Keberadaan Terminal Terpadu Pinang Baris Di Kota Medan (1990 – 2000)

(1)

KEBERADAAN TERMINAL TERPADU PINANG BARIS DI

KOTA MEDAN (1990 – 2000)

SKRIPSI SARJANA D

I S U S U N

O L E H

:

NAMA

: BONA P. HUTABARAT

N I M

: 070706021

DEPARTEMEN SEJARAH

FAKULTAS ILMU BUDAYA


(2)

Lembar Persetujuan Ujian Skripsi

KEBERADAAN TERMINAL TERPADU PINANG BARIS DI

KOTA MEDAN (1990 – 2000)

Yang telah diajukan oleh: Nama : Bona P. Hutabarat NIM : 070706021

Telah disetujui untuk diajukan dalam ujian seminar skripsi oleh :

Pembimbing,

Drs. Timbun Ritonga 195901281984031001

Tanggal 20 Agustus 2013

Ketua Departemen Sejarah

Drs. Edi Sumarno, M.Hum NIP. 196409221989031001

Tanggal 23 Agustus 2013

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA


(3)

Lembar Persetujuan Ujian Skripsi

KEBERADAAN TERMINAL TERPADU PINANG BARIS DI

KOTA MEDAN (1990 – 2000)

SKRIPSI SARJANA

Yang Dikerjakan oleh : Nama : Bona P. Hutabarat NIM : 070706021 Pembimbing,

Drs. Timbun Ritonga 195901281984031001

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk memenuhi syarat ujian memperoleh gelar Sarjana Sastra dalam bidang Ilmu Sejarah.

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA


(4)

Lembar Persetujuan Ketua Departemen

Disetujui Oleh :

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

DEPARTEMEN SEJARAH Ketua Departemen,

NIP : 196409221989031001 Drs. Edi Sumarno, M. Hum


(5)

Lembar Pengesahan Skripsi Oleh Dekan dan Panitia Ujian Diterima Oleh Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Bidang Ilmu Sejarah Pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Pada :

Hari : Rabu

Tanggal : 28 Agustus 2013

Fakultas Ilmu Budaya USU Dekan,

NIP : 19511013197603100 Dr. Syahron Lubis, M. A

Panitia Ujian

No. Nama Tanda Tangan

1. Drs. Edi Sumarno, M. Hum 2. Dra. Nurhabsyah, M. Si 3. Drs. Timbun Ritonga 4. Drs. Samsul Tarigan 5. Dra. Haswita, M. Sp


(6)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan keberadaan Terminal Terpadu Pinang Baris Di Kota Medan ( 1990 – 2000 ). Fokus permasalahan yang dibahas adalah: latar belakang dibangunnya Terminal Pinang Baris, kemudian fungsi dan tujuan dibangunnya Terminal Pinang Baris, serta dampak dari keberadaan Terminal Pinang Baris di Kota Medan ( 1990 – 2000) terhadap kondisi lalu lintas didalam dan diluar Kota medan.

Dalam penulisan ini metode yang digunakan adalah metode sejarah dengan jenis penulisan berupa deskriptif analisis. Dalam penelitian ini juga digunakan metode pengalaman individu (life history) sebagai metode wawancara berfokus dengan mengungkapkan sejarah transportasi dan sejarah perusahaan. Sumber data diperoleh dari sumber – sumber tertulis (buku, dokumentasi, arsip, dll) informan, peristiwa dan aktivitas. Pengumpulan data menggunakan observasi partisipasi kadang kala disertai dengan wawancara, dan dokumentasi. Kemudian dilakukan tahapan kritik sumber dengan membandingkan data – data yang ada lalu melakukan tahapan interpretasi sebelum dilanjutkan dalam tahapan penulisan.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan: (1). Terminal Terpadu Pinang Baris merupakan sebuah solusi dalam mengatasi permasalahan lalu lintas di Kota Medan yang sebelumnya sangat tidak terkendali akibat banyaknya tumpang tindih penggunaan jalan menuju inti kota, (2). Terminal Pinang Baris memiliki fasilitas yang lengkap namun berfungsi tidak secara optimal, masih perlu dilakukan pembenahan dengan melakukan perbaikan atau bahkan penambahan fasilitas yang lebih baru ataupun modern, (3). Terminal Pinang Baris berperan menjadi penata lalu lintas dengan melakukan pengaturan terhadap arus angkutan umum baik untuk angkutan dalam kota maupun angkutan antar kota

Dalam proses perkembangannya Terminal Pinang Baris ini masih perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk membuka ruang baru bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya mengenai transportasi dan dinamikanya sehingga menjadi wadah sosialisasi bagi masyarakat untuk menciptakan kesadaran yang tinggi untuk mengerti dan memahami arti penting Terminal Pinang Baris dalam sistem transportasi Kota Medan.


(7)

KATA PENGANTAR

Medan, Oktober 2013

Syalooom..

Salam sejahtera…!

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat, kasih karunia dan hikmat Nya lah sehingga penulis sampai pada tahap akhir perkuliahan dan dapat menyelesaikan studi dan penulisan skripsi yang berjudul :“KEBERADAAN TERMINAL TERPADU PINANG BARIS DI KOTA MEDAN (1990 - 2000). Kiranya Kasih-Nya yang tak berkesudahan juga melimpahi kita semua.

Penulis tidak dapat menyelesaikan semua ini tanpa bantuan dari semua pihak yang telah bersedia membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini mulai dari awal sampai skripsi ini dapat diselesaikan.

Dalam penulisan Skripsi ini, penulis sadar bahwa ini tidak luput dari kekurangan dan masih butuh penyempurnaan. Untuk itu penulis merasa terbuka untuk menerima saran dan kritik yang membangun untuk penyempurnaan tulisan ini. Demikian penulis sampaikan dan semoga skripsi ini kelak bisa berguna terhadap berbagai pihak.

Terimakasih, Tuhan Memberkati…!!

Medan,23 Oktober 2013


(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar – besarnya sebagai ungkapan tulus dan balasan jasa orang – orang yang terlibat dalam penulisan skripsi ini. Kiranya Tuhanlah yang memberikan berkahnya buat kita semua. Jika ada ada nama yang tidak disebutkan, saya haturkan maaf yang sebesar – besarnya dan bukan ada unsur kesengajaan. Rasa Terima kasih ku kepada :

1. Ayahanda M. Hutabarat dan ibunda E.Lumban gaol, yang senantiasa mengasihi saya sejak lahir hingga saat ini. Ayah dan bunda banyak memberi nasehat, motivasi, dukungan dan kasih sayang yang tidak ternilai harganya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Mohon maaf dari ananda apabila penyelesaian skripsi ini tidak sesuai harapanmu. Semoga kalian diberi umur yang panjang, kesehatan, dan tentunya Tuhan terus memberkati memberkati keluarga kita.

2. Dr. SyahronLubis, M. A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara beserta para Bapak Pembantu Dekan I – III, para Staf dan para Pegawai di lingkungan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Edi Sumarno, M. Hum selaku Ketua Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya USU dan Dra. Nurhabsyah, M. Si selaku sekretaris Departemen


(9)

Sejarah Fakultas Ilmu Budaya USU, yang telah membantu penulis selama dalam masa perkuliahan.

4. Bapak Drs. Fachrudin J. Daulay selaku dosen Penasehat Akademik penulis yang telah memberi arahan kepada penulis selama perkuliahan.

5. Bapak Drs. Timbun Ritonga, selaku dosen pembimbing dalam penulisan ini yang telah memberikan inspirasi, semangat, dorongan dan telah meluangkan waktu untuk membimbing penulis. Kebaikan bapak senantiasa penulis ingat, semoga Tuhan memberi berkat-Nya kepada bapak dan keluarga.

6. Kepada para staf pengajar di Fakultas Ilmu Budaya, terkhusus Departemen Sejarah penulis ucapkan terima kasih yang begitu dalam. Karena tanpa kalian penulis tidak ada apa – apanya. Terima kasih atas semua ilmu yang telah penulis terima dari kalian, telah membuka wawasan dan memberikan inspirasi bagi penulis. Kiranya Tuhanlah yang membalas semua kebaikan kalian.

7. Buat seluruh Saudara saudari penulis yaitu : kakanda Helen Hutabarat, abangda Iwan Hutabarat, serta adinda Jani Hutabarat. Terima kasih atas dukungan kalian selama ini, tanpa kalian mungkin proses pembuatan skripsi ini tidak akan maksimal. Semoga penyelesaian skripsi ini bisa menjadi motivasi bagi kita dalam menjalani proses kehidupan yang kita jalani sekarang. Tuhan memberkati kita.

8. Seluruh rekan – rekan mahasiswa angkatan 2007 yaitu Sari, Meisia, Heri, Siti, Okta, Mohan, Astina, Naf`an, Soji, Intan, April, Andika, Judika, Hendrik, Oli, Martogi, Iwan, Oki, Asima, Fasrah, Azmi, Putra, Eta, Santi, David, Antonius,


(10)

hampir enam tahun. Stambuk 2007 merupakan sebuah komunitas yang mana penulis feels like home! Kalian bukan hanya teman, tetapi keluarga.

9. Kepada seluruh rekan – rekan mahasiswa di Departemen Sejarah Universitas Sumatera Utara, kiranya ini menjadi cambuk bagi kalian yang masih duduk di bangku perkuliahan untuk segera bisa menyusul. Jadikan ini motivasi bagi kalian semua. Khususnya buat adik Rina Hutabarat. Cepat tamat ya ito… 10.Kepada rekan – rekan mahasiswa baik di Fakultas Ilmu Budaya maupun di

Fakultas lain yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu. Terima kasih telah menjadi teman dan sahabat yang selama ini dalam suka maupunduka. Thankyou guys, you are will be in my heart.

11.Buat Adinda Tersayang Yustriani br. Sembiring yang tak pernah lelah memberikan motivasi, dorongan, dan support dan juga selalu setia dalam menemani penulis dari awal pembuatan proposal hingga terselesaikannya skripsi ini. Semoga sukses dalam aktivitas mu sayang, dan tetap selalu sertakan aku dalam doamu kedepannya.

12.Kepada seluruh pihak yang membantu skripsi ini, seluruh informan dan semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Terima kasih saya ucapkan dan kiranya Tuhanlah yang bisa membalas semua kebaikan Bapak dan Ibu dalam proses pembuatan skripsi ini.

13.Kepada keluarga besar penulis baik dari pihak Bapak maupun Ibu. Terimakasih atas segala dukungan baik moril maupun materi yang penulis terima. Inilah yang bisa penulis persembahkan buat keluarga besar kita


(11)

Dan kepada semua pihak – pihak yang tidak bisa saya sebutkan disini yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Mohon maaf apabila ada yang kurang berkenan dan penulis tak lupa untuk mengucapkan terima kasih yang begitu besar buat kalian. Kiranya Tuhan Yang Maha Esa selalu menyertai kita dalam menjalani hidup ini.

Akhir kata dan diatas semua ini penulis panjatkan syukur dan pujian kepada Tuhan Yesus Kristus, Allah Bapa dan Roh Kudus yang selalu memberikan limpahan berkat Nya, perlidungan, kesehatan dan jalan keluar dikala penulis merasa drop, lemah, putus asa, dan khawatir dalam pengerjaan skripsi ini melalui orang – orang yang disekitar penulis. Terima kasih Tuhan atas segalanya. Tetaplah berkati hamba Mu ini ya Tuhan.

Medan, Oktober 2013


(12)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Abstrak ... vi

Kata Pengantar ... vii

Ucapan Terima Kasih ... viii

Daftar Isi ... xii

BAB I Pendahuluan 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 6

1.3Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 7

1.4Tinjauan Pustaka ... 7

1.5Metode Penelitian ... 11

BAB II Latar Belakang Pembangunan Terminal Pinang Baris 2.1Kondisi Lalu Lintas Kota Medan Sebelum Adanya Terminal Terpadu Pinang Baris ... 14

2.2Upaya Mengatasi Permasalahan Lalu Lintas Kota Medan Sebelum Adanya Terminal Terpadu Pinang Baris ... 20

2.3Pembangunan Terminal Terpadu Pinang Baris ... 24

BAB III Perkembangan Terminal Pinang Baris ( 1990 – 2000 ) 3.1Awal Pengoperasian Terminal Terpadu Pinang Baris ... 29

3.2Pemanfaatan Terminal Terpadu Pinang Baris ... 33 3.3Pasang Surut Fungsi Terminal Terpadu Pinang Baris Dari Tahun


(13)

BAB IV Pengaruh Terminal Pinang Baris Terhadap Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya Kota Medan

4.1Kondisi Lalu Lintas Angkutan Dalam Kota Medan Pasca Dibangunnya Terminal Terpadu Pinang Baris ... 47

4.2Kondisi Lalu Lintas Angkutan Antar Kota Dari Dan Ke Kota Medan Pasca Dibangunnya Terminal Terpadu Pinang Baris ... 51

BAB V Kesimpulan Dan Saran

5.1Kesimpulan... 57

5.2Saran ... 58

Daftar Pustaka ... 60 Daftar Informan


(14)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan keberadaan Terminal Terpadu Pinang Baris Di Kota Medan ( 1990 – 2000 ). Fokus permasalahan yang dibahas adalah: latar belakang dibangunnya Terminal Pinang Baris, kemudian fungsi dan tujuan dibangunnya Terminal Pinang Baris, serta dampak dari keberadaan Terminal Pinang Baris di Kota Medan ( 1990 – 2000) terhadap kondisi lalu lintas didalam dan diluar Kota medan.

Dalam penulisan ini metode yang digunakan adalah metode sejarah dengan jenis penulisan berupa deskriptif analisis. Dalam penelitian ini juga digunakan metode pengalaman individu (life history) sebagai metode wawancara berfokus dengan mengungkapkan sejarah transportasi dan sejarah perusahaan. Sumber data diperoleh dari sumber – sumber tertulis (buku, dokumentasi, arsip, dll) informan, peristiwa dan aktivitas. Pengumpulan data menggunakan observasi partisipasi kadang kala disertai dengan wawancara, dan dokumentasi. Kemudian dilakukan tahapan kritik sumber dengan membandingkan data – data yang ada lalu melakukan tahapan interpretasi sebelum dilanjutkan dalam tahapan penulisan.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan: (1). Terminal Terpadu Pinang Baris merupakan sebuah solusi dalam mengatasi permasalahan lalu lintas di Kota Medan yang sebelumnya sangat tidak terkendali akibat banyaknya tumpang tindih penggunaan jalan menuju inti kota, (2). Terminal Pinang Baris memiliki fasilitas yang lengkap namun berfungsi tidak secara optimal, masih perlu dilakukan pembenahan dengan melakukan perbaikan atau bahkan penambahan fasilitas yang lebih baru ataupun modern, (3). Terminal Pinang Baris berperan menjadi penata lalu lintas dengan melakukan pengaturan terhadap arus angkutan umum baik untuk angkutan dalam kota maupun angkutan antar kota

Dalam proses perkembangannya Terminal Pinang Baris ini masih perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk membuka ruang baru bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya mengenai transportasi dan dinamikanya sehingga menjadi wadah sosialisasi bagi masyarakat untuk menciptakan kesadaran yang tinggi untuk mengerti dan memahami arti penting Terminal Pinang Baris dalam sistem transportasi Kota Medan.


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang

Sistem transportasi dapat diartikan sebagai suatu kesatuan, suatu unit, suatu integrasi yang bersifat komperhensif yang terdiri dari unsur – unsur, atau komponen – komponen dimana masing – masing unsur ataupun komponen tersebut saling mendukung dan bekerja sama yang menimbulkan sebuah integritas. Jika salah satu unsur tersebut rusak maka sistem tersebut akan mengalami kerusakan juga. Komponen utama dari sistem transportasi adalah manusia dan barang sebagai ( komponen yang diangkut ), kendaraan dan peti kemas (sebagai komponen alat angkut), jalan dan terminal ( sebagai komponen tempat alat angkut bergerak ), serta sistem pengoperasian (sebagai komponen yang mengatur tiga komponen lainnya ). Semua komponen diatas saling terkait dalam memenuhi kebutuhan akan permintaan transportasi yang berasal dari manusia dan barang.

Terminal1( stasiun ) adalah perhentian penghabisan angkutan baik bis, kereta api dan lain – lain. Terminal adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan memuat dan menurunkan orang dan atau barang serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum, yang merupakan salah satu wujud simpul jaringan


(16)

transportasi2

1. Terminal Tipe A melayani Angkutan Antar Kota Antar Propinsi, Angkutan Kota Dalam Propinsi, Angkutan Kota dan Angkutan Desa. Terminal Terpadu Pinang Baris ( TTPB ) termasuk terminal dalam tipe A.

. Terminal penumpang yang berfungsi sebagai pusat kegiatan penumpang dan pergantian moda transportasi mempunyai nilai yang sangat strategis dalam menunjang perkembangan ekonomi masyarakat dan ekonomi regional pada umumnya. Efektifitas terminal bisa diukur dari hal kenyamanan, pelayanan, ataupun kecepatan pergerakan penumpang, yang sangat menentukan kapasitas dan kredibilitas sebuah terminal. Terminal didirikan dengan tujuan tempat bongkar muat barang, turun – naik penumpang, dan perubahan moda angkutan dari yang satu ke yang lainnya, untuk kelancaran mobilitas orang, barang maupun jasa, dengan kata lain sebagai tempat lalu lintas ekonomi. Mengkaji tentang terminal erat kaitannya dengan masalah transportasi.Terminal dapat dikelompokkan dalam tiga tipe, yaitu :

2. Terminal Tipe B melayani kendaraan Angkutan Kota Dalam Propinsi dan Angkutan Kota.

3. Terminal Tipe C melayani Angkutan Pedesaan saja.

Kajian mengenai Terminal Terpadu Pinang Baris sangat erat kaitannya dengan sejarah perkotaan. Hal ini karena kota memiliki fungsi yang berbeda sehingga kebutuhan fasilitasnya pun berbeda dengan daerah pedesaan. Di pedesaan umumnya yang menjadi basis kegiatan adalah sektor penghasil barang, sedangkan di perkotaan


(17)

selain sektor penghasil barang, sektor perdagangan dan sektor jasa juga merupakan basis utama.

Sejarah kota mencakup proses urbanisasi, mobilitas penduduk dan masalah sosial lainnya. Sejarah kota juga membahas tentang ekologi kota, yaitu interaksi manusia dengan alam sekitarnya. Pada sisi lain sejarah kota juga membahas problem sosial dan mobilitas sosial.3 Kota berfungsi sebagai pusat pembangunan daerah, yang bertujuan sebagai mata rantai penghubung ke kawasan pedesaan dimana kota tidak hanya merupakan pusat permukiman dari penduduk, kegiatan sosial ekonomi, politik dan administrasi tapi kota juga merupakan pusat penyediaan fasilitas industri, perdagangan, transportasi, dan kegiatan lainnya yang berhubungan bagi penunjang pertumbuhan daerah belakang.4

Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan. Pertumbuhan Kota Medan yang semakin pesat mempunyai konsekuensi bagi pihak pemerintah untuk menyediakan prasarana perkotaan seperti prasarana lingkungan, fasilitas umum serta prasarana sosial.

Untuk melihat konsentrasi kota maka dapat diperhatikan seberapa banyak fasilitas perkotaan yang tersedia dan seberapa jauh kota menjalankan fungsi perkotaan. Fasilitas perkotaan/fungsi perkotaan antara lain sebagai pusat perdagangan, sebagai pusat pelayanan jasa baik jasa perorangan maupun jasa

3


(18)

perusahaan5, tersedianya prasarana perkotaan, seperti sistem jalan kota yang baik, jaringan listrik, telepon, taman kota, pasar, terminal. Sebagai pusat penyedia fasilitas sosial seperti pendidikan, kesehatan, dan tempat ibadah. Kemudian sebagai pusat pemerintahan, pusat komunikasi dan pangkalan transportasi6, dan lokasi permukiman yang tertata7

Sampai dengan tahun 2000, Kota Medan memiliki lima buah terminal angkutan umum yaitu:

. Salah satu kendala yang dihadapi Kota Medan adalah kemacetan arus lalu lintas di pusat kota. Untuk mengantisipasi kendala tersebut, kota Medan sebagai ibukota Sumatera Utara berupaya keras untuk meningkatkan sarana dan prasarana menuju kota metropolitan. Salah satu master plan Kota Medan adalah ‘Perkembangan Sistem Jalan Lingkar Untuk Mendukung Pendistribusian Arus Lalu Lintas Yang Tidak Terpusat ke Pusat Kota‘. Untuk merealisasi pendukung sistem rute yang lebih luas dibantu dengan adanya fasilitas yang lebih baik dibangunlah Terminal Terpadu Pinang Baris. Sejalan dengan itu ditambah juga sarana jalan karena merupakan sarana penting bagi masyarakat Kota Medan. Bertambahnya jumlah jalan yang dibangun diharapkan dapat mengurangi kemacetan, peningkatan mobilitas penduduk dan terciptanya peluang tumbuhnya lapangan kerja baru sekitar wilayah terminal terpadu tersebut.

1. Terminal Terpadu Amplas ( Tipe A )

5

Jasa perorangan misalnya perbengkelan, pengacara, dokter, sedangkan jasa perusahaan adalah: jasa perbankan, jasa perhotelan, dan jasa asuransi.

6


(19)

2. Terminal Terpadu Pinang Baris ( Tipe A ) 3. Terminal Sambu ( Tipe B )

4. Terminal Veteran ( Tipe B ) 5. Terminal Belawan ( Tipe B )

Dengan memiliki dua terminal terpadu, yaitu terminal terpadu Amplas dan terminal terpadu Pinang Baris maka pembangunan kedua terminal tersebut diharapkan bertujuan untuk meningkatkan pelayanan terhadap bus, baik antar kota maupun dalam kota dan non bus, memperlancar hubungan antar Kota Medan dengan daerah pinggirannya (hinterland) dan juga untuk memecahkan sebagian masalah lalulintas di Kota Medan. Disamping itu dengan sendirinya meningkatkan pendapatan dari retribusi yang diambil penanggung jawab jasa terminal. Terminal bus terpadu Pinang Baris dibangun didaerah Sunggal jalan Pinang Baris. Terminal ini diperuntukkan melayani kenderaan angkutan umum trayek jurusan Barat arah Daerah Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Pelaksanaan pembangunan terminal secara fisik dimulai pada bulan Mei 1990 dan keseluruhan pembangunan rampung dilaksanakan pada akhir Desember 1991.

Ada beberapa alasan yang mendasari diambilnya Terminal Terpadu Pinang Baris sebagai objek penelitian melalui penulisan skripsi ini. Alasan pertama, belum ada kajian tentang sejarah Terminal Terpadu Pinang Baris ini. Sedangkan alasan kedua, adalah keberadaan terminal Pinang Baris yang pada awal keberadaannya diharapkan dapat menjadi pusat sektor usaha dan perdagangan serta sebagai sarana pangkalan kendaraan bus, tidak berjalan dengan baik. Hal yang menarik dari kajian


(20)

pelayanan regional yang mendorong peran kota ini menjadi simpul pergerakan penumpang dan barang tapi sempat mengalami kelesuan, padahal fasilitas yang ada di terminal sudah sangat lengkap dan sangat mendukung keberadaan terminal serta kenyamanan penumpang. Sehingga dalam konteks itulah penelitian melalui penulisan skripsi ini diberi judul " Keberadaan Terminal Terpadu Pinang Baris Di Kota Medan(1990 – 2000)". Batasan spasial dalam penelitian ini adalah Kota Medan, sementara itu batasan temporalnya penulis mengambil batasan tahun dimulai dari tahun 1990 sampai tahun 2000. Tahun 1990 diambil sebagai batasan awal dalam penulisan ini karena pada tahun inilah Terminal Terpadu Pinang Baris dibangun. Sedangkan batasan akhir yang digunakan penulis adalah tahun 2000 dikarenakan keberadaan Terminal Bus Pinang Baris setelah pengoperasiannya telah sesuai dijalankan menurut fungsinya dan mengalami dinamika dalam perjalanannya.

1. 2. Rumusan Masalah

Persoalan pokok dalam penelitian ini dirumuskan kedalam beberapa bentuk pertanyaan yang ini nantinya di pakai sebagai rumusan masalah dalam penulisan skripsi ini yaitu :

1. Bagaimana latar belakang dibangunnya Terminal Terpadu Pinang Baris ? 2. Bagaimanakah keberadaan Terminal Terpadu Pinang Baris dari awal

pengoperasiannya sampai tahun 2000 ?

3. Bagaimana pengaruh Terminal Terpadu Pinang Baris terhadap Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya di Kota Medan ?


(21)

1. 3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan batasan masalah yang telah diuraikan diatas maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut :

1. Menjelaskan latar belakang dibangunnya Terminal Terpadu Pinang Baris. 2. Menjelaskan pengaruh keberadaan Terminal Terpadu Pinang Baris dari awal

pengoperasiannya sampai tahun 2000 terhadap masyarakat dan pengguna prasarana terminal tersebut.

3. Menjelaskan pengaruh keberadaan Terminal Terpadu Pinang Baris tersebut terhadap kehidupan sosial ekonomi Kota Medan.

Adapun harapan manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan informasi masukan bagi Pemerintah Kota Medan untuk menyusun kebijakan dalam program – program pengembangan wilayah khususnya melalui pengembangan infrastruktur Terminal Terpadu Pinang Baris.

2. Agar dapat dipergunakan oleh instansi lain, yang terkait dengan pembangunan prasarana terminal bus dalam menyusun perencanaan pembangunan.

3. Sebagai perbandingan dan masukan bagi penelitian – penelitian yang berkaitan dengan hal ini di masa yang akan datang.

1. 4. Tinjauan Pustaka

Pergerakan dan perjalanan adalah hasil dari kebutuhan manusia untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktifitasnya, dan semua


(22)

manusia melakukannya, sebab pergerakan terjadi karena adanyakebutuhan pokok manusia yang tidak tersedia di semua tempat akan tetapi sumber tersebut tersedia secara heterogen di dalam ruang yang terpisahkan oleh jarak dan waktu.8

Untuk dapat menyusun tinjauan kepustakaan yang baik, maka akan diusahakan mengumpulkan sumber sebanyak banyaknya, serta harus relevan dengan topik masalah yang akan ditulis, kemudian melakukan seleksi sebelum dituangkan kedalam bentuk tulisan.

Perkembangan suatu wilayah kota berkaitan erat dengan perkembangan kegiatan ekonomi penduduk. Kegiatan ekonomi diduga merupakan daya tarik masuknya sejumlah penduduk dari daerah sekitar ataupun daerah lain sehingga sejumlah penduduk kota semakin bertambah besar. Pertumbuhan penduduk alamiah dan derasnya arus urbanisasi memerlukan lahan yang lebih luas untuk kebutuhan pemukiman dan aktifitas kehidupan masyarakat. Demikian pula dengan kebutuhan transportasi, dalam suatu kota ditentukan oleh besar kecilnya jumlah penduduk kota tersebut. Semakin besar jumlah penduduk suatu kota, akan cenderung semakin banyak fasilitas prasarana dan sarana angkutan umum yang diperlukan.

Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan metodologi berupa konsep dan teori ilmu-ilmu sosial, yaitu tentang teori perubahan sosial9

8

Waparni, Suwarjoko: Merencanakan Sistem Perangkutan, Penerbit ITB, Bandung; 1990, hal. 4

dengan ilmu

9

Gootschalk, Louis, Understanding History, Mengerti Sejarah, (Terj) Nugroho Notosusanto, Jakarta: UI Press, 1985, hal 103.


(23)

bantu adalah Sosiologi, Ekonomi dan Antropologi sebagai upaya mengungkap peristiwa sejarah yang lebih dalam.

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan studi kepustakaan yaitu dengan mengunakan buku – buku yang berkaitan dengan masalah transportasi dan permasalahannya.Secara garis besar penelitian ini dilakukan dengan melakukan studi lapangan (field research). Studi lapangan juga dilakukan untuk mengumpulkan sumber – sumber informasi mengenai tulisan ini dan dilakukan di tempat objek penelitian dalam hal ini adalah Terminal Terpadu Pinang Baris dengan menggunakan tekhnik wawancara.Selanjutnya studi pustaka dilakukan di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara.

Beberapa buku yang digunakan dalam penulisan ini adalah buku dari karangan Fidel Miro, Perencanaan Transportasi,Jakarta: Erlangga, 2005. Buku ini menjelaskan bagaimana perkembangan transportasi pada masa kini dan faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan transportasi. Buku ini juga menjelaskan bagaimana merencanakan sebuah sistem transportasi yang tergantung pada besarnya jumlah dan penyebaran penduduk, tingkat kehidupan, luas daerah dan keadaan geografis, potensi alam dan ekonomi, prasarana serta sarana transportasi itu sendiri.

Kemudian penulis juga menggunakan buku Jurnal Info Trans, Sistem Transportasi Berkelanjutan, Yogyakarta: Info Trans, 2000. Dalam buku ini dibahas tentang sistem transportasi yang berkelanjutan dimana sistem ini dapat memenuhi rasa keadilan yaitu dengan aman dan nyaman memenuhi tingkat efisiensi sumber


(24)

daya alam, baik dalam hal pemanfaatan sumberdaya energi maupun pemanfaatan ruang, dapat dikelola secara transparan dan partisipatif serta menjamin kesinambungan untuk generasi mendatang. Dalam buku ini juga dijelaskan tentang prinsip dari sistem transportasi berkelanjutan dimana didalamnya harus terdapat: (a). kesetaraan sosial; layanan transportasi harus mampu menjangkau masyarakat miskin, (b). keberlanjutan ekologi; dampak lokal transportasi dan kontribusinya bagi kerusakan lingkungan harus diminimalisir, (c). kesehatan dan keselamatan ; (d). berbiaya rendah, (e). partisipasi dan transparansi; masyarakat berperan dalam proses perencanaan transportasi.

Kemudian penulis menggunakan buku yang ditulis oleh Salim H. A. Abbas, Manajemen Transportasi, Jakarta: PT. Raja Prafindo Persada, 1998. Buku ini menjelaskan tentang tujuan dari transportasi yaitu menyediakan akses untuk bersosialisasi, mendapatkan pelayanan dan barang yang kita perlukan dengan cara yang mudah, rendah biaya dan memiliki dampak yang kecil. Dijelaskan juga tentang bagaimana seharusnya kebijakan transportasi yang tidak terjebak pada persepsi mobilitas sebagai tujuan dan menyederhanakannya dengan mendorong lebih banyak kendaraan dengan kecepatan yang semakin tinggi. Perencanaan aksesibilitasi bertujuan untuk menjamin bahwa tempat tujuan dapat dengan mudah dicapai dan berupaya untuk menjaga kemampuan dan keragaman pilihan transportasi khususnya kendaraan tidak bermotor, transportasi umum dan para transit.


(25)

1. 5. Metode Penelitian

Dalam penulisan sejarah yang ilmiah, pemakaian metode sejarah sangatlah penting. Untuk mendapatkan sumber-sumber yang dibutuhkan sebagai bahan penulisan yang relevan dengan pokok permasalahan maka dilakukanlah penelitian. Penelitian dilaksanakan dengan mengumpulkan sumber – sumber dari berbagai pihak yang relevan dengan pokok kajian diatas. Data – data tersebut dapat diperoleh baik dari lapangan maupun dari kepustakaan. Dalam penulisan penelitian ini kita harus melewati beberapa proses agar diperoleh suatu penilaian atau pemaparan yang lebih objektif. Langkah pertama yang harus dilakukan dalam melakukan penulisan ini adalah mengumpulkan data–data dari sumber-sumber baik primer maupun sekunder yang disebut dengan heuristik. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui studi kepustakaan dan studi lapangan. Studi kepustakaan dilakukan dengan mengumpulkan data melalui buku-buku, arsip, dokumen, majalah, artikel, dan media elektronik yang dianggap mempunyai kaitan dan dapat membantu penulis untuk memahami permasalahan dan dalam hal ini sumber diperoleh dari Perpustakaan Universitas Sumatera Utara dan dari kantor Kepala Terminal Terpadu Pinang Baris. Sedangkan studi lapangan yaitu mengadakan wawancara terhadap tokoh-tokoh yang dianggap mampu memberikan masukan-masukan yang berarti sebagai sumber penelitian dan penulis melakukan wawancara terhadap masyarakat di sekitar Terminal Terpadu Pinang Baris. Selain itu bisa juga dengan melakukan observasi dan pengamatan yang berhubungan dengan pokok bahasan diatas


(26)

Langkah selanjunya adalah mengkritik sumber. Data yang diperoleh berusaha mendekatkan penulis untuk mendapatkan petunjuk atas nilai kebenaran dan keaslian data yang diperoleh. Adapun nilai-nilai tersebut menjadi suatu tolak ukur dalam melakukan suatu kritik baik itu secara internal maupun eksternal. Kritik internal, yaitu menelaah tentang kebenaran isi atau fakta dari sumber-sumber objek penelitian (validitas). Kritik eksternal dilakukan dengan cara pengujian untuk menentukan keaslian data (orisinalitas).

Langkah selanjutnya adalah tahap interpretasi. Penulis mencoba menafsirkan data-data yang telah diperoleh kemudian menghasilkan suatu kesimpulan dari objek masalah yang diteliti baik dengan cara analisis maupun sintesis. Hal ini dilakukan untuk menghindari subjektivitas. Hal ini akan menjadi benar karena tanpa penafsiran sejarawan, maka data tidak akan bisa berbicara.

Langkah terakhir adalah tahap Historiografi yang merupakan tahap akhir dari suatu rangkaian penelitian yang diperoleh dari fakta – fakta, yang dilakukan secara sistematis, kronologis dan tentunya rasional. Dalam penulisan akhir ini aspek kronologis menjadi sangat penting untuk menghasilkan karya sejarah yang ilmiah dan objektif serta mudah dimengerti.


(27)

BAB II

LATAR BELAKANG PEMBANGUNAN TERMINAL TERPADU

PINANG BARIS

2. 1. Kondisi Lalu Lintas Kota Medan Sebelum Adanya Terminal Terpadu Pinang Baris

Kota Medan sedang berbenah diri menjadi kota metropolitan, pusat pemerintahan, perdagangan, pendidikan, jasa dan lain – lain. Aktivitas di berbagai sektor kehidupan memberikan daya tarik tersendiri bagi kalangan masyarakat Medan khususnya dan masyarakat Sumatera Utara pada umumnya. Ketertarikan ini melakukan mobilitas penduduk dikalangan masyarakat Medan maupun dari luar Kota Medan sendiri. Mobilitas penduduk itu dapat kita lihat dari adanya gerakan atau perpindahan masyarakat di Sumatera Utara. Gerakan atau perpindahan masyarakat itu jelas sangat membutuhkan sarana yaitu jasa transportasi.

Selain itu yang menjadi penyebab utama dalam terciptanya kesemrawutan lalu lintas Kota Medan adalah belum banyaknya ruas jalan yang dapat di lalui kenderaan bermotor. Kondisi jalan pada waktu itu yang memang masih layak dilalui adalah jalan – jalan protokol yang memang berada di pusat kota ataupun langsung menuju ke pusat kota. Pertumbuhan antara jumlah kenderaan bermotor dengan pertumbuhan jalan di Kota Medan yang tidak seimbang menyebabkan terjadinya kemacetan dan kesemrawutan lalu lintas pada masa itu. Persoalan transportasi di Kota Medan hampir


(28)

sama dengan yang dihadapi kota – besar lainnya di Indonesia. Masalah transportasi di Kota Medan umumya disebabkan oleh :

1) Tidak seimbangnya jumlah kendaraan dengan kapasitas yang ada pada saat itu.

2) Rendahnya sumberdaya manusia pengguna jalan hal ini dikarenakan minimnya pengetahuan tentang budaya berlalu lintas.

3) Sarana pendukung transportasi seperti marka jalan, lampu pengatur lalu lintas, halte bus, jembatan penyeberangan, fasilitas pejalan kaki, dan fasilitas berdasarkan jenis kenderaan yang digunakan.

4) Perubahan pola kehidupan yang terjadi ditengah kehidupan masyarakat sebagai akibat pertumbuhan ekonomi juga akan berpengaruh terhadap permintaan transportasi. Semakin terbukanya aktifitas ekonomi mendorong mobilitas manusia dan barang serta menimbulkan permintaan transportasi.

Kebutuhan transportasi merupakan kebutuhan turunan akibat aktivitas ekonomi, sosial dan lainnya. Transportasi merupakan tulang punggung perekonomian nasional, regional, dan lokal baik di perkotaan maupun di pedesaan. Sistem transportasi memiliki sifat sistem jaringan dimana kinerja pelayanan transportasi sangat dipengaruhi oleh integrasi dan keterpaduan jaringan. Secara umum sistem transportasi Kota Medan masih belum memenuhi kriteria keberlanjutan yang ditandai dengan rendahnya kualitas jalan raya, rendahnya kualitas angkutan umum, meningkatnya angka kecelakaan, kemacetan di jalan – jalan utama, menurunnya


(29)

yang berbiaya tinggi. Sebelum tahun 1990-an kondisi lalu lintas di kota Medan sangat memprihatinkan. Ini terjadi karena pada saat itu semua kendaraan masih bergerak dari dan menuju inti kota yang tentu saja menciptakan kesemrawutan. Wilayah Sambu menjadi inti dari semua tujuan angkutan umum yang berangkat dari seluruh wilayah di kota Medan. Dari sini juga kita bisa memilih angkutan umum untuk mencapai daerah tujuan yang kita inginkan.

Salah satu ciri khas yang terlihat adalah jaringan transportasi yang tercipta pada masa itu merupakan hasil dari hubungan antar pasar yang ada di kota Medan untuk menggerakkan ekonomi perdagangan melalui angkutan umum. Daerah Sambu yang berdampingan dengan Pusat Pasar menjadi tujuan para pelaku ekonomi. Kelompok produsen melakukan kegiatan memasarkan barang – barang kebutuhan, sedangkan pihak konsumen mencari barang-barang yang mereka butuhkan. Sentralisasi inilah yang menyebabkan terjadinya kemacetan dan kesemrawutan lalu lintas di Kota Medan. Banyaknya aktifitas masyarakat dengan tujuan dari dan menuju Sambu menyebabkan banyak perusahaan transportasi dalam kota yang menjadikan daerah Sambu menjadi asal keberangkatan angkutannya menuju daerah pinggiran kota. Selain itu mayoritas daripada angkutan kota pada waktu itu adalah KPUM ( Koperasi Pengangkutan Umum Medan ) yang kantor Pusatnya berada di kawasan Sambu tepatnya di jalan Rupat.10

10

Sehingga KPUM dalam memulai menjalankan kegiatannya langsung dari kawasan ini menuju wilayah – wilayah pinggiran Kota Medan. Sebagai contoh : jika anda hendak melakukan perjalanan


(30)

menuju kawasan Sunggal sedangkan posisi awal anda berada di daerah Pulo Brayan ataupun daerah lainnya, maka anda terlebih dahulu harus menuju kawasan Sambu kemudian berpindah angkutan dengan memilih angkutan yang menuju Sunggal. Demikian juga sebaliknya dan tujuan yang lainnya.

Keadaan ini diperparah dengan keberadaan bemo, bajai, dan becak mesin ( becak bermotor ) yang pada saat itu masih membanjiri lalu lintas kota Medan. Keberadaan mereka sangat mempengaruhi lalu lintas di Kota Medan karena memiliki kuantitas yang besar sehingga dalam aktifitasnya keberadaan kedua jenis angkutan ini dalam setiap ruas jalan Kota Medan selalu aktif. Becak Mesin selalu mangkal dalam setiap persimpangan jalan yang mengakibatkan jalanan semakin sempit. Selain itu kecepatan rata – rata untuk jenis kenderaan ini relatif rendah sehingga memaksa setiap kenderaan di belakangnya untuk menyesuaikan kecepatannya demi menjaga ketertiban lalu lintas.

Untuk kondisi lalu lintas dari dan menuju luar Kota Medan, itu belum ada suatu kawasan khusus yang dijadikan sebagai terminal penumpang. Para penumpang berdiri berjejer di sepanjang jalan untuk menanti atau menunggu bus/kenderaan yang sesuai dengan tujuan mereka di luar kota. Akibatnya banyak kenderaan angkutan yang menumpuk di sekitar lokasi berdirinya penumpang sehingga memunculkan kawasan terminal liar. Pada saat itu yang ada hanya kawasan – kawasan penumpukan bus – bus tujuan luar kota yang semuanya tercipta tanpa adanya kesengajaan ataupun masih berbentuk tidak resmi. Dikatakan kawasan – kawasan karena memang terdapat


(31)

dengan kondisi geografis Kota Medan yang menjadi persimpangan lalu lintas regional Sumatera. Kawasan yang pertama adalah terletak di jalan Sei Wampu melalui jalan Gatot Subroto yang pada waktu itu terkenal dengan istilah Simpang Barat. Bus – bus yang berangkat dari kawasan ini untuk melayani daerah tujuan Binjai, Langkat, Tanah Karo, Sidikalang dan juga menuju propinsi D. I Aceh.11

Sedangkan kawasan yang kedua adalah kawasan disekitar stadion Teladan ( sekarang Yuki Simpang Raya ).12

1. Lokasi dari kedua kawasan tersebut berada hampir dekat dengan inti kota Medan. Dampak yang terjadi adalah semakin meningkatnya volume kendaraan yang menuju inti kota tetapi tidak diimbangi dengan penambahan jumlah ruas jalan ataupun pelebaran badan jalan. Derasnya arus kendaraan menuju pusat kota mengakibatkan terganggunya aktifitas masyarakat yang ada di pusat kota. Ditambah

Disini banyak terdapat berbagai macam – macam bus baik yang ukuran besar maupun kecil yang khusus melayani penumpangnya untuk tujuan kota – kota yang berada di sepanjang Pantai Barat dan Pantai Timur Sumatera bahkan ada juga yang sampai ke kota Jakarta. Kedua kawasan ini sudah ada akibat tingginya kebutuhan masyarakat dalam hal sistem transportasi dan juga tingginya mobilisasi penduduk dari daerah ke kota Medan dan sebaliknya yang membutuhkan alat transportasi untuk semakin mempermudahnya. Kondisi ini tentu menimbulkan kesemrawutan yang diakibatkan oleh :

11

Hasil wawancara dengan Bapak Haidir ( Kepala Tata Usaha Terminal Pinang Baris ) Tanggal 10 April 2013


(32)

dengan setiap aktifitas yang dilakukan di kawasan ini selalu memanfaatkan badan jalan sehingga mengganggu pengguna jalan yang lain misalnya untuk parkir armada bus yang menggunakan bahu jalan, posisi untuk menaikkan ataupun menurunkan penumpang yang juga menggunakan bahu jalan serta posisi mangkal setiap jenis angkutan yang berbeda – beda makin membutuhkan banyak lahan dan tentu saja terpaksa menggunakan bahu jalan. Bila diperhatikan kondisi ini semakin memperparah lalu lintas yang berada di sekitar kawasan itu. 2. Sarana pendukung transportasi seperti marka jalan, lampu pengatur

lalu lintas dll masih belum lengkap. Hal ini tentu saja menjadi salah satu penyebab tingginya angka kemacetan di kedua kawasan ini dan tentu saja ini mengakibatkan banyaknya terjadi angka kecelakaan, 3. Banyaknya aktivitas masyarakat yang bergerak di sektor informal

yang menggantungkan kehidupan ekonominya disekitar kawasan tersebut seperti kelompok pedagang, agen dan buruh angkut. Situasi seperti ini menimbulkan masalah – masalah sosial disekitar kawasan seperti premanisme, tindakan kriminal dan lain – lain. Oleh sebab itu pemerintah mulai memikirkan untuk memindahkan lokasi kedua kawasan yang berfungsi sebagai terminal ini ke daerah pinggiran kota


(33)

2. 2. Upaya Mengatasi Permasalahan Lalu Lintas Kota Medan Sebelum Adanya Terminal Pinang Baris

Kondisi lalu lintas kota Medan pada sekitar era tahun 1980 – an seperti yang telah dibahas diatas sangat tidak teratur dan terkendali. Hal ini dibuktikan dengan tingginya angka kecelakaan dan terjadinya kemacetan pada saat jam – jam sibuk.13

13

Jumlah kendaraan yang bertambah tidak seiring dengan penambahan ruas jalan baru serta masih minimnya rambu - rambu jalan untuk mengatur para pengguna jalan. Selain itu kendaraan – kendaraan angkutan baik angkutan barang maupun penumpang masih melalui jalan – jalan utama yang ada di inti kota Medan dikarenakan untuk mendapatkan waktu tempuh yang lebih singkat dan perhitungan sisi ekonomi yang lebih murah. Khusus untuk angkutan penumpang, banyaknya jenis angkutan baik untuk dalam kota maupun untuk luar kota merupakan penyumbang terbesar untuk masalah kemacetan. Angkutan dalam kota selalu bermangkal di setiap persimpangan – persimpangan jalan utama di kota Medan. Hampir di setiap persimpangan jalan pada saat itu bisa kita temui beberapa angkutan kota yang mangkal untuk melayani rute perjalanan untuk wilayah disekitar persimpangan itu. Belum lagi ditambah dengan kendaraan jenis angkutan roda tiga seperti becak bermotor ( becak mesin ), becak dayung, bemo dan bajai yang menghiasi setiap sudut jalanan kota Medan. Bisa dibayangkan kondisi yang akan terjadi. Ruas jalan yang terdiri dari dua lajur dipenuhi oleh banyaknya kendaraan. Kenderaan itu melintas untuk waktu yang bersamaan sehingga kemacetan pun akan terjadi. Timbulnya kemacetan biasanya akibat dari


(34)

keegoisan para pengguna jalan, prasarana dan sarana transprtasi yang kurang mendukung sudah pasti akan menciptakan kemacetan lalu lintas. Kondisi ini terjadi karena beberapa hal yaitu :

1. Kurangnya kesadaran ( rasa egois ) dari para pengemudi/supir angkutan umum yang menaikkan dan menurunkan penumpang dengan seenaknya, memarkirkan kendaraan tanpa memikirkan pengguna jalan yang lain yang pasti dirugikan.

2. Sarana dan prasarana jalan yang kurang mendukung untuk mendukung sistem transportasi di kota Medan.

3. Tidak tersedianya halte bus.

4. Perangkat pemerintah yang membidangi hal ini belum berfungsi secara maksimal.

Keempat hal – hal yang menimbulkan kemacetan diatas belum terpenuhi sehingga perlu perhatian yang lebih serius dari pihak pemerintah. Demikian juga untuk masalah angkutan yang melayani antar kota, juga menjadi penyumbang dalam masalah kemacetan lalu lintas kota Medan. Angkutan kota Medan sebelum tahun 1990 didominasi oleh bus – bus ukuran sedang dan ukuran besar dan beberapa perusahaan angkutan ini ada yang melayani penumpangnya dengan rute melintasi inti kota.14

14

Bus – bus ukuran besar seperti CV. Setia dan CV. Budi yang melayani rute Belawan - Sambu, DAMRI yang melayani rute Binjai - Sambu, sedangkan untuk ukuran sedang di dominasi oeh

Masih terlintas dalam pikiran ketika bus – bus ukuran besar dari kota – kota di sekitar kota Medan langsung menuju wilayah Sambu dengan membawa


(35)

penumpangnya yang sebahagian besar adalah pelaku – pelaku ekonomi kecil dan menengah. Seperti bus – bus dari kota Belawan, Lubuk Pakam dan Kota Binjai. Masalah yang terjadi hampir sama dengan yang dilakukan oleh angkutan dalam kota yaitu, parkir secara sembarangan, menaikkan dan menurunkan penumpangnya dengan sembarangan dan menggunakan jalan dengan seenaknya tanpa memikirkan para pengguna jalan yang lain.

Beberapa alternatif yang dilakukan untuk mengurai tingkat kepadatan lalu lintas di Kota Medan adalah:

1) Pada awal tahun 1990 – an pemerintah secara bertahap mulai melakukan pelebaran jalan di beberapa ruas jalan yang dianggap penting. Misalnya jalan Gatot Subroto, jalan Adam Malik ( Glugur By Pass ), Jalan Sutomo, Jalan Sunggal, Jalan Jamin Ginting dan lain sebagainya.15

2) Selain pelebaran dan pengaspalan jalan juga dilakukan penambahan marka jalan untuk mendukung kelancaran lalu lintas pengguna jalan. Di beberapa titik persimpangan yang dianggap rawan kemacetan dibuatlah lampu lalu lintas dan rambu – rambu lalu lintas. Kemudian penambahan rambu lalu lintas di sisi jalan yang dianggap rawan kemacetan seperti larangan parkir, larangan berhenti dan rambu untuk hati – hati. Sebelumnya juga sudah dilakukan sosialisasi terhadap arti dari setiap lambang yang terdapat dalam setiap rambu

Selain pelebaran jalan juga dilakukan pengaspalan terhadap jalan – jalan yang dianggap penting sebagai jalan alternatif ketika kemacetan sedang berlangsung.


(36)

lalu lintas tersebut sehingga para pengguna jalan dapat mengerti sepenuhnya apa maksud dan tujuan dari keberadaan rambu – rambu tersebut. 16

3) Pemerintah menurunkan aparat kepolisian dan Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya ( DLLAJR ) untuk melakukan penertiban di lapangan baik berupa tindakan persuasif yang dalam pelaksanaannya bersifat teguran atau pemberitahuan maupun melakukan tindakan langsung ( tilang ). Kedua cara ini juga dilakukan disekitar kawasan tempat pemberangkatan penumpang tujuan luar kota yang berada di sekitar Simpang Barat dan juga kawasan Stadion Teladan. Namun sesuai dengan topik pembahasan bahwa ini dilakukan untuk mengatasi kondisi lalu lintas kota Medan yang tinggi tingkat kemacetannya yang seperti telah dibahas sebelumnya bahwa kedua kawasan ini merupakan salah satu faktor penyebab kemacetan tersebut.

Inilah upaya – upaya yang dilakukan secara langsung oleh pemerintah dalam mengatasi kondisi kemacetan lalu lintas Kota Medan yang diperparah oleh masih belum terkordinasinya tata kelola sistem transportasi pada saat itu. Upaya yang lain dilakukan adalah diberlakukannya peremajaan terhadap kenderaan transportasi dalam kota khususnya bemo, kemudian adanya ruas jalan yang khusus dan tidak boleh dilalui oleh angkutan umum, becak mesindan becak dayung seperti kawasan jalan Jend. Sudirman yang merupakan kawasan tertib lalu lintas, selanjutnya kawasan Jalan Putri Hijau, Jalan Diponegoro, dan jalan Imam Bonjol, walaupun masih sering dilalui oleh kenderaan roda tiga khususnya becak.


(37)

Dampak dari diberlakukannya upaya – upaya diatas langsung dapat dirasakan dengan berkurangnya jumlah kenderaan yang melaju pada saat jam sibuk serta bertambahnya kesadaran para pengguna jalan khususnya para pengemudi angkutan umum dalam kota. Sedangkan untuk angkutan umum tujuan luar kota mulai mengkonsentrasikan armada angkutannya dengan menerapkan sistem pool dan mulai menata manajemen keberangkatan armadanya lewat pool masing – masing perusahaan angkutan. Kenderaan – kenderaan ukuran besar mulai dilarang masuk ke inti kota dan harus di parkirkan di sekitar pool masing – masing.

2. 3. Pembangunan Terminal Terpadu Pinang Baris

Tahun 1980-an pemerintah mulai memikirkan bagaimana menata sistem transportasi di Kota Medan.17

1) Pelabuhan Belawan untuk transportasi laut,

Sebagai daerah perlintasan untuk regional Sumatera, baik untuk tujuan ke Propinsi D. I. Aceh maupun untuk tujuan ke kota – kota lainnya misalkan Padang, Pekan Baru, Jambi, Palembang, Lampung ataupun ke Pulau Jawa. Pemerintah merasa perlu untuk melakukan sentralisasi keberadaan angkutan – angkutan tujuan luar kota dalam satu tempat. Kondisi yang tercipta pada waktu itu adalah Kota Medan sebagai salah satu kota besar di Indonesia hanya memiliki:

2) Tansportasi udara sudah didukung dengan adanya Bandara Polonia sebagai sarana angkutan udara bertaraf Internasional,

3) Transportasi darat hanya memiliki Stasiun Besar Kereta Api,


(38)

Tetapi Kota Medan belum memiliki Terminal khusus untuk angkutan bus tujuan luar kota. Kondisi ini sangat berbeda jika dibandingkan dengan kota – kota lain yang ada di Pulau Sumatera yang sudah memiliki terminal bus terlebih dahulu. Melihat kondisi yang ada maka di putuskan bahwa Propinsi Sumatera Utara khususnya Kota Medan sangat membutuhkan terminal angkutan umum sebagai wadah untuk membangun sistem transportasi yang selama ini belum ada. Untuk mengejar ketertinggalan itu serta untuk mengatasi kebutuhan masyarakat akan sistem transportasi yang lebih modern, maka pemerintah Propinsi Sumatera Utara mulai merancang rencana untuk membangun terminal bus. Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya Propinsi Sumatera Utara ditugaskan untuk melakukan kajian untuk pembangunan terminal tersebut.

Setelah melakukan kajian dan melihat dari keberhasilan propinsi tetangga yang telah lebih dulu memiliki terminal angkutan, maka diputuskan bahwa Kota Medan sudah layak untuk memiliki terminal angkutan umum. Masalah yang kemudian timbul adalah sebagai daerah perlintasan, Kota Medan tidak mungkin membangun hanya sebuah terminal angkutan saja, sebab dari Kota Medan ada tiga daerah tujuan keberangkatan yaitu: pertama untuk tujuan : Binjai, Stabat, Tanjung Pura, bahkan ke Propinsi Aceh, kedua untuk tujuan Lubuk Pakam, Rantau Prapat, Pematang Siantar, Tarutung, Sibolga, Pekanbaru, Padang bahkan ke Pulau Jawa, dan yang ketiga untuk tujuan Tanah Karo, Sidikalang, Kutacane, Singkil, Subulussalam, dan seterusnya. Jika hanya membangun sebuah terminal maka dibutuhkan area yang sangat luas untuk mencakup semua perusahaan – perusahaan angkutan umum berikut dengan armadanya, kemudian dibutuhkan juga tempat yang strategis agar tidak


(39)

merugikan sebuah pihak baik pihak perusahaan angkutan maupun dari pihak penumpang. Serta dibutuhkan juga manajemen yang baik untuk mengatur dan mengelola terminal tersebut.

Setelah melalui proses yang panjang maka diputuskan untuk membangun sdua buah terminal sekaligus untuk mengurai kemacetan yang mendekati inti kota serta menempatkan bus – bus tujuan luar kota di sebuah wilayah yang berada di pinggiran kota Medan. Keputusan yang diambil adalah dengan membangun sebuah terminal sebagai pintu masuk Kota Medan dari arah tenggara dan tepatnya berada di daerah Amplas sedangkan sebuah lagi untuk pintu masuk Kota Medan melalui arah barat laut yang tepatnya berada di daerah Pinang Baris. Pembangunan kedua terminal terpadu tersebut adalah dalam rangka meningkatkan pelayanan terhadap bus, baik antar kota maupun bus dalam kota serta non – bus, memperlancar hubungan antar Kota Medan dengan daerah pinggirannya dan juga untuk memecahkan sebahagian masalah kemacetan lalu lintas kota Medan. Disamping itu dengan sendirinya meningkatkan pendapatan dari retribusi yang diambil oleh penanggung jawab jasa terminal.

Sesuai dengan judul tulisan maka isi dari tulisan ini intinya membahas tentang Terminal Pinang Baris walaupun nanti mungkin akan merangkai pembahasan kedua terminal yang ada di Kota Medan. Koordinat geografisKota Medan adalah 3˚30’ - 3˚43’ LU dan 98˚35’ - 98˚44’ LU dengan kondisi permukaan tanah cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 – 3,75 meter diatas permukaan laut. Dengan


(40)

Malaka sedangkan sebelah Barat, Selatan dan Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang. Luas Kota Medan saat ini adalah 265, 10 km² yang sebelumnya hingga tahun 1972 hanya mempunyai luas sebesar 51,32 km² namun kemudian diedarkan Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun1973 yang memperluas wilayah Kota Medan dengan mengintegrasikan sebagian wilayah Kabupaten Deli Serdang.

Sesuai dengan namanya Terminal Terpadu Pinang Baris maka nama daerah tersebut dicantumkan sebagai nama dari terminal ini. Berada di Kecamatan Medan Sunggal di kelurahan Pinang Baris. Dibangun diatas tanah kosong milik pemerintah Kota Medan serta di tambah dengan tanah bekas pekuburan etnis Tionghoa sehingga terminal ini dibangun diatas lahan dengan luas total 33.430 m². Pelaksanaan pembangunan terminal secara fisik dimulai pada bulan Mei 1990 dan keseluruhan pembangunan rampung dilaksanakan pada akhir Desember 1991. Penentuan suatu lokasi yang akan dibangun sebagai terminal terpadu tergantung kepada seberapa besar manfaat yang akan diperoleh dari keberadaan terminal terpadu tersebut dibandingkan dengan dana yang dikeluarkan untuk pembangunan tersebut. Pembangunan terminal ini tidaklah menimbulkan kerugian kepada suatu pihak karena tidak adanya penggusuran dan dibangun diatas tanah kosong serta diatas pekuburan etnis Tionghoa.18 Adapun bangunan fisik yang tersedia didalam Terminal Pinang Baris yang dibangun adalah terdapat sebanyak 48 unit loket bus, 34 unit bangunan kios, 8 unit toilet umum, 2 unit bangunan untuk gudang dan tempat cuci kenderaan serta 2 unit bangunan untuk reparasi ataupun perbaikan singkat seperti


(41)

tempel ban, selain itu di tambah dengan pelataran parkir yang dapat menampung 500 unit angkutan dalam kota serta 400 unit bus antarkota serta bangunan induk yang di fungsikan sebagai perkantoran, ruang tunggu dan adanya fasilitas mushalla dan telepon umum.


(42)

BAB III

PERKEMBANGAN TERMINAL TERPADU PINANG BARIS

3. 1. Awal Pengoperasian Terminal Pinang Baris

Terminal adalah sebuah prasarana guna mengatur kedatangan, pemberangkatan, serta tempat berpangkalnya kenderaan bermotor angkutan berpenumpang baik antar propinsi, antar kota, dan angkutan dalam kota. Untuk menampung kegiatan angkutan penumpang antar propinsi dan antar kota yang mencapai 24 jam setiap hari menyebabkan penyediaan fasilitas pelayanan yang semakin baik merupakan sebuah keharusan. Terminal merupakan tempat untuk melakukan pergantian dan perpidahan dari angkutan dalam kota dan menjadi angkutan luar kota dan sebaliknya oleh penumpang. Terminal memiliki fungsi untuk menyediakan tempat dan kemudahan perpindahan antar angkutan seperti antar transportasi darat, transportasi laut, dan transportasi udara. Fungsi yang lain adalah menyediakan sarana untuk simpul lalu lintas seperti misalnya antar transportasi darat, dan menyediakan tempat untukmenyiapkan kenderaan pada pemberangkatan berikutnya. Terminal terpadu dalam hal ini adalah terminal yang pengelolannya dilakukan oleh tiga instansi pemerintah dan dipadukan dalam satu unit kerja Terminal Pinang Baris. Instansi pemerintah yang melaksanakan tugasnya dalam terminal ini memiliki fungsi dan kewenangan masing – masing yaitu Dinas


(43)

retribusi kenderaan, Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya Sumatera Utara untuk mengatur sistem dan pengelolaan terminal serta PD Pembangunan Kotamadya Medan sebagai penanggung jawab jasa terminal Pinang Baris.

Pada awal pengoperasian Terminal Pinang Baris ini pemerintah melakukan kegiatan sosialisasi kepada setiap pemilik perusahaan angkutan untuk melaksanakan kegiatan usahanya dari dan ke dalam terminal seperti menaikkan dan menurunkan penumpang, memarkirkan armadanya hingga menjual tiket keberangkatan. Loket – loket yang ada dalam terminal disewakan kepada setiap perusahaan angkutan. Kemudian mewajibkan setiap supir angkutan umum baik untuk angkutan luar kota maupun angkutan dalam kota untuk masuk dan beraktifitas di dalam terminal Pinang Baris guna menaikkan – menurunkan penumpangnya atapun sekedar parker dan beristirahat. Kemudian juga melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar mau memanfaatkan terminal Pinang Baris ketika hendak bepergian ke luar kota dengan menggunakan angkutan yang sesuai dengan tujuannya. Sesuai dengan prinsip pengoperasiannya, terminal ini merupakan pintu gerbang jalur darat untuk masuk ke kota Medan melalui arah Barat khususnya melalui provinsi D. I Aceh tetapi juga melayani rute khusus untuk wilayah selatan ke arah Tanah Karo dan Sidikalang. Angkutan dalam kota juga di alihkan untuk mengantarkan dan mengambil penumpang dari dalam terminal. Beberapa angkutan umum yang beroperasi didalam kota melalui terminal Pinang Baris adalah:


(44)

2) KPUM 52 melayani trayek Pinang Baris – Terminal Amplas tetapi via Helvetia – Pringgan – Padang Bulan,

3) KPUM 63 untuk melayani trayek Pinang Baris – Tembung, dll.

Sedangkan untuk angkutan antar kota antar propinsi terdapat bus – bus berukuran besar dan sedang yaitu, bus CV. Pelangi, PMTOH, P. O. Anugerah yang merupakan jurusan Medan – Aceh, ada juga bus Sinabung Jaya untuk tujuan Tanah Karo, kemudian bus Samosir Pribumi untuk tujuan Sidikalang, Dolok Sanggul, dan Pangururan.

Pada Awal pengoperasian Terminal Pinang Baris ini hanya memiliki satu jalur untuk pintu masuk dan pintu keluar sehingga masih perlu dilakukan perbaikan dalam pengelolaannya. Setiap bus yang masuk harus melewati loket retribusi yang dijaga oleh petugas Dinas Pendapatan. Besarnya jumlah retribusi yang diberikan para supir pada waktu itu adalah Rp. 100. Kemudian bus – bus yang telah masuk harus parkir dan menunggu sesuai antrian di depan loket yang telah mereka sewa untuk kemudian diberangkatkan. Sedangkan untuk angkutan umum ditempatkan sesuai pada lajur trayeknya yang telah disediakan. Untuk hal ini diatur oleh pihak aparat dari Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya ( DLLAJR ).

Pada awal operasional terminal ini diakui beberapa kalangan bahwa masih membutuhkan waktu untuk memaksimalkan fungsi daripada terminal ini. Masih banyaknya para pengusaha dan para supir angkutan yang masih beroperasi di kawasan Simpang Barat yang berdampak pada masih belum banyaknya jumlah bus


(45)

yang berangkat melalui terminal ini. Hal ini kemudian segera ditindak lanjuti oleh pemerintah dengan kembali melakukan sosialisasi kepada para pengusaha, supir, dan masyarakat. Sejalan dengan itu juga pemerintah melakukan penertiban terhadap kawasan Simpang Barat dan melakukan tindakan langsung ( tilang ) dalam bentuk razia di kawasan tersebut. Langkah selanjutnya adalah membenahi sistem layanan dalam terminal. Efektifitas terminal baik dalam hal kenyamanan pelayanan penumpang ataupun kecepatan pergerakan penumpang sangat menentukan kapasitas dan kredibilitas sebuah terminal. Oleh karena itu selain berfungsi sebagai fasiltas umum, terminal juga berfungsi sebagai tempat pengendalian, pengawasan dan pengaturan lalu lintas serta sebagai bagian dari sistem transportasi untuk melancarkan arus penumpang dan barang.19 Selain itu terminal juga harus memiliki fasilitas penunjang meliputi kantor pengelola, kantor keamanan, pos keamanan, menara pengawas, ruang informasi, toilet umum, telepon umum, mushalla, dan kantor perwakilan bus. Hal ini segera dilengkapi oleh pihak pengelola untuk memaksimalkan fungsi terminal ini. Sedangkan untuk fasilitas kenderaan juga dilakukan pembenahan yaitu dengan memisahkan jalur kendaraan angkutan dalam kota dengan jalur angkutan antar kota. Selama kurang lebih dua tahun dilakukan ujicoba pengoperasian Terminal Pinang Baris. Hasil yang paling bisa terlihat adalah sebahagian kemacetan lalu lintas bisa di kurangi karena bus angkutan umum / angkutan kota semakin teratur masuk kedalam terminal.


(46)

3. 2. Pemanfaatan Terminal Terpadu Pinang Baris

Pengelolaan Terminal Pinang Baris dikelola oleh 3 instansi sehingga di katakan menjadi Terminal Terpadu Pinang Baris yaitu :

a. Perusahaan Daerah Pembangunan ( PD Pembangunan ) Kotamadya Medan yang berwenang dalam urusan administrasi serta perawatan gedung.

b. Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Medan yang bertindak untuk mengelola sektor pendapatan Tanda Pengutipan Retribusi ( TPR )

c. Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya Kotamadya Medan yang bertugas untuk pengendalian dan pengoperasian lalu lintas.

Ketiga instansi ini bertugas sebagai Unit Pengelola Terminal ( UPT ) Pinang Baris yang berdasarkan Surat Keputusan Walikotamadya Kepala Daerah Tk. II Medan No. 551.22/565/SK/91 tahun 1991 menyerahkan pengelolaanya kepada PD Pembangunan Kotamadya Medan. Pengelolaan Terminal Pinang Baris dipimpin oleh Kepala Unit Pengelola Terminal Pinang Baris yang dalam tekhnis operasionalnya bertugas untuk mengelola dan bertanggung jawab pada pemeliharaan Terminal Pinang Baris.

Susunan Organisasi Unit Pengelola Terminal Pinang Baris20

a. Kepala UPT Pinang Baris

terdiri dari :

b. Kepala Tata Usaha


(47)

d. Kepala Urusan Keuangan

e. Kepala Urusan Perawatan dan Kebersihan Terminal f. Staf ataupun Anggota.

Adapun bagan organisasi Unit Pengelola Terminal Pinang Baris ini dapat dilihat pada daftar gambar.

Ditinjau dari sistem kota, untuk model terminal Pinang Baris ini menggunakan konsep nearside terminating21

1) Tersedianya lahan yang cukup luas di pinggiran kota Medan sehingga memberikan peluang untuk pengembangan Terminal Pinang Baris,

dimana dalam konsep ini terminal dikembangkan di daerah pinggiran kota dan untuk pergerakan di dalam kota dilayani oleh angkutan kota yang berawal dan berakhir di dalam terminal. Konsep ini merupakan salah satu usaha untuk memisahkan lalu lintas regional dengan lalu lintas lokal, sehingga dapat mengurangi permasalahan lalu lintas dalam kota. Konsep pengembangan Terminal Pinang Baris ini dilakukan karena :

2) Aktivitas di pinggiran kota tidak terlalu padat sehingga diharapkan pembangunan maupun pengembangan Terminal Pinang Baris ini mampu meningkatkan aktivitas penduduk di daerah pinggiran apalagi pada saat pembangunannya tidak terjadi penggusuran terhadap tempat tinggal masyarakat,


(48)

3) Menghindari tumpang tindih perjalanan karena arus lalu lintas regional tidak akan masuk ke dalam kota karena perjalanan didalam kota akan dilayani oleh angkutan dalam kota dari terminal Pinang Baris ke seluruh bagian kota.

Setelah diresmikan oleh Gubernur Sumatera Utara Raja Inal Siregar pada tanggal 14 Oktober 1993, maka resmilah terminal ini beroperasi. Antusiasme masyarakat meningkat untuk memanfaatkan terminal ini. Kenderaan angkutan umum semakin teratur untuk masuk terminal. Loket – loket mulai ramai disebabkan sudah banyak pengusaha angkutan yang melakukan kegiatan usahanya di terminal ini. Operasional Terminal Pinang Baris selama kurun waktu 10 tahun ini akan coba di simpulkan menurut persepsi penggunanya berdasarkan beberapa poin yaitu :

A. Jarak Berjalan

Kemudahan dalam lalu lintas utama yang mendukung kemudahan pencapaian dari dan ke Terminal Pinang Baris sudah ada karena sudah didukung oleh penyediaan jaringan jalan yang sudah baik dan angkutan umumyang sudah memadai. Akses jalan untuk mencapai Terminal Pinang Baris melalui lalu lintas utama adalah Jalan Gatot Subroto yang merupakan lalu lintas regional menuju ke luar kota. Tetapi posisi terminal ini menggunakan jalan arteri yaitu Jalan Pinang Baris ( Sekarang Jalan TB. Simatupang ) yang berjarak 500 meter dari persimpangan jalan utama. Namun ini tidak menjadi kendala karena sudah banyak angkutan umum yang langsung menuju Terminal Pinang Baris yang mencakup seluruh penjuru kota Medan. Angkutan Umum yag


(49)

Padang Bulan ; KPUM 52 Jurusan Pinang Baris – Amplas via Perumnas Helvetia, Pringgan, Titi Kuning ; KPUM 63 Jurusan Pinang Baris – Tembung, KPUM 31 Jurusan Pinang Baris – Belawan, Morina 138 Jurusan Pinang Baris – Amplas via Pasar Merah/Menteng ; Gajah Mada 99 Jurusan Pinang Baris – Martubung ; Nasional 38 Jurusan Pinang Baris – Amplas via Sunggal ; dsb. B. Kemudahan Pencapaian.

Keberadaan Terminal Pinang Baris berlokasi paling dominan merupakan akhir daripada trayek angkutan umum sehingga menjadi sangat mudah dicapai oleh para calon penumpag maupun kenderaan umum dan pribadi meskipun terletak di pinggiran kota. Meskipun demikian tidak tertutup kemungkinan terciptanya terminal – terminal bayangan di sekitar terminal Pinang Baris. C. Pelayanan Fasilitas

Keberadaan fasilitas terminal sangat menentukan kelancaran sirkulasi kendaraan serta menunjang keamanan dan kenyamanan para pengguna jasa angkutan umum. Secara garis besar fasilitas yang ada dalam Terminal Pinang Baris meliputi fasilitas penumpang, fasilitas kendaraan, dan fasilitas penunjang. Adapun fasilitas – fasilitas tersebut merupakan bagian integral yang saling terkait dan harus diakui peran sertanya dalam memajukan terminal Pinang Baris ini.

a. Fasilitas Penumpang

Fasilitas bagi penumpang dan calon penumpang yang ada di Terminal Pinang Baris adalah ruang tunggu, loket bus, loket karcis, dan ruang


(50)

loket bus walaupun dibangun sebanyak 38 unit namun semua ini tidak terpenuhi karena jumlah perusahaan angkutan juga tidak banyak. Kelebihan dari unit bangunan ini kemudian di alih fungsikan menjadi kios makanan dan minuman. Umumnya loket karcis di Terminal Pinang Baris langsung berada di dalam loket bus. Untuk ruang tunggu di Terminal Pinang Baris terdapat dua tempat yakni ruang tunggu keberangkatan dan ruang tunggu umum. Untuk ruang tunggu keberangkatan biasanya langsung berada di sekitar loket bus tujuan. Misalkan pemberangkatan untuk tujuan Banda Aceh menggunakan bus Anugerah, para calon penumpang bus yang telah membeli karcis menunggu diloket bus Anugerah. Untuk fasilitas di dalam ruang tunggu loket tersebut adalah tanggung jawab dari perusahaan angkutan. Sedangkan untuk ruang tunggu umum berada di gedung induk di depan pusat informasi. Fasilitas yang ada disini hanya tempat duduk. Sepanjang perjalanannya semua fasilitas penumpang yang disebutkan diatas masih ada walaupun sebagian tidak lagi berfungsi secara optimal.

b. Fasilitas Kendaraan

Fasilitas untuk kenderaan terdiri dari jalur kedatangan, jalur keberangkatan, dan jalur parkir sementara. Pada awalnya jalur keberangkatan dan kedatangan berada pada satu jalur. Namun pada tahun 1996 kedua jalur ini dipisahkan seiring dengan penambahan dari semula hanya satu pintu sebagai akses untuk masuk dan keluar terminal menjadi


(51)

terminal. Sedangkan fasilitas untuk parkir sementara di berlakukan di loket bus masing – masing dan boleh juga pada lahan kosong di dalam terminal dengan tidak menggangu sirkulasi kenderaan. Pada awal operasionalnya masih terdapat banyak lahan kosong seiring dengan perkembangan terminal ini maka untuk optimalisasi kinerja terminal maka untuk parkir kenderaan hanya dilakukan di depan masing – masing loket bus dan bersifat antrian memanjang sesuai keberangkatan.

c. Fasilitas Penunjang

Fasilitas penunjang yang terdapat pada Terminal Pinang Baris meliputi : 1. kantor pengelola terminal,

2. kantor keamanan, 3. pos keamanan, 4. menara pengawas, 5. ruang komunikasi, 6. pos penarikan retribusi,

7. kantor perwakilan perusahaan, 8. telepon umum,

9. mushalla, 10.toilet umum,

11.kios makanan dan minuman, 12.bengkel, dll.


(52)

Fasilitas ini merupakan fasilitas dasar yang harus dimiliki sebuah terminal sehingga kedepannya diharapkan adanya penambahan fasilitas dan juga perawatan terhadap fasilitas tersebut.

D. Keamanan

Keamanan baik fisik maupun psikologis yang dirasakan pengguna angkutan umum dapat berupa bebas dari bahaya, bebas dari gangguan, terlindungi, tidak merasa takut atau khawatir menggunakannya.22

22

Flaherty. Transport Planning on Traffic Enginering, 1997, hal: 86 (“semua penumpang Hal ini tentu akan mempengaruhi kinerja dari Terminal Pinang Baris. Kondisi keamanan Terminal Pinang Baris memang cukup meresahkan dimana seringkali terjadi tindakan kriminal berupa pencopetan serta pemaksaan oleh para calo. Hal dikarenakan petugas keamanan yang ditempatkan tidak sebanding dengan banyaknya penumpang dan luasnya terminal sehingga menyebabkan rasa ketidakamanan penumpang ketika berada di Terminal Pinang Baris. Berdasarkan informasi, terkadang korban kejahatan juga terjadi dalam angkutan umum dan melaporkan kejadiannya kepada pihak keamanan terminal sehingga timbul kesan negatif terhadap terminal. Walaupun demikian selama tahun 1990 – 2000 angka kejahatan yang paling tinggi adalah untuk kasus pencopetan saja sedangkan kasus yang lain seperti penipuan, pembiuasan, dll, sangat sedikit dan bahkan hampir tidak ada. Saat ini di Terminal Pinang Baris hanya terdapat sebuah pos pengamanan yang dijaga


(53)

oleh polisi yang letaknya dekat dengan gedung pengelola. Akibat yang ditimbulkan dari masalah ini adalah pergerakan penumpang melalui terminal Pinang Baris semakin berkurang. Kelesuan mulai dialami oleh Terminal Pinang Baris ketika para penumpang mulai beraktifitas diluar terminal. Mereka kemudian memilih menaiki dan turun dari angkutan umum di sekitar persimpangan Jalan Gatot Subroto – jalan TB. Simatupang persis di depan Pasar Kampung Lalang. Inilah yang menyebabkan berdirinya terminal bayangan disekitar Terminal Pinang Baris.

E. Kenyamanan yang dirasakan penumpang terkait dengan situasi ketika menggunakan terminal ini adalah ketika penumpang merasa tersedia ruangan yang cukup bagi mereka sehingga mereka dapat senang, sejuk, enak dan tidak kecewa ketika berada di Terminal Pinang Baris.23 Kondisi kenyamanan penumpang di Terminal Pinang Baris sangat memprihatinkan, dimana tidak ada fasilitaspenunjang yang dapat memberikan kenyamanan bagi penumpang seperti ruang tunggu yang sejuk, tempat duduk yang mencukupi, jalur pedestrian yang teduh dan aman, toilet yang bersih dan layak pakai serta fasilitas lainnya. Saat ini di Terminal Pinang Baris, loket bus, jalur pedestrian dan kios menjadi satu sehingga penumpang menjadi tidak nyaman ketika berjalan maupun menunggu bus.


(54)

3. 3. Pasang Surut Fungsi Terminal Pinang Baris 1990 – 2000

Terminal Pinang Baris sejak tahun 1990 – 2000 sudah mengalami pasang surut dalam menjalankan fungsinya. Fungsi utama terminal berdasarkan pihak yang terkait yaitu :

1. Fungsi terminal bagi penumpang adalah kenyamanan menunggu, kenyamanan perpindahan dari suatu moda ke moda yang lainnya, tempat tersedianya fasilitas – fasilitas dan informasi serta adanya fasilitas parkir bagi kenderaan pribadi.

2. Fungsi terminal bagi pemerintah antara lain adalah dari segi perencanaan dan manajemen lalu lintas untuk menata lalu lintas dan menghindari kemacetan, sebagai sumber pemungutan retribusi, dan sebagai pengendali arus angkutan umum.

3. Fungsi terminal bagi operator bus adalah untuk pengaturan layanan operasi bus, penyediaan fasilitas istirahat, dan informasi bagi awak bus serta fasilitas pangkalan. Fungsi ini akan berjalan dengan maksimal jika fungsi yang lain juga dimaksimalkan. Artinya ada keterkaitan antara fungsi yang satu dengan yang lainnya dan ini membutuhkan keseriusan dan kerja keras dalam pengelolaan terminal ini sehingga harapan dengan keberadaan terminal ini dapat terwujud.

Sepanjang periode 1990 – 2000 terminal ini telah mengalami banyak dinamika. Hal ini berkaitan erat dengan retribusi yang diperoleh, dimana semakin


(55)

besar retribusi dari terminal yang diperoleh maka total retribusi makin meningkat dan PAD Kota Medan diharapkan makin besar pula. Dari angka – angka tersebut maka akan terlihat gambaran keadaan Terminal Pinang Baris dari tahun ke tahun.

Tabel 1.1 TPR Terminal Pinang Baris 1996 – 2001

No. Tahun Realisasi ( Rp ) Perubahan ( Rp )

Laju

Pertumbuhan ( % )

1. 1996/1997 137.456.700 - -

2. 1997/1998 144.274.150 7.818.450 5,7

3. 1998/1999 147.296.800 3.022.650 2,1

4. 1999/2000 149.645.300 2.348.500 1,6

5. 2000/2001 136.735.000 - 12.910.300 - 8,6

Sumber : Dinas Pendapatan Kotamadya Medan 2000

Tabel diatas menyajikan realisasi retribusi (TPR)dari Terminal Terpadu Pinang Baris dari tahun 1996 – 2001. Pada tahun 1996/1997 realisasinya sebesar Rp. 137.456.700. Kemudian tahun1997/1998 menjadi Rp. 144.274.150. Pada tahun 1998/1999 naik menjadi Rp. 147.296.800. Sedangkan pada tahun 2000 menjadi Rp. 149.645.300. Dari angka – angka tersebut jelas terjadi kenaikan dari tahun sebelumnya dan penurunan drastis terjadi pada tahun 2001. Gejala ini dapat terlihat dari laju pertumbuhannya yang cenderung menurun. Kalau pada tahun 1997/1998 laju pertumbuhannya mencapai 5,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya, maka pada tahun 1998/1999 menurun menjadi 2,1 persen selanjutnya tahun 2000 menjadi turun 1,6 persen. Dari angka – angka tersebut tentu akan timbul pertanyaan mengapa


(56)

jumlah retribusi Terminal Pinang Baris cenderung menurun. Penyebabnya tidak lain adalah berkurangnya jumlah objek retribusi atau karena faktor lain. Berkurangnya jumlah objek retribusi ditandai oleh menurunnya jumlah kenderaan umum/angkutan kota yang masuk ke Terminal Pinang Baris. Hal ini disebabkan munculnya terminal – terminal bayangan di sekitar Terminal Terpadu Pinang Baris yang sama sekali tidak tersentuh oleh petugas retribusi. Faktor yang lain adalah mulai banyaknya perusahaan angkutan yang meninggalkan Terminal Terpadu Pinang Baris dan mendirikan loket – loket mereka yang berada jauh dari kawasan terminal.24 Alasan mereka adalah efektivitas dan efisiensi dari biaya operasional yang mereka keluarkan lebih rendah apabila mereka beroperasi dari Terminal Terpadu Pinang Baris.25

Sepanjang pengamatan penulis memang hal yang lumrah apalagi bila dikaitkan dengan kondisi penumpang dan kondisi lapangan. Penumpang yang umumnya menuju Tanah Karo yang dominan berada disekitar Padang Bulan akan menggunakan perusahaan transportasi tersebut langsung dari kawasan Jl. Jamin Ginting daripada harus ke Terminal Pinang Baris. Sedangkan yang berada di sekitar Jl. Gajah Mada yang merupakan daerah yang didominasi pendatang dari Propinsi D. I Aceh. Artinya para pengusaha angkutan langsung menjemput bola dengan mendirikan loket – loket mereka di daerah tersebut.

26

24

Sekitar Tahun 2000 Perusahan Angkutan CV. Sinabung Jaya mulai beroperasi di sekitar Simpang Pos. Bus – bus tujuan Banda Aceh seperti PO. Kurnia, PO. Pusaka, PO. PMTOH, dll juga mendirikan loketnya di Jl. Gajah Mada.

Kondisi inilah yang menjadi salah satu penyebab menurunnya objek retribusi di Terminal Pinang Baris.


(57)

Hal yang sama juga dialami oleh para supir angkutan umum dalam kota dimana mereka menyadari bahwa sebuah kesia – siaan apabila mereka masuk ke dalam terminal dan membayar retribusi. Mereka jarang mendapatkan apa yang mereka inginkan yaitu penumpang yang memadati angkutan mereka. Para penumpang angkutan luar kota yang telah tiba lebih sering turun di sekitar persimpangan Kampung Lalang dan menunggu angkutan dalam kota yang akan mengantar mereka ke daerah tujuan sehingga para supir angkutan dalam kota pun menunggu disana dan mulai mengabaikan keberadaan Terminal Pinang Baris. Selain itu keadaan fasilitas didalam terminal yang mulai tidak terawat menyebabkan para calon penumpang enggan untuk memanfaatkan fungsi Terminal Pinang Baris untuk bepergian. Dalam hal ini dibutuhkan ketegasan pihak pengelola terminal dalam menjalankan fungsinya. Ketegasan yang dimaksud adalah yaitu dengan melakukan tindakan kepada para pengemudi angkutan umum yang melanggar aturan lalu lintas dan menyalahi program pemerintah dalam hal ini mengenai sistem transportasi kota.


(58)

BAB IV

PENGARUH KEBERADAAN TERMINAL TERPADU PINANG

BARIS TERHADAP LALU LINTAS ANGKUTAN JALAN RAYA

KOTA MEDAN

Terminal Terpadu Pinang Baris adalah salah satu dari dua buah terminal utama di Kota Medan selain Terminal Terpadu Amplas. Secara keseluruhan luas areal Terminal Pinang Baris adalah 5 Ha. Terletak di sebelah Barat Kota Medan yang melayani arus lalu lintas bus yang datang dari dan ke jurusan Barat Laut ( Banda Aceh, Langkat, Tanjung Pura, Pangkalan Berandan, Besitang, dll ) dan ke jurusan Selatan ( Tanah Karo, Dairi, dll ). Terminal ini merupakan Salah satu fasilitas umum yang berfungsi untuk mengurai kemacetan lalu lintas di Kota Medan dan juga untuk meningkatkan pelayanan penumpang umum baik yang menggunakan angkutan umum antar kota maupun angkutan umum dalam kota.27

Pertumbuhan dan perkembangan Kota Medan di berbagai sektor membawa konsekuensi terhadap meningkatnya kegiatan transportai kota. Kota Medan yang berfungsi sebagai ibukota propinsi Sumatera Utara berperan sebagai pusat berbagai kegiatan baik dalam konteks lokal maupun regional. Hal inilah yang pada akhirnya menimbulkan intensitas pergerakan yang sangat tinggi baik itu pergerakan internal maupun pergerakan eksternal, sehingga konsekuensinya dibutuhkan suatu fasilitas


(59)

yang dapat menampung pergerakan penduduk ketika terjadinya aktivitas perpindahan moda transportasi yaitu terminal.

Kota Medan sebagai ibukota propinsi Sumatera Utara tidak dapat dipungkiri dikatakan sebagai pusat pelayanan dan pengembangan transportasi dalam propinsi itu sendiri. Dalam mendukung aktifitas transportasi itu sendiri, pendirian suatu objek transit atau pemberhentian moda angkutan transportasi sangatlah diperlukan keberadaannya, dan dalam hal ini Terminal Pinang Baris didirikan dengan maksud dapat menampung segala pelayanan moda transportasi tersebut. Ditinjau dari fungsi dan jangkauan pelayanan maka Terminal Terpau Pinang Baris dinobatkan sebagai salah satu Terminal induk Kota Medan yang dapat menampung segala aktifitas moda angkutan umum baik antar kota dalam propinsi maupun angkutan umum dalam kota. Adapun fasilitas yang tersedia didalam Terminal Terpadu Pinang Baris disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 1.2 Fasilitas Terminal Pinang Baris

No Fasilitas Jumlah

1. Bangunan Loket Bus 48 Unit

2. Bangunan Kios 34 Unit

3. Toilet Umum 8 Unit

4. Musholla 1 Unit

5. Gudang 1 Unit


(60)

7. Bangunan Tempel Ban 1 Unit

Sumber : PD Pembangunan Kotamadya Medan Tahun 1994

Berkaitan dengan masalah lalu lintas di Kota Medan sejak keberadaan Terminal Terpadu Pinang Baris maka berikut akan diuraikan dampak dari keberadaan Terminal Terpadu Pinang Baris terhadap kondisi lalu lintas di Kota Medan.

4. 1. Kondisi Lalu Lintas Angkutan Dalam Kota Medan Pasca Dibangunnya Terminal Terpadu Pinang Baris

Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa sistem transportasi perkotaan terdiri dari berbagai aktivitas seperti bekerja, sekolah, olah raga, belanja, bertamu, dsb, yang berlangsung diatas lahan (kantor, pabrik, pertokoan, rumah, dll ). Masing – masing daripada lahan tersebut dinamakan tata guna lahan. Proses kegiatan diatas lahan ini disebut sebagai sistem kegiatan. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya manusia melakukan perjalanan diantara tata guna lahan tersebut dengan menggunakan sistem jaringan transportasi ( misalanya dengan berjalan kaki atau menggunakan kenderaan). Hal ini menimbulkan pergerakan arus barang dan orang. Pergerakan arus manusia, kenderaan dan barang mengakibatkan berbagai macam interaksi.28

Arah pergerakan lalu lintas di Kota Medan terjadi akibat adanya interaksi antara dua tata guna lahan atau lebih baik yang berada di dalam kota maupun diluar kota. Interaksi dalam lingkup kota lebih banyak terjadi dari zona pemukiman dan perumahan, namun karena intensitas aktivitas komersial lebih tinggi maka pergerakan


(61)

lalu lintas terbesar lebih banyak didominasi oleh zona komersial, walaupun sebenarnya lebih banyak dipengaruhi oleh keberadaan jalan arteri primer. Yang terjadi di Kota Medan adalah sebelum berdirinya Terminal Pinang Baris adalah kondisi lalu lintas begitu sangat semrawut dan memprihatinkan yakni pergerakan lalu lintas yang selalu cenderung terpusat menuju ke inti kota. Diwarnai dengan keberadaan arus lokal ( arus lalu lintas dalam kota ) dengan arus regional ( arus lalu lintas antar kota ) yang saling bersinggungan bahkan ada juga yang mengalami tumpang tindih dalam melaksanakan kegiatannya. Sehingga menciptakan konflik dalam lalu lintas dan cenderung menciptakan kemacetan.

Kemudian pemerintah mulai membangun terminal, yang kita kenal sekarang sebagai Terminal Terpadu Pinang Baris dan Terminal Terpadu Amplas. Terminal ini dikembangkan di pinggiran Kota Medan dan untuk pergerakan lalu lintas didalam kota dilayani oleh angkutan umum dalam kota yang segala kegiatannya berawal dan berakhir di Terminal Pinang Baris maupun Terminal Terpadu Amplas. Cara ini merupakan salah satu usaha untuk memisahkan lalu lintas regional dengan lalu lintas lokal sehingga dapat mengurangi permasalahan lalu lintas dalam kota. Dengan berlokasi dipinggiran kota, berarti arus regional tidak perlu masuk ke inti kota karena perjalanan ke dalam kota akan dilayani oleh angkutan kota dari Terminal Terpadu Pinang Baris ke seluruh bagian kota. Dengan demikian, berarti akan mengurangi tumpang tindih perjalanan dengan tujuan yang sama sehingga mengurangi beban jaringan jalan kota. Berdasarkan fungsi dan lingkup pelayanan itulah, Terminal Pinang Baris memberikan pengaruh besar terhadap peningkatan aktifitas dan


(62)

pergerakan penumpang, barang, dan moda transportasi darat itu sendiri. Walaupun pada akhirnya akan menimbulkan hal – hal yang memprihatinkan dari adanya peningkatan aktifitas itu sendiri terhadap kondisi fisik terminal, kemacetan dalam lingkup lingkungan yang lebih diakibatkan oleh peningkatan volume arus lalu lintas, kurangnya tingkat pelayanan terminal akibat dari ruang terminal yang cenderung tetap dan tidak memiliki perubahan keruangan.

Dikarenakan prinsip dari pembangunan Terminal Terpadu Pinang Baris ini dimaksudkan untuk menyediakan tempat konsentrasi penumpang dan kenderaan, maka lokasi terminal ini pun dapat dicapai dengan mudah oleh penumpang maupun kenderaan umum. Selain itu lokasi terminal yang berada di pinggiran kota dapat memudahkan pencapaian dari luar kota bagi bus – bus antar kota disamping juga dapat merangsang pertumbuhan wilayah disekitar terminal sebagai salah satu usaha pemerataan pembangunan.

Dengan dibangunnya Terminal Pinang Baris, maka telah tercipta sistem angkutan dalam kota yang melayani pergerakan manusia dan barang menuju berbagai pusat – pusat aktivitas kota. Kita dapat melihat secara langsung keluar masuknya angkutan dalam kota melalui Terminal Terpadu Pinang Baris. Bila kita perhatikan maka akan terlihat banyaknya angkutan dalam Kota Medan yang melayani ke berbagai penjuru Kota Medan. Pada tabel berikut akan disajikan beberapa contoh angkutan dalam Kota Medan yang beroperasi melalui Terminal Pinang Baris


(63)

Tabel 1.3. Beberapa Angkutan Umum Dalam Kota Medan Yang Melintasi Terminal Pinang Baris

No Perusahaan Angkutan Rute Keterangan

1. KPUM 52 P. Baris – Amplas

Via Helvetia, Pasar Pringgan, Padang Bulan,

2. KPUM 65 P. Baris - Tembung -

3. KPUM 60 Diski - Amplas Masuk Terminal

4. RMC 120 P. Baris - Amplas

Via Setia Budi, Padang Bulan, Simpang Limun

5. KPUM 32 P. Baris - Belawan

Via Jl. G. Subroto, Jl. Putri Hijau

6. KPUM 31 P. Baris - Belawan

Via Pondok Kelapa, Gaperta, Sambu Baru, Glugur By Pass

7. Mitra 63 Diski – Pasar Merah Masuk Terminal

8. Morina 78 Diski – Martubung Masuk Terminal

9. Gajah Mada 99

Pinang Baris –

Martubung Via Tani Asli

10. Nasional 38 P. Baris - Amplas Via Sunggal

11. KPUM 12 P. Baris - Sambu Masuk Terminal, via

Tanjung Sari

12. Medan Bus 21 P. Baris – Sambu

Via Helvetia, Pulo Brayan


(64)

Dari tabel diatas kita bisa lihat jenis – jenis angkutan dalam Kota Medan yang melayani berbagai penjuru Kota Medan. Ada beberapa angkutan yang beoperasi melalui Terminal namun ada juga yang sekedar melintas masuk kedalam terminal tersebut. Angkutan umum yang beroperasi pada trayek tetap di Kota Medan terdiri atas mobil penumpang umum (angkutan kota), bus kecil, bus sedang dan bus besar. Untuk angkutan umum yang tidak bertrayek dilayani oleh taksi, becak dayung dan becak bermesin (becak motor). Dampak yang ditimbulkan dari kondisi tersebut adalah seluruh angkutan dalam kota tersebut tidak lagi memenuhi dan beroperasi di pusat kota karena mereka sudah diatur dan beroperasi melayani pengguna jasa angkutan umum sesuai dengan trayek mereka masing – masing. Kondisi ini membuat masyarakat semakin dipermudah untuk mencapai daerah tujuannya karena jasa transportasi memiliki banyak pilihan dalam memenuhi kebutuhan mobilitasnya.

4. 2. Kondisi Lalu Lintas Angkutan Antar Kota Medan Pasca Dibangunnya Terminal Terpadu Pinang Baris

Perubahan besar terhadap angkutan antar kota juga terjadi sejak keberadaan Terminal Terpadu Pinang Baris. Bus – bus antar kota yang umumnya berukuran sedang dan besar tidak lagi memasuki inti kota. Secara teratur mereka mulai mengarahkan kenderaan mereka ke arah Terminal Pinang Baris. Setiap jenis bus jurusan antar kota yang dari luar kota masuk melalui pintu Barat Kota Medan diarahkan untuk menuju terminal. Apabila ingin meneruskan perjalanan maka setiap bus – bus antar kota harus melalui melalui Jl. Kasuari, Jl Setia Budi, Simpang Pos/Jl.


(65)

Jamin Ginting dan langsung menuju daerah Tanah Karo/Sidikalang atau menuju Terminal Amplas dan selanjutnya menuju luar kota.29 Untuk mengantisipasi kecurangan dari pengemudi maka pihak Dishub melakukan penjagaan di perempatan Pasar Kampung Lalang, kemudian melakukan penjagaan di pintu masuk dan keluar Terminal Pinang Baris dan disekitar Terminal Pinang Baris.30

Pada dasarnya, hampir seluruh penumpang yang berinteraksi dalam Terminal Pinang Baris berasal dari luar kota Medan kemudian setelah itu orang – orang yang berada di daerah pinggiran kota. Tujuan perjalanan yang dilakukan para penumpang ini sangat bervariasi, akan tetapi tujuan tersebut dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori tujuan yaitu, tujuan dalam Kota Medan, tujuan luar Kota Medan dan tujuan luar Propinsi Sumatera Utara. Sebagian besar para penumpang ini menggunakan angkutan umum dalam usaha pencapaian menuju Terminal Pinang Baris sehingga yang terjadi secara umum adalah proses perpindahan moda transportasi dari angkutan dalam kota menjadi angkutan luar kota.

Selain itu pihak pengelola terminal juga melakukan kordinasi dengan pihak kepolisian untuk melakukan penertiban dan penindakan terhadap setiap bentuk pelanggaran.

Berikut akan ditampilkan beberapa perusahaan angkutan luar kota yang beroperasi di Terminal Pinang Baris.

29

Hasil wawancara dengan Bapak J. Sinulingga tanggal 22 Mei 2013. 30


(66)

Tabel 1. 4 Perusahaan Angkutan Luar Kota Yang Beroperasi Di Terminal Pinang Baris

NO Nama Perusahaan Trayek Ukuran

1. PT. DAMRI P. Baris – Binjai - PP Sedang dan Besar

2. CV. Pasogit Sibayak P. Baris – Binjai PP Kecil

3. DIRGANTARA

Pakam - P. Baris – Binjai – PP

Kecil

4. CV. MURNI

Medan – P. Brandan – P. Susu – PP

Besar

5. CV. SEMPURNA

Medan – P. Brandan – P. Susu – PP

Besar

6. CV. SINARMAS

Medan – P. Brandan – P. Susu – PP

Besar

7. PO. Pembangunan Semesta

Medan – Sawit

Sebrang – PP

Besar

8. PO. Pembangunan Semesta

Medan – Bukit

Lawang – PP

Besar

9. CV. Serasi Borneo

Medan – Kabanjahe – PP

Sedang

10. CV. Sinabung Jaya

Medan – Kabanjahe – PP

Sedang


(1)

(2)

Sumber : Arsip Foto/Dokumentasi Terminal Terpadu Pinang Baris Tahun 1994

Gambar 1.5 Fasilitas untuk Kenderaan ( Pelataran Parkir, Loket, Kios) di Terminal Pinang Baris


(3)

Sumber : Arsip Foto/Dokumentasi Terminal Terpadu Pinang Baris Tahun 1994


(4)

(5)

Gambar 1.7 Gambar Bus – Bus Berbagai Ukuran Di Terminal Pinang Baris


(6)

Gambar 1.8 Antusiasme Masyarakat Memanfaatkan Terminal Pinang Baris