Price Ceiling Harga Maksimum Price Floor Harga Minimum

meningkatkan kesejahteraan petani. Regulator juga menggunakan price ceiling harga maksimum yang relatif rendah yang biasanya untuk melindungi konsumen tertentu, misalnya pemerintah menjual beras dengan harga maksimum Rp 10.000kg Sunaryo, 2001.

2.2.6.1 Price Ceiling Harga Maksimum

Ceiling price adalah harga yang tertinggi yang diperbolehkan oleh pemerintah, yang biasanya ditetapkan untuk melindungi konsumen, jika harga ekulibrium yang terjadi di pasar terlalu tinggi. Hal ini terjadi pada waktu jumlah produksi penawaran kurang, umpamanya pada waktu pacekllik, atau panen gagal Kadariah,1994. Gambar 2. Grafik Ceiling Price Dari gambar 2. dapat diketahui, jika diserahkan kepada mekanisme pasar, maka harga ekuilibrium terjadi pada titik E, ialah setinggi OA. Pada titik harga ini yang dapat membeli beras hanyalah orang yang mampu berpendapatan tinggi, sedangkan orang- orang yang berpendapatan rendah tidak dapat membeli bahan makanan pokok itu. Untuk menolong orang- orang yang tidak mampu maka ditentukan harga yang lebih rendah daripada harga ekuilibrium, umpamanya Universitas Sumatera Utara setinggi OC. Dengan demikian maka akan terjadi excess demand sebesar RT, yang dapat menimbulkan perebutan barang Kadariah,1994.

2.2.6.2 Price Floor Harga Minimum

Pemerintah dapat menjamin kepada petani suatu tingkat harga yang lebih tinggi dari pada harga ekuilibrium dengan menentukan suatu price floor, tingkat harganya disebut floor price. Pada tingkat yang lebih tinggi ini tidak seluruh hasil produksi terbeli oleh konsumen. Sisanya dibeli oleh pemerintah dengan harga floor price untuk ditimbun. Jika tidak demikian, maka harga akan turun kembali ketingkat semula Kadariah,1994. Gambar 3. Grafik Penentuan Floor - Price dan Pembelian Kelebihan Hasil oleh Pemerintah Dari gambar 3. dapat dilihat bahwa jumlah yang ditawarkan adalah OS; harga ekuilibrium adalah SE=OA. Jika tidak ada kebijaksanaan pemerintah, penerimaan total petani adalah OSEA. Sekarang pemerintah menentukan floor Universitas Sumatera Utara price setinggi OB. Jika yang dibeli konsumen turun sampai OS’, sisanya sebesar S’S dibeli pemerintah dengan harga floor-price Kadariah,1994.

2.3 Penelitian Terdahulu

Wenny 2009 dalam penelitiannya menganalisis DPM-LUEP terhadap kestabilan harga jual gabah di Desa Sekip, Kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang. Kesimpulan yang diperoleh yaitu harga jual gabah lebih stabil setelah program DPM-LUEP. Hal ini ditunjukan dengan pergerakan harga jual gabah yang terus meningkat dari tahun ke tahun selama program DPM-LUEP untuk setiap musim yang sama dibandingkan sebelum program DPM-LUEP yang pergerakannya lebih fluktuatif. Linda 2012 dalam penelitiannya yang berjudul faktor-faktor yang berhubungan dengan keberhasilan program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat P-LDPM di Kab. Serdang Bedagai. Kesimpulan yang diperoleh, tidak ada hubungan antara umur dan pendidikan non formal pengurus terhadap keberhasilan pelaksanaan programP-LDPM. Namun ditemukan hubungan antara tingkat pendidikan pengurus terhadap keberhasilan pelaksanaan program P- LDPM. Kemudian tidak ada perbedaan harga yang diperoleh petani Gapoktan yang berhasil melaksanakan program P-LDPM dengan petani Gapoktan yang tidak berhasil melaksankan program P-LDPM.

2.4 Kerangka Pemikiran

Petani adalah seseorang yang melakukan kegiatan usaha tani. Petani menghadapi masalah pada saat musim paceklik dan panen raya. Seperti diketahui, pada saat panen raya, harga jual gabah cenderung rendah bahkan di bawah harga pemerintah. Sebaliknya, pada musim paceklik, harga jual gabah melambung Universitas Sumatera Utara