Di daerah Sumatera, delima biasanya dikenal dengan nama glima aceh, dalimo batak, sedangkan di daerah Jawa dikenal dengan nama gangsalan dan
dhalima.
13
Berdasarkan taksonominya, delima diklasifikasikan sebagai berikut :
34
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta Superdivisi
: Spermatophyta Divisi
: Magnoliophyta Kelas
: Magnoliopsida Subkelas
: Rosidae Ordo
: Lythraceae Famili
: Punicaeae Genus
: Punica L Spesies
: Punica granatum L Pemanfaatan delima secara tradisional telah digunakan sebagai obat cacingan,
diare, prolaps rektum, perdarahan seperti muntah darah dan perdarahan rahim, radang tenggorokan, radang telinga, keputihan, batuk, radang gusi, bronkhitis, sariawan,
rematik, perut kembung, keracunan, nyeri lambung dan hipertensi. Bagian tanaman yang biasa digunakan sebagai obat adalah kulit kayu, kulit akar, kulit buah, daun, biji
dan bunganya.
31
2.6 Nilai Farmakologis Buah Delima
Lebih dari satu dekade belakangan ini, terjadi peningkatan yang signifikan dalam penelitian mekanisme farmakologi dari buah delima dan bahan didalamnya
yang berhubungan dengan hal tersebut. Beberapa penelitian melaporkan bahwa batang, akar, daun dan buah dari delima memiliki nilai farmakologis yang penting
untuk kesehatan.
32
Nilai farmakologis tersebut antara lain: aktifitas antimikroba bakterisidal, antioksidan, antikanker, antijamur, antiviral, laksatif, diuretik,
antialergi dan antiinflamasi.
14,15
Universitas Sumatera Utara
Penelitian beberapa tahun terakhir menunjukan ketertarikan yang tinggi terhadap efek terapeutik ekstrak delima.
42
Percobaan klinis juga telah banyak dilakukan, sehingga diketahui bahwa delima memiliki efek terhadap kanker prostat,
prostat hiperplasia, diabetes millitus, limfoma, atherosklerosis, serta penyakit arteri koroner.
32
Efek terapeutik delima erat hubungannya dengan senyawa kimia yang terkandung di dalamnya. Penelitian terkini mengungkapkan bahwa bahan yang paling
memiliki nilai terapeutik di dalam delima adalah senyawa polifenol atau phenolic
13
. Selain itu, senyawa kimia lain yang berperan yaitu asam ellagic, tannin ellagic atau
hydrolyzable termasuk punicalagin, antosianidin, antosianin, asam punicic, flavonoid, dan estyrogenic flavonols dan flavon.
30
Phenolic adalah senyawa yang paling penting dalam aktifitas terhadap bakteri, contohnya adalah asam gallic yang diidentifikasi sebagai senyawa yang paling aktif
untuk uji penghambatan bakteri. Efek penghambatan senyawa phenolic dapat dijelaskan oleh adsorpsi ke membran sel, interaksi dengan enzim substrat dan
mengurangi komposisi ion logam bakteri.
33
Flavonoid dilaporkan menunjukkan kemampuan aktifitas anti-inflamasi, oestrogenic, enzim inhibition, antimikroba, antialergi, antioksidan, dan aktifitas
sitotoksis antitumor. Ekstrak flavonoid dari tanaman ini telah banyak digunakan dalam penelitian efek terhadap berbagai bakteri secara in vitro.
35
Flovanoid memiliki mekanisme antibakteri dengan berbagai aktifitas, diantaranya dengan menghambat
sintesis dari asam nukleat bakteri, menghambat fungsi membran sitoplasmik bakteri, dan menghambat metabolisme energi bakteri.
35
Senyawa tanin seperti punicalagin merupakan agen antimikrobial. Aktifitas tanin dalam melawan bakteri dan jamur dapat dilihat dari hubungan struktur molekul
dan toksisitasnya serta aktifitas astringennya. Efek tanin sebagai antimikroba nampak dari kemampuan melewati dinding sel bakteri yang terdiri dari polisakarida dan
protein dan berikatan dengan permukaanya.
13
Senyawa lain seperti asam ellagic, antosianin dan flavon juga memiliki aktifitas biological yang tinggi. Asam ellagic dan flavon memiliki kemampuan
Universitas Sumatera Utara
antikarsinogenik dan antioksidan yang tinggi.
32
Sedangkan, antosianin merupakan salah satu antioksidan tumbuhan yang kuat yang mampu mencegah berbagai
kerusakan sel.
13
2.7 Efek Ekstrak Kulit Buah Delima Terhadap Bakteri Periodontal