71 kabupaten dan kota, fungsi ini dikoordinasi oleh gubernur dan di tingkat distrik
dikoordinasi oleh walikota. Undang-undang 7 tahun 2004 yang memaparkan mengenai
penatalaksanaan kualitas air dan perlindungan polusi air sehubungan dengan bertahannya dan dipulihkannya sumber air. Ayat 24 UU 7 tahun 2004 mengatur
bahwa orang dan organisasi bisnis dilarang untuk melakukan aktifitas apapun yang dapat merusak sumber air.
Saat ini, kondisi fasilitas pengelolaan air limbah domestik di kota masih kurang. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut :
a. Tidak adanya institusi yang khusus menangani pengelolaan limbah
b. Tidak ada peraturan spesifikeksplisit dari pemerintah pusat untuk
penatalaksanaan air limbah domestik sebagai acuan untuk pemerintah daerah c.
Peran yang tidak jelas dalam mendampingi pemerintah daerah dalam mengembangkan penatalaksanaan air limbah domestik
d. Sumber daya pemerintah daerah yang tidak memadai
e. Kurangnya kesadaran akan sanitasi air limbah domestik di kalangan
pemerintah daerah dan masyarakat f.
Tidak adanya rencana penatalaksanaan air limbah domestik dan strategi di pemerintah daerah
g. Peraturan pemerintah daerah yang tidak memadai untuk mendorong
penatalaksanaan air limbah domestik h.
Kurangnya dana.
2.5.2. Peran Para Pihak stakeholders
Untuk mencegah terjadinya tumpang tindih, baik dalam perencanaan, pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup, Undang-undang Nomor 23 Tahun
1997 telah mengatur strategi dalam pengelolaan lingkungan, yakni kewajiban pemerintah melakukan koordinasi. Pasal 9 ayat 2 dan ayat 3 ditegaskan bahwa :
a. Pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan secara terpadu oleh instansi
pemerintah sesuai dengan bidang tugas dan tanggung jawab masing-masing, masyarakat serta pelaku pembangunan lain dengan memperhatikan
72 keterpaduan perencanaan dan pelaksanaan kebijaksanaan nasional pengelolaan
lingkungan hidup ayat 2 b.
Pengelolaan lingkungan hidup wajib dilakukan secara terpadu dengan penataan ruang, perlindungan sumber daya alam non hayati, perlindungan
sumber daya buatan, konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, cagar budaya, keanekaragaman hayati dan perubahan iklim ayat 3
Peran koordinasi pemerintah, akan menentukan keterpaduan pengelolaan lingkungan, termasuk dalam konteks pengelolaan limbah cair perkotaan. Sektor
sanitasi tidak bisa ditangani oleh satu sektor saja, tetapi harus multi sektor, karena itu semua perlu bersinergi untuk menangani.
Ditingkat pusat yang berperan di samping Bappenas, Departemen Keuangan dan Depdagri, juga DepKes, Men.LH, Dep. Perindustrian, Dep.PU. Di
tingkat daerah ada lembaga atau dinas di tingkat propinsi, pemerintah kabupaten dan pemerintah kota. Di samping itu juga LSMNGO, swasta dan perorangan.
Bila mereka bersinergi satu terhadap lainnya dengan tujuan akhir yang sama maka kemajuan penanganan sanitasi akan lebih signifikan. Belum terindentifikasi role
sharing pembagian peran dan belum terorganisasikan secara jelas peran masing- masing lembaga regulator, operator, provider, enabler, empowering body dan
siapa berkedudukan sebagai beneficiaries. Hal ini terkait dengan pemahaman pelayanan masyarakat public service.
Melayani masyarakat menempatkan kedudukan masyarakat sebagai beneficiaries, akan tetapi apabila beneficiaries adalah pelaksana proyek
sebagaimana sejumlah hasil pembangunan terdahulu yang tidak melibatkan masyarakat sejak awal perencanaannya, maka pengalaman ke’mubaziran’
kerjaproyek dapat berlangsung kembali. Oleh karena itu, pembagian atau kejelasan peran sangat penting agar tidak terjadi tumpang tindih dan perbenturan
kegiatan yang justru akan menurunkan kinerja masing-masing instansi. Siapa yang akan berperan sebagai regulator, siapa yang menjadi operator, siapa berperan
sebagai pemberi dan penerima manfaat haruslah jelas adanya. Meneg.LH sangat berperan dalam menyiapkan peraturan mengenai
masalah lingkungan sebagai payung semua pembangunan dari kemungkinan
73 terjadinya pencemaran lingkungan. Khususnya untuk sanitasi, tentunya dalam hal
pengaturan persyaratan semua air limbah yang boleh dibuang ke perairan, karena kemungkinan dampaknya terhadap sumber air baku air minum yang jumlahnya
terbatas. Depkes sangat berperan sebagai regulator berkaitan dengan kualitas air yang dapat dikonsumsi, kemungkinan penyebaran penyakit melalui media air.
Dep.Perindustrian terkait dengan industri rumah home industry yang limbah cairnya dapat mencemari badan air, seperti industri batik, pembuatan tahu dan
lain-lain. Demikian pula dengan Departemen lainnya yang terkait dengan masalah sanitasi perannya cukup jelas. Namun ditingkat operasional di pemerintah daerah,
peran lembaga dan dinas-dinas pada sub-sektor sanitasi sangat variatif dan terkesan tidak terkoordinasi dengan baik Bappenas, 2006.
2.6. Pola Pengelolaan Air Limbah Domestik Berbasis Masyarakat