.P, M.Si : NIP. 197211181998022001

2. Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, MS : NIP. 194608021973011001

3. Ir. Iskandarini, MM, Ph.D : NIP. 196405051994032002

Mengesahkan,

Ketua Program Studi Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Dr. Ir. Salmiah, M.S. NIP. 19570217 198603 2 001


(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK……… i

RIWAYAT HIDUP………. ii

KATA PENGANTAR………..…………. iii

DAFTAR ISI……… v

DAFTAR TABEL………..……… vii

DAFTAR GAMBAR……….……… ix

DAFTAR LAMPIRAN……….……… x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Identifikasi Masalah………. 5

1.3 Tujuan Penulisan……….. 5

1.4 Kegunaan Penulisan……….…………. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka……….…………. 7

2.2. Landasan Teori……… 10

2.2.1 Penguatan LDPM……….. 10

2.2.2 Kelembagaan………. 13

2.2.3 Pengertian Program………... 14

2.2.4 Stabilitas Harga……….. 16

2.2.5 Fungsi Sarana Penyimpanan……….. 18

2.2.6 Elemen Regulasi Pasar……….. 20

2.3 Penelitian Terdahulu……… 23

2.4 Kerangka Pemikiran……… 23

2.5 Hipotesis……….. 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Pemilihan Lokasi……… 27

3.2 Metode Pengumpulan Data………. 27

3.3 Metode Analisis Data……….. 28

3.4 Defenisi dan Batasan Operasional……….. 28

3.5.1Defenisi……… 28

3.5.2 Batasan Operasional……… 29

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 4.1 Metode Pemilihan Lokasi……….. 31

4.1.1 Geografis, Luas, dan Iklim Daerah Penelitian……….. 31


(2)

4.1.2 Keadaan Pendudk……… 32 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Saluran P-LDPM………. 35 5.2 Stabilitas Harga beras……….. 39 5.2.1 Hasil Uji Perbedaan Sebelum dan Sesudah

Program P-LDPM………...………..44 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan...46 6.2 Saran……….………. 46 DAFTAR PUSTAKA


(3)

DAFTAR TABEL

No Judul Hal

1 Harga Beras di Sumatera Utara Pada Bulan Agustus, September, Oktober Tahun 2015

4

2 Daerah Penerima Bantuan P-LDPM di Sumatera Utara Pada Tahun

2009

27

3 Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin pada Tahun 2014

32

4 Struktur Penduduk yang Bekerja di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012 – 2014 (%)

33

5 Banyaknya rumah ibadah menurut kecamatan dan jenisnya di Kabupaten Deli Serdang tahun 2014

34

6 Jumlah Gapoktan Penerima Dana Bansos Kegiatan Penguatan LDPM Tahun 2009-2014 Tahap Penumbuhan di Kabupaten Deli Serdang

35

7 Jumlah Gapoktan Penerima Dana Bansos Kegiatan Penguatan LDPM Tahun 2010-2014 Tahap Pengembangan di Kabupaten Deli Serdang

37

8 Nama-nama Gapoktan Penerima Dana Bansos Kegiatan Penguatan LDPM Tahun 2009-2014 di Kabupaten Deli Serdang

39

9 Perkembangan harga beras (Rp/Kg) sebelum program P-LDPM (2003-2008) di Kabupaten Deli Serdang

40

10 Perkembangan harga beras (Rp/Kg) sesudah program P-LDPM (2009-2014) di Kabupaten Deli Serdang

42

11 Persen dari Rata-rata Harga Beras Sebelum dan Sesudah Program P-LDPM di Kabupaten Deli Serdang

43

12 Persen Harga Aktual dan HPP Sebelum program P-LDPM periode tahun 2003-2008 di Kabupaten Deli Serdang

43


(4)

13 Persen Harga Aktual dan HPP Sesudah program P-LDPM periode tahun 2009-20014 di Kabupaten Deli Serdang

44

14 Hasil Uji Lavene,s pada Sebelum dan Sesudah Program P-LDPM di Kabupaten Deli Serdang

45

15 Hasil Uji Independent Sample T Test pada Sebelum dan Sesudah Program P-LDPM Terhadap Stabilitas Harga Beras di Kabupaten Deli Serdang


(5)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul 1

2 3

Penguatan LDPM Grafik Ceiling Price

Grafik Penentuan Floor-Price dan Pembelian Kelebihan Hasil 4

Skema Kerangka Pemikiran


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul

1 Daftar harga aktual beras per bulan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2003

2 Daftar harga aktual beras per bulan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2004

3 Daftar harga aktual beras per bulan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2005

4 Daftar harga aktual beras per bulan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2006

5 Daftar harga aktual beras per bulan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007

6 Daftar harga aktual beras per bulan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008

7

8

9 10

11

12

13 14

Daftar harga aktual beras per bulan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009

Daftar harga aktual beras per bulan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010

Daftar harga aktual beras per bulan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011

Daftar harga aktual beras per bulan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

Daftar harga aktual beras per bulan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

Daftar harga aktual beras per bulan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014

Lampiran 13. Uji Independent Sample T Test

Lampiran 14. Persendari Rata-rata Harga Beras Sebelum dan Sesudah Program P-LDPM di Kabupaten Deli Serda