4.4 Analisis Hasil Sintesis Senyawa Porfirin 4.4.1 Pemisahan Zat Hasil Sintesis Senyawa Porfirin
Hasil sintesis senyawa porfirin diisolasi dengan menggunakan lempeng KLT alumina basa dengan menggunakan berbagai pengembang, salah satunya
kloroform-metanol 2:1. Namun, masih menghasilkan pemisahan yang kurang baik. Sehingga pemisahan dilanjutkan dengan menggunakan kromatografi kolom
dimana fase diam alumina basa dan fase gerak sistem bertahap stepwise elution, dengan tingkat kepolaran pelarut dimulai dari yang kurang polar hingga ke polar.
Proses elusi dimulai menggunakan pelarut kloroform, menghasilkan pita 1 yang berwarna merah lembayung. Selanjutnya dielusi dengan metanol, menghasilkan
pita 2 yang berwarna coklat kehijauan. Kemudian dilanjutkan dengan elusi menggunakan air destilasi menghasilkan pita 3 yang berwarna kuning coklat, dan
yang tertinggal pada fase diam dilarutkan dalam NaOH 0,01 N menghasilkan pita 4 yang berwarna hijau kehitaman.
4.4.2 Pemisahan Pita 4 Hasil Kromatografi Kolom
Pita 4 yang dilarutkan dalam NaOH 0,01 N dipisahkan kembali melalui KLT dengan menggunakan fase diam silika gel F
254
dan pengembang etil asetat- metanol 1:2 menghasilkan pemisahan yang cukup baik menghasilkan 2 bercak
yang terpisah meskipun masih ada yang tertinggal pada tempat penotolan. Hasilnya dapat dilihat pada gambar 4.8.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.8. Kromatogram KLT pemisahan pita 4 dengan fase diam silika gel F
254
dan pengembang etil asetat-metanol 1:2 Pemisahan dilanjutkan dengan menggunakan kromatografi kolom. Fase
diam dan fase gerak yang digunakan sama halnya seperti pada sistem KLT. Hasil pemisahan dengan kromatografi kolom ini diuapkan dan dimurnikan kembali.
4.4.3 Pemurnian Pita-Pita Hasil Kromatografi Kolom 4.4.3.1 Pemurnian Pita 4 dengan Kromatografi Kolom Resin Ion Exchange
Hasil pemisahan 4.4.2 dimurnikan kembali dengan kromatografi kolom resin ion exchange. Senyawa pita 4 mengandung gugus karboksilat bermuatan
negatif yang dapat bertukar dengan ion lawan Cl
-
dan menjadi pasangan dari ion muatan tetap pada permukaan resin bermuatan positif. Fraksi yang tinggal
pada resin dilarutkan dengan HCl 0,01 N sehingga ion karboksilat terlepas dari resin dan menghasilkan larutan berwarna hijau yang kemudian pelarutnya
diuapkan.
Universitas Sumatera Utara
4.4.3.2 Rekristalisasi Pita 1 dan 4
Rekristalisasi pita 1 menghasilkan serbuk berwarna ungu tua yang larut dalam kloroform dengan rendemen sebesar 10,36. Sedangkan pita 4
menghasilkan serbuk berwarna hijau kecoklatan yang larut dalam air destilasi dengan rendemen sebesar 33,42.
4.4.4 Identifikasi dan Uji Kemurnian Pita-Pita Hasil Kromatografi Kolom 4.4.4.1 Identifikasi dan Uji Kemurnian Pita 1
Identifikasi pita 1 dilakukan dengan sistem KLT menggunakan plat
alumina basa dengan 3 macam pengembang. Kromatogram hasil KLT dengan 3 macam pengembang dapat dilihat pada gambar 4.9 dan harga Rfnya dapat dilihat
pada tabel 4.3.
Gambar 4.9. Kromatogram KLT identifikasi pita 1 dengan pendeteksi UV 254 nm, menggunakan lempeng KLT alumina basa dengan fase
gerak kloroform-metanol 1:1 A, diklorometan-metanol-air destilasi 2:2:1 B, dan kloroform-etil asetat 4:1 C.
Tabel 4.3 Nilai Rf Senyawa Pita 1 pada Berbagai Komposisi Pengembang
Universitas Sumatera Utara
Pengembang Rf
Kloroform- metanol 1:1
Diklorometan- metanol-air
destilasi 2:2:1 Kloroform-
etilasetat 4:1
Senyawa porfirin pita 1
0,84 0,86
0,89
Kromatogram KLT pita 1 pada berbagai komposisi pengembang telah menunjukkan satu bercak, dengan harga Rf yang berbeda tergantung pada
komposisi pengembang. Namun, masih dilanjutkan dengan uji kemurnian pita 1 yang dilakukan secara KLT dua dimensi. KLT dua dimensi juga telah
menunjukkan satu bercak. Hasil KLT dua dimensi dapat dilihat pada gambar 4.10.
A B
Gambar 4.10. Kromatogram KLT uji kemurnian senyawa porfirin pita 1 dengan pendeteksi UV 254 nm, menggunakan lempeng KLT
alumina basa dengan fase gerak dimensi pertama kloroform- metanol 1:1 A, dan dimensi kedua diklorometan-metanol-air
destilasi 2:2:1 B.
Universitas Sumatera Utara
4.4.4.2 Identifikasi dan Uji Kemurnian Pita 4
Identifikasi pita 4 dilakukan dengan sistem KLT menggunakan plat silika gel F
254
dengan 3 komposisi pengembang yang berbeda. Kromatogram KLT pita 4 dengan 3 komposisi pengembang dapat dilihat pada gambar 4.11 dan harga
Rfnya dapat dilihat pada tabel 4.4.
Gambar 4.11. Kromatogram KLT identifikasi pita 4 dengan pendeteksi UV 254 nm, menggunakan lempeng KLT silika gel F
254
dengan pengembang diklorometan-metanol 1:1 A, etil asetat-metanol
1:1 B, dan metanol-air destilasi 1:2 C.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.4 Nilai Rf Senyawa Pita 4 pada Berbagai Komposisi Pengembang Pengembang
Rf Diklorometan-
metanol 1:1 Etil asetat-metanol
1:1 Metanol-air
destilasi 1:2
Senyawa porfirin pita 4
0,86 0,88
0,93
Kromatogram KLT pita 4 dengan 3 komposisi pengembang yang berbeda telah menunjukkan 1 bercak noda dengan harga Rf yang berbeda tergantung pada
komposisi pengembang. Kemudian dilakukan uji kemurnian dengan KLT dua dimensi. Pada gambar 4.11 dapat kita lihat bahwa kromatogram dengan sistem
pengembang C menghasilkan bercak noda dengan harga Rf yang paling besar sedangkan pengembang A dan B memiliki harga Rf yang berdekatan sehingga
digunakan pengembang diklorometan-metanol 1:1 untuk dimensi pertama, dan etil asetat-metanol 1:1 untuk dimensi kedua. Kromatogram KLT dua dimensi
pita 4 ditunjukkan pada gambar 4.12.
Universitas Sumatera Utara
A B
Gambar 4.12. Kromatogram KLT uji kemurnian senyawa porfirin pita 4 dengan pendeteksi UV 254 nm, menggunakan lempeng KLT silika
gel F
254
dengan fase gerak dimensi pertama etil asetat-metanol 1:1 A, dan dimensi kedua diklorometan-metanol 1:1 B.
4.4.4.3 Penentuan Titik Lebur
Titik lebur ditentukan untuk setiap pita senyawa porfirin yang diperoleh. Pita 1 memiliki titik lebur 300
o
C. Sedangkan pita 4 memiliki titik lebur 192
o
C – 195
o
C.
4.4.5 Karakterisasi Pita-Pita Hasil Kromatografi Kolom 4.4.5.1 Analisis Spektrum Serapan UV-Vis