1. Kondisi Lalu Lintas Kota Medan Sebelum Adanya Terminal Terpadu Pinang Baris

BAB II LATAR BELAKANG PEMBANGUNAN TERMINAL TERPADU PINANG BARIS

2. 1. Kondisi Lalu Lintas Kota Medan Sebelum Adanya Terminal Terpadu Pinang Baris

Kota Medan sedang berbenah diri menjadi kota metropolitan, pusat pemerintahan, perdagangan, pendidikan, jasa dan lain – lain. Aktivitas di berbagai sektor kehidupan memberikan daya tarik tersendiri bagi kalangan masyarakat Medan khususnya dan masyarakat Sumatera Utara pada umumnya. Ketertarikan ini melakukan mobilitas penduduk dikalangan masyarakat Medan maupun dari luar Kota Medan sendiri. Mobilitas penduduk itu dapat kita lihat dari adanya gerakan atau perpindahan masyarakat di Sumatera Utara. Gerakan atau perpindahan masyarakat itu jelas sangat membutuhkan sarana yaitu jasa transportasi. Selain itu yang menjadi penyebab utama dalam terciptanya kesemrawutan lalu lintas Kota Medan adalah belum banyaknya ruas jalan yang dapat di lalui kenderaan bermotor. Kondisi jalan pada waktu itu yang memang masih layak dilalui adalah jalan – jalan protokol yang memang berada di pusat kota ataupun langsung menuju ke pusat kota. Pertumbuhan antara jumlah kenderaan bermotor dengan pertumbuhan jalan di Kota Medan yang tidak seimbang menyebabkan terjadinya kemacetan dan kesemrawutan lalu lintas pada masa itu. Persoalan transportasi di Kota Medan hampir Universitas Sumatera Utara sama dengan yang dihadapi kota – besar lainnya di Indonesia. Masalah transportasi di Kota Medan umumya disebabkan oleh : 1 Tidak seimbangnya jumlah kendaraan dengan kapasitas yang ada pada saat itu. 2 Rendahnya sumberdaya manusia pengguna jalan hal ini dikarenakan minimnya pengetahuan tentang budaya berlalu lintas. 3 Sarana pendukung transportasi seperti marka jalan, lampu pengatur lalu lintas, halte bus, jembatan penyeberangan, fasilitas pejalan kaki, dan fasilitas berdasarkan jenis kenderaan yang digunakan. 4 Perubahan pola kehidupan yang terjadi ditengah kehidupan masyarakat sebagai akibat pertumbuhan ekonomi juga akan berpengaruh terhadap permintaan transportasi. Semakin terbukanya aktifitas ekonomi mendorong mobilitas manusia dan barang serta menimbulkan permintaan transportasi. Kebutuhan transportasi merupakan kebutuhan turunan akibat aktivitas ekonomi, sosial dan lainnya. Transportasi merupakan tulang punggung perekonomian nasional, regional, dan lokal baik di perkotaan maupun di pedesaan. Sistem transportasi memiliki sifat sistem jaringan dimana kinerja pelayanan transportasi sangat dipengaruhi oleh integrasi dan keterpaduan jaringan. Secara umum sistem transportasi Kota Medan masih belum memenuhi kriteria keberlanjutan yang ditandai dengan rendahnya kualitas jalan raya, rendahnya kualitas angkutan umum, meningkatnya angka kecelakaan, kemacetan di jalan – jalan utama, menurunnya kecepatan rata – rata pada jam – jam sibuk, meningkatnya polusi, dan transportasi Universitas Sumatera Utara yang berbiaya tinggi. Sebelum tahun 1990-an kondisi lalu lintas di kota Medan sangat memprihatinkan. Ini terjadi karena pada saat itu semua kendaraan masih bergerak dari dan menuju inti kota yang tentu saja menciptakan kesemrawutan. Wilayah Sambu menjadi inti dari semua tujuan angkutan umum yang berangkat dari seluruh wilayah di kota Medan. Dari sini juga kita bisa memilih angkutan umum untuk mencapai daerah tujuan yang kita inginkan. Salah satu ciri khas yang terlihat adalah jaringan transportasi yang tercipta pada masa itu merupakan hasil dari hubungan antar pasar yang ada di kota Medan untuk menggerakkan ekonomi perdagangan melalui angkutan umum. Daerah Sambu yang berdampingan dengan Pusat Pasar menjadi tujuan para pelaku ekonomi. Kelompok produsen melakukan kegiatan memasarkan barang – barang kebutuhan, sedangkan pihak konsumen mencari barang-barang yang mereka butuhkan. Sentralisasi inilah yang menyebabkan terjadinya kemacetan dan kesemrawutan lalu lintas di Kota Medan. Banyaknya aktifitas masyarakat dengan tujuan dari dan menuju Sambu menyebabkan banyak perusahaan transportasi dalam kota yang menjadikan daerah Sambu menjadi asal keberangkatan angkutannya menuju daerah pinggiran kota. Selain itu mayoritas daripada angkutan kota pada waktu itu adalah KPUM Koperasi Pengangkutan Umum Medan yang kantor Pusatnya berada di kawasan Sambu tepatnya di jalan Rupat. 10 10 Hasil wawancara dengan Bapak Haidir Kepala Tata Usaha Terminal Pinang Baris Tanggal 10 April 2013 Sehingga KPUM dalam memulai menjalankan kegiatannya langsung dari kawasan ini menuju wilayah – wilayah pinggiran Kota Medan. Sebagai contoh : jika anda hendak melakukan perjalanan Universitas Sumatera Utara menuju kawasan Sunggal sedangkan posisi awal anda berada di daerah Pulo Brayan ataupun daerah lainnya, maka anda terlebih dahulu harus menuju kawasan Sambu kemudian berpindah angkutan dengan memilih angkutan yang menuju Sunggal. Demikian juga sebaliknya dan tujuan yang lainnya. Keadaan ini diperparah dengan keberadaan bemo, bajai, dan becak mesin becak bermotor yang pada saat itu masih membanjiri lalu lintas kota Medan. Keberadaan mereka sangat mempengaruhi lalu lintas di Kota Medan karena memiliki kuantitas yang besar sehingga dalam aktifitasnya keberadaan kedua jenis angkutan ini dalam setiap ruas jalan Kota Medan selalu aktif. Becak Mesin selalu mangkal dalam setiap persimpangan jalan yang mengakibatkan jalanan semakin sempit. Selain itu kecepatan rata – rata untuk jenis kenderaan ini relatif rendah sehingga memaksa setiap kenderaan di belakangnya untuk menyesuaikan kecepatannya demi menjaga ketertiban lalu lintas. Untuk kondisi lalu lintas dari dan menuju luar Kota Medan, itu belum ada suatu kawasan khusus yang dijadikan sebagai terminal penumpang. Para penumpang berdiri berjejer di sepanjang jalan untuk menanti atau menunggu buskenderaan yang sesuai dengan tujuan mereka di luar kota. Akibatnya banyak kenderaan angkutan yang menumpuk di sekitar lokasi berdirinya penumpang sehingga memunculkan kawasan terminal liar. Pada saat itu yang ada hanya kawasan – kawasan penumpukan bus – bus tujuan luar kota yang semuanya tercipta tanpa adanya kesengajaan ataupun masih berbentuk tidak resmi. Dikatakan kawasan – kawasan karena memang terdapat dua kawasan yang menjadi pilihan masyarakat untuk bepergian keluar kota sesuai Universitas Sumatera Utara dengan kondisi geografis Kota Medan yang menjadi persimpangan lalu lintas regional Sumatera. Kawasan yang pertama adalah terletak di jalan Sei Wampu melalui jalan Gatot Subroto yang pada waktu itu terkenal dengan istilah Simpang Barat. Bus – bus yang berangkat dari kawasan ini untuk melayani daerah tujuan Binjai, Langkat, Tanah Karo, Sidikalang dan juga menuju propinsi D. I Aceh. 11 Sedangkan kawasan yang kedua adalah kawasan disekitar stadion Teladan sekarang Yuki Simpang Raya . 12 1. Lokasi dari kedua kawasan tersebut berada hampir dekat dengan inti kota Medan. Dampak yang terjadi adalah semakin meningkatnya volume kendaraan yang menuju inti kota tetapi tidak diimbangi dengan penambahan jumlah ruas jalan ataupun pelebaran badan jalan. Derasnya arus kendaraan menuju pusat kota mengakibatkan terganggunya aktifitas masyarakat yang ada di pusat kota. Ditambah Disini banyak terdapat berbagai macam – macam bus baik yang ukuran besar maupun kecil yang khusus melayani penumpangnya untuk tujuan kota – kota yang berada di sepanjang Pantai Barat dan Pantai Timur Sumatera bahkan ada juga yang sampai ke kota Jakarta. Kedua kawasan ini sudah ada akibat tingginya kebutuhan masyarakat dalam hal sistem transportasi dan juga tingginya mobilisasi penduduk dari daerah ke kota Medan dan sebaliknya yang membutuhkan alat transportasi untuk semakin mempermudahnya. Kondisi ini tentu menimbulkan kesemrawutan yang diakibatkan oleh : 11 Hasil wawancara dengan Bapak Haidir Kepala Tata Usaha Terminal Pinang Baris Tanggal 10 April 2013 12 Hasil wawancara dengan Bapak Haidir Kepala Tata Usaha Terminal Pinang Baris Tanggal 10 April 2013 Universitas Sumatera Utara dengan setiap aktifitas yang dilakukan di kawasan ini selalu memanfaatkan badan jalan sehingga mengganggu pengguna jalan yang lain misalnya untuk parkir armada bus yang menggunakan bahu jalan, posisi untuk menaikkan ataupun menurunkan penumpang yang juga menggunakan bahu jalan serta posisi mangkal setiap jenis angkutan yang berbeda – beda makin membutuhkan banyak lahan dan tentu saja terpaksa menggunakan bahu jalan. Bila diperhatikan kondisi ini semakin memperparah lalu lintas yang berada di sekitar kawasan itu. 2. Sarana pendukung transportasi seperti marka jalan, lampu pengatur lalu lintas dll masih belum lengkap. Hal ini tentu saja menjadi salah satu penyebab tingginya angka kemacetan di kedua kawasan ini dan tentu saja ini mengakibatkan banyaknya terjadi angka kecelakaan, 3. Banyaknya aktivitas masyarakat yang bergerak di sektor informal yang menggantungkan kehidupan ekonominya disekitar kawasan tersebut seperti kelompok pedagang, agen dan buruh angkut. Situasi seperti ini menimbulkan masalah – masalah sosial disekitar kawasan seperti premanisme, tindakan kriminal dan lain – lain. Oleh sebab itu pemerintah mulai memikirkan untuk memindahkan lokasi kedua kawasan yang berfungsi sebagai terminal ini ke daerah pinggiran kota Universitas Sumatera Utara 2. 2. Upaya Mengatasi Permasalahan Lalu Lintas Kota Medan Sebelum Adanya Terminal Pinang Baris