Latar Belakang Masalah. Dr. Rahmanta,M.Si. 4. Drs.Rahmat Sumanjaya,M.Si.

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah.

Dalam struktur penerimaan Negara perpajakan masih merupakan primadona dan komponen terbesar dalam negeri untuk menopang pembiayaan operasional pemerintahan dan pembangunan. Disamping mampu menyediakan sumber dana bagi pembiayaan berbagai proyek penanggulangan dampak krisis ekonomi, penerimaan perpajakan juga dapat mencegah terjadinya pembengkakan defisit anggaran . Pajak tidak hanya dinikmati oleh pembayar pajak saja tapi untuk kepentingan negara demi tercapainya kesejahteraan di Indonesia. Penerimaan perpajakan selalu mengalami peningkatan setiap tahun begitu juga dengan pengeluran pemerintah yang meningkat lebih cepat yang menyebabkan fiscal gap dan defisit anggaran. Peningkatan penerimaan perpajakan jika dibandingkan dengan PDB ternyata tax ratio kita masih rendah dibandingkan dengan beberapa negara Asia dan ASEAN . Penerimaan perpajakan terdiri dari penerimaan pajak dalam negeri dan penerimaan pajak perdagangan internasional. Indonesia sebagai negara di dunia tidak terlepas dari dunia internasional yang menyebabkan aspek perpajakan yang lebih kompleks yang membutuhkan perhatian serius dari pemerintah untuk mengatur kebijakan dan harmonisasi dengan dunia internasional. Sebagai perbandingan penerimaan pajak terhadap pendapatan nasional tax ratio dari di beberapa negara Asia menunjukkan urutan sebagai berikut : Tabel 1.1.Perbandingan penerimaan pajak terhadap pendapatan nasional Tax Ratio di beberapa Negara Asia No. Urut Negara Tax Ratio 1 Jepang 27,40 2 Korea 26,80 3 India 17,70 4 Thailand 17,00 5 Malaysia 15,50 6 Srilanka 15,30 7 Philipina 14,40 8 Singapura 13,00 9 Indonesia 12,40 10 Pakistan 10,20 11 Myanmar 4,9 Sumber. Direktorat Jenderal Pajak 2010 Penggunaan tax ratio sebagai ukuran kinerja penerimaan pajak juga diperdebatkan karena kadang-kadang kontradiktif dengan data dan fakta ekonomi lainnya. Misalnya, penerimaan pajak yang tinggi tetapi berasosiasi terhadap pertumbuhan ekonomi yang rendah. Sistem perpajakan di Indonesia juga harus disusun menjadi lebih kondusif agar dapat meningkatkan wajib pajak, kepercayaan dan produktifitas. Penerimaan pajak juga dipengaruhi oleh tarif pajak tax rate dan basis pajak tax based. Tarif pajak dan basis pajak perlu disesuaikan pada tingkat yang rasional sehingga dapat meningkatkan daya saing dan menggairahkan dunia usaha yang pada akhirnya memberi dampak positif pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dalam APBN tahun 2010, penerimaan pajak sebesar Rp. 742.7 triliun atau sebesar 78.3 dari penerimaan dalam negeri. Dari jumlah tesebut, 47.26 berasal dari penerimaan Pajak Penghasilan PPh , 36.28 dari Pajak Pertambahan Nilai PPN , 3.56 dari Pajak Bumi dan Bangunan PBB , 0.99 dari BPHTB , 7.7 dari cukai, 0.52 dari pajak lainnya dan pajak perdagangan internasioanal sebesar 3.66. Penerimaan Pajak pada umumnya diharapkan masih dapat ditingkatkan karena memiliki potensi yang cukup besar dan masih banyak yang belum tergali seiring dengan pertambahan jumlah penduduk yang memiliki penghasilan di atas PTKP. Jumlah wajib pajak yang terdaftar masih dapat diperluas lagi dari berbagai sektor baik pemerintahan ataupun swasta. Terutama dari sektor Bendaharawan dan pemberi kerja swasta yang akan berujung pada peningkatan Pajak mengingat jumlah penduduk yang semakin besar dan pertumbuhan ekonomi yang harus tetap berlanjut. Tabel 1.2. Penerimaan pajak dalam APBN tahun 2009-2010 URAIAN 2009 2010 APBN thd PDB APBN- P thd PDB APBN thd PDB A.PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH 985.7 18.5 871.0 16.1 949.7 15.9 1.Penerimaan Dalam Negeri 984.8 18.5 870.0 16.1 948.1 15.9 a.Penerimaan Perpajakan 725.8 13.6 652.0 12.1 742.7 12.4 Pajak Dalam Negeri 697.3 13.1 631.9 11.7 715.5 12.0 -Pajak Penghasilan 357.4 6.7 340.2 6.3 351.0 5.9 -Pajak Pertambahan Nilai 249.5 4.7 203.1 3.8 269.5 4.5 -Pajak Bumi dan bangunan 28.9 0.5 23.9 0.4 26.5 0.4 - BPHTB 7.8 0.1 7.0 0.1 7.4 0.1 -Cukai 49.5 0.9 54.5 1.0 57.3 1.0 -Pajak lainnya 4.3 0.1 3.2 0.1 3.9 0.1 Pajak Perdagangan Internasional 28.5 0.5 20.0 0.4 27.2 0.5 - Bea masuk 19.2 0.4 18.6 0.3 19.6 0.3 - Bea Keluar 9.3 0.2 1.4 0.0 7.6 0.1 b.Penerimaan Negara Bukan Pajak 258.9 4.9 218.0 4.0 205.4 3.4 2.Hibah 0.9 0.0 1.0 0.0 1.5 0.0 Sumber : Nota Keuangan dan APBN 2010 Penerimaan perpajakan sebagai salah satu komponen penerimaan pemerintah dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti perkembangan ekonomi makro dan faktor internal seperti kebijakan di bidang perpajakan. Pengaruh faktor eksternal terhadap penerimaan pajak dapat dilihat pada pertumbuhan ekonomi yang merupakan persentase kenaikan PDB dalam nilai riil tahun tertentu dibanding tahun sebelumnya. Selain itu, tingkat inflasi juga dapat mempengaruhi penerimaan pajak. Faktor internal yang mempengaruhi penerimaan pajak berupa kebijakan dalam menentukan dasar pengenaan pajak tax base atau objek pajak. Jika dasar pengenaan pajak dan objek pajak dapat diperluas berdasarkan undang-undang maka hal ini berpengaruh positif terhadap penerimaan pajak. Untuk penentuan penerimaan pajak memerlukan suatu perencanaan yang wajar dan objektif dalam arti tidak hanya berorientasi pada pencapaian penerimaan semata, tetapi juga harus melihat faktor-faktor ekonomi eksternal secara makro yang dapat mempengaruhi di dalam penentuan suatu target penerimaan pajak. Oleh karena itu perlu dikaji faktor-faktor manakah yang dapat mempengaruhi penerimaan pajak sehingga target yang dialokasikannya tersebut dapat terealisir secara wajar dan realistis sesuai dengan potensi yang ada, tingkat inflasi yang berlaku, tingkat suku bunga dan pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Dari uraian tersebut penulis berusaha untuk membahas masalah ini menjadi sebuah penelitian yang diberi judul ANALISIS DETERMINAN PENERIMAAN PAJAK DI INDONESIAā€¯.

1.2. Rumusan Masalah.