yang mengeluarkan bau busuk. Penyakit ini juga mempunyai beberapa nama lain, seperti demam roma, demam rawa, demam tropik, demam pantai, demam
charges, demam kura dan paludisme Prabowo, 2004.
2.3.1 Gejala Malaria
Menurut Depkes RI 2003, gejala malaria secara umum adalah demam, pening, lemas, pucat karena kurang darah, nyeri otot, chest pain, menggigil,
suhu bisa mencapai 40
1. Tahap demam menggigil atau stadium dingin cold stage C terutama pada infeksi Plasmodium falcifarum dan
gejala-gejalanya terjadi secara bertahap yaitu :
Penderita akan merasakan dingin menggigil yang amat sangat, nadi cepat dan lemah, bibir dan jari jemari kebiru-biruan pucat cyanotic, kulit kering,
pucat, kadang muntah. Pada anak-anak demam bisa menyebabkan kejang. Demam ini berkisar antara 15 menit sampai 1 jam.
2. Tahap puncak demam hot stage Berlangsung 2-6 jam, wajah memerah, kulit kering, nyeri kepala, denyut
nadi, keras, haus yang amat sangat terus-menerus, mual hingga muntah. Pada tahap ini merupakan saat pecahnya eritrosit yang terinfeksi schizon matang
menjadi merozoit-merozoit yang beramai-ramai memasuki aliran darah untuk menyerbu sel-sel darah merah.
3. Stadium berkeringat Pada stadium ini penderitanya berkeringat banyak sekali. Hal ini bisa
berlangsung 2 sampai 4 jam. Meskipun demikian, pada dasarnya gejala tersebut
Universitas Sumatera Utara
tidak dapat dijadikan rujukan mutlak, karena dalam kenyataannya gejala sangat bervariasi antar manusia dan antar Plasmodium.
Gejala malaria dalam kaitannya dengan pemberantasan malaria adalah demam, menggigil, berkeringat, dapat disertai gejala lain seperti sakit kepala,
mual, muntah. Gejala malaria dengan komplikasi adalah seperti gejala malaria ringan, disertai dengan salah satu gejala seperti, kejang, panas tinggi diikuti
gangguan kesadaran lebih dari 30 menit, mata kuning dan tubuh kuning, perdarahan di hidung, gusi atau saluran pencernaan, jumlah kencing kurang
oliguri, warna air kencing urine seperti air teh, kelemahan umum dan nafas sesak Anies, 2006.
2.3.2 Faktor-faktor yang Berperan dalam Penyebaran Penyakit Malaria
a. Agent Penyebab Infeksi
Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan parasit malaria, yaitu suatu protozoa dari genus Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk Anopheles spp. betina. Genus Plasmodium yang menginfeksi manusia adalah Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, Plasmodium malariae dan
Plasmodium falciparum Zein, 2005. Depkes RI 2003 dan Anies 2006 menyatakan bahwa ada 4 empat
spesies Plasmodium penyebab malaria pada manusia, yaitu: 1.
Plasmodium vivax Menyebabkan malaria tertiana, memiliki distribusi geografis terluas,
termasuk wilayah beriklim dingin, subtropik sampai daerah tropik. Demam terjadi
Universitas Sumatera Utara
setiap 48 jam atau setiap hari ketiga pada waktu siang atau sore. Masa inkubasi Plasmodium vivax antara 12 hingga 17 hari dan salah satu gejala adalah
pembengkakan limpa atau splenomegali. 2.
Plasmodium falciparum Menyebabkan malaria tropika atau disebut juga demam rimba jungle
fever, merupakan penyebab sebagian besar kematian akibat malaria. Masa inkubasi malaria tropika ini sekitar 12 hari, dengan gejala seperti nyeri kepala,
pegal linu, demam tidak begitu nyata serta kadang dapat menimbulkan gagal ginjal. Plasmodium falcifarum memberikan gambaran klinis yang sangat
bervariasi seperti demam, menggigil, berkeringat, batuk, diare, gangguan pernafasan, sakit kepala, dapat berlanjut dengan ikterik, gangguan koagulasi,
syok, gagal hati, ensefalopati akut, oedema paru dan otak, koma dan berakhir dengan kematian.
3. Plasmodium ovale
Menyebabkan malaria ovale dan merupakan jenis malaria yang paling jarang ditemukan. Masa inkubasinya adalah 12 hingga 17 hari, dengan gejala
demam setiap 48 jam, relatif ringan dan sembuh sendiri. Dijumpai di Benua Afrika dan daerah Pasifik Barat, sedangkan di Indonesia dijumpai di Nusa
Tenggara dan Irian Jaya. 4.
Plasmodium malariae Merupakan penyebab malaria quartana dengan gejala setiap 72 jam.
Malaria jenis ini umumnya terdapat pada daerah gunung, dataran rendah pada
Universitas Sumatera Utara
daerah tropik. Biasanya berlangsung tanpa gejala dan malaria jenis ini sering mengalami kekambuhan.
Dalam kenyataannya, penyakit malaria yang sering terjadi merupakan infeksi campuran. Umumnya terjadi campuran antara Plasmodium falciparum
dengan Plasmodium jenis lainnya. Pada masa inkubasi malaria, protozoa tumbuh di dalam sel hati. Beberapa hari sebelum gejala pertama terjadi, organisme
tersebut menyerang dan menghancurkan sel darah merah, parasit tersebut terus berkembang sehingga menyebabkan timbulnya demam.
Posisi nyamuk anopheles di dalam sistem klasifikasi klasifikasi ilmiah adalah:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Diptera
Superfamily : Culicoidea Family
: Culicidae Subfamily
: Anophelinae Genus
: Anopheles Siklus hidup nyamuk anopheles menurut Kirniwardoyo dalam Nurmaini
2003, nyamuk Anopheles spp sejak telur hingga menjadi nyamuk dewasa, sama dengan serangga yang mengalami tingkatan stadia yang berbeda-beda. Dalam
Universitas Sumatera Utara
siklus hidup nyamuk terdapat 4 stadia dengan 3 stadium berkembang di dalam air dari satu stadium hidup di alam bebas :
a.Telur nyamuk Nyamuk biasanya meletakkan telur di tempat yang berair, pada tempat
yang keberadanya kering telur akan rusak dan mati. Kebiasaan meletakkan telur dari nyamuk berbeda -beda tergantung dari jenisnya. Nyamuk anopeles akan
meletakkan telurnya dipermukaan air satu persatu atau bergerombolan tetapi saling lepas, telur anopeles mempunyai alat pengapung. Stadium telur ini
berlangsung dalam waktu 1 -2 hari. Dalam perkembangan telur tergantung kepada beberapa faktor antara lain temperatur dan kelembaban serta species dari nyamuk.
b. Jentik nyamuk Pada perkembangan stadium jentik, adalah pertumbuhan dan melengkapi
bulub-ulunya, stadium jentik mermerlukan waktu 1 minggu. Pertumbuhan jentik dipengaruhi faktor temperatur, nutrien, ada tidaknya binatang predator.
c. Kepompong Merupakan stadium terakhir dari nyamuk yang berada di dalam air, pada
staidum ini memerlukan makanan dan terjadi pembentukan sayap hingga dapat terbang, stadium kepompong memakan waktu lebih kurang 1 -2 hari.
d. Nyamuk dewasa Nyamuk jantan dan betina dewasa perbandingan 1 : 1, nyamuk jantan
keluar terlebih dahulu dari kepompong, baru disusul nyamuk betina, dan nyamuk jantan tersebut akan tetap tinggal di dekat sarang, sampai nyamuk betina keluar
Universitas Sumatera Utara
dari kepompong, setelah jenis betina keluar, maka nyamuk jantan akan langsung mengawini betina sebelum mencari darah. Selama hidupnya nyamuk betina hanya
sekali kawin. Nyamuk termasuk serangga yang mengalami metamorfosis sempurna.
Siklus hidup nyamuk terdiri dari stadium dewasa, telur, larva jentik, pupa dan kembali menjadi nyamuk dewasa. Pengembangbiakan nyamuk diawali dengan
kegiatan koleksi nyamuk dan larva dari alam. Panjangnya proses metamorfosis ini yang menyebabkan perkembangbiakan nyamuk sulit untuk dikendalikan. Bahkan
nyamuk mulai beradaptasi terhadap jenis obat pembasmi nyamuk. Awalnya nyamuk mudah dibasmi dengan obat pemberantas nyamuk namun sekarang beda.
Nyamuk anopheles mempunyai ciri-ciri spesifik yang membedakannya dengan jenis nyamuk lainnya.
a. Ciri-ciri jentik nyamuk anopheles a.
Tidak memiliki siphon b.
Jentik nyamuk anopheles akan sejajar dipermukaan air kotor c.
Pada bagian thoraks terdapat stoot spine b. Ciri-ciri nyamuk anopheles dewasa
a. Bentuk tubuh kecil dan pendek
b. Antara palpi dan proboscis sama panjang
c. Menyebabkan penyakit malaria
d. Pada saat hinggap membentu sudut 90ยบ
e. Warna tubunya coklat kehitam
Universitas Sumatera Utara
f. Bentuk sayap simetris
g. Berkembang biak di air kotor atau tumpukan sampah
Ciri nyamuk dewasa sebagaimana disebutkan di atas dapat dilihat pada gambar di bawah ini
Gambar 2.3 Nyamuk Anopheles
Sumber: Ismanto, 2006
Penyakit malaria ditransmisikan oleh nyamuk hanya dari genus Anopheles
spp. Saat ini telah berhasil diidentifikasi 422 nyamuk Anopheles spp. di seluruh dunia dan ada sekitar 70 spesies diantaranya dikonfirmasi memiliki kemampuan
menularkan penyakit malaria Myrna, 2003. Di Indonesia sendiri telah diidentifikasi ada 90 spesies dan 24 spesies diantaranya telah dikonfirmasi sebagai
nyamuk penular malaria. Di setiap daerah dimana terjadi transmisi malaria biasanya hanya ada 1 satu atau paling banyak 3 tiga spesies Anopheles spp.
yang menjadi vektor. Vektor-vektor tersebut memiliki habitat, mulai dari rawa- rawa, pegunungan, sawah, pantai dan lain-lain Depkes RI, 2003.
Nyamuk hidup di daerah iklim tropis dan subtropis, namun bisa juga hidup di daerah yang beriklim sedang. Anopheles spp. jarang ditemukan pada daerah
dengan ketinggian lebih dari 2000-2500 m. Menurut Myrna 2003, nyamuk
Universitas Sumatera Utara
Anopheles spp. betina membutuhkan minimal 1 satu kali memangsa darah agar telurnya dapat berkembang baik. Anopheles spp. mulai menggigit sejak matahari
terbenam yaitu jam 18:00 hingga subuh dan puncaknya pukul 19:00-21:00. Menurut Prabowo 2004, jarak terbang Anopheles spp. tidak lebih dari 0,5-3 km
dari tempat perindukannya. Jika ada tiupan angin yang kencang, bisa terbawa sejauh 20-30 km. Waktu yang dibutuhkan untuk pertumbuhan sejak telur sampai
menjadi nyamuk dewasa bervariasi antara 2-5 minggu, tergantung spesies, makanan yang tersedia, dan suhu udara.
Menurut Achmadi 2005, secara umum nyamuk yang telah diidentifikasi sebagai penular malaria mempunyai kebiasaan makan dan istirahat yang
bervariasi yaitu: 1.
Zoofilik, yaitu nyamuk yang menyukai darah binatang. 2.
Anthropofilik, yaitu nyamuk yang menyukai darah manusia. 3.
Zooanthropofilik, yaitu nyamuk yang menyukai darah binatang dan juga manusia.
4. Endofilik, yaitu nyamuk yang suka tinggal di dalam rumahbangunan.
5. Eksofilik, yaitu nyamuk yang suka tinggal di luar rumah.
6. Endofagik, yaitu nyamuk yang suka menggigit di dalam rumahbangunan.
7. Eksofagik, yaitu nyamuk yang suka menggigit di luar rumah.
Tempat tinggal manusia dan ternak, khususnya yang tebuat dari kayu merupakan tempat yang paling disenangi oleh Anopheles spp. Vektor utama di
Pulau Jawa dan Sumatera adalah Anopheles sundaicus, Anopheles maculatus,
Universitas Sumatera Utara
Anopheles aconitus dan Anopheles balabacensis. Sedangkan di luar pulau tersebut, khususnya Indonesia wilayah tengah dan timur adalah Anopheles
barbirostis, Anopheles farauti, Anopheles koliensis, Anopheles punctulatus, Anopheles subpictus dan Anopheles balabacensis
Menurut Anies 2006, ciri utama genus Plasmodium memiliki 2 dua siklus hidup, yaitu:
1. Fase aseksual dimulai ketika nyamuk Anopheles spp. betina infektif
menghisap darah manusia, sprozoit yang ada di kelenjar liur nyamuk akan masuk ke dalam peredaran darah selama lebih kurang 30 menit. Siklus ini
berlangsung selama lebih kurang 2 dua minggu. Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk ke peredaran
darah dan menginfeksi sel darah merah. Di dalam sel darah merah, parasit tersebut berkembang dari stadium tropozoit sampai schizon terdiri dari 8-30
merozoit tergantung spesiesnya. Proses perkembangan aseksual ini disebut skizogoni. Selanjutnya eritrosit yang terinfeksi schizon pecah dan merozoit
yang keluar akan menginfeksi sel darah merah lainnya. Siklus ini disebut siklus eritrositer.
2. Fase seksual. Saat nyamuk Anopheles spp betina menghisap darah yang
mengandung gametosit, di dalam tubuh nyamuk, gamet jantan dan betina melakukan pembuahan menjadi zigot. Zigot berkembang menjadi ookinet
kemudian menembus dinding lambung nyamuk. Pada dinding luar lambung
Universitas Sumatera Utara
nyamuk ookinet akan menjadi ookista dan selanjutnya menjadi sporozoit. Sporozoit ini bersifat infektif dan siap ditularkan ke manusia, seperti pada
Gambar 2.4. di bawah ini.
Gambar 2.4 Siklus Hidup Genus Plasmodium Malaria
Sumber : Warrel Gilles. 2002
b. Faktor manusia
Pada dasarnya setiap orang dapat terkena malaria. Menurut Anies 2006, manusia menjadi sumber infeksi malaria bila mengandung gametosit dalam
jumlah yang besar dalam darahnya, kemudian nyamuk mengisap darah manusia tersebut dan menularkan kepada orang lain. Perbedaan prevalensi menurut umur
dan jenis kelamin sebenarnya berkaitan dengan perbedaan derajat kekebalan karena variasi keterpaparan kepada gigitan nyamuk. Bayi di daerah endemik
Universitas Sumatera Utara
malaria mendapat perlindungan antibodi maternal yang secara transplasental. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perempuan mempunyai respons imun
yang lebih kuat dibandingkan dengan laki-laki, namun kehamilan menambah resiko malaria. Malaria pada wanita hamil mempunyai dampak yang buruk
terhadap kesehatan ibu dan anak, antara lain dapat mengakibatkan berat badan lahir rendah, abortus, partus prematus dan kematian janin intrauterin.
Faktor-faktor genetik pada manusia dapat memengaruhi terjadinya malaria, dengan pencegahan invasi parasit ke dalam sel, mengubah respons
immunologik atau mengurangi keterpaparan terhadap vektor. Menurut Harijanto 2000, beberapa faktor genetik yang bersifat protektif terhadap malaria ialah:
1. Golongan darah Duffy negatif;
2. Haemoglobin S. yang menyebabkan sickle cell anemia;
3. Thalasemia alfa dan beta;
4. Hemoglobinopati lainnya HbF dan HbE;
5. Defisiensi G-6-PD glucose-6-phosphate dehydrogenase; dan
6. Ovalositosis di Papua New Guinea dan mungkin juga di Irian Jaya.
Keadaan gizi agaknya tidak menambah kerentanan terhadap malaria. Ada beberapa studi yang menunjukkan bahwa anak yang bergizi baik justru lebih
sering mendapat kejang dan malaria serebral dibandingkan dengan anak yang bergizi buruk. Tetapi anak yang bergizi dapat mengatasi malaria berat dengan
lebih cepat dibandingkan anak bergizi buruk Harijanto, 2000.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Prabowo 2004, penduduk yang beresiko terkena malaria berjumlah sekitar 2,3 miliar atau 41 dari jumlah penduduk dunia. Setiap tahun
jumlah kasus malaria sekitar 300-500 juta dan mengakibatkan 1,5-2,7 juta kematian, terutama di negara-negara di Benua Afrika.
c. Faktor Lingkungan
Prabowo 2004 menyatakan bahwa malaria ditemukan di dunia tersebar pada wilayah 64
Lintang Utara Rusia sampai 32
1. Lingkungan fisik Lintang Selatan Argentina.
Ketinggian yang memungkinkan parasit malaria hidup adalah 400 m di bawah permukaan laut Laut Mati dan 2500 m di atas permukaan laut Bolivia. Malaria
ditemukan hampir di seluruh bagian dunia yang meliputi lebih dari 100 negara, terutama yang beriklim tropis dan sub tropis. Lingkungan berperan dalam
pertumbuhan vektor penular malaria. Menurut Harijanto 2000, ada beberapa faktor lingkungan yang sangat berperan yaitu:
Faktor geografi dan meteorologi di Indonesia sangat menguntungkan transmisi malaria di Indonesia. Pengaruh suhu ini berbeda pada setiap spesies.
Pada suhu 26,7
a. Suhu. Suhu memengaruhi perkembangan parasit dalam nyamuk. Suhu
yang optimum berkisar antara 20-30 C masa inkubasi ekstrinsik adalah 10-12 hari untuk Plasmodium
falciparum dan 8-11 hari untuk Plasmodium vivax, 14-15 hari untuk Plasmodium malariae dan Plasmodium ovale.
C. Makin tinggi suhu sampai batas
Universitas Sumatera Utara
tertentu makin pendek masa inkubasi ekstrinsik sporogoni dan sebaliknya makin rendah suhu, makin panjang masa inkubasi ekstrinsik.
b. Kelembaban. Kelembaban yang rendah memperpendek umur nyamuk,
meskipun tidak berpengaruh pada parasit. Tingkat kelembaban 60 merupakan batas paling rendah untuk memungkinkan hidupnya nyamuk.
Pada kelembaban yang lebih tinggi nyamuk menjadi lebih aktif dan lebih sering menggigit, sehingga meningkatkan penularan malaria.
c. Hujan. Pada umumnya hujan akan memudahkan perkembangan nyamuk
dan terjadinya epidemi malaria. Besar kecilnya pengaruh tergantung pada jenis dan deras hujan, jenis vektor dan jenis perindukan. Hujan yang
diselingi panas akan memperbesar kemungkinan berkembangbiaknya nyamuk Anopheles spp.
d. Ketinggian. Secara umum malaria berkurang pada ketinggian yang
semakin naik. Hal ini berhubungan dengan menurunnya suhu rata-rata. Mulai ketinggian di atas 2000 m jarang ada transmisi malaria. Hal ini
dapat mengalami perubahan bila terjadi pemanasan bumi dan pengaruh El- Nino. Di pegunungan Irian Jaya yang dulu jarang ditemukan malaria kini
lebih sering ditemukan malaria. Ketinggian maksimal yang masih memungkinkan transimisi malaria ialah 2500 m di atas permukaan laut .
e. Angin. Kecepatan dan arah angin dapat memengaruhi jarak terbang
nyamuk dan ikut menentukan jumlah kontak antara nyamuk dan manusia.
Universitas Sumatera Utara
f. Sinar matahari. Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva
nyamuk berbeda-beda Anopheles sundaicus lebih suka tempat yang teduh. Anopheles hyrcanus spp. dan Anopheles pinctulatus spp. lebih menyukai
tempat terbuka. Anopheles barbirostris dapat hidup baik di tempat yang teduh maupun yang terang.
g. Arus Air. Anopheles barbirostis menyukai perindukan yang airnya
statismengalir lambat, sedangkan Anopheles minimus menyukai aliran air yang deras dan Anopheles letifer menyukai air tergenang.
2. Lingkungan biologik Tumbuhan bakau, lumut, ganggang dan berbagai tumbuhan lain dapat
memengaruhi kehidupan larva karena ia dapat menghalangi sinar matahari atau melindungi dari serangan makhluk hidup lainnya. Adanya berbagai jenis ikan
pemakan larva seperti ikan kepala timah, gambusia, nila, mujair dan lain-lain akan memengaruhi populasi nyamuk di suatu daerah.
3. Lingkungan kimiawi
Kadar garam dari tempat perindukan memengaruhi perkembangbiakan nyamuk, seperti Anopheles sundaicus tumbuh optimal pada air payau yang kadar
garamnya 12-18 dan tidak berkembang pada kadar garam 40 ke atas. 4.
Lingkungan sosial budaya Kebiasaan masyarakat berada di luar rumah sampai larut malam, dimana
vektor yang bersifat eksofilik dan eksofagik akan memudahkan gigitan nyamuk. Tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang bahaya malaria akan
Universitas Sumatera Utara
memengaruhi kesediaan masyarakat untuk memberantas malaria antara lain dengan menyehatkan lingkungan, menggunakan kelambu, memasang kawat kasa
pada rumah dan menggunakan anti nyamuk. Aktivitas mandi berbeda antara satu wilayah dengan wilayah lain, begitu juga dengan waktu pengambilan air bersih,
ada pagi buta dan ada pada sore hari. Di beberapa daerah pengunungan, penduduk harus menuruni tebing untuk menuju sumber air, sedangkan penduduk pantai
harus menyiapkan perahu pagi buta untuk mencari lobster. Di Sumatera menyadap karet sering dilakukan pada pagi hari, kebiasaan nonton televisi di
rumah dan memelihara ternak di rumah. Hal tersebut memberi peluang penularan malaria Achmadi, 2005.
Masyarakat di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang memiliki kebiasaan berkumpul di luar rumah pada malam hari tanpa menggunakan
pelindung dari gigitan nyamuk dan mayoritas masyarakatnya adalah nelayan yang mempunyai kebiasaan berangkat melaut pada malam hari.
2.3.3 Pencegahan Malaria