teori belajar behavioristik kognitif dan humanistik

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dalam pendidikan, pada kegiatan belajar mengajar di sekolah, penyampaian materi pelajaran kepada siswa tidak terlepas dari teori belajar. Hal ini penting untuk memberikan pondasi pemahaman siswa dalam mempelajari materi selanjutnya yang lebih mendalam. Belajar adalah suatu perubahan dalam diri siswa yang disebabkan oleh pengalaman. Teori belajar dimunculkan oleh para psikolog pendidikan setelah mereka mengalami kesulitan untuk menjelaskan proses belajar secara menyeluruh.

Belajar terjadi dengan banyak cara. Masalah yang terjadi sekarang ini adalah kesulitan mengatasi siswa yang tidak mau belajar. Padahal tanggung jawab guru adalah membantu siswa belajar. Tujuan pendidikan yang dipilih guru, prosedur pelajaran, pengorganisasian kelas, merupakan proses belajar-mengajar. Pandangan guru tentang peranan pengajaran mereka dapat berdampak positif terhadap pengajaran. Melalui sejarah pendidikan, pengajaran telah berubah. Banyak teori belajar yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Teori tersebut mempunyai pengaruh dan implikasi yang berbeda-beda dalam penerapannya. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas tentang teori belajar behavioristik, kognitif, humanistik. Kelebihan dan kekurangan teori belajar behavioristik, kognitif, dan humanistik. Tokoh-tokoh teori belajar dari tiga alairan psikologi belajar. Dan aplikasinya dalam pendidikan agama Islam.


(2)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana deskripsi teori behavioristik, kognitif, dan humanistik? 2. Siapa tokoh teori-teori belajar dari tiga aliran psikologi belajar ?

3. Apa kelebihan dan kekurangan dari teori belajar behavioristik, kognitif, dan humanistik ?

4. Bagaimana penerapan teori belajar behavioristik, kognitif, dan humanistik dalam pembelajaran?

5. Bagaimana cara mengaplikasikan teori belajar behavioristik, kognitif, dan humanistik dalam pendidikan agama Islam?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui bagaimana deskripsi teori behavioristik, kognitif, dan humanistik

2. Untuk mengetahui tokoh teori-teori belajar dari teori belajar behavioristik, kognitif, dan humanistik

3. Untuk megetahui kelebihan dan kekurangan dari teori behavioristik, kognitif, dan humanistik

4. Untuk megetahui penerapan teori belajar behavioristik, kognitif, dan humanistik dalam pembelajaran

5. Untuk megetahui cara mengaplikasikan teori belajar behavioristik, kognitif, dan humanistik dalam pendidikan agama Islam


(3)

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Teori Belajar

Teori belajar adalah seperangkat pernyataan umum yang digunakan untuk menjelaskan kenyataan mengenai belajar. Aplikasi teori belajar dalam situasi pembelajaran membutuhkan kejelian dan kecermatan guru untuk menangkap pesan-pesan yang terkandung dalam teori belajar.1 Ada tiga teori belajar yaitu teori belajar behavioristik, kognitif, dan humanistik.

1. Pengertian Teori Belajar Behavioristik

Teori belajar Behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.

Belajar dalam pandangan Behavioristik merupakan sebuah bentuk perubahan yang dialami siswa dalam bentuk perubahan kamampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil dari interaksi antara stimulus dan respons.2 Semua aliran Behavioristik timbul di Rusia tetapi kemudian berkembang pula di Amerika dan merupakan aliran yang mempunyai pengaruh cukup lama.

2. Pengertian Teori Belajar Kognitif

Teori ini lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri. Teori ini mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon. Belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Hal ini terpusat pada proses bagaimana suatu ilmu yang berasimilasi dengan ilmu yang sebelumnya telah dikuasai siswa. Ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seorang siswa melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini mengalir, sambung-menyambung dan menyeluruh.

1 Sugihartono, dkk, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: UNY Press, 2007), hal. 89-90


(4)

3. Pengertian Teori Belajar Humanistik

Psikologi humanistik berusaha memahami tingkah laku individu dari sudut pandang pelaku, bukan dari pengamat. Menurut aliran ini tingkah laku individu ditentukan oleh individu itu sendiri.3 Proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Teori ini menekankan pada isi dan proses belajar dan pada kenyataanya teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuk yang paling ideal. Teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal daripada belajar apa adanya yang biasa kita amati dalam dunia keseharian.

Tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika siswa telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa harus berusaha agar lambat laun mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.4

Pendidik harus memperhatikan pendidikan lebih responsif terhadap kebutuhan kasih sayang (affective) siswa. Kebutuhan afektif adalah kebutuhan yang berhubungan dengan emosi, perasaan, nilai, sikap, predisposisi, dan moral.5 Pendekatan humanistik pada umumnya mempunyai pandangan yang ideal yang lebih manusiawi, pribadi, dan berpusat pada siswa yang menolak terhadap pendidikan tradisional yang lebih berpusat pada guru.

B. Tokoh Teori-Teori Belajar dari Tiga Aliran Psikologi Belajar 1. Tokoh Teori Belajar Behavioristik

a. Edward Lee Thorndike (The Law of Effect)

Belajar adalah hubungan antara stimulus (pikiran, perasaaan, gerakan) dan respons (pikiran, perasaan, gerakan). Apabila respons menghasilkan efek yang memuaskan, hubungan antara stimulus dan

3 Mustaqin, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hal. 61.

4 Sugihartono, dkk, Psikologi Pendidikan, Op.Cit, hal. 116.


(5)

respons semakin kuat dan sebaliknya.6 Perubahan tingkah laku boleh berwujud sesuatu yang dapat dan tidak bisa diamati.7

Faktor penting yang mempengaruhi semua belajar adalah pernyataan kepuasan dari suatu kejadian. Ia menghapuskan bagian negatif yang mengganggu dari hukum pengaruh (law of effect) karena dia menemukan bahwa hukuman tidak penting. Hukuman akan memperlemah ikatan dan tidak mempunyai effect apa-apa berbeda dengan hadiah (reward).

Teori belajarnya mengarah pada sejumlah praktik pendidikan. Saran umum bagi guru adalah tahu apa yang hendak diajarkan, respons apa yang diharapkan, dan kapan harus memberikan hadiah atau penguat. Ia menunjukan satu ikatan antara stimulus dan respons yang terjadi dalam matematika. Ulangan yang tetap dari tabel perkalian dengan memberikan hadiah dari guru akan membentuk ikatan antara stimulus (berapa 7x7) dan respons (49) dalam membaca ulangan juga di tekankan dengan menyuruh siswa belajar menggunakan kata sesering mungkin pada berbagai tingkat kelas.

Hukum pengaruh mengarah pada pemberian hadiah yang konkret, seperti gambar bintang yang ditempelkan pada papan kelas (untuk siswa siswa TK dan SD) pada kertas hasil ulangan siswa, pujian verbal. Hukum latihan mengarah pada banyaknya ulangan, praktik dan dril untuk semua mata pelajaran.

b. Ivan Pavlow (classic conditioning: pengkondisian klasik)

Teori ini adalah sebuah prosedur penciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut. Belajar adalah perubahan yang ditandai dengan adanya hubungan antara stimulus dan respons. Stimulus yang diadakan selalu disertai dengan stimulus penguat. Stimulus tadi, cepat atau lambat akan menimbulkan respons atau perubahan yang dikendaki.8

6 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Rosda, 1995), hal. 105-106.

7 Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hal. 7.


(6)

c. Watson

Menurutnya, stimulus dan respons harus berbentuk tingkah laku yang bisa diamati. Ia mengabaikan perubahan mental yang terjadi dalam belajar dan menganggapnya sebagai faktor yang tidak perlu diketahui. Perubahan mental juga penting bagi siswa tetapi perubahan itu tidak bisa menjelaskan apakah proses belajar sudah terjadi atau belum. Ia tidak memikirkan hal-hal yang tidak bisa diukur, tetapi mereka tetap mengakui bahwa semua hal itu penting.9

Belajar adalah suatu proses dari respons melalui pergantian dari suatu stimulus kepada yang lain. Menurutnya, manusia dilahirkan dengan beberapa refleks dan reaksi emosi, ketakutan, cinta, dan marah.10 Semua tingkah laku dikembangkan oleh pembentukan hubungan stimulus dan respons baru melalui pengkondisian.

d. Clark Hull

Ia menganggap bahwa tingkah laku berfungsi untuk menjaga kelangsungan hidupnya sehingga kebutuhan biologis dan pemuasan menempati posisi sentral. Kebutuhan ini dikonsepkan sebagai dorongan (lapar, haus, tidur, hilang rasa nyeri dll). Stimulus dikaitkan dengan kebutuhan biologis yang dikaitkan dengan respon yang bermacam-macam bentuknya.11

e. Edwin Guthrie

Belajar merupakan kaitan asosiatif antara stimulus tertentu dan respons tertentu. Hubungan antara stimulus dengan respons merupakan faktor kritis dalam belajar, oleh karena iu diperlukan pemberian stimulus yang sering agar hubungan menjadi lebih langgeng. Suatu respons akan lebih kuat dan menjadi kebiasaan apabila respons tersebut berhubungan dengan berbagai macam stimulus. Ia menganggap bahwa hukuman pada saat yang tepat memiliki peran penting dalam proses belajar karena akan mampu mengubah kebiasaan seseorang.12

9 Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, Op.Cit, hal. 7-8.

10 Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, Op.Cit, hal. 129.

11 Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, Op.Cit, hal. 8.


(7)

f. Burrhus Frederic Skinner 1904 (Pembiasaan Perilaku Respons)

Tingkah laku terbentuk dari konsekuensi yang ditimbulkan oleh tingkah laku itu sendiri. Sejumlah perilaku atau respons yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan yang dekat. Teori ini menyatakan bahwa anak manusia lahir tanpa warisan (kecerdasan, bakat, perasaan dll). Semua kecakapan, kecerdasan, dan bahkan perasaan baru timbul setelah manusia melakukan kontak dengan alam sekitar terutama alam pendidikan. individu bisa pintar, terampil, dan berperasaan hanya bergantung pada bagaimana individu itu dididik.13

Skinner memandang hadiah atau penguatan sebagai unsur yang paling penting dalam proses belajar. Manusia cenderung untuk belajar suatu respons jika segara diikuti penguatan. Ia memilih istilah penguatan daripada hadiah karena hadiah diinterpretasikan sebagai tingkah laku subjektif yang dihubungkan dengan kesenangan, sedangkan penguatan adalah istilah yang netral.14

Ia memusatkan hubungan antar tingkah laku dan konsekuen. Contoh, jika tingkah laku individu diikuti oleh konsekuensi menyenangkan, individu akan menggunakan tingkah laku itu sesering mungkin. Menggunakan konsekuen yang menyenangkan dan tidak menyenangkan dalam mengubah tingkah laku sering disebut operant conditioning.15

Ia tidak menggunakan perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku yang akan membuat masalah menjadi rumit karena alat itu harus dijelaskan lagi. Sebagai contoh siswa berprestasi buruk karena mengalami frustasi. Hal itu akan menimbulkan pertanyaan apa itu frustasi yang akan memerlukan penjelasan lain.16

13 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Op.Cit, hal. 111-112.

14 Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, Op.Cit, hal. 131.

15 Ibid, hal. 131.


(8)

2. Tokoh Teori Belajar Kognitif

a. Piaget (1975)

Ia menganggap bahwa proses belajar terdiri dari tiga tahapan yaitu: 1) Asimilasi, proses penyatuan dan pengintegrasian informasi baru ke

struktur kognitif yang sudah ada dalam benak siswa.

2) Akomodasi, penyesuaian struktur kognitif dalam situasi yang baru. 3) Equilibrasi (penyeimbangan), penyesuaian berkesinambungan

antara asimilasi dan akomodasi.

Proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif yang dilalui siswa. Ia membaginya menjadi empat tahap yaitu:

(1) Tahap sensori-motor (1,5 sampai 2 tahun). (2) Tahap pra-operasional (2,3 dampai 7,8 tahun).

(3) Tahap operasional konkret (7,8 sampai 12,13,14 tahun). (4) Tahap operasional formal (14 tahun atau lebih).

Semakin tinggi tingkat kognitif sesorang, semakin teratur dan semakin abstrak cara berpikirnya. Guru harus memahami tahap perkembangan siswa serta memberikan materi belajar dalam jumlah dan jenis yang sesuai dengan tahapan itu sehingga tidak menyulitkan siswa.17

b. Ausubel (1968)

Menurutnya siswa akan belajar dengan baik apabila pengatur kemajuan belajar didefiniskan dan dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa. Pengatur kemajuan belajar adalah konsep atau informasi umum yang mencakup semua isi pelajaran yang akan diajarkan oleh siswa.

Pengetahuan guru terhadap isi mata pelajaran harus sangat baik sehingga guru akan mampu menemukan informasi yang sangat abstrak, umum dan inkusif, untuk diajarkan pada siswa.Logika berpikir guru juga dituntut sebaik mungkin agar tidak kesulitan


(9)

memilah materi pelajaran serta mengurutkan materi demi materi kedalam struktur urutan yang logis dan mudah dipahami.18

c. Bruner (Teori free discovery learning)

Teori ini adalah proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suau aturan (konsep, teori definisi dll) melalui contoh yang menggambarkan aturan yang menjadi sumbernya. Siswa dibimbing secara induktif untuk memahami suatu kebenaran umum.

Ia memandang bahwa teori belajar bersifat deskriptif, sedangkan teori pembelajaran bersifat preskriptif. Misalnya, teori belajar memprediksikan berapa usia maksimal anak untuk belajar penjumlahan, sedangkan teori pembelajaran menguraikan bagaimana cara mengajarkan penjumlahan.19

Tingkah laku seseorang senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi di mana tingkah laku itu terjadi.20 Pandangan kognitif melihat belajar sebagai suatu yang aktif. Mereka berinisiatif mencari pengalaman untuk belajar, mencari informasi untuk menyelesaikan masalah, mengatur kembali, dan mengorganisasi apa yang telah mereka ketahui untuk mencapai pelajaran baru.21

3. Tokoh Teori Belajar Humanistik

a. Arthur Combs

Tokoh ini menjelaskan bagaimana persepsi ahli-ahli psikologi dalam memandang tingkah laku. Untuk mengerti tingkah laku manusia, yang penting adalah mengerti bagaimana dunia ini dilihat dari sudut pandangnya. Untuk mengerti orang lain, yang penting adalah melihat dunia sebagai yang dia lihat, dan untuk menentukan bagaimana orang berpikir, merasa tentang dia atau tentang dunianya.22 b. Maslow

18 Ibid, hal. 12.

19 Ibid, hal. 12-13.

20 Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hal. 35.

21 Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, Op.Cit, hal. 149.


(10)

Tokoh ini berpendapat bahwa ada hierarki kebutuhan manusia. Kebutuhan untuk tingkat yang paling rendah yaitu tingkat untuk bisa survive atau mempertahankan hidup dan rasa aman, dan ini adalah kebutuhan yang paling penting. Jika manusia secara fisik terpernuhi kebutuhannya dan merasa aman, mereka akan distimuli untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi, yaitu kebutuhan untuk memiliki dan dicintai dan kebutuhan akan harga diri dalam kelompok mereka sendiri. Jika kebutuhan ini terpenuhi orang akan kembali mencari kebutuhan yang lebih tinggi lagi, prestasi intelektual, penghargaan estetis, dan akhirnya self-actualization.23

c. Rogers

Melalui bukunya Freedom to Learn and Freedom to Learn for the 80’s, menganjurkan pendekatan pendidikan sebaiknya mencoba membuat belajar dan mengajar lebih manusiawi, lebih personal, dan berarti. Prinsip-prinsip penting belajar humanistik menurut Rogers yaitu keinginan untuk belajar (The Desire to Learn), belajar secara signifikan (Significant Learning), belajar tanpa ancaman (Learning Without Threat), belajar atas inisiatif sendiri (Self-initiated Learning), belajar dan berubah (Learning and Change).24

d. Bloom dan Krathwohl

Mereka membagi penguasaan siswa dalam belajar menjadi tiga: 1) Kognitif, yang terdiri dari enam tingkatan, yaitu: pengetahuan

(mengingat dan menghafal), pemahaman (menginterpretasikan), aplikasi (penggunaan konsep untuk memecahkan masalah), analisis (menjabarkan suatu konsep), sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu kesatuan yang utuh), evaluasi (membandingkan nilai, ide, metode dan lain-lain).

2) Afektif yang terdiri dari lima tingkatan, yaitu pengenalan (ingin menerima dan sadar akan adanya sesuatu), merespons (aktif berpartisipasi), penghargaan (menerima nilai-nilai dan setia kepada nilai-nilai tertentu), mengorganisasian yaitu menghubungkan nilai

23Ibid, hal. 183.


(11)

yang dipercaya), pengamalan (menjadikan nilai sebagai bagian pola hidupnya).

3) Psikomotor yaitu peniruan (menirukan gerak), penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak), ketepatan (melakukan gerak dengan benar), perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus), naturalisasi (melakukan gerak secara wajar).

Taksonomi Bloom ini berhasil memberi inspirasi kepada banyak pakar untuk mengembangkan teori belajar dan pembelajaran. Taksonomi ini banyak membantu praktisi pendidikan untuk memformulasikan tujuan belajar dalam bahasa yang mudah dipahami, operasional, serta dapat diukur. Teori ini dijadikan pedoman untuk membuat butir soal ujian.25

e. Kolb

Ia membagi tahapan belajar menjadi empat tahapan yaitu:

1) Pengalaman konkret. Pada tahap pertama dan paling dini ini, siswa hanya mampu mengalami suatu kejadian.

2) Pengamatan aktif dan reflektif. Pada tahap kedua ini, siswa mampu mengadakan observasi aktif dan memahami terhadap kejadian itu. 3) Konseptualisasi. Tahap ketiga ini, siswa mulai belajar membuat

abstraksi atau teori tentang suatu hal yang pernah diamatinya. 4) Eksperimentasi aktif. Pada tahap akhir ini, siswa sudah mampu

mengaplikasikan suatu aturan umum ke situasi yang baru.

Siklus belajar semacam ini terjadi secara berkesinambungan dan berlangsung di luar kesadaran siswa sehingga sulit ditentukan kapan beralihnya, tetapi ada garis tegas antara tahap satu dengan tahap lain.26

f. Honey dan Mumford

Mereka membagi tipe siswa menjadi empat macam:

25 Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, Op.Cit, hal. 13-15.


(12)

1) Siswa tipe aktivis adalah yang suka melibatkan diri pada pengalaman baru dan cenderung berpikiran terbuka serta mudah diajak berdialog.

2) Siswa dengan tipe reflektor sangat berhati-hati mengambil langkah. 3) Siswa dengan tipe teoris sangat kritis, senang menganalisis, dan

tidak menyukai pendapat atau penilaian yang sifatnya subjektif. 4) Siswa tipe pragmatis menaruh perhatian besar pada aspek praktis.

Siswa tipe ini tidak suka berlarut-larut dalam membahas aspek teoritis filosofis karena lebih baik praktiknya.27

g. Habermas (tokoh yang dipengaruhi oleh interaksi, baik dengan lingkungan maupun dengan sesama manusia)

Tipe belajar dibagi menjadi:

1) Tipe belajar teknis, belajar berinteraksi dengan alam sekelilingnya. 2) Tipe belajar praktis, belajar berinteraksi dengan orang

disekelilingnya

3) Tipe belajar emansipatoris berusaha mencapai pemahaman dan kesadaran tentang perubahan kultural suatu lingkungan. Pemahaman kesadaran terhadap perubahan kultural menjadi tahapan terpenting karena dianggap sebagai tujuan pendidikan yang paling tinggi.28

C. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar

1. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Behavioristik

a. Kelebihan Teori Belajar Behavioristik

1) Membiasakan guru untuk bersikap teliti dan peka pada situasi dan kondisi belajar.

2) Metode behavioristik ini sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti: kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleksi, daya tahan, dan sebagainya.

27 Ibid, hal. 16.


(13)

3) Guru tidak banyak memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan belajar mandiri. Jika menemukan kesulitan baru ditanyakan kepada guru yang bersangkutan.

4) Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.29 b. Kekurangan Teori Behavioristik

1) Proses belajar dipandang sebagai kegiatan yang diamati langsung, padahal belajar adalah kegiatan yang ada dalam system syaraf manusia yang tidak terlihat kecuali melalui gejalanya.

2) Proses belajar dipandang bersifat otomatis-mekanis sehingga terkesan seperti mesin atau robot, padahal manusia mempunyai kemampuan self regulation dan self control yang bersifat kognitif. Sehingga dengan kemampuan ini, manusia bias menolak kebiasaan yang tidak sesuai dengan dirinya.

3) Proses belajar manusia yang dianalogikan dengan hewan sangat sulit diterima, mengingat ada perbedaan yang cukup mencolok antara hewan dan manusia.30

c. Peran Guru dalam Aliran Teori Behavioristik

Pendidik adalah orang yang mendominasi kegiatan pembelajaran. Tugasnya memindahkan pengetahuan ke orang yang belajar, dengan cara memberikan stimulus, penghargaan atau hukuman dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai hasil belajar yang baik. Guru menyampaikan materi pelajaran melalui ceramah, dan banyak tergantung pada buku teks. Tugas guru dalam proses pembelajaran adalah :

1) Menentukan tujuan.

2) Menentukan materi pelajaran.

29 Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), hal. 85.


(14)

3) Mengkaji materi pelajaran.

4) Menyusun sesuai dengan system informasi.

5) Menyajikan materi dan membimbing pesrta didik dengan pola sesuai materi pelajaran.

2. Kelebihan dan Kekurangan Teori Kognitif

a. Kelebihan Teori Kognitif

1) Sebagian besar dalam kurikulum pendidikan negara Indonesia lebih menekankan pada teori kognitif yang mengutamakan pada pengembangan pengetahuan yang dimiliki pada setiap individu. 2) Pada metode pembelajaran kognitif pendidik hanya perlu

memeberikan dasar-dasar dari materi yang diajarkan untuk pengembangan dan kelanjutannya diserahkan pada peserta didik, dan pendidik hanya perlu memantau, dan menjelaskan dari alur pengembangan materi yang telah diberikan.

3) Dengan menerapkan teori kognitif ini maka pendidik dapat memaksimalkan ingatan yang dimiliki oleh peserta didik untuk mengingat semua materi-materi yang diberikan karena pada pembelajaran kognitif salah satunya menekankan pada daya ingat peserta didik untuk selalu mengingat akan materi-materi yang telah diberikan.

4) Menurut para ahli kognitif itu sama artinya dengan kreasi atau pembuatan satu hal baru atau membuat suatu yang baru dari hal yang sudah ada, maka dari itu dalam metode belajar kognitif peserta didik harus lebih bisa mengkreasikan hal-hal baru yang belum ada atau menginovasi hal yang yang sudah ada menjadi lebih baik lagi.

5) Metode kognitif ini mudah untuk diterapkan dan juga telah banyak diterapkan pada pendidikan di Indonesia dalam segala tingkatan.31 b. Kekurangan Teori Kognitif

31 Eveline Siregar dan Hartini, Teori Belajar dan Pembelajaran (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hal. 25.


(15)

1) Pada dasarnya teori kognitif ini lebih menekankan pada kemampuan ingatan peserta didik, dan kemampuan ingatan masing-masing peserta didik, sehingga kelemahan yang terjadi di sini adalah selalu menganggap semua peserta didik itu mempunyai kemampuan daya ingat yang sama dan tidak dibeda-bedakan. 2) Adakalanya juga dalam metode ini tidak memperhatikan cara

peserta didik dalam mengeksplorasi atau mengembangkan pengetahuan dan cara-cara peserta didiknya dalam mencarinya, karena pada dasarnya masing-masing peserta didik memiliki cara yang berbeda-beda.

3) Apabila dalam pengajaran hanya menggunakan metode kognitif, maka dipastikan peserta didik tidak akan mengerti sepenuhnya materi yang diberikan.

4) Jika dalam sekolah kejuruan hanya menggunakan metode kognitif tanpa adanya metode pembelajaran lain maka peserta didik akan kesulitan dalam praktek kegiatan atau materi.

5) Dalam menerapkan metode pembelajran kognitif perlu diperhatikan kemampuan peserta didik untuk mengembangkan suatu materi yang telah diterimanya.32

c. Peran Guru dalam Aliran Teori Kognitif

Peranan guru menurut teori belajar kognitif ialah bagaimana dapat mengembangkan potensi kognitif yang ada pada setiap peserta didik. Jika potensi yang ada pada setiap peserta didik telah dapat berfungsi dan menjadi aktual oleh proses pendidikan di sekolah, maka peserta akan mengetahui dan memahami serta menguasai materi pelajaran yang dipelajari di sekolah melalui proses belajar mengajar di kelas.

3. Kelebihan dan Kekurangan Teori Humanistik

a. Kelebihan Teori Humanistik

1) Pembelajaran dengan teori ini sangat cocok diterapkan untuk materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan


(16)

kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial.

2) Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauannya sendiri.

3) Siswa menjadi manusia yang bebas, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain.

b. Kekurangan Teori Humanistik

1) Siswa yang tidak mau memahami potensi dirinya akan ketinggalan dalam proses belajar.

2) Siswa yang tidak aktif dan malas belajar akan merugikan diri sendiri dalam proses belajar.

c. Peran Guru dalam Aliran Teori Humanistik

Psikologi Humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator : 1) Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana

awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas.

2) Fasilitator membantu untuk memperoleh dan menjelaskan tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan-tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.

3) Guru mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna.

4) Guru mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling luas dan mudah untuk dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan siswa.

5) Guru menempatkan dirinya sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok siswa.

6) Didalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas dan menerima baik isi yang bersifat intelektual dan


(17)

sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk menaggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok.

7) Bila mana situasi dan kondisi siswa dalam kelas telah kondisional. Fasilitator berangsur-angsur dapat berperan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan pandangannya sebagai seorang individu, seperti siswa yang lain.

D. Penerapan Teori Belajar Behavioristik, Kognitif, dan Humanistik dalam Pembelajaran

1. Penerapan Teori Belajar Behavioristik dalam Pembelajaran

Sebagai konsekuensi teori ini, para guru yang menggunakan paradigma behaviorisme akan menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap, sehingga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru. Guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Bahan pelajaran disusun secara hirarki dari yang sederhana sampai pada yang kompleks. Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu keterampilan tertentu.

Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Kesalahan harus segera diperbaiki. Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori ini adalah terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif, sedangkan perilaku yang kurang sesuai mendapatkan penghargaan negatif. Evaluasi atau penilaian didasarkan pada perilaku yang tampak.33

2. Penerapan Teori Belajar Kognitif dalam Pembelajaran

Ada sejumlah cara untuk menggunakan model belajar kognitif dalam kelas. Pertama kita akan melihat strategi mengajar pada umumnya, terutama yang menyangkut rencana pembelajaran, kemudian yang kedua


(18)

kita akan memusatkan perhatian untuk membantu siswa dalam mengingat informasi baru.

Strategi belajar sangatlah penting dalam mencapai suatu keberhasilan pengajaran, dalam hal ini ada beberapa faktor yang mendasari strategi mengajar yaitu; memusatkan perhatian, banyak faktor yang mempengaruhi perhatian siswa. Dalam permulaan pelajaran, guru dapat membuat kontak mata atau berbuat sesuatu yang mengejutkan siswa dengan maksud untuk menarik perhatian siswa.mengidentifikasi apa yang penting, sulit, dan tidak bisa, belajar dapat dipertinggi jika guru membantu siswa merasa betapa pentingnya informasi baru,

Suatu strategi untuk melakukan ini adalah membuat tujuan pembelajaran sejelas mungkin. membantu siswa mengingat kembali informasi yang telah dipelajari sebelumnya, membantu siswa memahami dan menggabungkan informasi. Mungkin satu-satunya metode terbaik untuk membantu siswa memahami pelajaran dan mengombinasikan informasi yang telah ada dengan informasi baru adalah membuat setiap pelajaran sedapat mungkin bermakna.

Strategi selanjutnya yaitu, strategi untuk membantu siswa dalam mengingat informasi baru. Lindsy dan Norman menyampaikan tiga aturan umum untuk memperbaiki ingatan, pertama menghafal memerlukan usaha. Kedua materi yang harus dihafal atau diingat seharusnya berhubungan dengan hal-hal lain. Ketiga materi dapat dibagi dalam kelompok atau bagian-bagian kecil dan kemudian diletakkan kembali bersama-sama pola yang berarti.34

3. Penerapan Teori Belajar Humanistik dalam Pembelajaran

Implikasi pengajaran dari sudut pandang Rogers yaitu tidak begitu memperhatikan metodologi pengajaran. Nilai dari perencanaan kurikulum, keahlian ilmiah guru, atau penggunaan teknologi tidak sepenting dalam memudahkan belajar, seperti respons perasaan siswa atau mutu dari interaksi antara siswa dan guru. Satu strategi yang disarankan Rogers adalah memberi siswa dengan berbagai macam sumber yang dapat


(19)

mendukung dan membimbing pengalaman mereka. Strategi lain yang disarankan Rogers adalah peer-tutoring (siswa mengajar siswa yang lain). Rogers adalah penganjur yang kuat pada penemuannya, di mana siswa mencari jawaban terhadap pertanyaan yang nyata, membuat penemuan autonomus (bebas), dan menjadi pencetus dalam belajar atas inisiatifnya sendiri. Pengajaran dalam Psikologi Humanistik meliputi:

a. Pendidikan Setara (Confluent Education)

George Brown mengembangkan Pusat Pendidikan Humanistik di Universitas California, Sania Barbara, dimana guru belajar mengintegrasikan pengalaman afektif dengan belajar kognitif di kelas.35 Contohnya adalah pengajaran Bahasa Inggris pada siswa umur 12 tahun tentang buku yang berjudul Red Badge of Courage. Guru yang ingin mengembangkan latihan ini, ingin siswanya tidak hanya mendapatkan pengertian yang lebih dalam tentang novel itu, tetapi juga memperoleh kesadaran antar pribadi yang lebih besar dengan mendiskusikan konsep tentang keberanian, keteguhan hati, dan kekuatan mereka sendiri. b. Pendidikan Terbuka (Open Education)

1) Syarat-syarat belajar (Provisions for Learning). Memanipulasi persediaan bahan pelajaran untuk memenuhi keanekaragaman dan luasnya mata pelajaran. Anak-anak bergerak bebas di kelas, mendorong untuk bercakap-cakap dan tidak dipisahkan ke dalam kelompok dengan menggunakan skor tes.

2) Manusiawi, hormat, terbuka, dan hangat (Humannes, Respect, Opennes, and Warmth). Menggunakan bahan pelajaran yang dibuat siswa. Guru berhadapan dengan tingkah laku siswa yang bermasalah dengan berkomunikasi dengan anak tanpa melibatkan kelompok.

3) Mendiagnosis kejadian selama pelajaran (Diagnosis of Learning Events). Siswa mengoreksi pekerjaan mereka sendiri. Guru mengobservasi dan menanyakan pertanyaan-pertanyaan.

4) Pengajaran (Instruction). Secara individual tidak ada tes/ buku tugas.


(20)

5) Penilaian (evaluation). Guru mengambil catatan beberapa tes formal.

6) Mencari kesempatan untuk menumbuhkan profesionaliisme (Search for Opportunities for Professional Growth). Guru menggunakan bantuan orang lain. Guru bekerja dengan teman sejawat.

7) Persepsi guru tentang dirinya (Self-Perception of Teacher). Guru mencoba untuk menyimpan semua persepsi tentang anak-anak di dalam pengamatannya dan memonitor pekerjaan mereka.

8) Mengasumsikan anak-anak dan proses belajar (Assumption about Children and the Learning Process). Suasana kelas hangat dan diterima. Anak-anak terlibat dengan apa yang mereka kerjakan.36

Slavin menyimpulkan bahwa hasil penelitian kelas terbuka mengatakan, pengalaman-pengalaman dari gerakan kelas terbuka menyarankan bahwa ada keterbatasan terhadap belajar yang diarahkan pada diri sendiri oleh siswa, terutama ketika mereka belajar keterampilan dasar di mana begitu banyak kegiatan belajar yang tergantung dari guru.37

E. Aplikasi Teori Behavioristik, Kognitif, dan Humanistik dalam Pendidikan Agama Islam

1. Aplikasi Teori Behavioristik dalam PAI

Teori behavioristik ini sangat sesuai apabila diterapkan dalam pembelajaran PAI, karena PAI adalah mata pelajaran yang orientasinya untuk pembentukan habituasi atau pembiasaan dalam mengamalkan agama yang telah dipelajari oleh siswa. Maka dengan teori ini diharapkan siswa dapat menerapkan tingkah laku sesuai amalan agama dalam kehidupan sehari-harinya. Bagi seorang guru PAI, mempergunakan teori tingkah laku ini akan mempermudah guru untuk mencapai indikator yang diinginkan oleh guru karena siswa secara tidak langsung telah melakukan apa yang diharapkan guru tanpa mereka merasa dipaksa.

2. Aplikasi Teori Kognitif dalam PAI 36 Ibid, hal. 188-190.


(21)

Teori kognitif merupakan suatu teori yang dimana bertumpu pada perkembangan daya serap otak atas informasi yang telah diterimanya. Oleh karena itu teori ini lebih sesuai digunakan dalam mata pelajaran Fiqih, Al-Quran dan Al-Hadis, walaupun tidak menutup kemungkinan bahwa teori ini dapat digunakan disetiap bidang pengetahuan apapun. Dalam kaitannya dengan materi Fiqih dan Al-Quran dan Al-Hadis penerapan teori kognitif ini menurut penulis sangat cocok digunakan dalam proses pembelajaran teori ini, memusatkan perhatian, banyak faktor yang mempengaruhi perhatian siswa. Dalam permulaan pelajaran, guru dapat membuat kontak mata atau berbuat sesuatu yang mengejutkan sisiwa dengan maksud untuk menarik perhatian siswa.mengidentifikasi apa yang penting, sulit, dan tidak bisa, belajar dapat dipertinggi jika guru membantu siswa merasa betapa pentingnya informasi baru.

Suatu strategi untuk melakukan ini adalah membuat tujuan pembelajaran sejelas mungkin. membantu siswa mengingat kembali informasi yang telah dipelajari sebelumnya, membantu siswa memahami dan menggabungkan informasi. Mungkin satu-satunya metode terbaik untuk membantu siswa memahami pelajaran dan mengombinasikan informasi yang telah ada dengan informasi baru adalah membuat setiap pelajaran sedapat mungkin bermakna.

Dengan adanya langkah tersebut diharapkan materi tentang Fiqih dan Al-Quran dan Al-Hadis dapat mudah dipahami sisiwa dan titik akhir siswa mampu mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Dan strategi yang dipakai atau digunakan dalam pembelajaran ini dengan Discovery Learning. Dengan hal itu diharapkan para siswa mudah dalam mengkap suatu informasi baru dan selalu diingat jangka panjangnya.

3. Aplikasi Teori Humanistik dalam PAI

Pengalaman emosional dan karateristik khusus individu dalam belajar perlu diperhatikan oleh guru dalam merencanakan pembelajaran. Seseorang akan dapat belajar dengan baik apabila mempunyai pengertian tentang dirinya sendiri dan dapat membuat pilihan-pilihan secara bebas ke arah mana ia akan berkembang. Dengan demikian teori belajar humanistik mampu menjelaskan bagaimana tujuan ideal tersebut dapat dicapai.


(22)

Teori belajar humanistik dapat diterapkan dalam pembelajaran tauhid, akhlak, akan sangat membantu para pendidik dalam memahani arah belajar pada dimensi yang lebih luas, sehingga upaya pembelajaran apapun dan pada konteks manapun akan selalu diarahkan dan dilakukan untuk mencapai tujuannya. Contoh pembelajaran kooperatif dari teori humanistik ini ialah mengemas materi pembelajaran akhlak, fiqh atau tauhid dengan strategi pemebelajaran jigsaw. Murid dimasukkan ke dalam tim-tim kecil yang bersifat heterogen, kemudian tim diberi bahan pelajaran.

Murid mempelajari bagian masing-masing bersama-sama dengan anggota tim lain yang mendapat bahan serupa. Setelah itu mereka kembali ke kelompoknya masing-masing untuk mengajarkan bagian yang telah dipelajarinya bersama dengan anggota tim lain tersebut, kepada teman-teman dalam timnya sendiri. Akhirnya semua anggota tim dites mengenai seluruh bahan pelajaran. Adapun skor yang diperoleh murid dapat ditentukan melalui dua cara, yakni skor untuk masing-masing murid dan skor yang digunakan untuk membuat skor tim.

Meskipun teori ini masih sulit diterapkan ke dalam langkah-langkah pembelajaran yang praktis dan operasional, namun sumbangannya begitu besar. Ide-ide, konsep-konsep, taksonomi-taksonomi tujuan yang telah dirumuskannya dapat membantu para pendidik dan guru dalam memahami hakekat manusia. Hal ini akan dapat membantu mereka dalam menentukan komponen-komponen pembelajaran seperti perumusan tujuan, penentuan materi, pemilihan strategi pembelajaran, serta pengembangan alat evaluasi, ke arah pembentukan manusia yang dicita-citakan tersebut.

BAB III PENUTUP


(23)

A. Kesimpulan

Ada tiga teori belajar yaitu teori belajar behavioristik, kognitif, dan humanistik.

1. Teori behavioristik

Teori behavioristik ini sangat sesuai apabila diterapkan dalam pembelajaran PAI, karena PAI adalah mata pelajaran yang orientasinya untuk pembentukan habituasi atau pembiasaan dalam mengamalkan agama yang telah dipelajari oleh siswa.

2. Teori kognitif

Teori kognitif merupakan suatu teori yang dimana bertumpu pada perkembangan daya serap otak atas informasi yang telah diterimanya.

3. Teori belajar humanistik

Teori belajar humanistik dapat diterapkan dalam pembelajaran tauhid, akhlak, akan sangat membantu para pendidik dalam memahani arah belajar pada dimensi yang lebih luas, sehingga upaya pembelajaran apapun dan pada konteks manapun akan selalu diarahkan dan dilakukan untuk mencapai tujuannya.

B. Saran

Dengan selesainya penulisan makalh ini, maka penulis mengharap kepada pembaca sekiranya menemukan kesalahan pada makalah ini untuk memperbaikinya. Sebab penulis bukanlah orang sempurna yang tidak lepas dari sifat kekeliruan, sehingga penulis juga biasa melakukan kesalahan. Saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun semangat menulis penulis akan selalu ditunggu oleh penulis.


(1)

kita akan memusatkan perhatian untuk membantu siswa dalam mengingat informasi baru.

Strategi belajar sangatlah penting dalam mencapai suatu keberhasilan pengajaran, dalam hal ini ada beberapa faktor yang mendasari strategi mengajar yaitu; memusatkan perhatian, banyak faktor yang mempengaruhi perhatian siswa. Dalam permulaan pelajaran, guru dapat membuat kontak mata atau berbuat sesuatu yang mengejutkan siswa dengan maksud untuk menarik perhatian siswa.mengidentifikasi apa yang penting, sulit, dan tidak bisa, belajar dapat dipertinggi jika guru membantu siswa merasa betapa pentingnya informasi baru,

Suatu strategi untuk melakukan ini adalah membuat tujuan pembelajaran sejelas mungkin. membantu siswa mengingat kembali informasi yang telah dipelajari sebelumnya, membantu siswa memahami dan menggabungkan informasi. Mungkin satu-satunya metode terbaik untuk membantu siswa memahami pelajaran dan mengombinasikan informasi yang telah ada dengan informasi baru adalah membuat setiap pelajaran sedapat mungkin bermakna.

Strategi selanjutnya yaitu, strategi untuk membantu siswa dalam mengingat informasi baru. Lindsy dan Norman menyampaikan tiga aturan umum untuk memperbaiki ingatan, pertama menghafal memerlukan usaha. Kedua materi yang harus dihafal atau diingat seharusnya berhubungan dengan hal-hal lain. Ketiga materi dapat dibagi dalam kelompok atau bagian-bagian kecil dan kemudian diletakkan kembali bersama-sama pola yang berarti.34

3. Penerapan Teori Belajar Humanistik dalam Pembelajaran

Implikasi pengajaran dari sudut pandang Rogers yaitu tidak begitu memperhatikan metodologi pengajaran. Nilai dari perencanaan kurikulum, keahlian ilmiah guru, atau penggunaan teknologi tidak sepenting dalam memudahkan belajar, seperti respons perasaan siswa atau mutu dari interaksi antara siswa dan guru. Satu strategi yang disarankan Rogers adalah memberi siswa dengan berbagai macam sumber yang dapat


(2)

mendukung dan membimbing pengalaman mereka. Strategi lain yang disarankan Rogers adalah peer-tutoring (siswa mengajar siswa yang lain). Rogers adalah penganjur yang kuat pada penemuannya, di mana siswa mencari jawaban terhadap pertanyaan yang nyata, membuat penemuan autonomus (bebas), dan menjadi pencetus dalam belajar atas inisiatifnya sendiri. Pengajaran dalam Psikologi Humanistik meliputi:

a. Pendidikan Setara (Confluent Education)

George Brown mengembangkan Pusat Pendidikan Humanistik di

Universitas California, Sania Barbara, dimana guru belajar mengintegrasikan pengalaman afektif dengan belajar kognitif di kelas.35 Contohnya adalah pengajaran Bahasa Inggris pada siswa umur 12 tahun tentang buku yang berjudul Red Badge of Courage. Guru yang ingin mengembangkan latihan ini, ingin siswanya tidak hanya mendapatkan pengertian yang lebih dalam tentang novel itu, tetapi juga memperoleh kesadaran antar pribadi yang lebih besar dengan mendiskusikan konsep tentang keberanian, keteguhan hati, dan kekuatan mereka sendiri. b. Pendidikan Terbuka (Open Education)

1) Syarat-syarat belajar (Provisions for Learning). Memanipulasi persediaan bahan pelajaran untuk memenuhi keanekaragaman dan luasnya mata pelajaran. Anak-anak bergerak bebas di kelas, mendorong untuk bercakap-cakap dan tidak dipisahkan ke dalam kelompok dengan menggunakan skor tes.

2) Manusiawi, hormat, terbuka, dan hangat (Humannes, Respect, Opennes, and Warmth). Menggunakan bahan pelajaran yang dibuat siswa. Guru berhadapan dengan tingkah laku siswa yang bermasalah dengan berkomunikasi dengan anak tanpa melibatkan kelompok.

3) Mendiagnosis kejadian selama pelajaran (Diagnosis of Learning Events). Siswa mengoreksi pekerjaan mereka sendiri. Guru mengobservasi dan menanyakan pertanyaan-pertanyaan.

4) Pengajaran (Instruction). Secara individual tidak ada tes/ buku tugas.


(3)

5) Penilaian (evaluation). Guru mengambil catatan beberapa tes formal.

6) Mencari kesempatan untuk menumbuhkan profesionaliisme (Search for Opportunities for Professional Growth). Guru menggunakan bantuan orang lain. Guru bekerja dengan teman sejawat.

7) Persepsi guru tentang dirinya (Self-Perception of Teacher). Guru mencoba untuk menyimpan semua persepsi tentang anak-anak di dalam pengamatannya dan memonitor pekerjaan mereka.

8) Mengasumsikan anak-anak dan proses belajar (Assumption about Children and the Learning Process). Suasana kelas hangat dan diterima. Anak-anak terlibat dengan apa yang mereka kerjakan.36

Slavin menyimpulkan bahwa hasil penelitian kelas terbuka mengatakan, pengalaman-pengalaman dari gerakan kelas terbuka menyarankan bahwa ada keterbatasan terhadap belajar yang diarahkan pada diri sendiri oleh siswa, terutama ketika mereka belajar keterampilan dasar di mana begitu banyak kegiatan belajar yang tergantung dari guru.37

E. Aplikasi Teori Behavioristik, Kognitif, dan Humanistik dalam Pendidikan Agama Islam

1. Aplikasi Teori Behavioristik dalam PAI

Teori behavioristik ini sangat sesuai apabila diterapkan dalam pembelajaran PAI, karena PAI adalah mata pelajaran yang orientasinya untuk pembentukan habituasi atau pembiasaan dalam mengamalkan agama yang telah dipelajari oleh siswa. Maka dengan teori ini diharapkan siswa dapat menerapkan tingkah laku sesuai amalan agama dalam kehidupan sehari-harinya. Bagi seorang guru PAI, mempergunakan teori tingkah laku ini akan mempermudah guru untuk mencapai indikator yang diinginkan oleh guru karena siswa secara tidak langsung telah melakukan apa yang diharapkan guru tanpa mereka merasa dipaksa.

2. Aplikasi Teori Kognitif dalam PAI

36 Ibid, hal. 188-190. 37 Ibid, hal. 191.


(4)

Teori kognitif merupakan suatu teori yang dimana bertumpu pada perkembangan daya serap otak atas informasi yang telah diterimanya. Oleh karena itu teori ini lebih sesuai digunakan dalam mata pelajaran Fiqih, Al-Quran dan Al-Hadis, walaupun tidak menutup kemungkinan bahwa teori ini dapat digunakan disetiap bidang pengetahuan apapun. Dalam kaitannya dengan materi Fiqih dan Al-Quran dan Al-Hadis penerapan teori kognitif ini menurut penulis sangat cocok digunakan dalam proses pembelajaran teori ini, memusatkan perhatian, banyak faktor yang mempengaruhi perhatian siswa. Dalam permulaan pelajaran, guru dapat membuat kontak mata atau berbuat sesuatu yang mengejutkan sisiwa dengan maksud untuk menarik perhatian siswa.mengidentifikasi apa yang penting, sulit, dan tidak bisa, belajar dapat dipertinggi jika guru membantu siswa merasa betapa pentingnya informasi baru.

Suatu strategi untuk melakukan ini adalah membuat tujuan pembelajaran sejelas mungkin. membantu siswa mengingat kembali informasi yang telah dipelajari sebelumnya, membantu siswa memahami dan menggabungkan informasi. Mungkin satu-satunya metode terbaik untuk membantu siswa memahami pelajaran dan mengombinasikan informasi yang telah ada dengan informasi baru adalah membuat setiap pelajaran sedapat mungkin bermakna.

Dengan adanya langkah tersebut diharapkan materi tentang Fiqih dan Al-Quran dan Al-Hadis dapat mudah dipahami sisiwa dan titik akhir siswa mampu mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Dan strategi yang dipakai atau digunakan dalam pembelajaran ini dengan Discovery Learning. Dengan hal itu diharapkan para siswa mudah dalam mengkap suatu informasi baru dan selalu diingat jangka panjangnya.

3. Aplikasi Teori Humanistik dalam PAI

Pengalaman emosional dan karateristik khusus individu dalam belajar perlu diperhatikan oleh guru dalam merencanakan pembelajaran. Seseorang akan dapat belajar dengan baik apabila mempunyai pengertian tentang dirinya sendiri dan dapat membuat pilihan-pilihan secara bebas ke arah mana ia akan berkembang. Dengan demikian teori belajar humanistik mampu menjelaskan bagaimana tujuan ideal tersebut dapat dicapai.


(5)

Teori belajar humanistik dapat diterapkan dalam pembelajaran tauhid, akhlak, akan sangat membantu para pendidik dalam memahani arah belajar pada dimensi yang lebih luas, sehingga upaya pembelajaran apapun dan pada konteks manapun akan selalu diarahkan dan dilakukan untuk mencapai tujuannya. Contoh pembelajaran kooperatif dari teori humanistik ini ialah mengemas materi pembelajaran akhlak, fiqh atau tauhid dengan strategi pemebelajaran jigsaw. Murid dimasukkan ke dalam tim-tim kecil yang bersifat heterogen, kemudian tim diberi bahan pelajaran.

Murid mempelajari bagian masing-masing bersama-sama dengan anggota tim lain yang mendapat bahan serupa. Setelah itu mereka kembali ke kelompoknya masing-masing untuk mengajarkan bagian yang telah dipelajarinya bersama dengan anggota tim lain tersebut, kepada teman-teman dalam timnya sendiri. Akhirnya semua anggota tim dites mengenai seluruh bahan pelajaran. Adapun skor yang diperoleh murid dapat ditentukan melalui dua cara, yakni skor untuk masing-masing murid dan skor yang digunakan untuk membuat skor tim.

Meskipun teori ini masih sulit diterapkan ke dalam langkah-langkah pembelajaran yang praktis dan operasional, namun sumbangannya begitu besar. Ide-ide, konsep-konsep, taksonomi-taksonomi tujuan yang telah dirumuskannya dapat membantu para pendidik dan guru dalam memahami hakekat manusia. Hal ini akan dapat membantu mereka dalam menentukan komponen-komponen pembelajaran seperti perumusan tujuan, penentuan materi, pemilihan strategi pembelajaran, serta pengembangan alat evaluasi, ke arah pembentukan manusia yang dicita-citakan tersebut.

BAB III PENUTUP


(6)

A. Kesimpulan

Ada tiga teori belajar yaitu teori belajar behavioristik, kognitif, dan humanistik.

1. Teori behavioristik

Teori behavioristik ini sangat sesuai apabila diterapkan dalam pembelajaran PAI, karena PAI adalah mata pelajaran yang orientasinya untuk pembentukan habituasi atau pembiasaan dalam mengamalkan agama yang telah dipelajari oleh siswa.

2. Teori kognitif

Teori kognitif merupakan suatu teori yang dimana bertumpu pada perkembangan daya serap otak atas informasi yang telah diterimanya. 3. Teori belajar humanistik

Teori belajar humanistik dapat diterapkan dalam pembelajaran tauhid, akhlak, akan sangat membantu para pendidik dalam memahani arah belajar pada dimensi yang lebih luas, sehingga upaya pembelajaran apapun dan pada konteks manapun akan selalu diarahkan dan dilakukan untuk mencapai tujuannya.

B. Saran

Dengan selesainya penulisan makalh ini, maka penulis mengharap kepada pembaca sekiranya menemukan kesalahan pada makalah ini untuk memperbaikinya. Sebab penulis bukanlah orang sempurna yang tidak lepas dari sifat kekeliruan, sehingga penulis juga biasa melakukan kesalahan. Saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun semangat menulis penulis akan selalu ditunggu oleh penulis.