1. Untuk mengetahui kedudukan Masyarakat Hukum Adat dalam hukum Indonesia serta hak-hak tradisional yang melekat pada Masyarakat Hukum
Adat tersebut. 2. Untuk mengetahui pengaturan kegiatan investasi Indonesia secara umum dan
pengaturan kegiatan investasi di wilayah hutan secara khusus. 3. Untuk mengetahui keberadaan hutan adat di Indonesia serta keterlibatan
Masyarakat Hukum Adat dalam kegiatan Investasi di dalam kawasan hutan adat.
Disamping itu, penelitian ini juga mempunyai manfaat dari segi kegunaan teoritis dan kegunaan praktis, yaitu :
1. Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan akan memberikan kontribusi pemikiran dalam
rangka mengembangkan dan memperkaya teori hukum yang sudah ada, khususnya dalam bidang ilmu hukum ekonomi dan hukum adat.
2. Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini ditujukan untuk memberikan kegunaan praktis baik bagi
masyarakat hukum adat maupun pemerintah sebagai acuan untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dalam hal keterlibatan masyarakat hukum adat tersebut
dalam kegiatan investasi di kawasan hutan adat.
D. Keaslian Penulisan
Dalam rangka meningkatkan ilmu pengetahuan yang diperoleh penulis,
maka penulis menuangkannya dalam sebuah skripsi yang berjudul “Keberadaan
Universitas Sumatera Utara
Masyarakat Hukum Adat dalam Kegiatan Investasi di Kawasan Hutan Adat Terkait dengan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 35 PUU-X 2012”.
Untuk mengetahui keaslian penulisan, penulis sebelumnya melakukan penelusuran terhadap berbagai judul skripsi yang tercatat pada katalog skripsi
departemen hukum ekonomi Fakultas Hukum USU dan tidak menemukan judul yang sama. Melalui surat tertanggal 26 Oktober 2013 yang dikeluarkan oleh
Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara menyatakan bahwa terdapat satu judul yang berkaitan, yakni “Perkawinan Menurut Ketentuan Hukum Adat Nias Dikaitkan dengan Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 Studi Kasus Hukum Adat Nias Selatan”. Meskipun
sama-sama membahas mengenai Hukum Adat namun fokus pada skripsi tersebut adalah tentang perkawinan, sedangkan fokus penulisan skripsi ini adalah tentang
masyarakat hukum adat dalam kegiatan investasi di kawasan hutan adat. Penulisan skripsi ini dimulai dengan mengumpulkan bahan-bahan yang
berkaitan dengan masyarakat hukum adat, kegiatan investasi dan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 35PUU-X2013, baik melalui literatur yang
diperoleh dari perpustakaan atau media cetak maupun media elektronik. Bila dikemudian hari ternyata terdapat judul yang sama atau telah ditulis oleh orang
lain dalam bentuk skripsi sebelum skripsi ini dibuat, maka hal itu dapat diminta pertanggungjawabannya.
E. Tinjauan Kepustakaan
Universitas Sumatera Utara
Tinjauan kepustakaan pada umumnya merupakan kumpulan teori yang dijadikan dasar dalam membuat karya tulis ilmiah. Teori adalah untuk
menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi, dan satu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang
dapat menunjukkan ketidak benarannya.
10
Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai sesuatu kasus atau
permasalahan problem yang menjadi bahan perbandingan, pegangan teoritis.
11
Berikut beberapa teori yang berkaitan dengan permbahasan : 1. Masyarakat Hukum Adat
Berdasarkan pengertian yang diberikan oleh para ahli, Soerjono Soekanto dalam bukunya menyimpulkan bahwa masyarakat merupakan suatu bentuk
kehidupan bersama, yang warganya hidup bersama untuk jangka waktu yang cukup lama, sehingga menghasilkan kebudayaan.
12
Tidak jauh berbeda dengan pendapat Soerjono Soekanto, dalam Kamus Hukum masyarakat diartikan sebagai
setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka
sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas.
13
Dari pengertian masyarakat maka kita akan beralih pada pengertian masyarakat hukum adat. Ter Haar dalam bukunya yang berjudul Beginselen en
Stelsel van het adatrecht, merumuskan masyarakat hukum adat sebagai
10
Sukiran, “Kajian Yuridis Tentang Jaminan Kepastian Hukum Bagi Investasi Asing di Indonesia”, Tesis, Ilmu Hukum, Pascasarjana USU, 2010, hlm. 34.
11
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian Bandung: Mandar Maju, 1994, hlm. 80.
12
Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1983, hlm. 91.
13
M. Marwan dan Jimmy P, Kamus Hukum Dictionary Of Law Complete Edition., Surabaya: Reality Publisher, 2009, hlm. 423.
Universitas Sumatera Utara
kelompok-kelompok teratur yang sifatnya ajek dengan pemerintahan sendiri yang memiliki benda-benda materil maupun immateril.
14
Ahli lain yang mencoba untuk memberikan batasan terhadap masyarakat hukum adat diantaranya adalah
Kusumadi Pujosewojo. Kusumadi Pujosewojo mengartikan masyarakat hukum adat sebagai masyarakat yang timbul secara spontan diwilayah tertentu, berdirinya
tidak ditetapkan atau diperintahkan oleh penguasa yang lebih tinggi atau penguasa lainnya, dengan rasa solidaritas sangat besar diantara anggota, memandang bukan
anggota masyarakat sebagai orang luar dan menggunakan wilayahnya sebagai sumber kekayaan yang hanya dapat dimanfaatkan sepenuhnya oleh anggotanya.
15
Bila merujuk pada peraturan perundang-undangan, tidak sedikit pula yang memberikan pengertian terhadap masyarakat hukum adat. Peraturan Menteri
Nomor 5 Tahun 1999 tentang Pedoman Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat yang diterbitkan Menteri Negara AgrariaKepala Badan
Pertanahan Nasional Pasal 1 ayat 3 diatur bahwa pengertian Masyarakat Hukum Adat adalah sekelompok orang yang terikat oleh tatanan hukum adatnya sebagai
warga bersama suatu persekutuan hukum karena kesamaan tempat tinggal ataupun atas dasar keturunan.
16
Selain peraturan perundang-undangan pengertian tersebut juga terdapat dalam Konvensi ILO yang menyebutkan masyarakat adat sebagai masyarakat
yang berdiam di negara-negara yang medeka dimana kondisi sosial, kultural, dan ekonominya membedakan mereka dari bagian masyarakat-masyarakat lain di
14
Soerjono Soekanto, Op. Cit. hlm. 93.
15
Ibid. hlm. 44.
16
Menteri Negara Agraria, Peraturan Nomor 5 Tahun 1999 tentang Pedoman Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat.
Universitas Sumatera Utara
Negara tersebut dan tradisi hukum adat tersebut dengan hukum dan peraturan khusus.
17
Berdasarkan pengertian diatas Husen Alting dalam bukunya berpendapat bahwa masyarakat hukum adat termasuk dalam pengertian masyarakat, namun
tidak semua masyarakat dapat digolongkan dalam pengertian masyarakat hukum adat. Masyarakat hukum adat terikat oleh tatanan hukum adat yang tumbuh dan
berkembang secara alami dalam masyarakat tersebut sehingga merupakan pencerminan jiwa masyarakat.
18
2. Investasi Dalam mewujudkan tujuan negara yang tertuang dalam pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sarana yang dipergunakan adalah
pembangunan. Pembangunan tersebut tidak mudah dilaksanakan karena modal yang dibutuhkan sangat besar. Apabila hanya
mengandalkan modal pemerintah saja, dapat dipastikan sulit untuk mencapai tujuan tersebut. Oleh karena itu, perlu dicari sumber dana lain salah satunya
adalah dengan investasi atau penanaman modal. Istilah investasi berasal dari bahasa Latin, yaitu investire yang berarti
memakai. Black Law’s Dictionary memberikan pengertian investasi sebagai berikut
19
: Investment. An expenditure to acquire property or other assets in order to
produce revenue; the asset so acquired. The placing of capital or laying out of money in a way intended to secure income and profit from its
employment. To purchase securities of a more or less permanent nature, or
17
Husen Alting, Op. Cit., hlm. 31.
18
Ibid.
19
Henry Campbell Black, Black’s Law Dictionary Abridged Fifth Edition, West Publishing Co., ST. Paul, 1983, Pg. 425.
Universitas Sumatera Utara
to place money property in business ventures or real estate, or otherwise lay it out, so that it may produce a revenue or income.
Menurut Komaruddin yang merumuskan investasi dari sudut pandang ekonomi dan memandang investasi sebagai salah satu faktor produksi disamping
faktor produksi lainnya, pengertian investasi dapat dibagi menjadi tiga, yaitu
20
: a. Suatu tindakan untuk membeli saham, obligasi, atau suatu penyertaan
lainnya; b. Suatu tindakan membeli barang-barang modal;
c. Pemanfaatan dana yang tersedia untuk produksi dengan pendapatan dimasa datang.
Ana Rokhmatuss’adyah dan Suratman dalam bukunya berpendapat secara umum investasi atau penanaman modal dapat diartikan sebagai suatu kegiatan
yang dilakukan baik oleh orang pribadi natural person maupun badan hukum juridical person dalam upaya untuk meningkatkan danatau mempertahankan
nilai modalnya, baik yang berbrntuk uang tunai cash money, peralatan equipment, asset tidak bergerak, hak atas kekayaan intelektual, maupun
keahlian.
21
Menurut Salim HS dan Budi dalam buku Hukum Investasi di Indonesia mengartikan investai adalah penanaman modal yang dilakukan oleh
investor, baik investor asing maupun domestik dalam berbagai bidang usaha yang terbuka untuk investasi, dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan.
22
20
Dhaniswara K. Harjono, Hukum Penanaman Modal Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007, hlm. 122.
21
Ana Rokhmatussa’dyah dan Suratman, Hukum Investasi dan Pasar Modal Jakarta: Sinar Grafika, 2010, hlm. 3.
22
Salim H. S. dan Budi, Hukum Investasi di Indonesia Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007, hlm. 31.
Universitas Sumatera Utara
Pengertian tersebut tidak jauh berbeda dengan pengertian yang diberikan oleh Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yang
selanjutnya disebut Undang-Undang Penanaman Modal dalam Pasal 1 Angka 1 Penanaman Modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh
penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia. Dari pendefinisian tersebut dapat dicermati bahwa legal drafter
membagi penanaman modal dengan penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri bila ditinjau dari segi subjeknya.
Beberapa ahli berpendapat bahwa penanaman modal pada hakikatnya dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu investasi langsung direct investment
dan investasi tidak langsung indirect investment
23
. Investasi secara langsung identik denagan keterlibatan secara langsung dari pemilik modal dalam kegiatan
pengelolaan modal, sedangkan investasi tidak langsung umumnya merupakan penanaman modal jangka pendek yang mencakup kegiatan transaksi di pasar
modal dan di pasar uang. Kehadiran Investor merupakan hal yang cukup berpengaruh dalam
pembangunan nasional atau tepatnya dalam menggerakkan roda perekonomian yang sedang dilakukan oleh pemerintah. Sebagaimana yang dikemukakan oleh
John J.O Ilhalauw
24
: “bagi negara-negara yang sedang berkembang, khususnya Indonesia,
masuknya modal asing tidak perlu menyebabkan rasa malu atau rendah diri. Yang penting ialah bahwa adanya semacam ikatan moral sehingga
modal asing
itu benar-benar
dipergunakan untuk kepentingan
23
Dhaniswara K. Harjono, Hukum Penanaman Modal, Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2007, Hlm. 11.
24
Sentosa Sembiring, Hukum Investasi Pembahasan dilengkapi dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Bandung: CV Nuansa Aulia, 2009, Hlm. 44.
Universitas Sumatera Utara
pembangungan Negara yang bersangkutan semi kepentingan semua pihak.”
3. Hutan Adat Hutan sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang
dianugerahkan kepada bangsa Indonesia merupakan kekayaan yang dikuasai oleh negara, memberi manfaat serba guna bagi umat manusia, karenanya wajib
disyukuri, diurus, dan dimanfaatkan secara optimal, serta dijaga kelestariannya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, bagi generasi sekarang maupun
generasi mendatang. Patron hukum mengenai hutan di Indonesia adalah Undang-Undang
Kehutaan. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang diominasi pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
25
Undang- Undang Kehutanan mengemukakan bahwa semua hutan termasuk kekayaan di
dalamnya dikuasai oleh negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Berdasarkan statusnya hutan dibedakan menjadi hutan hak dan hutan negara.
26
Disebut hutan hak apabila hutan itu tumbuh atau berada di atas tanah yang dibebani suatu hak atas tanah. Sebaliknya akan disebut hutan negara apabila hutan
itu tumbuh atau berada di atas tanah yang tidak dibebani suatu hak atas tanah. Adapun wilayah masyarakat hukum adat yang berupa hutan diklasifikasikan
sebagai hutan negara. Dengan demikian, hutan negara dapat berupa hutan adat.
25
Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, Bab I, Pasal 1 angka 2.
26
Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, Bab II, Pasal 5 ayat 1.
Universitas Sumatera Utara
Hutan adat secara langung didefinisikan sebagai hutan negara yang tumbuh di atas tanah dalam wilayah masyarakat hukum adat. Suatu hutan dapat
ditetapkan sebagai hutan adat sepanjang faktanya masyarakat hukum yang bersangkutan masih ada dan keberadaannya mendapat pengakuan oleh
pemerintah.
27
F. Metode Penulisan