memengaruhi kesediaan masyarakat untuk memberantas malaria antara lain dengan menyehatkan lingkungan, menggunakan kelambu, memasang kawat kasa
pada rumah dan menggunakan anti nyamuk. Aktivitas mandi berbeda antara satu wilayah dengan wilayah lain, begitu juga dengan waktu pengambilan air bersih,
ada pagi buta dan ada pada sore hari. Di beberapa daerah pengunungan, penduduk harus menuruni tebing untuk menuju sumber air, sedangkan penduduk pantai
harus menyiapkan perahu pagi buta untuk mencari lobster. Di Sumatera menyadap karet sering dilakukan pada pagi hari, kebiasaan nonton televisi di
rumah dan memelihara ternak di rumah. Hal tersebut memberi peluang penularan malaria Achmadi, 2005.
Masyarakat di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang memiliki kebiasaan berkumpul di luar rumah pada malam hari tanpa menggunakan
pelindung dari gigitan nyamuk dan mayoritas masyarakatnya adalah nelayan yang mempunyai kebiasaan berangkat melaut pada malam hari.
2.3.3 Pencegahan Malaria
Usaha pembasmian penyakit malaria di Indonesia belum mancapai hasil yang optimal karena beberapa hambatan, yaitu tempat perindukan nyamuk
malaria yang tersebar luas, jumlah penderita yang sangat banyak, serta keterbatasan sumber daya manusia, infrastruktur, dan biaya. Oleh karena itu,
usaha yang paling mungkin dilakukan menurut Prabowo 2004 adalah usaha- usaha pencegahan dan pemberantasan terhadap penularan malaria yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Mencegah gigitan nyamuk malaria
Bagi masyarakat yang tinggal di daerah endemis, dianjurkan untuk memakai baju dengan lengan dan celana panjang saat keluar rumah pada malam
hari, memasang kawat kasa di jendela dan ventilasi rumah serta menggunakan kelambu saat tidur, dan menggunakan minyak anti nyamuk mosquito repellent
saat tidur atau keluar rumah di malam hari. Resiko penularan malaria pada rumah yang tidak dipasang kawat kasa menurut hasil penelitian Dasril 2005 adalah 5,2
kali dibandingkan dengan rumah yang dipasang kawat kasa, tetapi penggunaan obat anti nyamuk tidak berpengaruh terhadap kejadian malaria. Sedangkan
masyarakat dengan kebiasaan tidak menggunakan repellent malam hari kemungkinan resiko 3,2 kali dibandingkan masyarakat dengan kebiasaan
menggunakan repellent malam hari. 2.
Pengendalian jentik dan nyamuk malaria dewasa Untuk mengendalikan jentik dan nyamuk malaria dewasa dapat dilakukan
dengan beberapa upaya, yaitu: a.
Penyemprotan rumah; untuk daerah endemis malaria, penyemprotan rumah- rumah sebaiknya dilakukan dua kali dalam setahun dengan interval waktu 6
enam bulan. b.
Larvaciding; merupakan kegiatan pemberantasan larva nyamuk melalui penyemprotan rawa-rawa yang potensial sebagai tempat perindukan nyamuk
malaria.
Universitas Sumatera Utara
c. Biological control; merupakan kegiatan penebaran ikan kepala timah
Panchax-panchax dan ikan guppywader cetul Lebistus reticulatus pada genangan-genangan air yang mengalir dan daerah persawahan. Ikan-ikan
tersebut berfungsi sebagai pemangsa jentik-jentik nyamuk malaria. 3.
Mengurangi tempat perindukan nyamuk malaria Tempat perindukan nyamuk malaria tergantung spesies nyamuk, yaitu
kawasan pantai, rawa-rawa, empang, sawah, tambak ikan atau hidup di air bersih pegunungan. Masyarakat di daerah endemis harus menjaga kebersihan
lingkungan, seperti membersihkan tambak ikan yang kurang terpelihara, menutup parit-parit bekas galian yang berisi air payau di sepanjang pantai, mengupayakan
aliran air irigasi persawahan berjalan lancar, dan lain-lain. 4.
Pemberian obat anti malaria Obat anti malaria adalah untuk mencegah profilaksis terjadinya infeksi
dan timbulnya gejala-gejala penyakit malaria. 2.4. Landasan Teori
Kerangka teori pada penelitian ini adalah modifikasi dari beberapa teori yang memberi kontribusi atas persepsi seseorang. Menurut Robbins 2005,
pelaku persepsi dipengaruhi oleh karakteristik pribadi yaitu minat dan pengalaman individu. Marshal dalam Notoatmodjo 2005 menyatakan bahwa
faktor yang memengaruhi persepsi adalah pengetahuan. Persepsi sebagai interpretasi, perhatian dan seleksi melalui indera penerima stimulus mengacu pada
Universitas Sumatera Utara
teori Robbins 2005. Perpaduan dari Marshal dalam Notoatmodjo 2005 dan Robbins 2005 digunakan sebagai landasan teori seperti pada Gambar 2.3.
Gambar 2.5 Landasan Teori, Marshal dalam Notoatmodjo 2005 dan
Robbins 2005 2.5 Kerangka Konsep
Berdasarkan teori yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini difokuskan untuk menganalisis pengaruh variabel pengetahuan, pengalaman serta
minat terhadap persepsi tentang penyakit malaria seperti pada Gambar 2.5.
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 2.6 Kerangka Konsep Penelitian Persepsi
Interpretasi Perhatian dan Seleksi
Indra Penerima Stimulus
Pengetahuan
Pengetahuan Pengalaman
Persepsi tentang Penyakit Malaria
a. Penyebab
b. Gejala
c. Pencegahan
d. Pengobatan
Minat Pelaku Persepsi
a. Sikap
b. Motif
c. Kepentingan atau
Minat d.
Pengalaman
Universitas Sumatera Utara
2.5.1 Definisi Konsep