interkalasi dan dua mode ikatan pada sisi luar DNA. Mode ikatan luar yang pertama adalah ikatan sisi luar dengan penempatan porfirin pada celah minor
melalui interaksi elektronik dengan gugus fosfat, dan mode ikatan luar kedua dari interaksi di sisi luar adalah porfirin teragregasi disepanjang untai DNA. Pada
umumnya ikatan porfirin terhadap DNA distabilkan oleh interaksi elektronik antara substituen meso yang bermuatan positif pada perifer porfirin dan muatan
negatif atom oksigen-fosfat dari DNA Tjahjono et al., 2000. Kation porfirin terutama TMPyP4 merupakan penghambat telomerase
pada konsentrasi mikromolar rendah. Lebih jauh lagi porfirin ini relatif non toksik terhadap sel baik tumor dan normal pada level yang dapat menghambat
telomerase. Telemorase sudah menunjukkan peranan langsung dalam mitosis, suatu blok fisik dalam pemisahan kromosom anafase yang disebabkan oleh
mutasi dari model telomerase. Suatu implikasi dari hal ini adalah bahwa porfirin sebagai agen interaktif telomere dapat menangkap sel-sel dalam mitosis
Izbicka, et al.,1999.
2.2 Modifikasi Molekul
Modifikasi molekul merupakan metode yang digunakan untuk mendapatkan obat baru dengan aktivitas yang dikehendaki, antara lain yaitu
meningkatkan aktivitas obat, menurunkan efek samping atau toksisitas, meningkatkan selektivitas obat, memperpanjang masa kerja obat, meningkatkan
kenyamanan penggunaan obat dan meningkatkan aspek ekonomis obat Siswandono dan Soekardjo, 2000.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Siswandono dan Soekardjo 2000, dasar modifikasi molekul adalah mengembangkan struktur senyawa induk yang telah diketahui aktivitas
biologisnya, kemudian disintesis dan diuji aktivitas homolog atau analognya. Modifikasi molekul mempunyai beberapa keuntungan sebagai berikut:
a. Kemungkinan besar senyawa homolog atau analog mempunyai sifat
farmakologi serupa dengan senyawa induk, dibanding dengan senyawa yang didapatkan dengan cara seleksi atau sintesis secara acak.
b. Kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan produk dengan aktivitas
farmakologi lebih tinggi.
2.3 Radiofarmasi
Menurut Depkes RI 1979, sediaan radiofarmasi adalah sediaan yang mengandung satu jenis radionuklida atau lebih. Nuklida merupakan jenis atom
yang dapat dikenal karena: a.
Banyaknya proton dan netron yang terdapat dalam inti atomnya b.
Tingkat energi tinggi. Bahan radioaktif sering dihubungkan dengan pengobatan kanker. Oleh
karena itu, hampir 80 digunakan dalam tehnik diagnosa untuk jangkauan penyakit yang luas. Radionuklida digunakan dalam pengobatan yang memiliki
batas kehidupan fisik yang berarti bahwa radioaktivitasnya berkurang dengan cepat Pandey dan Zheng, 2000.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Kromatografi Kromatografi merupakan cara pemisahan berdasarkan partisi cuplikan
antara fase yang bergerak, dapat berupa gas atau zat cair, dan fase diam, dapat berupa zat cair atau zat padat Johnson dan Stevenson, 1991.
Pada hakikatnya kromatografi digunakan untuk pemakaian kualitatif, kuantitatif, dan preparatif. Pertama, pemakaian kromatografi secara kualitatif
mengungkapkan ada atau tidak adanya senyawa tertentu dalam cuplikan. Campuran dikromatografi pada berbagai kondisi dan bahkan dengan beberapa
cara atau cara gabungan. Jumlah bercak atau puncak menunjukkan jumlah minimum komponen campuran. Dua keuntungan utama kromatografi sebagai
metode kualitatif yaitu cuplikan senyawa yang dibutuhkan untuk analisis sangat sedikit dan biasanya waktu analisis pendek. Kedua, kromatografi kuantitatif
menunjukkan banyaknya masing-masing komponen campuran, nisbi terhadap komponen lain atau sebagai kuantitatif mutlak jika memakai standar
pembanding baku dan kalibrasi yang sesuai. Ketiga, kromatografi preparatif dipakai untuk memperoleh komponen campuran dalam jumlah yang memadai
dalam keadaan murni sehingga komponen itu dapat dicirikan lebih lengkap atau dipakai pada reaksi berikutnya. KLT preparatif yang dilakukan pada lapisan
sampai setebal 1 cm kromatografi lapis tebal mempunyai keuntungan sederhana dan murah Gritter dkk., 1991.
2.4.1 Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi lapis tipis KLT merupakan salah satu bentuk kromatografi cair-padat. Penjerap yang paling sering digunakan adalah silika dan alumina.
Universitas Sumatera Utara
Cara ini bergantung pada antaraksi khas linarut dengan permukaan serbuk halus penjerap Johnson dan Stevenson, 1991. Setiap analit yang terlarut dalam fase
gerak bila melewati fase diam akan teradsorpsi dengan afinitas yang berbeda sehingga terjadi pemisahan analit dari campurannya Braithwaite dan Smith,
1999. KLT dapat dipakai pada beberapa tingkat kerumitan. KLT dengan
kerumitan yang meningkat adalah KLT pada kaca objek atau lapisan tipis, KLT berukuran besar, KLT preparatif, KLT kuantitatif, dan KLTKT Gritter dkk.,
1991. Menurut Mulja dan Suharman 1995, perilaku senyawa tertentu di dalam
sistem kromatografi tertentu dinyatakan dengan harga Rf faktor retardasi. Faktor retardasi untuk tiap-tiap noda kromatogram dapat didefenisikan sebagai:
2.4.2 Kromatografi Kolom
Kromatografi kolom merupakan bentuk kromatografi cair. Cara mengemas kolom ada dua yaitu cara kering dan cara lumpuran. Fase diam
ditempatkan di dalam tabung kaca berbentuk silinder, pada bagian bawah tertutup dengan katup atau keran, dan fase gerak dibiarkan mengalir ke bawah
melaluinya karena gaya berat. Campuran yang dipisahkan diletakkan berupa pita pada bagian atas kolom penjerap yang berada dalam tabung kaca, tabung logam,
atau bahkan tabung plastik. Mekanisme pemisahannya berdasarkan perbedaan migrasi komponen-komponen akibat perbedaan distribusi pada dua fase yang
tidak saling bercampur. Perbedaan distribusi dapat disebabkan oleh proses
Universitas Sumatera Utara
adsorpsi fase diam berupa zat padat dan fase gerak berupa zat cair atau partisi fase diam dan fase gerak berupa zat cair Gritter dkk., 1991; Johnson dan
Stevenson, 1991.
2.4.3. Kromatografi Pertukaran Ion
Kromatografi pertukaran ion dilakukan jika cuplikan mengandung komponen analisis berupa ion dan larut dalam air. Fase gerak biasanya
mengandung ion lawan yang muatannya berlawanan dengan muatan gugus ion permukaan. Ion lawan tersebut berkesetimbangan dengan damar dalam bentuk
pasangan ion. Adanya ion linarut yang muatannya sama dengan muatan ion lawan menimbulkan kesetimbangan. Pada proses pertukaran kation, ion lawan
ialah Na
+
dan pada pertukaran anion, ion lawannya Cl
-
Johnson dan Stevenson, 1991.
2.5 Spektrofotometri Ultra Violet dan Tampak
Spektrofotometri ultraviolet dan tampak merupakan teknik analisis spektroskopik yang memanfaatkan sumber radiasi elektromagnetik ultra violet
dekat 190-380 nm dan sinar tampak 380-780 nm dengan menggunakan instrumen spektrofotometer Mulja dan Suharman, 1995.
Apabila pada suatu molekul dikenakan radiasi elektromagnetik maka akan terjadi eksitasi elektron ke tingkat energi yang lebih tinggi yang dikenal
sebagai orbital elektron “anti bonding”. Eksitasi elektron σ σ
memberikan energi yang terbesar dan terjadi pada daerah ultra violet jauh yang diberikan oleh
ikatan tunggal. Sedangkan eksitasi elektron π π
diberikan oleh ikatan
Universitas Sumatera Utara
rangkap dua dan tiga juga menjadi pada daerah ultra violet jauh. Pada gugus karbonil akan terjadi eksitasi elektron n
σ yang terjadi pada daerah ultra
violet jauh. Senyawa-senyawa organik dan semua gugus yang mengabsorbsi radiasi uv-vis yang disebut sebagai kromofor. Pada senyawa organik dikenal pula
gugus auksokrom, adalah gugus fungsionil yang mempunyai elektron bebas seperti –OH, O-NH
2
dan OCH
3
yang memberikan transisi n - σ
. Terikatnya gugus auksokrom oleh gugus kromofor akan mengakibatkan pergeseran pita
absorpsi menuju ke panjang gelombang yang lebih panjang pergeseran merah = batokromik Mulja dan Suharman, 1995.
Gambar 2.3 Energi transisi elektronik http:www.chemicalforums.com. Suatu molekul yang sederhana apabila dikenakan radiasi elektromagnetik
akan mengabsorbsi radiasi elektromagnetik yang energinya sesuai. Interaksi tersebut akan meningkatkan energi potensial elektron pada tingkat keadaan
eksitasi. Apabila pada molekul yang sederhana tadi hanya terjadi transisi elektronik pada satu macam gugus, maka akan terjadi satu absopsi yang
merupakan garis spektrum Silverstein, et al., 2005.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Satiadarma dkk. 2004, persamaan untuk menghitung serapanabsorbansi A yang dikenal dengan hukum Lambert-Beer, yaitu :
A= . l . c Keterangan: A = besarnya serapan
= absortivitas molar M
-1
cm
-1
l = tebal kuvet cm c = konsentrasi larutan M
2.6 Spektrofotometri Infra Merah