a Secara Alami Proses pembuatan kompos secara alami dapat dilakukan baik secara
tradisional anaerobik maupun secara aerobik. Metode tradisional ini menghancurkan bahan organik tanpa bantuan udara, yaitu dengan meletakkan
tumpukan sampah di dalam lubang tanpa udara di tanah dan dibiarkan beberapa saat. Pembuatan kompos dengan metode ini memakan waktu yang lama untuk
menghasilkan kompos selain dapat menimbulkan pembentukan gas H
2
S dan NH
3
. Pembuatan kompos dengan metode sederhana ini dilakukan dengan cara
mengaduk atau membolak-balikkan sampah atau dengan menambahkan nutrient yang berupa lumpur atau kotoran hewan ke dalam sampah.
b Secara Mekanis Pembuatan kompos secara mekanis dilakukan di pabrik untuk
menghasilkan kompos dalam waktu singkat. Sampah organik yang teah dipisahkan dari sampah anorganik dipotong kecil-kecil dengan alat pemotong.
Potongan tersbut dimasukkan ke dalam
digester stabilizator
agar terjadi dekomposisi. Dalam digester ini perlu dilakukan pengaturan suhu, udaram dan
pengadukan sampah. Setelah 3-5 hari, kompos sudah dapat dihasilkan dan ke dalamnya dapat pula ditambahkan zat kimia tertentu untu keperluan tanaman
contohnya, karbon, nitrogen, fosfor, sulfur.
2.4.3.2 Gas bio
Gas Bio merupakan bahan bakar yang dihasilkan dari proses fermentasi dan proses pembusukan oleh bakteri anaerobik terhadap bahan-bahan organik
pada alat yang dinamakan penghasil gas bio. Agar efektif, proses tersebut harus
Universitas Sumatera Utara
berlangsung dalam kondisi yang baik, dengan tingkat kelembaban yang sesuai, suhu yang tetap, dan pada pH yang netral. Karena termasuk bahan bakar, gas bio
memiliki nilai ekonomis ting sebagai sumber energi alternatif, di samping dapat mengurangi dampak akibat pembuangan sampah yang tidak diolah.
Komposisi gas bio terdiri dari gas metan, karbon dioksida, nitrogen, monoksida, oksigen, dan hydrogen sulfida. Konsentrasi gas metan cukup tinggi
dan bila bercampur dengan udara akan menghasilkan gas bakar. Karakteristik gas metan murni antara lain, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Nilai kalor
panasnya cukup tinggi antara 4.000-6.700 kkalm atau hampir sama dengan energi yang diperlukan untuk mendidihkan 130 kg air pada suhu 20
C atau energi yang diperlukan untuk menyalakan lampu ukuran ekitar 60-100 watt selama 5-6 jam.
2.4.3.3 Insenerasi
Insenerator
incinerator
adalah alat untuk membakar sampah secara terkendali melalui pembakaran suhu tinggi. Insenserator merupakan salah satu
metode pembuangan sampah yang dapat diterapkan di daerah perkotaan atau di daerah yang sulit mendapatkan lahan untuk membuang sampah. Keuntungan
metode ini adalah bahwa pembakaran dapat dilakukan pada semua jenis sampah kecuali batu atau logam dan pelaksanaannya tidak dipengaruhi iklim. Suhu tinggi
dalam insenerator dapat dimanfaatkan untuk menggerakkan generator atau mengeringkan lumpur pada pengolahan air limbah. Residu pembakaran berupa
abu dapat dimanfaatkan untuk menimbun tanah. Namun, kerugian dari metode ini adalah membutuhkan biaya yang cukup besar. Selain itu, jenis sampah logam
Universitas Sumatera Utara
yang tidak dapat dimusnahkan dapat mengakibatkan pencemaran udara jika insenerator tidak dilengkapi dengan
air pollution control
2.4.3.4
Sanitary Landfill
Sanitary Landfill
adalah sistem pemusnahan sampah dengan cara menimbun sampah melalui cara menimbun sampah dengan tanah yang dilakukan
selapis demi selapis. Dengan demikian, sampah tidak berada di ruang terbuka dan tentunya tidak menimbulkan bau atau menjadi sarang binatang pengerat Chandra,
2005. Semua jenis sampah dapat diangkut dan dibuang dalam
Sanitary Landfill
ini yang biasanya jauh dari lokasi permukiman warga. Lokasi
Sanitary Landfill
yang lama dan sudah tidak terpakai dapat dimanfaatkan kembali sebagai tempat permukiman, perkantoran, dan sebagainya. Menurut Miller Jr 1997, 61
sampah campuran di Amerika Serikat pada tahun 1994 dimusnahkan dengan teknik
sanitary landfill.
Adapun negara lain yang juga menggunakan teknik ini adalah Australia, Kanada, Inggris, Prancis, Swedia, Swiss, dan Jepang.
Semua jenis sampah baik yang padat maupun semi-padat dimasukkan ke dalam sebuah lubang yang besar pada tanah yang sudah digali dan sampah
dipadatkan di dalam lubang tersebut. Kemudian, sampah ditutupi dengan lapisan tanah dengan ketebalan tertentu setiap harinya. Sampah tersebut diisolasi dari
lingkungan sekitar oleh lapisan tanah secara periodik. Selama sampah berada dala lubang isolasi, sampah menghasilkan air lindi dan gas methan yang dapat
menimbulkan kerusakan pada lahan
sanitary landfill
ataupun lingkungan di sekitarnya. Oleh sebab itu,
sanitary landfill
modern telah dilengkapi dengan parit
Universitas Sumatera Utara
sebagai saluran pengeluaran air lindi dan pipa-pipa sebagai pengumpul dan pengolah gas methan McKinney and Schoch, 1996.
Menurut Sumantri 2010 ada 3 metode yang dapat digunakan dalam menerapkan teknik
Sanitary Landfill
ini, yaitu: a
Metode Galian Parit
trench method
Sampah dibuang ke dalam galian parit yang memanjang. Tanah bekas galian digunakan untuk menutupi parit tersebut. Sampah yang ditimbun dan
tanah penutup dipadatkan dan diratakan kembali. Setelah satu parit terisi penuh, dibuat parit baru di sebelah parit terdahulu.
b Metode
Area
Sampah dibuang di atas tanah seperti pada tanah rendah, rawa- rawa, atau pada lereng bukit kemudian ditutup dengan lapisan tanah yang
diperoleh dari tempat tersebut. c
Metode
Ramp
Metode
Ramp
merupakan metode gabungan dari kedua metode sebelumnya. Prinsipnya adalah bahwa penaburan lapisan tanah dilakukan setiap
hari dengan tebal lapisan sekitar 15 cm di atas tumpukan sampah.
2.4.3.5 Pengomposan metode Keranjang