Hak-Hak Tradisional Masyarakat Hukum Adat

prinsip penyelesaian masalah masyarakat hukum adat dengan pihak-pihak terkait, serta pembentukan rancangan undang-undang tentang hak masyarakat hukum adat merupakan komitmen politik Pemerintah. Komitment politik ini telah dan sedang ditindaklanjuti oleh Menteri Sosial, yang berdasar Keputusan Presiden Nomor 111 Tahun 1999 mempunyai tugas pokok dalam penanganan salah satu bagian dari masyarakat hukum adat , yaitu komunitas adat terpencil KAT.

B. Hak-Hak Tradisional Masyarakat Hukum Adat

Pembahasan mengenai hak masyarakat hukum adat masih sangat kompleks. Pada dasarnya hubungan masyarakat adat dengan sumber daya alam, lingkungan atau wilayah kehidupannya lebih tepat dikategorikan sebagai hubugan kewajiban daripada hak. Hubungan tersebut baru dikategorikan sebagai hak bila mereka berhubungan dengan pihak luar, baik itu komunitas lain, pengusaha bahkan dengan pemerintah. Ketika berhubungan dengan pihak luar, maka konsepsi tentang hak kemudian menjadi sesuatu yang bermuatan politis yang diperebutkan sekaligus menjadi objek peraturan di dalam hukum. Sebelum memaparkan mengenai hak-hak tradisional masyarakat hukum adat, terdapat hak yang berkaitan yakni hak-hak Konstitusional Masyarakat Hukum Adat. Hak-hak konstitusional masyarakat hukum adat menurut Komisi Hak Asasi Manusia dan Konvensi International Labour Organization ILO Tahun 1986 meliputi 76 : 76 Kepaniteraan dan Sekretariat Jendral Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia., Aktualisasi Masyarakat Hukum Adat MHA: Perspektif Hukum dan Keadilan terkait dengan status MHA dan Hak-Hak Konstitusionalnya, Pusat Penelitian dan Pengkajian Perkara, Universitas Sumatera Utara 1. Hak untuk menentukan nasib sendiri; 2. Hak untuk turut serta dalam pemerintahan; 3. Hak atas pangan, kesehatan, habitat dan keamanan ekonomi; 4. Hak atas pendidikan; 5. Hak atas pekerjaan; 6. Hak anak; 7. Hak pekerja; 8. Hak minoritas dan masyarakat hukum adat; 9. Hak atas tanah; 10. Hak atas persamaan; 11. Hak atas perlindungan lingkungan; 12. Hak atas administrasi pemerintahan yang baik; 13. Hak atas penegakan hukum yang adil. Hak atas tanah dan sumber daya alam merupakan salah satu hak paling penting bagi masyarakat adat sebab keberadaan hak tersebut menjadi salah satu ukuran keberadaaan suatu komunitas masyarakat adat. Oleh karena itu, di dalam deklarasi PBB tentang hak-hak masyarakat adat, persoalan hak atas tanah dan sumber daya alam ini diatur : Pasal 26 ayat 1 “Mayarakat adat memiliki hak atas tanah-tanah, wilayah-wilayah dan sumber daya-sumber daya yang mereka miliki atau duduki secara tradisional atau Pengelolaan Teknologi Informasi dan Komunikasi Kepaniteraan dan Sekretariat Jendral Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia 2012. http:www.mahkamahkonstitusi.go.idpubliccontentinfoumumpenelitianpdf2- Penelitian20MHA-upload.pdf diakses tanggal 14 Februari 2014 Universitas Sumatera Utara sebaliknya tanah-tanah, wilayah-wilayah dan sumber daya-sumber daya yang telah digunakan atau yang telah didapatkan Pasal 26 ayat 1 Deklarasi PBB tentang Hak-Hak Masyarakat Adat” Pasal 26 ayat 2 “Mayarakat adat memiliki hak untuk memiliki, menggunakan, mengembangkan dan mengontrol tanah-tanah, wilayah-wilayah dan sumber daya-sumber daya yang mereka atas dasar kepemilikan tradisional atau penempatan dan pemanfaatan secara tradisional lainnya, juga tanah-tanah, wilayah-wilayah dan sumber daya- sumber daya yang dimiliki dengan cara lain Pasal 26 ayat 2 Deklarasi PBB tentang Hak-Hak Masyarakat Adat” Sedangkan Abdon Nababan menyebutkan dari sekian banyak kategori hak yang berhubungan dengan masyarakat adat, setidaknya ada empat hak masyarakat adat yang paling sering disuarakan, antara lain 77 : 1. Hak untuk “menguasai” memiliki, mengendalikan dan mengelola menjada, memanfaatkan tanah dan sumber daya alam di wilayah adatnya; 2. Hak untuk mengatur diri sendiri sesuai dengan hukum adat termasuk peradilan adat dan aturan-aturan adat yang disepakati bersama oleh masyarakat adat; 3. Hak untuk mengurus diri sendiri berdasarkan sistem kepengurusankelembagaan adat; 77 Yance Arizona., Satu Dekade Legislasi MAsyarakat adat: Trend Legislasi Nasional tentang Keberadaan dan Hak-Hak Masyarakat Adat atas Sumber Daya Alam di Indonesia 1999- 2009. Kertas Kerja Epistema No. 072010. Lihat http:epistema.or.idwp- contentuploads201201Working_Paper_Epistema_Institute_07-2010.pdf diakses pada 14 Februari 2014 Universitas Sumatera Utara 4. Hak atas identitas, budaya, sistem kepercayaan agama, sistim pengetahuan kearifan dan bahasa asli. Tabel 1. Hak-hak Masyarakat Hukum Adat berdasarkan Undang-Undang No. Peraturan Hak-hak Masyarakat Adat 1 Undang-Undang Pemerintahan Daerah Hak-hak trasisional masyarakat hukum adat 2 Undang-Undang Hak Asasi Manusia a. Pengakuan dan perlindungan lebih berkenaan dengan kekhususannya. b. Identitas budaya masyarakat hukum adat, termasuk hak atas tanah ulayat. 3 Undang-Undang Kehutanan a. Hak atas hutan adat b. Mengelola kawasan untuk tujuan khusus c. Melakukan pemungutan hasil hutan untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari masyarakat adat yang bersangkutan d. Melakukan kegiatan pengelolaan hutan berdasarkan hukum adat yang berlaku dan tidak bertentangan dengan undng- undang e. Mendapatkan pemberdayaan salam rangka meningkatkan kesejahteraannya 4 Undang-Undang Sumber Daya Air Hak Ulayat. Hak ulayat dianggap masih ada apabila memenuhi tiga unsur: a. Unsur masyarakat adat b. Unsur wilayah c. Unsur hubungan antara masyarakat tersebut dengan wilayahnya Universitas Sumatera Utara 5 Undang-Undang Perkebunan Masyarakat adat berhak memperoleh ganti rugi hak atas tanah mereka yang digunakan untuk konsesi perkebunan 6 Undang-Undang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Hak-hak masyarakat adat, masyarakat tradisional, dan kearifan lokal atas wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang telah dimanfaatkan secara turun-temurun. Diberikan dalam bentuk hak pengusahaan perairan pesisir HP-3 7 Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Keberadaan masyarakat adat, kearifan lokal, dan hak-hak masyarakat adat dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup Mengenai fungsi hak-hak tradisional Moh. Koesnoe mengemukakan terdapat empat fungsi yang berkaitan dengan hak-hak tradisional dalam persekutuan masyarakat hukum pedesan adat berkenaan dengan menjaga tata harmoni antara masyarakat dengan tata semesta meliputi : Fungsi pemerintahan, Fungsi pemeliharaan roh, Fungsi pemeliharaan agama, dan fungsi pembinaan hukum adat. 78 Konstitusi tidak menjelaskan hak-hak apa saja yang harus dipenuhi negara terhadap masyarakat adat. Di dalam konstitusi hak tersebut diistilahkan dengan hak-hak tradisional masyarakat hukum adat. Sampai saat ini belum ada penjelasan yang memadai untuk menjelaskan apa saja yang digolongkan menjadi hak-hak 78 Irfan Nur Rahman, et.al., Dasar Pertimbangan Yuridis Kedudukan Hukum Legal Standing Kesatuan Masyarakat Hukum Adat dalam Proses Pengujian Undang-Undang di Mahkamah Konstitusi. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengkajian Kepaniteraan dan Sekretariat Jendral Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, 2011, hlm. 4. Universitas Sumatera Utara tradisional masyarakat hukum adat. Diseluruh peraturan perundang-undang yang ada hanya menyalin saja rumusan hak-hak tradisional masyarakat hukum adat di dalam konstitusi tanpa memberikan penjelasan. Mahyuni berpendapat hak-hak tradisional adalah hak-hak yang tercipta dari, oleh dan untuk masyarakat dalam lingkup dan batas kehidupan masyarakat yang bersangkutan sebagai warisan dari para leluhur mereka guna mempertahankan kehidupan secara alami dan berkesinambungan. Prinsip yang terkandung di dalam hak-hak tradisional dimaksud adalah hak untuk mempertahankan hidup secara biologis, sosial, nilai-nilai budaya maupun kepercayaan yang mereka. 79 Sedangkan Mahkamah Konstitusi memberikan pengertian hak-hak tradisional sebagai hak-hak khusus atau istimewa yang melekat dan dimiliki oleh suatu komunitas masyarakat atas adanya kesamaan asal- usul geneologis, kesamaan wilayah, dan obyek-obyek adat lainnya, hak atas tanah ulayat, sungai, hutan dan dipraktekan dalam masyarakatnya. 80 Hak-hak tradisional yang merupakan hak undirogable rights yang diberikan oleh konstitusi kepada masyarakat hukum adat di daerah belum memperoleh pengakuan dan perlindungan dari negara, karena kewenangan daerah tidak sepenuhnya diberikan oleh pemerintah pusat. Berikut ini adalah beberapa 79 Mahyuni, “Pengakuan Dan Penghormatan Negara Terhadap Masyarakat Adat Serta Hak-Hak Tradisionalnya di Provinsi Kalimantan Selatan”. Makalah. http:mahyunish.blogspot.com201309makalah-pengakuan-dan-penghormatan.html diakses tanggal 14 Februari 2014 80 Kepaniteraan dan Sekretariat Jendral Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia., Loc.Cit. Universitas Sumatera Utara Hak-hak tradisional masyarakat hukum adat di Indonesia yang keberadaannya ditetapkan dalam beberapa peraturan perundangan 81 : 1. Hak pengelolaan dan pemanfaatan hutan Terkait dengan masalah hutan adat di dalam Undang-Undang Kehutanan dijelaskan bahwa Hutan negara ialah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak-hak atas tanah menurut UUPA, termasuk di dalamnya hutan-hutan yang sebelumnya dikuasai masyarakat hukum adat yang disebut hutan ulayat, hutan marga, atau sebutan lainnya. Dimasukkannya hutan-hutan yang dikuasai oleh masyarakat hukum adat dalam pengertian hutan negara, adalah sebagai konsekuensi adanya hak menguasai dan mengurus oleh negara sebagai organisasi keluasaan seluruh rakyat dalam prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan demikian masyarakat hukum adat sepanjang menurut kenyataannya masih ada dan diakui keberadaannya, dapat melakukan kegiatan pengelolaan hutan dan pemungutan hasil hutan. 2. Hak ulayat dan penguasaan tanah ulayat Hak ulayat masyarakat hukum adat atas sumber daya air sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dalam Pasal 6 ayat 3 tetap diakui sepanjang masih ada dimana penguasaan negara atas sumber daya air tersebut diselenggarakan oleh Pemerintah danatau pemerintah daerah dengan tetap mengakui dan mengormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya, seperti hak ulayat masyarakat hukum adat setempat dan hak-hak yang serupa dengan itu, sepanjang 81 Ibid. Universitas Sumatera Utara masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia. 3. Hak pengelolaan atas ladang atau perkebunan Pengelolaan hak atas tanah untuk usaha perkebunan sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan tetap harus memperhatikan hak ulayat masyarakat hukum adat, sepanjang menurut kenyataannya masih ada dan tidak bertentangan dengan hukum yang lebih tinggi serta kepentingan nasional. 4. Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup Dalam hal perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup diatur dalam Pasal 63 ayat 1 huruf t yang berbunyi Pemerintah bertugas san berwenang untuk menetapkan kebijakan mengenai tata cara pengakuan keberadaan masyarakat hukum adat, kearifan lokal, dan hak masyarakat hukum adat yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Kemudian di dalam Pasal 63 ayat 2 huruf n juga dinyatakan bahwa Pemerintah Provinsi bertugas dan berwenang untuk menetapkan kebijakan mengenai tata cara pengakuan keberadaan masyarakat hukum adat, kearifan lokal, dan hak masyarakat hukum adat yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pada tingkat provinsi. Di tingkat KabupatenKota sebagaimana lingkungan hidup pada tingkat provinsi. Di tingkat KabupatenKota sebagaimana yang diatur dalam Pasal 63 ayat 3 huruf k bahwa Pemerintah KabupatenKota berugas dan berwenang untuk melaksanakan kebijakan mengenai tata cara pengelolaan lingkungan hidup pada tingkat KabupatenKota. Universitas Sumatera Utara 5. Pengelolaan wilayah pesisir Pasal 61 ayat 1 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan wilayah Pesisir dan Pualu-Pulau Kecil menyatakan bahwa Pemerintah mengakui, menghormati, dan melindungi hak-hak masyarakat tradisional, dan kearifan lokal atas wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang telah dimanfaatkan secara turun-temurun. Hak-hak tradisional sebagaimana diatur dalam beberapa undang-undang sejatinya adalah merupakan hak konstitusional juga karena pengakuan terhadap hak-hak tradisional itu disebutkan dalam konstitusi, sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 18 ayat 2 UUD 1945 yang menyatakan, “Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisonalnya…”. Oleh karena itu semua hak tradisional masyarakat hukum adat sekaligus merupakan hak konstutusional Dalam perkembangannya, hak-hak tradisional masyarakat hukum adat yang ada berpotensi dilanggar. Oleh karena itu, kesatuan masyarakat hukum adat dapat menjadi Pemohon sepanjang memenuhi syarata yang ditentukan dalam UUD 1945 maupun undang-undnag lain. Selanjutnya Mahkamah berpendapat bahwa suatu kesatuan masyarakat hukum ada beserta hak-hak tradisionalnya sesuai dengan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia apabila kesatuan masyarakat hukum adat tersebut tidak mengganggu eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai sebuah kesatuan politik dan kesatuan hukum, yaitu : a. Keberadaannya tidak mengancam kedaulatan dan integritas Negara Kesatuan Republik Indonesia; Universitas Sumatera Utara b. Substansi norma hukum adatnya sesuai dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-perundangan. Berikut akan dipaparkan hak-hak tradisional masyarakat hukum adat yang dikelompokaan atas dua, yakni hak atas tanah masyarakat hukum adat dan hak diluar hak atas tanah masyarakat hukum adat : 1. Hak Atas Tanah Masyarakat Hukum Adat Tanah mempunyai kedudukan yang penting bagi masyarakat hukum adat. Hal itu dikarenakan tanah merupakan satu-satunya benda kekayaan yang meskipun mengalami keadaan yang bagaimanapun akan tetap dalam keadaan semula, malah kadang-kadang menjadi lebih menguntungkan dari segi ekonomis umpamanya : sebidang tanah itu dibakar, diatasnya dijatuhkan bom-bom, tentu tanah tersebut tidak akan lenyap; setelah api padam ataupun setelah pemboman selesai sebidang tanah tersebut, akan muncul kembali, tetap berwujud tanah seperti semula. Kalau dilanda banjir, misalnya setelah airnya surut, tanah muncul kembali sebagai sebidang tanah yang lebih subur dari semula. Selain daripada itu, tanah juga merupakan tempat tinggal keluarga dan masyarakat, tempat mencari nafkah, sekaligus merupakan tempat dimana masyarakat yang meninggal dunia dikuburkan. Sesuai dengan kepercayaan pula merupakan tempat tinggal dewa-dewa pelindung dan tempat roh para leluhur bersemayam. Masyarakat hukum adat sebagai kesatuan dengan tanah yang didudukinya memiliki hubungan yang sangat erat. Hubungan tersebut bersumber pada pandangan yang bersifat religius magis. Hubungan yang bersifat religius magis ini Universitas Sumatera Utara menyebabkan masyarakat hukum memperoleh hak untuk menguasai tanah tersebut, memanfaatkan tanah itu, memungut hasil dari tumbuh-tumbuhan yang hidup di atas tanah itu, juga berburu terhadap binatang-binatang yang hidup di situ. Hak masyarakat hukum adat atas tanah itu disebut hak pertuanan atau hak ulayat, dan dalam literature hak ini oleh Van Vollenhoven disebut beschikkingsrecht. 82 Menurut Bushar Muhammad, istilah beschikkingsrecht dalam bahasa Indonesia merupakan suatu pengertian yang baru. Hal tersebut karena dalam bahasa Indonesia dan dalam bahasa daerah-daerah semua istilah yang dipergunakan mengandung pengertian lingkungan kekuasaan, sedangkan beschikkingsrecht itu menggambarkan tentang hubungan antara masyarakat hukum dan tanah itu sendiri. Kini lazimnya dipergunakan istilah hak ulayat sebagai terjemahan beschikkingsrecht. Beschikkingsrecht ataupun hak ulayat berlaku ke luar dan ke dalam 83 . Berlaku keluar, karena bukan waga masyarakat hukum pada prinsipnya tidak diperbolehkan turut mengenyammenggarap tanah yang merupakan wilayah kekuasaan persekutuan yang bersangkutan; hanya dengan seizin persekutuan karena serta setelah membayar pancang, uang pemasukan Aceh, mesi Jawa dan kemudian memberikan ganti rugi, orang luar bukan warga persekutuan masyarakat-hukum dapat memperoleh kesempatan untuk turut serta menggunakan tanah wilayah persekutuan atau masyarakat hukum. Berlaku kedalam, karena persekutuan sebagai suatu persekutuan yang berarti semua warga 82 Bushar Muhammad, Pokok-Pokok Hukum Adat Jakarta: PT Pradnya Paramita, 1981, hlm. 103. 83 Ibid, hlm. 104. Universitas Sumatera Utara persekutuan bersama-sama sebagai satu keseluruhan melakukan hak ulayat dimaksud dengan memetik hasil dari tanah beserta segala tumbuh-tumbuhan dan bindatang lain yang hidup diatasnya. Hak persekutuan ini pada hakekatnya membatasi kebebasan usaha atau kebebasan gerak para warga persekutuan sebagai perseorangan. Pembatasan ini dilakukan demi kepentingan persekutuan. Antara hak persekutuan ini hak ulayat dan hak para warganya masing- masing hak individu ada hubungan timbal balik yang saling mengisi. Artinya lebih intensif hubungan antara individu, warga persekutuan, dengan tanah yang bersangkutan, maka lebih kuranglah kekuatan berlakunya hak ulayat persekutuan terhadap tanah dimaksud; tetapi sebaliknya apabila hubungan individu dengan tanah tersebut, menjadi makin lama makin kabur, karena misalnya tanah itu kemudian tidak atau kurang dipeliharany, maka tanah dimaksud kembali lambat laun masuk ke dalam kekuasaan hak ulayat persekutuan. Jadi hubungan atau interrelasi antara hak ulayat dan hak individu satu sama lain adalah dalam keadaan gembung dan mengempis, tergantung pada intensitas penggarapan pengerjaan tanah oleh individu. Bushar Muhammad dalam bukunya menyatakan bahwa terdapat empat hal yang menjadi objek hak ulayat, yakni : tanah daratan; air perairan seperti misalnya: kali, danau, pantai bersama perairannya; tumbuh-tumbuhan yang hidup secara liat pohon buah-buahan, pohon untuk kayu pertukangan atau kayu bakar, dan sebagainya; dan binatang liar yang hidup bebas dalam hutan. Universitas Sumatera Utara Persekutuan masyarakat hukum adat dalam memelihara dan mempertahankan hak ulayat dilakukan dengan cara 84 : a. Persekutuan berusaha meletakkan batas-batas di sekeliling wilayah kekuasaannya itu. Tetapi usaha ini lazimnya tidak dapat diselenggarakan secara sempurna, lebih-lebih apabila masyarakat persekutuan tersebut, tempat tinggalnya tersebar dalam pendukuhan- pendukuhan kecil atau apabila daerah persekutuan tersebut, meliputi tanah-tanah kosong yang luas. b. Menunjuk pejabat-pejabat tertentu yang khusus bertugas mengawasi wilayah kekuasaan persekutuan yang bersangkutan. Petugas-petugas itu sering disebut jarring Minangkabau, teterusan Minahasa, kepala kewang Ambon, lelipis lembukit Bali. Disamping petugas khusus ini, biasanya diadakan pula patrol perbatasan. c. Dilakukannya surat-surat pikukuh atupun piagam yang dikeluarkan oleh raja-raja dahulu, yang dikeluarkan sebagai keputusan hakim- hakim kerajaan ataupun hakim-hakim pemerintah kolonial Belanda dahulu atau oleh pejabat-pejabat pamong praja lainnya yang berwenang. Wilayah kekuasaan beschikkingebied persekutuan itu adalah milik persekutuan yang pada asasnya bersifat tetap, artinya perpindahan hak milik atas wilayah ini adalah tidak diperbolehkan. Dalam kenyataannya terdapat 84 Ibid., Hlm. 105 Universitas Sumatera Utara pengecualian-pengecualian, oleh karenanya di atas tadi ditegaskan pada dasarnya bersifat tetap. 85 2. Hak Lain diluar Hak Atas Tanah Menurut Teuku Djuned, setiap persekutuan masyarakat hukum adat mempunyai kewenangan hak asal usul, yang berupa kewenangan dan hak-hak 86 : a. Menjalankan sistem pemerintahan sendiri, b. Menguasai dan mengelola sumberdaya alam dalam wilayahnya terutama untuk kemanfaatan warganya, c. Bertindak ke dalam mengatur dan mengurus warga serta lingkungannya. Ke luar bertindak atas nama persekutuan sebagai badan hukum, d. Hak ikut serta dalam setiap transaksi yang menyangkut lingkungannya, e. Hak membentuk adat, f. Hak menyelenggarakan sejenis peradilan. Hak masyarakat hukum adat dalam bidang ekonomi menarik untuk dicermati mengingat bahwa masyarakat hukum adat Indonesia merupakan negara yang multikultural. Keanekaragaman budaya, ras, maupun agama menyebabkan munculnya pluralisme hukum. Dalam konteks ini, pluralisme hukum yang dimaksud adalah hukum nasional dan hukum adat yang berlaku di masing-masing wilayah adat. Ironisnya, hak-hak yang berlaku pada masyarakat sering kali terkikis oleh adanya pemberlakuan hukum negara yang tidak jarang mengabaikan hak-hak kaum adat hukum adat. Hal ini disebabkan karakteristik hukum negara yang sentralistik dan memaksa. Ideologi pembangunan seperti ini dikenal sebagai 85 Ibid. 86 Taqwaddin, Op.Cit., hlm. 38. Universitas Sumatera Utara the ideology of legal centralism, seperti yang digunakan oleh Griffiths 87 : “Law is and should be the law of the state, uniform for all persons, exclusive of all the law, and administered by a single set of state institutions.” Adanya model pembangunan hukum yang seperti ini sentralistik merupakan pengingkaran terhadap pluralisme hukum. Hal ini dapat dilihat dari ruang yang diberikan terhadap hukum adat di dalam hukum nasional kurang proposional. Implikasinya, produk-produk hukum Negara state law tidak member ruang bagi pengakuan dan perlinfungan atas kepentingan masyarakat lokal adat. Salah satu contohnya adalah pengaturan dalam hukum agrarian. Secara teoritis, UUPA dikatakan berdasarkan hukum adat, akan tetapi dalam konteks tersebut yang dikatakan “hukum adat” adalah hukum adat yangtidak bertentangan dengan dengan hukum nasional. Jadi, jika terdapat hukum adat yang bertentangan dengan orientasi hukum nasional sering kali hal ini dianggap menghambat proses pembangunan terutama pembangungan ekonomi. 87 I Nyoman Nurjaya, “Antropologi Hukum: Tema Kajian, Metodologi, Dan Penggunaannya Untuk Memahami Fenomena Hukum Di Indonesia”, Makalah. Dipresentasikan dalam Serial Kuliah Tamu dengan Tema: Kajian Hukum, Politik dan Organisasi Sosial dalam Tinjauan Antropologi, diselenggarakan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya pada tanggal 6 April 2013. Hlm. 15. Universitas Sumatera Utara BAB III PENGATURAN KEGIATAN INVESTASI YANG BERADA DI WILAYAH HUTAN A. Pengaturan Umum Kegiatan Investasi di Indonesia 1. Dasar hukum kegiatan investasi di Indonesia Hal yang paling penting bagi suatu negara jika ingin menarik investor, ialah menciptakan iklim investasi yang kondusif. A.F. Elly Erawaty mengungkapkan terdapat tiga faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan penciptaan iklim investasi yang ‘favourable’ ketiga hal tersebut adalah 88 : a. Faktor Industrial dan Kebijakan. Langkah pertama yang dilakukan oleh seorang jika menanamkan modal di suatu negara khususnya negara berkembang, mempelajari secara rinci tentang negara tersebut, antara lain stabilitas politiknya, kebijakan ekonomi terutama terhadap investor asing. b. Faktor Infrastruktur. Dalam hal ini yang diperhatikan adalah tersedianya fasilitas fisik. Termasuk disini adalah jaringan transportasi, listrik, telekomunikasi, dan air bersih. c. Faktor Hukum dan Perundang-undangan. Dalam hal ini dapat dilihat dalam aspek nasional artinya ketentuan hukum yang substantif dapat mempengaruhi minat investor asing dalam menanamkan modalnya. Aspek internasional. Artinya kadidah-kaidah hukum internasional pun dapat mempengaruhi minat investor asing untuk menanamkan modalnya. Selain aspek substansi hukum dan perundang-undangan tersebut, aspek pelaksanaan dan penegakannya pun 88 Sentosa Sembiring, Op.Cit., hlm. 62. Universitas Sumatera Utara juga merupakan salah satu faktor yang menjadi pertimbangan para investor asing. Maksudnya, pelaksanaan dan penegakkan hukum yang konsisten dan tidak mudah berubah-ubah serta dapat diperkirakan sebelumnya oleh investor, merupakan penarik yang juga amat penting bagi para investor asing. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sumantoro 89 , dalam rangka lebih mendapatkan iklim penanaman modal yang lebih menarik, penyelenggaraan pengaturan hukum dan perundang-undangan di bidang penanaman modal dan peraturan-peraturan yang mempunyai keterkaitan dengan penanaman modal secara mantap, lengkap dan memberi kepastian berikut ketentuan-ketentuan pelaksanaannya yang efektif sangat memegang peranan penting. Salah satu yang menghambat iklim investasi adalah terletak pada tidak tepatnya penyelenggaraan kebijakan dan peraturan di bidang penanaman modal, sehingga banyak menimbulkan kecemasan dan rasa tidak menentu bagi penanam modal. Hal yang harus diperhatikan dalam rangka mempromosikan Indonesia sebagai salah satu negara tujuan investasi yang kompetitif dibandingkan dengan negara lain, memberikan jaminan adanya kepastian hukum berinvestasi di negeri ini. Jaminan kepastian hukum yang dimaksud tidak semata-mata adanya undang- undang yang berkaitan dengan investasi, akan tetapi bagaimana pelaksanaan undang-undang tersebut dan kontrak atau perjanjian yang telah disepakati antara investor dengan pemerintah dapat dilaksanakan secara konsisten, proses peradilan dan pelaksanaan putusan badan peradilan dilakukan secara fair. 90 89 Ibid, hlm. 64. 90 Ibid, hlm. 70. Universitas Sumatera Utara Erman Rajagukguk mengemukakan, faktor utama bagi hukum untuk dapat berperan dalam pembangunan ekonomi adalah apakah hukum mampu menciptakan stability, predictability, dan fairness. 91 Termasuk dalam fungsi stabilitas stability adalah potensi hukum untuk menyeimbangkan dan mengakomodasi kepentingan-kepentingan yang saling bersaing. Kebutuhan hukum untuk meramalkan predictability akibat dari langkah-langkah yang diambil khususnya penting bagi negeri yang sebagian besar rakyatnya untuk pertama kali memasuki hubungan-hubungan ekonomi melampaui lingkungan sosial yang tradisional. Aspek keadilan fairness, seperti perlakuan yang sama dan standar pola tingkah laku pemerintah adalah perlu untuk menjaga mekanisme pasar dan mencegah birokrasi yang berlebihan. Hukum atau tepatnya undang-undang seringkali hanya dilihat dari segi formal belaka tanpa memperhatikan apa makna yang dikandung peraturan tersebut. Berkaitan dengan hal ini, Lawrence M. Friedman mengatakan, ada dua cara berbeda untuk melihat hukum yakni, pertama hukum dilihat sebagai produk pemerintah yang resmi berupa undang-undang, kedua ialah menggungakan pendekatan yang lebih luas dan melihat hukum sebagai kontrol sosial yang menyeluruh. 92 Undang-Undang Penanaman Modal harus memperhatikan berbagai kepentingan yang terkait dengan investasi artinya, harus benar-benar mencerminkan kondisi di lapangan. Sebab jika tidak undang-undang tersebut akan mengalami hambatan dalam pelaksanaannya. Sebagaimana yang diungkapkan 91 Ibid, hlm. 71. 92 Ibid. Universitas Sumatera Utara oleh Sumantoro, semakin lengkap peraturan perundang-undangan dan ketentuan pelaksanaannya akan semakin memberi kepastian usaha penanaman modal dan pada akhirnya akan memberi keuntungan kepada negara penerima modal. 93 Saat ini yang menjadi hukum positif bagi penanaman modal Indonesia adalah Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penananaman Modal yang selanjutnya disebut Undang-Undang Penanaman Modal. Untuk memahami secara utuh apa yang terkandung didalamnya, diperlukan pemahaman terhadap latar belakang lahirnya undang-undang tersebut. Jika dicermati secara seksama lahirnya undang-undang penanaman modal memang tidak dapat dilepaskan dari perkembangan masyarakat khususnya komunitas pebisnis yang demikian dinamis, baik di dalam negeri maupun di dunia internasional, terlebih lagi era masa kini yang lebih dikenal sebagai era globalisasi, arus perputaran modal pun demikian cepat dari satu tempat ke tempat lain. Dengan kata lain, dimana ada peluang di situlah modal berhenti. Hal itu tercermin, dari pertimbangan diterbitkannya undang-undang penanaman modal. Dalam konsideran atau pertimbangan disebutkan bahwa untuk mempercepat pembangunan ekonomi nasional dan mewujudkan kedaulatan politik dan ekonomi menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan modal yang berasal baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri; bahwa dalam menghadapi perubahan perekonomian global dan keikutsertaan Indonesia dalam berbagai kerja sama internasional perlu diciptakan iklim penanaman modal yang kondusif, promotif, memberikan kepastian hukum, 93 Ibid, hlm. 73. Universitas Sumatera Utara keadilan, dan efisien dengan tetap memperhatikan kepentingan ekonomi nasional. 94 Secara sistematika Undang-Undang Penanaman Modal terdiri dari 18 delapan belas BAB dan 40 empat puluh Pasal. Undang-Undang Penanaman Modal mendefenisikan penanaman modal sebagai segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia. 95 Dari definisi tersebut dapat dikelompokan bahwa penanaman modal terbagi atas dua, yakni penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing. Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri. 96 Sedangkan penanaman modal asing diartikan sebagai kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha diwilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri. 97 Kedua pengertian tersebut memunculkan dua jenis modal berdasarkan asal yang berbeda yakni modal asing dan modal dalam negeri. 94 Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Konsideran, butir c dan d. 95 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Bab 1, Pasal 1 Angka 1. 96 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Bab 1, Pasal 1 Angka 2. 97 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Bab 1, Pasal 1 Angka 3. Universitas Sumatera Utara Pengertian modal menurut Undang-Undang Penanaman Modal adalah aset dalam bentuk uang atau bentuk lain yang bukan uang yang dimiliki oleh penanam modal yang mempunyai nilai ekonomis. Modal dalam negeri adalah modal yang dimiliki oleh Negara Republik Indonesia, perseorangan warga negara Indonesia, atau badan usaha yang berbentuk badan hukum atau tidak berbadan hukum. 98 Sementara modal asing adalah modal yang dimiliki oleh negara asing, perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, badan hukum asing, danatau badan hukum Indonesia yang sebagian atau seluruh modalnya oleh pihak asing. 99 Menurut Sunaryati Hartono, yang menjadi ukuran apakah sesuatu termasuk modal asing atau bukan adalah sebagai berikut 100 : a. Dalam hal valuta asing : apakah valuta asing itu merupakan bagian dari kekayaan devisa atau tidak. b. Dalam hal alat-alat atau keahlian : apakah alat, barang atau keahlian tertentu itu merupakan milik asing atau tidak. Demi terselenggaranya penjaminan atas kepastian hukum maka Undang- Undang Penanaman Modal mencantumkan sejumlah asas. Tepatnya dalam Pasal 3 ayat 1 beserta penjelasannya disebutkan sejumlah asas dalm penanaman modal yakni : a. Kepastian Hukum. Yang dimaksud dengan ‘asas kepastian hukum’ adalah asas dalam Negara hukum yang meletakkan hukum dan ketentuan 98 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Bab 1, Pasal 1 Angka 9. 99 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Bab 1, Pasal 1 Angka 8. 100 Dhaniswara K. Harjono, Op. Cit., hlm. 126. Universitas Sumatera Utara peraturan perundang-undangan sebagai dasar dalam setiap kebijakan dan tindakan dalam bidang penanaman modal. b. Keterbukaan. Yang dimaksud dengan ‘asas keterbukaan’ adalah asas yang terbuka terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang kegiatan penanaman modal. c. Akuntabilitas. Yang dimaksud dengan ‘asas akuntabilitas’ adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari penyelenggaraan penanaman modal harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi Negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. d. Perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara. Yang dimaksud dengan ‘asas perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara’ adalah asas perlakuan pelayanan nondiskriminasi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, baik antara penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing maupun antara penanam modal dari satu negara asing dan penanam modal dari negara asing lainnya. e. Kebersamaan. Yang dimaksud dengan ‘asas kebersamaan’ adalah asas yang mendorong peran seluruh penanam modal secara bersama-sama dalam kegiatan usahanya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. f. Efisiensi berkeadilan. Yang dimaksud denga ‘asas efisiensi berkeadilan’ adalah asas yang mendasari pelaksanaan penanaman modal dengan mengedepankan efisiensi berkeadilan dalam usaha untuk mewujudkan iklim usaha yang adil, kondusif, dan berdaya saing. Universitas Sumatera Utara g. Berkelanjutan. Yang dimaksud dengan ‘asas berkelanjutan’ adalah asas yang secara terencana mengupayakan berjalannya proses pembangunan melalui penanaman modal untuk menjamin kesejahteraan dan kemajuan dalam segala aspek kehidupan, baik untuk masa kini maupun yang akan datang. h. Berwawasan lingkungan. Yang dimaksud dengan ‘asas berwawasan lingkungan’ adalah asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap memperhatikan dan mengutamakan perlindungan dan pemeliharaan lingkungan hidup. i. Kemandirian. Yang dimaksud dengan ‘asas kemandirian’ adalah asas penanaman modal yang dilakukan dengan mengedepankan potensi bangsa dan negara dengan tidak menutup diri pada masuknya modal asing demi terwujudnya pertumbuhan ekonomi. j. Keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Yang dimaksud dengan ‘asas keseimbangan dkemajuan dan kesatuan ekonomi nasional’ adalah asas yang berupaya menjaga keseimbangan kemajuan ekonomi wilayah dalam kesatuan ekonmi nasional. Keberadaan asas-asas tersebut dalam Undang-Undang Penanaman Modal memberikan arti bahwa berbagai kebijakan tentang penanaman modal harus mengacu pada Undang-Undang Penanaman Modal dan paling tidak, setiap peraturan yang akan diterbitkan baik di tingkat pusat maupun daerah harus dijiwai oleh asas-asas yang terkandung dalam Undang-Undang Penanaman Modal. Universitas Sumatera Utara Adapun yang menjadi tujuan terselenggarakannya penanaman modal dijabarkan dalam Pasal 3 Ayat 2 Undang-Undang Penanaman Modal sebagai berikut : a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional; b. Menciptakan lapangan kerja; c. Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan; d. Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional; e. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional; f. Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan; g. Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri; dan h. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pasal 2 Undang-Undang Penanaman Modal menyebutkan bahwa ketentuan dalam undang-undang ini berlaku bagi penanaman modal di semua sektor di wilayah Repbublik Indonesia. Dalam bagian Penjelasan Pasal 2 diperjelas kembali, bahwa yang dimaksud dengan “penanaman modal di semua sektor di wilayah Republik Indonesia adalah penanaman modal langsung dan tidak termasuk penanaman modal tidak langsung atau portofolio. Berdasarkan uraian mengenai pengertian, asas, dan tujuan tersebut dapat disimpulkan bahwa, penanaman modal yang dimaksud oleh Undang-Undang Penanaman Modal adalah penanaman modal yang dilakukan secara langsung direct investment dalam arti mendirikan suatu badan usaha. Universitas Sumatera Utara Pengaturan mengenai badan usaha tersebut terdapat dalam Pasal 5 Undang-Undang Penanaman Modal yang menyebutkan : a. Penanaman modal dalam negeri dapat dilakukan dalam bentuk badan usaha yang berbentuk badan hukum, tidak berbadan hukum atau usaha perseorangan, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. b. Penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di dalam wilayah negara Republik Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang. c. Penanam modal dalam negeri dan asing yang melakukan penanaman modal dalam bentuk perseroan terbatas dilakukan dengan: 1 Mengambil bagian saham pada saat pendirian perseroan terbatas; 2 Membeli saham; dan 3 Melakukan cara lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Ketentuan ini mengandung makna bahwa legal drafter dari Undang- Undang Penanaman Modal menangkap kenyataan yang terjadi dalam masyarakat. Terlihat dalam bentuk badan usaha yang berstatus sebagai penanam modal dalam negeri, bentuk usahanya tidak harus dalam bentuk badan hukum. Seperti diketahui, berbagai wadah kegiatan bisnis yang dilakukan oleh masyarakat tidak semuanya berbadan hukum dan bahkan hanya dikelola oleh perorangan. Dengan demikian, berbagai potensi badan usaha yang ada mendapatkan kesempatan dalam Universitas Sumatera Utara menjalankan kegiatan usaha lewat pranata hukum penanaman modal. 101 Secara umum badan usaha di Indonesia dapat dibagi atas sebagai berikut 102 : a. Badan usaha perseorangan. Badan usaha ini merupakan bentuk badan usaha yang paling sederhana, dimana pemilik mempunyai tanggung jawab penuh aas usahanya sampai dengan kekayaan pribadinya. Warga Negara asing tidak diperkenankan untuk melakukan investasi dalam bentuk ini. b. Badan usaha berbentuk persekutuan. Ada dua tipe persekutuan yang dikenal, yaitu Firma dan CV Comanditaire Venootschap. Pada firma, tanggung jawab setiap sekutu bersifat tidak terbatas unlimited dan mencakup pula harta pribadinya. Sementara itu pada CV tanggung jawab satu atau lebih sekutunya bersifat terbatas pada modal yang mereka setor sebagai kontribusi kegiatan usahanya yang dilakukan. Para sekutu yang tanggung jawabnya bersifat terbatas tersebut bertindak sebagai sekutu diam dan tidak turut serta dalam menjalankan usaha. Suatu perserikatan dibentuk atas dasar suatu perjanjian yang berbentuk akta notaris yang kemudian didaftarkan pada Pengadilan Negeri setempat dan diumumkan dalam berita negara. Hak dan kewajiban masing-masing sekutu dirumuskan dalam akta tersebut, sedangkan mengenai pembubarannya diatur dalam Pasal 1646 – 1652 KUHPerdata. c. Badan usaha berbentuk perseroan. 101 Sentosa Sembiring., Op. Cit., Hlm. 135. 102 Dhaniswara K. Harjono., Op. Cit., Hlm 127. Universitas Sumatera Utara Badan usaha berbentuk perseroan ini terdiri dari perseroan terbatas, BUMN, perusahaan patungan, kantor cabang, perwakilan atau agen, dan perusahaan asing. 1 Perseroan Terbatas Suatu Perseroan Terbatas adalah PT Tertutup dan PT Terbuka. PT Terbuka harus memenuhi persyaratan tambahan, yaitu: i Merupakan suatu Perseroan Terbatas yang terdaftar menurut hukum Indonesia; ii Mempunyai modal dasar minimal Rp100.000.000,00 seratus juta rupiah dengan modal disetor minimal Rp25.000.000,00 dua puluh lima juta rupiah; iii Minimal dalam dua tahun terakhir menikmati keuntungan dari usahanya yang besarnya tidak lebih dari 10 equitas para pemegang saham; iv laporan keuangan perseroan dalam dua tahun terakhir telah diaudit oleh akuntan publik dengan kualifikasi wajar tanpa syarat. Sementara itu mengenai pengaturan lainnya tunduk pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 2 BUMN. Perseroan berbentuk BUMN terdiri dari Perum dan Persero, serta Perseroan Terbatas Perkebunan PTP yang sebagaian atas seluruh sahamnya dimiliki oleh Negara yang pengawasan dan pengelolaannya berada pada Kementrian BUMN. 3 Perusahaan Patungan berbentuk PMA. Universitas Sumatera Utara Bentuk perusahaan patungan joint venture company harus berbentuk perseroan terbatas. 4 Cabang, Perwakilan dan Agen dari Perusahaan Asing. a Kantor Cabang dari Perusahaan Asing. Pendirian kantor cabang perusahaan asing di Indonesia dilakukan dengan akta notaris yang kemudian didaftarkan di Pengadilan Negeri setempat dan diumumkan di dalam berita negra yang mencantumkan ringkasan dari anggaran dasar perusahaanasing tersebut. b Kantor Perwakilan Perusahaan Asing. Kantor perwakilan asing dapat didirikan untuk kepentingan promosi, seperti promosi dagang, pemasaran dan demo. Sementara itu, kegiatan-kegiatan seperti penerimaan order, mengajukan penawaran tender, menandatangani kontrak, melakukan kegiatan ekspor-impor, dan distribusi barang tidak dapat dilakukan oleh kantor perwakilan perusahaan asing. c Agen Lokal. Dalam hal ini perusahaan asing dapat menunjuk seorang warga Negara Indonesia atau perusahaan yang dimiliki warga Negara Indonesia untuk menjadi agennya. Perbedaan antara kantor perwakilan dan agen lokal adalah diperkenakannya agen lokal untuk melakukan transaksi dagang, sementara kantor perwakilan tidak. Universitas Sumatera Utara Berbeda dengan penanaman modal dalam negeri yang dapat melakukan usaha penanaman modal baik badan usaha yang berbentuk badan hukum, badan usaha tidak berbadan hukum, maupun badan usaha perorangan. Pada penanaman modal asing bentuk badan usahanya harus berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas PT. Hal tersebut tercantum pada Bab IV Pasal 5 ayat 2 Undang- Undang Penanaman Modal yang menyebutkan Penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di wilayah negara Republik Indonesia. Undang-Undang Penanaman modal tidak memberikan penjelasan mengapa harus dalam bentuk PT, namun bila dicermati lebih dalam tampaknya hal ini ada kaitannya dengan eksistensi PT sebagai subjek hukum yang mandiri. Artinya PT dapat menggugat dan digugat di Pengadilan. 103 Berkaitan dengan pranata hukum PT, dalam kepustakaan hukum perusahaan disebutkan PT sebagai badan usaha yang berbadan hukum, mempunyai ciri tersendiri jika dibandingkan dengan badan usaha lainnya yakni PT mempunyai kekayaan sendiri terlepas dari pemilik pemegang saham serta berhak menuntut dan dituntut di Pengadilan. Secara normatif badan usaha yang berbentuk PT diatur dalam undang- undang tersendiri yakni Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut Undang-Undang Perseroan Terbatas. Dalam undang-undang ini disebutkan PT adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan 103 Ibid. Universitas Sumatera Utara memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksananya. 104 M. Yahya Harahap berpendapat bahwa dari ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-undang Penanaman Modal, elemen pokok yang melahirkan suatu Perseroan sebagai badan hukum rechtperson, legal person, legal entity, harus dipenuhi syarat-syarat berikut : 1 merupakan persekutuan modal; 2 didirikan berdasarkan perjanjian; 3 melakukan kegiatan usaha; 4 lahirnya perseroan melalui proses hukum dalam bentuk pengesahan pemerintah. 105 Dari uraian mengenai penanaman modal diatas, dapat dikemukakan bahwa apa pun bentuk badan usaha yang dipilih oleh para calon investor, satu hal yang pasti kegiatan yang dilakukan oleh investor dalam menjalankan usahanya dilakukan di wilayah negara Republik Indonesia. Hal ini membawa konsekuensi hukum, segala aktivitas yang dilakukan oleh investor harus mengacu kepada norma-norma hukum yang berlaku di wilayah Republik Indonesia. 2. Bidang usaha investasi di Indonesia Salah satu usaha pemerintah dalam meningkatkan arus penanaman modal di Indonesia adalah dengan memberikan keleluasaan bagi para investor untuk menentukan bidang-bidang usaha investasi yang diminati. Tentunya hal tersebut tidak dapat dibebaskan begitu saja, tetap harus ada batasan yang diberikan oleh 104 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Bab 1, Pasal 1 Angka 1. 105 M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, Jakarta: Sinar Grafika, 2011, hlm. 33. Universitas Sumatera Utara pemerintah kepada investor dalam memilih bidang usaha yang dapat ditanami modal, baik modal dalam negeri maupun asing. Pada penanaman modal terdapat dua pendekatan yang dapat dilakukan, yakni pendekatan negative list dan pendekatan positive list. 106 Pada negative list, dalam peraturan perundang-undangan dicantumkan bidang usaha yang tidak dapat ditanami modal atau dapat ditanami modal dengan syarat tertentu. Bidang usaha yang diluar daftar tersebut berarti dapat ditanami modal, baik asing maupun domestik. Negative list bersifat lebih liberalterbuka. Sedangkan pada positive list, dalam peraturan perundang-undangan dicantumkan bidang usaha yang dapat ditanami modal. Bidang usaha diluar daftar tersebut berarti tidak dapat ditanami modal, baik asing maupun domestik serta bersifat lebih tertutup. Indonesia menggunakan pendekatan negative list ini yang dikenal dengan Daftar Negatif Investasi DNI. Dasar hukum utama dari daftar negative list ini ada dalam Undang-Undang Penanaman Modal. Bab VII Pasal 12 ayat 1 Undang-Undang Penanaman Modal menentukan bahwa semua bidang usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan. Ini merupakan prinsip utama yang dianut oleh legislator dan pemerintah. Dhaniswara K. Harjono berpendapat dalam bukunya hal ini menunjukkan bahwa pemerintah membuka seluas-luasnya bidang usaha bagi kegiatan penanaman modal. Kebijaksanaan ini bertujuan untuk memberikan kemudahan bagi kegiatan penanaman modal di Indonesia. Namun, sesungguhnya 106 Budiman Ginting dan Mahmul Siregar, Daftar Negative Investasi, Bahan Ajar Hukum Penanaman Modal, Medan: Departemen Hukum Ekonomi, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2010. Universitas Sumatera Utara pengaturan yang sangat luas ini sangat kurang memberikan kepastian hukum dan tidak melindungi perekonomian rakyat dan merupakan liberalisme yang berlebihan 107 . Selanjutnya pada ayat 2 pasal tersebut terdapat pengkhususan bagi penanam modal asing, dimana bidang usaha yang tertutup bagi penanam modal asing adalah : a produksi senjata, mesiu, alat peledak, dan peralatan perang; dan b bidang usaha yang secara eksplisit dinyatakan tertutup berdasarkan Undang- Undang. Hal ini karena bidang-bidang tersebut dianggap penting bagi ketahanan nasional. Untuk menentukan bidang usaha yang tertutup, terbuka atau terbuka dengan syarat sepenuhnya menjadi kewenangan Presiden sebagaimana diatur dalam Pasal 12 ayat 4 yang menyatakan “kriteria dan persyaratan bidang usaha yang tertutup dan yang terbuka dengan persyaratan serta daftar bidang usaha yang tertutup dan terbuka dengan persyaratan masing-masing akan diatur dalam Peraturan Presiden”. Selanjutnya, dikeluarkanlah Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2007 tentang Kriteria dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal. Adapun tujuan penentuan kriteria dan persyaratan penyusunan bidang usaha yang tertutup dan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan antara lain 108 : a. meletakkan landasan hukum yang pasti bagi penyusunan peraturan yang terkait dengan penanaman modal; 107 Dhaniswara K. Harjono., Op.Cit., Hlm.134. 108 Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2007 tentang Kriteria dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal Pasal 3. Universitas Sumatera Utara b. menjamin transparansi dalam proses penyusunan daftar bidang usaha yang tertutup dan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan; c. memberikan pedoman dalam menyusun dan menetapkan bidang usaha tertutup dan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan; d. memberikan pedoman dalam melakukan pengkajian ulang atas daftar bidang usaha yang tertutup dan bidang usaha yang terbuka dengan persyratan; e. memberikan pedoman apabila terjadi perbedaan penafsiran atas daftar bidang usaha yang tertutup dan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan. Selain tujuan diatas, terdapat pula beberapa prinsip pengaturan peraturan presiden ini, yaitu: a. Prinsip penyederhanaan, dimana bidang usaha yang dinyatakan tertutup dan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan, berlaku secara nasional dan bersifat sederhana serta terbatas pada bidang usaha yang terkait dengan kepentingan nasional sehingga merupakan bagian kecil dari keseluruhan ekonomi dan bagian kecil dari setiap sektor dalam ekonomi. b. Prinsip kepatuhan terhadap perjanjian atau komitmen internasional, dimana bahwa bidang usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan tidak boleh bertentangan dengan kewajiban Indonesia yang termuat dalam perjanjian atau komitmen internasional. c. Prinsip transparasi, dimana bahwa bidang usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan harus jelas, rinci, dapat diukur, dan tidak multi- tafsir serta berdasarkan kriteria tertentu. Universitas Sumatera Utara d. Prinsip kepastian hukum, dimana bahwa bidang usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan tidak dapat diubah kecuali dengan Peraturan Presiden. e. Prinsip Kesatuan wilayah Indonesia sebagai pasar tunggal, dimana bahwa bidang usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan tidak mengahambat kebebasan arus barang, jasa, modal, sumber daya manusia dan informasi di dalam wilayah kesatuan Republik Indonesia. Sebagai wujud pelaksanaan prinsip keterbukaan dalam Undang-Undang Penanaman Modal, pemerintah telah mengeluarkan DNI yang diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal yang ditetapkan pada tanggal 25 Mei 2010. Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010 menggantikan Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2007 dan Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2007 yang telah dinyatakan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku sejak berlakunya Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010 ini. DNI berlaku selama 3 tiga tahun dan setiap tahun dilakukan peninjauan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan. 109 Secara umum, daftar bidang usaha yang tertutup bagi kegiatan penanaman modal sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010 tentang Daftar Bidang Usaha yang tertutup dan terbuka dengan persyaratan di bidang penanaman modal, meliputi sektor-sektor pertanian, kehutanan, perindustrian, perhubungan, komunikasi dan informatika, serta kebudayaan dan 109 Renintha Karina, “Bidang Usaha Tertutup Daftar Negatif Investasi”, http:hukumpenanamanmodal.combidang-usaha-tertutup-daftarnegatif-investasi Diakses tanggal 29 Januari 2014. Universitas Sumatera Utara pariwisata. Menurut Perpres tersebut Bidang usaha yang tertutup adalah bidang usaha tertentu yang dilarang diusahakan sebagai kegiatan penanaman modal. Penetapan ini didasarkan pada kriteria kesehatan, moral, kebudayaan, lingkungan hidup, pertahanan dan keamanan nasional, serta kepentingan nasional lainnya. Bidang-bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal sebagaimana diatur dalam Lampiran I Perpres Nomor 36 Tahun 2010, antara lain mencakup bidang usaha budidaya ganja, perjudiankasino, dan industri minuman mengandung alkohol. Berdasarkan Pasal 2 ayat 1 Perpres Nomor 36 Tahun 2010, bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan adalah bidang usaha tertentu yang dapat diusahakan sebagai kegiatan penanaman modal dengan syarat tertentu, yaitu bidang usaha yang dicadangkan untuk usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi, bidang usaha yang dipersyaratkan dengan kemitraan, bidang usaha yang dipersyaratkan kepemilikan modalnya, bidang usaha yang dipersyaratkan dengan lokasi tertentu, dan bidang usaha yang dipersyaratkan dengan perizinan khusus. Peraturan mengenai bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan untuk penanaman modal didasarkan pada kriteria kepentingan nasional, yaitu perlindungan sumber daya alam, perlindungan, pengembangan Usaha mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi, pengawasan produksi dan distribusi, peningkatan kapasitas teknologi, partisipasi modal dalam negeri, serta kerja sama dengan badan usaha yang ditunjuk Pemerintah. Bidang-bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan sebagaimana diatur dalam Lampiran II Perpres Nomor 36 Tahun 2010, antara lain mencakup bidang Universitas Sumatera Utara usaha budidaya tanaman pangan pokok, pengusahaan sarang burung walet di alam, pembenihan ikan laut, pembangkitan tenaga listrik skala kecil dan daur ulang barang-barang bukan logam. Dalam hal penanaman modal pada bidang usaha terbuka dengan persyaratan, sesuai dengan Pasal 3 ayat 1 Perpres Nomor 36 Tahun 2010, investor wajib mematuhi persyaratan lokasi sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang tata ruang dan lingkungan hidup. 3. Perizinan investasi Legalitas mengenai perizinan terdapat dalam Bab XI Pengesahan dan Perizinan Perusahaan Pasal 25 dan Pasal 26 Undang-Undang Penanaman Modal. Seperti yang telah diuraikan pada sub bab sebelumnya, penanaman modal di Indonesia harus dilakukan sesuai dengan ketentuan Pasal 5, yaitu : a. Untuk PMDN, dilakukan dalam bentuk badan usaha yang berbadan hukum atau usaha perorangan. b. Untuk PMA, dilakukan dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia. c. Untuk PMDN dan PMA yang berbentuk perseroan terbatas dilakukan dengan pengambilan bagain saham pada saat pendirian, membeli saham, dan melakukan cara lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Pengesahan pendirian badan usaha PMDN yang berbentuk badan hukum atau tidak berbadan hukum dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam hal ini adalah Undang-Undang Nomor Universitas Sumatera Utara 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, untuk PMDN yang berbentuk perseroan terbatas dan untuk perseroan yang berbentuk Fa, CV, perusahaan perseorangan dan persekutuan perdata berlaku ketentuan sebagaimana tertuang dalam KUHPerdata dan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. Investasi yang dilakukan oleh PMA hanya bisa dilakukan bila berbentuk Perseroan Terbatas PT yang berlokasi di Indonesia. Berbeda dengan PMDN yang badan usahanya boleh tidak berbadan hukum atau usaha perseorangan, maupun berbadan hukum berdasarkan hukum yang berlaku. Investasi asing dan investasi yang menggunakan modal asing sampai saat ini kewenangan perizinannya masih berada di pundak pemerintah pusat. Hal tersebut meliputi investasi asing yang dilakukan oleh pemerintah negara lain. Termasuk pula investasi asing yang dilakukan oleh warga negara asing atau badan usaha asing. Selain itu terdapat pula investasi yang menggunakan modal asing yang berasal dari pemerintah negara lain. Keterlibatan pemerintah dalam kewenangan perizinan tersebut bisa karena aliran modal yang masuk adalah akibat perjanjian yang dibuat oleh pemerintah dan pemerintah negara lain. 110 Bagi perusahaan penanam modal yang akan melakukan kegiatan usaha wajib memperoleh izin sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku yang diperoleh melalui Pelayanan Terpadu Satu Pintu yang selanjutnya disebut PTSP. PTSP ini dilakukan dengan tujuan untuk membantu penanam modal dalam memperoleh kemudahan pelayanan perizinan, fasilitas fiscal, dan informasi mengenai penanaman modal. Secara normatif, Pasal 1 ayat 10 110 Admin BP3M, “Prosedur Perijinan Bidang Penanaman Modal”, Lihat http:bp3md.tanahbumbukab.go.idindex.php?option=com_contentview=articleid=144Itemi d=177 Diakses tanggal 29 Januari 2014 Universitas Sumatera Utara Undang-Undang Penanaman Modal memberikan pengertian PTSP sebagai kegiatan penyelenggaraan suatu perizinan dan nonperizinan yang mendapat pendelegasian atau pelimpahan wewenang, dari lembaga atau instansi yang memiliki kewenangan perizinan dan nonperizinan yang proses pengelolaannya dimulai dari tahap permohonan sampai dengan tahap terbitnya dokumen yang dilakukan dengan satu tempat. PTSP tersebut dilakukan oleh instansi atau lembaga yang berwenang di bidnag penanaman modal yang mendapat pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi yang berwengan mengeluarkan perizinan dan nonperizinan di provinsi atau kabupatenkota. Mengenai tata cara dan pelaksanaan pelayanan terpadu satu pintu diatur dalam Peraturan Presiden. 111 Jika sudah memenuhi persyaratan di atas yakni berbentuk PT, investor akan memperoleh layanan berupa Pelayanan Perizinan dan Pelayanan Non- perizinan. Perihal Perizinan dan Non-perizinan diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal. Undang-Undang Penanaman Modal memberikan pengertian Pelayanan Terpadu Satu Pintu PTSP sebagai kegiatan penyelenggaraan suatu perizinan dan non-perizinan yang mendapat pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi yang memiliki kewenangan perizinan dan non-perizinan yang proses pengolahannya dimulai dari tahap permohonan sampai dengan tahap terbitnya dokumen yang dilakukan dalam satu tempat. 112 111 Dhaniswara K. Harjono, Op. Cit. hlm. 131. 112 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Bab 1, Pasal 1 Angka 10. Universitas Sumatera Utara Perizinan adalah segala bentuk persetujuan untuk melakukan penanaman modal yang dikeluarkan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang memiliki kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 113 Jenis pelayanan perizinan penanaman modal meliputi 114 : a. Pendaftaran penanaman Modal. Pendaftaran penanaman modal merupakan bentuk persetujuan awal Pemerintah sebagai dasar memulai rencana penanaman modal. b. Perluasan Penanaman Modal Perluasan penanaman modal adalah penambahan kapasitas produksi melebihi kapasitas produksi yang telah diizinkan. c. Pendaftaran Perluasan Penanaman Modal Pendaftaran Perluasan Penanaman Modal adalah bentuk persetujuan awal Pemerintah sebagai dasar memulai rencana perluasan penanaman modal. d. Izin Prinsip Penanaman Modal Izin prinsip penanaman modal adalah izin untuk memulai kegiatan penanaman modal di bidang usaha yang dapat memperoleh fasilitas fiskal dan dalam pelaksanaan penanaman modalnya memerlukan fasilitas fiskal. Izin prinsip bagi perusahaan PMA yang telah berstatus hukum perseroan terbatas yang bidang usahanya dapat memperoleh fasilitas fiskal dan dalam pelaksanaan penanaman modalnya membutuhkan fasilitas fiskal, wajib memiliki izin Prinsip Penanaman Modal. Sedangkan perusahaan PMA yang 113 Presiden Republik Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal, Pasal 1 Angka 5. 114 Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Indonesia, Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal, Pasal 13 ayat 2. Universitas Sumatera Utara bidang usahanya tidak memperoleh fasilitas fiskal danatau dalam pelaksanaan penanaman modalnya tidak membutuhkan fasilitas fiskal, tidak diwajibkan memiliki izin prinsip. Permohonan izin prinsip tersebut diajukan kepada PTSP Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM dan diterbitkan selambat- lambatnya tiga hari kerja sejak diterimanya permohonan dengan lengkap dan benar. Izin prinsip bagi perusahaan PMDN yang bidang usahanya dapat memperoleh fasilitas fiskal dan dalam pelaksanaan penanaman modalnya memerlukan fasilitas fiskal, wajib memiliki izin prinsip. Sementara perusahaan PMDN yang bidang usahanya tidak memperoleh fasilitas fiskal danatau dalam pelaksanaan penanaman modalnya tidak membutuhkan fasilitas fiskal, tidak diwajibkan memiliki izin prinsip. Permohonan izin prinsip diajukan ke PTSP BKPM, PTSP Perangkat Daerah Provinsi bidang Penanaman Modal PPDPM, atau PTSP Perangkat Daerah KabupatenKota bidang Penanaman Modal PPKPM sesuai dengan kewenangannya. Perusahaan penanaman modal dalam negeri dalam pengurusan perizinan pelaksanaan penanaman modalnya wajib memiliki akta dan pengesahan pendirian perusahaan atau Kartu Tanda Penduduk KTP bagi perusahaan perorangan, dan Nomor Induk Wajib Pajak NPWP. Izin prinsip diterbitkan selambat-lambatnya 3 tiga hari kerja sejak diterimanya permohonan dengan lengkap dan benar. e. Izin Prinsip Perluasan Penanaman Modal Izin prinsip perluasan penanaman modal adalah izin untuk memulai rencana perluasan penanaman modal di bidang usaha yang dapat memperoleh fasilitas Universitas Sumatera Utara fiskal dan dalam pelaksanaan penanaman modalnya memerlukan fasilitas fiskal. Penerbitan izin prinsip perluasan selambat-lambatnya 3 tiga hari sejak diterimanya permohonan dengan lengkap dan benar. f. Izin Prinsip Perubahan Penanaman Modal Izin prinsip perubahan penanaman modal adalah izin untuk memulai rencana perluasan penanaman modal di bidang usaha yang dapat memperoleh fasilitas fiskal dan dalam pelaksanaan penanaman modalnya memerlukan fasilitas fiskal. Penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri dapat mengubah ketentuan bidang usaha termasuk jenis dan kapasitas produksi, danatau penyertaan modal dalam perseroan, jangka waktu penyelesaian proyek yang tercantum dalam izin prinsip atau izin prinsip perluasan. Atas perubahan tersebut, perusahaan harus memiliki izin prinsip perubahan. Permohonan izin prinsip perubahan diajukan ke PTSP BKPM, PTSP PDPPM, atau PTSP PDKPM sesuai kewenangannya. g. Izin Usaha Izin usaha adalah izin yang wajib dimiliki perusahaan untuk melaksanakan kegiatan produksioperasi komersial baik produksi barang maupun jasa sebagai pelaksanaan atas PendaftaranIzin PrinsipPersetujuan penanaman modalnya, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan sektoral. Ketentuan ini mengikat pula terhadap perusahaan PMDN yang tidak memerlukan fasilitas dan tidak memiliki pendaftaran penanaman modal. h. Izin Usaha Perluasan Universitas Sumatera Utara Izin usaha perluasan adalah izin yang wajib dimiliki oleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan produksioperasi komersial atas penambagan kapasitas produksi melebihi kapasitas produksi yang telah diizinkan, sebagai pelaksanaan atas Izin Prinsip PerluasanPersetujuan Perluasan, kecuali ditentukam lain oleh peraturan perundang-undangan sektoral. Dengan demikian, perusahaan penanaman modal yang hendak mengajukan izin usaha perluasan harus memiliki izin prinsip perluasan persetujuan perluasan terlebih dahulu. i. Izin Usaha Penggabungan Perusahaan Penanaman Modal Merger Izin usaha penggabungan perusahaan penanaman modal adalah izin yang wajib dimiliki oleh perusahaan yang merumuskan kegiatan usaha surviving company setelah terjadinya merger, untuk melaksanakan kegiatan produksioperasi komersial perusahaan merger. Perusahaan penanaman modal yang masing-masing telah memiliki izin usaha dan kemudian melakukan penggabungan perusahaan merger dapat langsung mengajukan permohonan izin usaha penggabungan perusahaan penanaman modal dengan mengisi formulir izin usaha penggabungan perusahaan penanaman modal merger. j. Izin Usaha Perubahan Izin usaha perubahan adalah izin yang wajib dimiliki oleh perusahaan untuk melakukan perubahan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Izin UsahaIzin Usaha Perluasan sebelumnya sebagai akibat dari perubahan yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan penanaman modal. Perubahan penanaman modal yang telah memiliki izin usaha dapat melakukan perubahan terhadap ketentuan Universitas Sumatera Utara yang tercantum dalam izin usahanya, antara lain menyangkut perubahan lokasi proyek, perubahan jenis produksidiversifikasi produksi tanpa menambah mesinperalatan dalam lingkup klasifikasi baku lapangan usaha yang sama, penyertaan dalam modal perseroan, dan izin usaha dengan mengajukan permohonan izin usaha. Terhadap perubahan lainnya, perusahaan harus melaporkan perubahan dimaksud dengan menggunakan surat pemberitahuan, berdasarkan laporan perusahaan tersebut, PTSP menerbitkan surat telah mencatat perubahan. k. Izin lokasi; l. Persetujuan Pemanfaatan Ruang; m. Izin Mendirikan Bangunan IMB; n. Izin Gangguan UUGHO; o. Surat Izin Pengambilan Air Bawah Tanah; p. Tanda Daftar Perusahaan TDP; q. Hak atas tanah r. Izin-izin lainnya dalam rangka pelaksanaan penanaman modal. Non-perizinan adalah segala bentuk kemudahan pelayanan, fasilitas fiskal, dan informasi mengenai penanaman modal, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 115 Jenis pelayanan non-perizinan meliputi: a. Fasilitas bea masuk atas impor mesin; b. Fasilitas bea masuk atas impor barang dan bahan; c. Usulan untuk mendapatkan fasilitas Pajak Penghasilan PPh badan; 115 Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal Pasal 1 Angka 6 Universitas Sumatera Utara d. Angka Pengenal Importir Produsen API-P; Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing RPTKA; Rekomendasi Visa Untuk Bekerja TA.01; e. Izin Memperkerjakan Tenaga Kerja Asing IMTA; f. Insentif daerah; g. Layanan informasi dan layanan pengaduan. Sebagai catatan, bahwa terhadap beberapa perizinan dan non-perizinan sebagaimana dimaksud diatas, diantaranya menyangkut: Izin lokasi, Persetujuan Pemanfaatan ruang, Izin mendirikan Bangunan IMB, Izin Gangguan UGGHO, Surat Izin Pengambilan Air Bawah Tanah, Tanda Daftar Perusahaan. Hak Atas Tanah, Izin-izin lainnya dalam rangka pelaksanaan penanaman modal dan insentif daerah, pedoman dan tata cara permohonannya mengikuti ketentuan yang dikeluarkan oleh instansi teknisKepala Lembaga Pemeriksaan Non- Departemen terkait, Gubernur, BupatiWalikota. 116 Perizinan penanaman modal dibedakan atas Bidang Usaha yang tidak mendapat fasilitas fiskal dan Bidang Usaha yang mendapat fasilitas fiskal. Bidang usaha yang yang mendapat fasilitas fiskal tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yakni perusahaan yang tidak memerlukan fasilitas fiskal dan perusahaan yang memerlukan fasilitas fiskal. 4. Persyaratan Investasi Dalam melakukan investasi maka terdapat langkah-langkah yang dilakukan harus dilakukan oleh penanam modal, baik PMDN maupun PMA. 116 Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal Pasal 14 ayat 2 Universitas Sumatera Utara Langkah pertama yakni pendaftaran penanaman modal. Berikut uraian mengenai prosedur dan tata cara pendaftaran penanaman modal yang dilakukan oleh PMDN sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku 117 : a. Pasal 16 ayat 6 Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 12 Tahun 2009 Perusahaan penanaman modal dalam negeri dapat mengajukan Pendaftaran di PTSP BKPM, PTSP PDPPM, atau PTSP PDKPM sesuai kwewnangannya, apabila diperlukan dalam pengurusan pelaksanaan penanaman modalnya. b. Pasal 33 Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 12 Tahun 2009 Permohonan pendaftaran disampaikan ke PTSP BKPM, PTSP PDPPM, atau PTSP PDKPM sesuai kewenangannya dan dapat diajukan oleh: 1 Pemerintah negara lain danatau warga negara asing danatau badan usaha asing; 2 Pemerintah negara lain danatau warga negara asing danatau badan usaha asing bersama dengan warga negara Indonesia danatau badan hukum Indonesia; 3 Perseorangan warga negara Indonesia danatau badan usaha Indonesia lainnya. Permohonan pendaftaran dengna menggunakan formulir Pendaftaran, sebagaimana tercantum dalam lampiran I, dalam bentuk hardcopy atau 117 Ikhtisar Ketentuan Penanaman Modal, The Indonesia Netherlands National Legal Reform Program NLRP, PT. Gramedia, 2010. hlm 135. Universitas Sumatera Utara softcopy berdasarkan investor modul BKPM, dengan dilengkapi persyaratan bukti diri pemohon: 1 Surat dari instansi pemerintah negara yang bersangkutan atau surat yang dikeluarkan oleh kedutaan besarkantor perwakilan negara yang bersangkutan di Indonesia untuk pemohon adalah pemerintah negara lain; 2 Rekaman paspor yang masih berlaku untuk pemohon adalah perseorangan asing; 3 Rekaman Anggaran Dasar article of Association dalam bahasa Inngris atau terjemahannya dalam Bahasa Indonesia dari penerjemah tersumpah untuk pemohon adalah untuk badan usaha asing; 4 Rekaman KTP yang masih berlaku untuk pemoho adalah perseorangan Indonesia; 5 Rekaman akta Pendirian Perusahaan dan perubahannya beserta pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM untuk pemohon adalah badan usaha Indonesia; 6 Rekaman NPWP baik untuk pemohon adalah perseorangan Indonesia maupun badan usaha Indonesia; 7 Permohonan pendaftaran ditandatangani di atas materai cukup oleh seluruh pemohon bila perusahaan belum berbadan hukum atau oleh direksi perusahaan bila perusahaan sudah berbadan hukum; 8 Surat kuasa asli bermaterai cukup untuk pengurusan permohonan yang tidak dilakukan secara langsung oleh pemohondireksi perusahaan; 9 Ketentuan tentang surat kuasa diatur dalam Pasal 63 Peraturan ini. Universitas Sumatera Utara Pendaftaran diterbitkan dalam 1 satu hari kerja sejak diterimanya permohonan yang lengkap dan benar. Berikut pengaturan mengenai prosedur dan tata cara pendaftaran penanaman modal yang dilakukan oleh PMA sesuai dengan Pasal 16 ayat 1 – 5 Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 12 Tahun 2009 118 : 1 Penanaman modal asing yang akan melakukan penanaman modal di Indonesia mengajukan permohonan Pendaftaran ke PTSP BKPM, sebelum atau sesudah berstatus badan hukum perseroan terbatas. 2 Pendaftaran yang diajukan sebelum berstatus badan hukum perseroan terbatas, wajib ditindaklanjuti dengan pembuatan akta pendirian perseroan terbatas. 3 Pendaftaran yang tidak ditindaklanjuti paling lambat dalam jangka waktu 6 enam bulan sejak tanggal diterbitkannya Pendaftaran, dinyatakan batal demi hukum. 4 Apabila sebelum jangka waktu 6 enam bulan terdapat perubahan ketentuan yang terkait dengan bidang usaha, maka Pendaftaran yang telah diterbitkan dinyatakan batal demi hukum apabila bertentangan dengan ketentuan baru. 5 Pendaftaran yang diajukan setelah akta pendirian perseroan terbatas atau setelah perusahaan berstatus badan hukum perseroan terbatas, berlaku sampai dengan perusahaan memiliki Izin Prinsip atau perusahaan siap beroperasi produksi komersial. 118 Ibid, hlm. 137. Universitas Sumatera Utara Apabila pendaftaran penanaman telah dilakukan, maka selanjutnya adalah pengurusan bidang usaha serta izin prinsip seperti yang telah dijabarkan pada subbab sebelumnya. Terhadap persyaratan penanaman modal, terdapat tiga langkah utama dalam pelaksanaannya, yaitu pertama mengenai penggunaan tenaga kerja baik tenaga kerja Indonesia dan tenaga kerja asing, kedua mengenai penggunaan tanah, dan ketiga mengenai penolakan penanaman modal dan kemungkinan solusi. 5. Pengawasan Investasi Payung hukum dari pengawasan investasi adalah Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 3 Tahun 2012 Tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal. Berdasarkan peraturan tersebut, pengawasan adalah upaya atau kegiatan yang dilakukan guna mencegah dan mengurangi terjadinya penyimpangan terhadap pelaksanaan penanaman modal dan penggunaan fasilitas penanaman modal. 119 Kegiatan Pengawasan dilakukan oleh 120 : a. PDKM terhadap seluruh kegiatan penanaman modal di KabupatenKota kecuali berlokasi di wilayah KPBPB dan KEK; b. PDPPM terhadap penanaman modal yang kegiatannya bersifat lintas KabupatenKota dan menurut peraturan perundang-undangan menjadi kewenagan pemerintah provinsi; 119 Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, Peraturan Kepala BKPM Nomor 3 Tahun 2012 Tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal, Pasal 1 Angka 8. 120 Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, Peraturan Kepala BKPM Nomor 3 Tahun 2012 Tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal, Pasal 9 ayat 1. Universitas Sumatera Utara c. Badan Pengusahaaan KPBPB terhadap penanaman modal yang berlokasi di wilayah KEK; d. Administrator KEK terhadap penanaman modal yang memiliki proyek lintas provinsiberlokasi lebih dari 1 satu provinsi, strategis, penggunaan fasilitas fiscal dan menurut peraturan perundang-undangan menjadi kewenangan Pemerintah; e. Instansi Teknis terhadap pelaksanaan penanaman modal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam hal tertentu, yakni apabila terjadinya pencemaran lingkungan yang membahayakan keselamatan masyarakat, adanya permintaan dari perusahaan atau pemerintah daerah atau instansi terkait, adanya pengaduan masyarakat, maka BKPM dapat langsung melakukan pengawasan penanaman modal yang menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi, Pemeritah KabupatenKota, Badan Pengusahaan KBPB atau Adminsitrator KEK selain itu PDPPM juga dapat langsung melakukan pemantauan, pembinaan, dan pengawasan atas kegiatan penanaman modal yang menjadi kewenagan pemerintah KabupatenKota, Badan Pengusahaan KPBPB atau Administrator KEK. 121 Oleh karenanya setiap penanam modal yang hendak melaksanakan kegiatan penanaman modal diwajibkan untuk melaksanakan terlebih dahulu studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan AMDAL, Analisis mengenai dampak lingkungan hidup adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha danatau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi 121 Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, Peraturan Kepala BKPM Nomor 3 Tahun 2013 Tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal Pasal 9 ayat 7 – 9. Universitas Sumatera Utara proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha danatau kegiatan. 122 Kegiatan pengawasan dilaksanakan melalui pemeriksaan ke lokasi proyek penanaman modal, sebagai tindak lanjut dari 123 : 1 Evaluasi atas pelaksanaan penanaman modal berdasarkan perizinan dan nonperizinan yang dimiliki; 2 Adanya indikasi penyimpangan atas ketentuan pelaksanaan penanaman modal; 3 Penggunaan fasilitas pembebasan bea masuk sesuai dengan tujuan pemberian fasilitas pembebasan bea masuk.

B. Pengaturan Kegiatan Investasi di Wilayah Hutan