62
Adapun penilaian untuk penentuan kelayakan lahan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 837KPTSUM111980, dan Nomor 683KPTSUM8-
1982 disajikan dalam tabel berikut:
TABEL IV.1 KRITERIA DAN TATA CARA PENETAPAN
KAWASAN LINDUNG DAN BUDIDAYA
No Fungsi Kawasan
Total Nilai Skor 1 Kawasan
Lindung 175
2 Kawasan Penyangga
125 – 174 3
Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan 125
4 Kawasan Budidaya Tanaman Semusim
125 5 Kawasan
Pemukiman 125
Sumber : SK Mentan No.837KPTSUM111980 dan No. 683KPTSUM81982 Keterangan : Total nilai skor dari tiga faktor yang dinilai :
Lereng Jenis tanah menurut kepekaan terhadap erosi
Curah hujan harian rata- rata
Selain berdasarkan klasifikasi penetapan peruntukan lahan diatas, dalam penelitian ini perlu juga mengkaji penilaian mengenai Pola Pemanfaatan Ruang
berdasarkan Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Direktur Jenderal Penataan Ruang. Dalam penelitian ini, pedoman tersebut lebih difokuskan pada
pemanfaatan ruang permukiman perdagangan dan jasa serta kawasan ruang terbu- ka hijau RTH.
4.1.1 Penilaian Terhadap Kelas Lereng
Pendeskripsian mengenai nilai dari variabel kelas lereng dalam penentuan lahan budidaya dan non-budidaya menurut proses ini didapat dari
tingkatan kelas kelerengan lahan itu sendiri. Penentuan kawasan budidaya dan non-budidaya lebih dititikberatkan pada kemudahan pengerjaan dan kerawanan
63
terhadap erosi. Lahan dengan kelerengan yang curam, tidak sesuai bagi kegiatan budidaya, karena membutuhkan waktu, tenaga dan biaya yang besar dalam
pengolahannya. Selain itu, lahan dengan tingkat kelerengan yang tinggi rawan terhadap erosi. Oleh karena itu, lahan dengan kelerengan yang tinggi lebih sesuai
diperuntukkan bagi kawasan perlindungan dan penyangga kawasan lindung, sedangkan lahan yang sesuai bagi kegiatan budidaya adalah lahan yang memiliki
kelerengan yang datar sampai landai. Adapun klasifikasi mengenai kelas kelerengan lahan adalah sebagai
berikut :
TABEL IV.2 KELAS LERENG DAN NILAI SKOR
No Kelas Lereng
Lereng Deskripsi
Skor 1
I 0 – 8 Datar
20 2
II 8 – 15 Landai
40 3
III 15 – 25 Agak curam
60 4
IV 25 – 45 Curam
80 5
V 45 Sangat curam
100
Sumber SK Mentan No.837KPTSUM111980 dan No. 683KPTSUM81982
Kondisi kelerengan tanah di wilayah pesisir penelitian Kecamatan Rowo-sari dan Kota Weleri berdasarkan data kemiringan lahan yang diperoleh
dari Bappeda Kabupaten Kendal, dalam Penyusunan Profil Daerah Kabupaten Kendal terbagi menjadi dua wilayah kelerengan sebagai berikut :
Wilayah dengan tingkat kelerengan 0 – 8 kelas lereng I dengan deskripsi sebagai lereng datar, terdapat di seluruh wilayah Kecamatan
Rowosari, sedangkan di Kota Weleri hanya beberapa desakelurahan saja
64
yang tercakup dalam wilayah dengan tingkat kelerengan ini, yaitu Desa Tratemulyo, Pucuksari, Montongsari dan Wonotenggang.
Wilayah dengan tingkat kelerengan 8 – 15 kelas lereng II dengan de- skripsi sebagai lereng landai, terdapat di seluruh wilayah Kota Weleri,
kecuali desa-desa yang tercakup dalam wilayah tingkat kelerengan 0 – 8, seperti yang disebutkan di atas.
Berdasarkan kondisi diatas, dapat diidentifikasi klasifikasi nilai kelas lereng di wilayah penelitian menurut SK Mentan No.837KPTSUM111980 dan
No. 683KPTSUM81982 adalah sebagai berikut:
TABEL IV.3 NILAI SKOR KELAS LERENG WILAYAH PENELITIAN
No Kelas
Lereng Lereng
Deskripsi Lokasi Skor
1 I
0 – 8 Datar
Seluruh wilayah Kecamatan Rowosari dan sebagian wilayah
Kota Weleri yang meliputi Desa Tratemulyo, Pucuksari,
Montonosari dan Wonotenggang
20
2 II
8 – 15 Landai
Seluruh wilayah Kota Weleri kecuali Desa Tratemulyo,
Pucuksari, Montonosari dan Wonotenggang
40
Sumber : Hasil Analisis, 2007
Berdasarkan nilai skor di atas, maka kelas lereng di wilayah penelitian dapat diketahui dua jenis kelerengan yaitu : nilai skor 20 dengan pengertian kelas
klasifikasi kelerengan datar, dan nilai skor 40 dengan pengertian kelas klasifikasi kelerengan landai, seperti terlihat pada Gambar 4.1.
65
66
4.1.2 Penilaian Terhadap Jenis Tanah