70
2.5.1. Aspek hukum dan regulasi
Keberhasilan jasa sanitasi sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah. Aspek hukum dan peraturan diidentifikasi
sebagai salah satu dari sejumlah aspek yang perlu didorong untuk menciptakan lingkungan yang mendukung. Untuk mencapai penatalaksanaan air limbah
domestik perkotaan yang lebih baik diperlukan perhatian terhadap tiap-tiap bagian proses penatalaksanaannya:
a. perencanaan dan pengembangan program,
b. perancangan,
c. pembangunan,
d. operasional dan pemeliharaan, dan
e. pemantauan.
Kerangka perundangan dan peraturan yang jelas harus dirancang untuk mendorong bagaimana proses penatalaksanaan ini dapat diatur dengan baik.
Sejauh ini, tidak ada perundangan khusus yang mengatur penatalaksanaan limbah domestik kota karena sebagian besar peraturan ditetapkan untuk perlindungan
lingkungan dan kesehatan lingkungan, bukan penatalaksanaan air limbah. Dengan cara lain, untuk mencapai perlindungan lingkungan dan kesehatan lingkungan,
penatalaksanaan air limbah domestik menjadi bagian yang penting. Dalam periode desentralisasi, perlindungan lingkungan menjadi tanggung
jawab pemerintah daerah di tingkat propinsi dan kotakabupaten UU 32 tahun 2004, ayat 13 dan 14. UU 32 tahun 2004 mengatur tanggung jawab pemerintah
daerah untuk perlindungan lingkungan dalam: merancang dan memantau pembangunan, perencanaan regional, pemberian fasilitas dan penatalaksanaan
lingkungan. Fungsi pemerintah daerah dipantau dan dibantu oleh pemerintah pusat
seperti tertulis pada UU 32 tahun 2004 ayat 217. Pemerintah pusat harus memberikan norma, panduan dan standard NSPM, pelatihan dan kursus. Secara
nasional, fungsi pemerintah daerah dalam membantu dan memantau dikoordinasi oleh Kementerian Dalam Negeri ayat 222, UU 32 tahun 2004. Di tingkat
71 kabupaten dan kota, fungsi ini dikoordinasi oleh gubernur dan di tingkat distrik
dikoordinasi oleh walikota. Undang-undang 7 tahun 2004 yang memaparkan mengenai
penatalaksanaan kualitas air dan perlindungan polusi air sehubungan dengan bertahannya dan dipulihkannya sumber air. Ayat 24 UU 7 tahun 2004 mengatur
bahwa orang dan organisasi bisnis dilarang untuk melakukan aktifitas apapun yang dapat merusak sumber air.
Saat ini, kondisi fasilitas pengelolaan air limbah domestik di kota masih kurang. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut :
a. Tidak adanya institusi yang khusus menangani pengelolaan limbah
b. Tidak ada peraturan spesifikeksplisit dari pemerintah pusat untuk
penatalaksanaan air limbah domestik sebagai acuan untuk pemerintah daerah c.
Peran yang tidak jelas dalam mendampingi pemerintah daerah dalam mengembangkan penatalaksanaan air limbah domestik
d. Sumber daya pemerintah daerah yang tidak memadai
e. Kurangnya kesadaran akan sanitasi air limbah domestik di kalangan
pemerintah daerah dan masyarakat f.
Tidak adanya rencana penatalaksanaan air limbah domestik dan strategi di pemerintah daerah
g. Peraturan pemerintah daerah yang tidak memadai untuk mendorong
penatalaksanaan air limbah domestik h.
Kurangnya dana.
2.5.2. Peran Para Pihak stakeholders