3. Pembangunan Terminal Terpadu Pinang Baris

Dampak dari diberlakukannya upaya – upaya diatas langsung dapat dirasakan dengan berkurangnya jumlah kenderaan yang melaju pada saat jam sibuk serta bertambahnya kesadaran para pengguna jalan khususnya para pengemudi angkutan umum dalam kota. Sedangkan untuk angkutan umum tujuan luar kota mulai mengkonsentrasikan armada angkutannya dengan menerapkan sistem pool dan mulai menata manajemen keberangkatan armadanya lewat pool masing – masing perusahaan angkutan. Kenderaan – kenderaan ukuran besar mulai dilarang masuk ke inti kota dan harus di parkirkan di sekitar pool masing – masing.

2. 3. Pembangunan Terminal Terpadu Pinang Baris

Tahun 1980-an pemerintah mulai memikirkan bagaimana menata sistem transportasi di Kota Medan. 17 1 Pelabuhan Belawan untuk transportasi laut, Sebagai daerah perlintasan untuk regional Sumatera, baik untuk tujuan ke Propinsi D. I. Aceh maupun untuk tujuan ke kota – kota lainnya misalkan Padang, Pekan Baru, Jambi, Palembang, Lampung ataupun ke Pulau Jawa. Pemerintah merasa perlu untuk melakukan sentralisasi keberadaan angkutan – angkutan tujuan luar kota dalam satu tempat. Kondisi yang tercipta pada waktu itu adalah Kota Medan sebagai salah satu kota besar di Indonesia hanya memiliki: 2 Tansportasi udara sudah didukung dengan adanya Bandara Polonia sebagai sarana angkutan udara bertaraf Internasional, 3 Transportasi darat hanya memiliki Stasiun Besar Kereta Api, 17 Hasil wawancara dengan Bapak Haidir Kepala Tata Usaha Terminal Pinang Baris Tanggal 10 April 2013 Universitas Sumatera Utara Tetapi Kota Medan belum memiliki Terminal khusus untuk angkutan bus tujuan luar kota. Kondisi ini sangat berbeda jika dibandingkan dengan kota – kota lain yang ada di Pulau Sumatera yang sudah memiliki terminal bus terlebih dahulu. Melihat kondisi yang ada maka di putuskan bahwa Propinsi Sumatera Utara khususnya Kota Medan sangat membutuhkan terminal angkutan umum sebagai wadah untuk membangun sistem transportasi yang selama ini belum ada. Untuk mengejar ketertinggalan itu serta untuk mengatasi kebutuhan masyarakat akan sistem transportasi yang lebih modern, maka pemerintah Propinsi Sumatera Utara mulai merancang rencana untuk membangun terminal bus. Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya Propinsi Sumatera Utara ditugaskan untuk melakukan kajian untuk pembangunan terminal tersebut. Setelah melakukan kajian dan melihat dari keberhasilan propinsi tetangga yang telah lebih dulu memiliki terminal angkutan, maka diputuskan bahwa Kota Medan sudah layak untuk memiliki terminal angkutan umum. Masalah yang kemudian timbul adalah sebagai daerah perlintasan, Kota Medan tidak mungkin membangun hanya sebuah terminal angkutan saja, sebab dari Kota Medan ada tiga daerah tujuan keberangkatan yaitu: pertama untuk tujuan : Binjai, Stabat, Tanjung Pura, bahkan ke Propinsi Aceh, kedua untuk tujuan Lubuk Pakam, Rantau Prapat, Pematang Siantar, Tarutung, Sibolga, Pekanbaru, Padang bahkan ke Pulau Jawa, dan yang ketiga untuk tujuan Tanah Karo, Sidikalang, Kutacane, Singkil, Subulussalam, dan seterusnya. Jika hanya membangun sebuah terminal maka dibutuhkan area yang sangat luas untuk mencakup semua perusahaan – perusahaan angkutan umum berikut dengan armadanya, kemudian dibutuhkan juga tempat yang strategis agar tidak Universitas Sumatera Utara merugikan sebuah pihak baik pihak perusahaan angkutan maupun dari pihak penumpang. Serta dibutuhkan juga manajemen yang baik untuk mengatur dan mengelola terminal tersebut. Setelah melalui proses yang panjang maka diputuskan untuk membangun sdua buah terminal sekaligus untuk mengurai kemacetan yang mendekati inti kota serta menempatkan bus – bus tujuan luar kota di sebuah wilayah yang berada di pinggiran kota Medan. Keputusan yang diambil adalah dengan membangun sebuah terminal sebagai pintu masuk Kota Medan dari arah tenggara dan tepatnya berada di daerah Amplas sedangkan sebuah lagi untuk pintu masuk Kota Medan melalui arah barat laut yang tepatnya berada di daerah Pinang Baris. Pembangunan kedua terminal terpadu tersebut adalah dalam rangka meningkatkan pelayanan terhadap bus, baik antar kota maupun bus dalam kota serta non – bus, memperlancar hubungan antar Kota Medan dengan daerah pinggirannya dan juga untuk memecahkan sebahagian masalah kemacetan lalu lintas kota Medan. Disamping itu dengan sendirinya meningkatkan pendapatan dari retribusi yang diambil oleh penanggung jawab jasa terminal. Sesuai dengan judul tulisan maka isi dari tulisan ini intinya membahas tentang Terminal Pinang Baris walaupun nanti mungkin akan merangkai pembahasan kedua terminal yang ada di Kota Medan. Koordinat geografisKota Medan adalah 3 ˚30’ - 3 ˚43’ LU dan 98˚35’ - 98˚44’ LU dengan kondisi permukaan tanah cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 – 3,75 meter diatas permukaan laut. Dengan batas – batas administrasi sebagai berikut: Sebelah utara berbatasan dengan: Selat Universitas Sumatera Utara Malaka sedangkan sebelah Barat, Selatan dan Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang. Luas Kota Medan saat ini adalah 265, 10 km² yang sebelumnya hingga tahun 1972 hanya mempunyai luas sebesar 51,32 km² namun kemudian diedarkan Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun1973 yang memperluas wilayah Kota Medan dengan mengintegrasikan sebagian wilayah Kabupaten Deli Serdang. Sesuai dengan namanya Terminal Terpadu Pinang Baris maka nama daerah tersebut dicantumkan sebagai nama dari terminal ini. Berada di Kecamatan Medan Sunggal di kelurahan Pinang Baris. Dibangun diatas tanah kosong milik pemerintah Kota Medan serta di tambah dengan tanah bekas pekuburan etnis Tionghoa sehingga terminal ini dibangun diatas lahan dengan luas total 33.430 m². Pelaksanaan pembangunan terminal secara fisik dimulai pada bulan Mei 1990 dan keseluruhan pembangunan rampung dilaksanakan pada akhir Desember 1991. Penentuan suatu lokasi yang akan dibangun sebagai terminal terpadu tergantung kepada seberapa besar manfaat yang akan diperoleh dari keberadaan terminal terpadu tersebut dibandingkan dengan dana yang dikeluarkan untuk pembangunan tersebut. Pembangunan terminal ini tidaklah menimbulkan kerugian kepada suatu pihak karena tidak adanya penggusuran dan dibangun diatas tanah kosong serta diatas pekuburan etnis Tionghoa. 18 18 Hasil wawancara dengan Bapak Haidir Kepala Tata Usaha Terminal Pinang Baris Tanggal 10 April 2013 di Kantor Tata Usaha Terminal Pinang Baris. Adapun bangunan fisik yang tersedia didalam Terminal Pinang Baris yang dibangun adalah terdapat sebanyak 48 unit loket bus, 34 unit bangunan kios, 8 unit toilet umum, 2 unit bangunan untuk gudang dan tempat cuci kenderaan serta 2 unit bangunan untuk reparasi ataupun perbaikan singkat seperti Universitas Sumatera Utara tempel ban, selain itu di tambah dengan pelataran parkir yang dapat menampung 500 unit angkutan dalam kota serta 400 unit bus antarkota serta bangunan induk yang di fungsikan sebagai perkantoran, ruang tunggu dan adanya fasilitas mushalla dan telepon umum. Universitas Sumatera Utara BAB III PERKEMBANGAN TERMINAL TERPADU PINANG BARIS

3. 1. Awal Pengoperasian Terminal Pinang Baris