Kesimpulan Keberadaan Masyarakat Hukum Adat dalam Kegiatan Investasi di Kawasan Hutan Adat Terkait dengan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 35/PUU-X/2012

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pengakuan hukum terhadap Masyarakat hukum adat serta hak-hak tradisionalnya dilaksanakan oleh negara. Pengakuan tersebut tercantum pada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 18B ayat 2. Selanjutnya diakomodir dalam beberapa peraturan perundang-undangan, antara lain: Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria yang sebagain besar mengatur mengenai hak ulayat masyarakat hukum adat; Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan yang mengatur mengenai kawasan hutan adat; Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 35PUU- X2012 mengenai pengujian undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar yang isi putusannya menguatkan kepemilikan hutan adat atas masyarakat hukum adat. 2. Pengaturan kegiatan investasi yang berada di wilayah hutan berbeda-beda. Perbedaan-perbedaan tersebut tergantung pada bidang usaha investasi yang dilakukan oleh investor. Setiap investor dengan bidang usaha yang dilakukannya harus meperhatikan dan menyesuaikan kegiatannya dengan Daftar Negative List yang disusun berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Undang-undang tersebut menentukan bahwa semua bidang usaha atau jenis usaha terbuka Universitas Sumatera Utara bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan. 3. Masyarakat hukum adat dapat terlibat secara langsung dalam kegiatan Investasi di kawasan hutan adat apabila masyarakat hukum adat menyetujui digunakannya wilayah hutan adat mereka untuk kegiatan penanaman modal oleh investor. Keterlibatan itu dapat dalam bentuk kerjasama investasi, yakni masyarakat hukum adat turut andil sebagai pemegang saham dari penanaman modal melalui kawasan hutan yang dimilikinya. Dapat pula dalam bentuk kerjasama kemitraan, yakni menggunakan pola inti-plasma, pola sub-kontrak, dan kerjasama ketenagakerjaan. Selain itu, keterlibatan masyarakat hukum adat juga dapat dilakukan melalui Corporate Social Responsibility CSR yang dilakukan oleh perusahaan penanaman modal dengan menjadikan masyarakat hukum adat sebagai sasaran tanggung jawab sosial perusahaan secara langsung.

B. Saran