89
Gambar 4.1 : Pertumbuhan Eceng Gondok Waduk Batujai di Muara Sungai
4. Jenis Tanah
Jenis tanah di Kota Praya umumnya adalah Grumosol hingga Lempung berpasir dengan kedalaman air tanah antara 5 sampai dengan 12 meter.
Departemen PU, 2006 menyatakan bahwa keadaan tanah dan tinggi muka air tanah juga dapat mempengaruhi sistem pengelolaan air limbah domestik. Air
tanah dengan kedalaman 3 meter dapat menggunakan cubluk Bappenas, 2006.
4.2. Kondisi Pengelolaan Air Limbah Domestik di Kota Praya
4.2.1. Kebiasaan Masyarakat Dalam Mengelola Limbah Cair Rumah
Tangga a.
Pembuangan air limbah kamar mandi dan dapur yang dilakukan masyarakat saat ini dan alasan-alasannya
Ada beberapa bentuk kegiatan yang dilakukan masyarakat Kota Praya dalam membuang air limbah rumah tangganya yaitu sebagai berikut :
Eceng gondok di muara sungai
90 1.
Membuang air limbah rumah tangga ke gotparit dekat rumahnya dengan atau tanpa melalui pipa
2. Membuang ke sungai dengan atau tanpa melalui pipa
3. Menampung air limbah rumah tangga ke dalam lubang yang dibuat dekat
kamarmandi. 4.
Memakai air limbah rumah tangga untuk menyiram jalan Berikut petikan hasil wawancara dengan informan unsur masyarakat dari
Kelurahan Praya : ”Kalau tidak seperti itu mau kita apakan. Kalau di campur dengan
septiktank WC, tampungannya bisa cepat penuh, juga tidak ada larangan dan tidak ada pelayanan seperti sampah serta ini yang murah meriah”.
Informan unsur tokoh masyarakat dari Kelurahan Praya memberikan pernyataan umum tentang pengelolaan air limbah domestik di Kota Praya yang
senada dengan pendapat masyarakat sebagai berikut : ”Kebiasaan masyarakat dalam memperlakukan “bebeleng” air limbah
domestik adalah membuangnya ke lingkungannya. Ada yang membuang ke got, drainase dalam kampung atau ke sungai bagi yang dekat dengan
sungai, sebab mau apa lagi kalau tidak seperti itu, seandainya ada pelayanan pengelolaan seperti sampah dan ada aturan yang melarang
beserta dengan sanksi mungkin masyarakat tidak akan membuang air limbahnya ke got atau kali”
Hasil wawancara dengan sebuah LSM ”PERAN” Pemberdayaan Anak dan Perempuan menyampaikan bahwa :
”Pengelolaan air limbah domestik di Kota Praya masyarakat masih bersifat tradisional dari dulu hingga sekarang pengelolaannya berupa pembuangan
air limbah ke lingkungan tanpa ada pengolahan terlebih dahulu. Padahal air limbah dapat mencemari perairan kita. Tidak seperti sampah yang
sudah ada penanganan dari pemerintah meskipun masih jauh dari harapan, air limbah sama sekali saya melihat belum ada perhatian khusus untuk itu”.
Sebagai gambaran sistem pengelolaan air limbah domestik oleh masyarakat dapat ditunjukkan dari hasil pengumpulan jawaban kuesioner. Dari 109 orang
responden yang menjawab air limbahnya ditampung di baksumurlubang penampunganseptiktank sebanyak 31,19 responden, disalurkan melalui pipa ke
sungai sebesar 23,85, dibuang ke got 47,71 responden, dipakai menyiram
91 pekarangan dan lainnya seperti dialirkan ke sawah masing-masing sebanyak
5,50 dan 11,93 responden.
Gambar 4.2. Peta jaringan jalan dan drainase Kota Praya Sumber : Dinas Kimpraswil Kabupaten Lombok Tengah 2008
Adapun alasan mereka memperlakukan air limbah seperti disebutkan di atas adalah sebagai berikut :
92 1.
Tidak adanya pelayanan pengelolaan air limbah rumah tangga seperti halnya sampah dengan jumlah responden yang menjawab 54,13
2. Cara itu lebih mudah dengan jumlah responden 33,94
3. Tidak membutuhkan biaya dengan jumlah responden 7,34
4. Tidak ada larangan membuang air limbah ke got dengan jumlah responden
yang menjawab 20,18. b.
Kebiasaan Buang Air Besar BAB
Masyarakat di Kota Praya sebagian besar telah memanfaatkan WC sebagai tempat Buang Air Besar BAB namun demikian masih banyak juga masyarakat
yang memanfaatkan kalisungai sebagai tempat BAB. Hasil wawancara dengan tokoh masyarakat dari Kelurahan Prapen memberikan gambaran secara umum
kebiasaan BAB di Kota Praya : ”Umumnya masyarakat di Kel. Prapen dan di Kota Praya umumnya BAB di
WC tetapi masih banyak juga yang BAB di kali terutama yang bertempat tingga di pinggir sungaikali”.
Dari hasil pengumpulan jawaban kuesioner juga diperoleh gambaran yang senada dengan hasil wawancara sebagai berikut : 72,48 responden telah
menggunakan WC dan 11,01 memanfaatkan kalisungai. Kondisi ini sesuai dengan jumlah jamban di Kota Praya yang tertera pada tabel 4.5. Masih
banyaknya masyarakat yang BAB di kalisungai karena cakupan jamban keluarga baru mencapai 52.
4.2.2. Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik