67
TABEL IV.5 NILAI SKOR KELAS TANAH MENURUT KEPEKAAN EROSI
WILAYAH PENELITIAN
No Kelas
Tanah Jenis Tanah
Deskripsi Terhadap
Erosi Lokasi
Nilai Skor
1 I Alluvial,
tanah clay, planosol,
hidromorf kelabu,
laterit air tanah
Tidak peka Seluruh lahan di wilayah
administrasi Kecamatan Rowosari dan sebagian kecil wilayah Kota
Weleri bagian utara, yaitu Desa Pucuksari, Tratemulyo, Montonosari,
Wonotenggang dan sebagian kecil di Desa Karangdowo dan Weleri.
15
2 II Latosol
Kurang peka
Sebagian besar wilayah Kota Weleri, kecuali Desa Pucuksari, Tratemulyo,
Montonosari, Wonotenggang dan sebagian kecil di Desa Karangdowo
dan Weleri. 30
Sumber : Hasil Analisis, 2007
Berdasarkan tabel di atas, dapat diidentifikasi bahwa klasifikasi skor terhadap jenis tanah di wilayah penelitian memiliki variasi nilai skor 15 dan 30,
dengan sebagian besar luasan lahannya adalah memiliki nilai skor 15, seperti terlihat pada Gambar 4.2.
4.1.3 Penilaian Terhadap Intensitas Hujan
Indonesia merupakan wilayah dengan iklim tropis basah, sehingga faktor curah hujan merupakan faktor yang utama dalam penentuan iklim keragaman dan
flukstuasinya sangat tinggi. Karena dominasi faktor curah hujan tersebut maka ciri karakteristik dan potensi sumber daya agroklimat sangat dipengaruhi oleh
curah hujan. Proses analisis dan klasifikasi curah hujan dilakukan secara temporal dan spasial. Seperti halnya analisis penentuan skor sebelumnya, dalam penentuan
nilai skor terhadap intensitas hujan juga didasarkan pada SK Mentan No.837-
68
KPTSUM111980, dan No. 683KPTSUM81982, dimana nilai skor untuk intensitas hujan telah ditetapkan seperti terlihat pada Tabel IV. 6 sebagai berikut:
TABEL IV.6 INTENSITAS HUJAN HARIAN RATA-RATA DAN NILAI SKOR
No. Kelas Interval mmhari
Deskripsi Nilai Skor
1 I
0 – 13, 6 Sangat rendah
10 2
II 13,6 – 20,7
Rendah 20
3 III 20,7
–27,7 Sedang
30 4 IV
27,7 –34,8
Tinggi 40
5 V
34,8 Sangat tinggi
50
Sumber SK Menteri Pertanian .837KPTSUM111980 dan No. 683KPTSUM81982
Berdasarkan data hujan harian dan curah hujan selama lima tahun terakhir di wilayah penelitian, diketahui jika rata-rata intensitas hujan harian
mmhari mencapai 1,36 mmhari. Kondisi tersebut mengartikan jika klasifikasi intensitas curah hujan di wilayah tersebut adalah sangat rendah berada pada
interval 0 – 13,6 mmhari, sehingga nilai skor yang didapatkan adalah 10 seperti terlihat pada Gambar 4.3.
69
70
71
4.1.4 Penentuan Kesesuaian Lahan
Dari hasil analisis nilai skor kelerengan tanah, jenis tanah dan intensitas curah hujan yang telah digambarkan dalam peta kemudian selanjutnya di-
gabungkan overly. Sehingga diperoleh hasil analisis skor kelas lahan di wilayah penelitian dengan jumlah skor lahan tertinggi adalah mencapai 80 sesuai sebagai
kawasan budidaya pertanian dan permukiman, yaitu pada lahan dengan klasi- fikasi kelas lereng II kelerengan 8–15, jenis tanah latosol serta tingkat inten-
sitas hujan interval 0–13,6 mmhr. Menurut hasil skor kelas lahan tersebut teridentifikasi bahwa lahan pada wilayah penelitian tidak ditemukan lahan dengan
kesesuaian sebagai kawasan konservasi terlihat pada Gambar 4.4. Hasil yang dapat diuraikan dari penilaian kelas lahan tersebut adalah:
a. Seluruh lahan di wilayah penelitian berpotensi dan layak dikembangkan
sebagai kawasan budidaya dan permukiman lahan terbangun. b.
Pengembangan lahan sebagai kawasan permukiman lahan terbangun pada lahan di sepanjang jalan lingkar dimungkinkan bisa terjadi karena ditinjau dari
aspek kesesuaian lahan, daerah tersebut layak difungsikan sebagai kawasan permukiman lahan terbangun.
c. Kondisi eksisting saat ini, sebagian besar lahan yang difungsikan di se-
panjang jalan lingkar Kota Weleri adalah pertanian lahan basah kawasan pertanian. Kondisi tersebut sebaiknya dipertahankan untuk menghindari
terjadi pengalihan fungsi lahan sebagai lahan terbangun di sepanjang jalan lingkar Kota Weleri, peta Tata Guna Lahan dapat dilihat pada Gambar 4.5.
72
73
4.1.5 Penentuan Pola Pemanfaatan Lahan.