Rekristalisasi Pita 1 dan 4 Analisis Spektrum Infra Merah Analisis Spektrum

kemudian metanol dan air suling sedangkan yang masih tertinggal pada fase diam dilarutkan dalam larutan NaOH 0,01 N. Diperoleh 4 pita dari hasil kromatografi kolom. Masing-masing pita yang diperoleh dari hasil kromatografi kolom diuapkan dan dikeringkan dalam desikator vakum.

3.5.4.2 Pemisahan Pita 4 Hasil Kromatografi Kolom

Pita 4 hasil kromatografi kolom dalam larutan NaOH 0.01 N diisolasi kembali dengan menggunakan KLT dan kromatografi kolom. Pita 4 ditotolkan pada lempeng KLT silika gel F 254 . Lempeng tersebut dikembangkan dengan menggunakan pengembang etil asetat-metanol 1:2. Setelah dikembangkan, hasil kromatografi lapis tipis dilihat di bawah lampu UV 254 nm. Kemudian dilanjutkan dengan kromatografi kolom dengan fase diam silika gel F 254 dan fase gerak campuran etil asetat-metanol 1:2. Hasil elusi yang diperoleh diuapkan dan dikeringkan dalam desikator vakum. 3.5.4.3 Pemurnian Pita-Pita Hasil Kromatografi Kolom 3.5.4.3.1 Pemurnian Pita 4 dengan Kromatografi Kolom Resin Ion Exchange Hasil kromatografi kolom pita 4 yang kedua dimurnikan kembali dengan sistem kromatografi kolom resin ion exchange. Fase diam damar Dowex X-8 dengan fase gerak air suling dan HCl 0,01 N. Hasil elusi yang diperoleh diuapkan dan dikeringkan dalam desikator vakum.

3.5.4.3.2 Rekristalisasi Pita 1 dan 4

Larutan pita 1 dan 4 masing-masing dipekatkan hingga tepat jenuh. Kemudian masing-masing ditambahkan n–heksan sedikit demi sedikit sampai Universitas Sumatera Utara terjadi kekeruhan. Dibiarkan selama tiga puluh menit kemudian disaring menggunakan corong buchner. 3.5.4.4 Identifikasi dan Uji Kemurnian Pita-Pita Hasil Kromatografi Kolom 3.5.4.4.1 Identifikasi dan Uji Kemurnian Pita 1 Sedikit serbuk pita 1 dilarutkan dalam kloroform dan diidentifikasi menggunakan plat alumina basa dengan tiga jenis pengembang dan diuji kemurniannya secara dua dimensi. Pengembang yang digunakan terdiri dari campuran kloroform-metanol 1:1, campuran diklorometan-metanol-air destilasi 2:2:1, campuran kloroform-etil asetat 4:1. Untuk uji kemurnian secara dua dimensi, dimensi pertama menggunakan pengembang campuran kloroform- metanol 1:1 dan dimensi kedua campuran diklorometan-metanol-air suling 2:2:1. Setelah dikembangkan, hasil kromatografi lapis tipis dilihat di bawah lampu UV 254 nm. 3.5.4.4.2 Identifikasi dan Uji Kemurnian Pita 4 Sedikit serbuk pita 4 dilarutkan dalam air suling dan diidentifikasi menggunakan plat silika gel F 254 dengan tiga jenis pengembang dan diuji kemurniannya secara dua dimensi. Pengembang yang digunakan terdiri dari campuran etil asetat-metanol 1:1, campuran diklorometan-metanol 1:1, dan campuran metanol-air destilasi 1:2. Untuk uji kemurnian secara dua dimensi, dimensi pertama menggunakan pengembang campuran etil asetat-metanol 1:1 dan dimensi kedua campuran diklorometan-metanol 1:1. Setelah dikembangkan hasil kromatografi lapis tipis dilihat dibawah lampu UV 254 nm. Universitas Sumatera Utara

3.5.4.4.3 Penentuan Titik Lebur

Penentuan titik lebur dilakukan dengan menggunakan alat Elektrotermal 9100. Masing-masing serbuk pita 1 dan pita 4 yang telah digerus halus dan dikeringkan dalam desikator, dimasukkan secukupnya ke dalam pipa kapiler kaca yang salah satu ujungnya terbuka. Kemudian dimampatkan dan diukur titik leburnya 3.5.4.5 Karakterisasi Pita-Pita Hasil Kromatografi Kolom 3.5.4.5.1 Analisis Spektrum Serapan UV-Vis Pita 1, 2, 3, dan 4 masing-masing diukur secara spektrofotometri menggunakan spektrofotometer UV-Vis Beckman coulter DU 720 pada rentang panjang gelombang 300-700 nm.

3.5.4.5.2 Analisis Spektrum Infra Merah

Sebanyak 1 bagian serbuk pita 1 dicampur dengan 100 bagian KBr, digerus hingga homogen. Campuran dikempa menjadi plat yang tipis dan transparan. Kemudian lempeng tersebut diidentifikasi dengan JASCO FTIR 4200 pada rentang bilangan gelombang 4000-400 cm -1 . Hal yang sama dilakukan untuk pita 4.

3.5.4.5.3 Analisis Spektrum

1 H-RMI Pengukuran spektrum 1 H-RMI pita 1 dan pita 4 dilakukan di Laboratorium RMI Pusat Penelitian Kimia-LIPI Serpong dengan menggunakan pelarut masing-masing CDCl 3 dan D 2 O serta DMSO dengan frekuensi 500 MHz. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sintesis Senyawa Benzaldehid Karboksilat

Pada penelitian ini dilakukan asetilasi gugus hidroksi pada 3,4 dihidroksibenzaldehid menghasilkan suatu ester dan dilanjutkan dengan reaksi hidrolisis. Diawali dengan penambahan etilkloroasetat yang direaksikan dengan 3,4 dihidroksibenzaldehid dan dihidrolisis dengan adanya air Shetty et al., 1995. Adapun skema dan kondisi reaksinya dapat diihat pada gambar 4.1. Perubahan yang terjadi selama proses sintesis yaitu larutan berwarna putih pada saat pencampuran kalium karbonat dan etilkloroasetat dalam aseton. Kemudian penambahan 3,4 dihidroksibenzaldehid ke dalam campuran menghasilkan larutan berwarna kecoklatan. Selama proses reaksi terjadi perubahan dari larutan coklat menghasilkan endapan berwarna putih kekuningan pada hasil reaksi. Campuran reaksi diuapkan. Endapan yang terbentuk dipisahkan dengan disaring dan dicuci. Reaksi hidrolisis pada hasil reaksi ini terjadi pada saat endapan diekstraksi dengan campuran kloroform:air destilasi 1:1. Melarutnya endapan pada fraksi air, menunjukkan bahwa senyawa 3-hidroksi-4- karboksimetilenoksibenzaldehid yang bersifat polar telah terbentuk. Proses ekstraksi bertujuan untuk memisahkan hasil reaksi dari zat-zat pengotor serta menghidrolisis hasil reaksi sehingga diperoleh senyawa benzaldehid yang mengandung gugus asam karboksilat. Universitas Sumatera Utara