Implikatur Percakapan Implikatur Percakapan Umum

yang dimaksud. Maksim yang ketiga melarang kita untuk menjelaskan suatu topik secara panjang lebar hal yang tidak perlu. Sedangkan yang maksim yang keempat kita harus berbicara secara urut dan teratur. Kenyataan membuktikan, di dalam percakapan sehari-hari tidak jarang ditemukan praktik-praktik pelanggaran terhadap maksim-maksim Grice tersebut. Ketika membahas maksim-maksim tersebut kita seringkali mengambil kesimpulan dari apa yang dikatakan orang lain berdasarkan asumsi bahwa mereka mematuhi prinsip kerja sama. Maksimlah yang mengatur suatu percakapan.

2.2.4 Implikatur Percakapan

Untuk mendapatkan makna atau maksud suatu percakapan, kita perlu mengetahui hal-hal lain yang tidak terungkap dalam percakapan karena beberapa alternatif asumsi atau persepsi dari tiap orang akan muncul berbeda-beda. Asumsi – asumsi yang timbul akan disimpulkan untuk memberi informasi lebih. Mitra tutur akan berkesimpulan adanya prinsip kerja sama pada keduanya dalam percakapan tersebut. Seperti yang dikatakan Yule 1996:35 dalam buku terjemahannya menggarisbawahi bahwa, “penuturlah yang menyampaikan lewat implikatur dan pendengarlah yang mengenali makna-makna yang disampaikan lewat inferensi itu. Kesimpulan yang sudah dipilih ialah kesimpulan yang mempertahankan asumsi kerja sama.” Bermuaranya percakapan yang mengandung implikatur akan ditujukkan adanya kerja sama yang terjalin, antara penutur dan mitra tuturnya.

2.2.5 Implikatur Percakapan Umum

Implikatur percakapan umum generalized conversational implicature merupakan percakapan yang tidak memerlukan pengetahuan khusus tentang konteks sosial percakapan, pengetahuan antarpembicara, atau hubungan antar pembicara Yule:1996. Konsep implikatur memungkinkan penjelasan fakta-fakta kebahasaan yang telah diketahui antara penutur dan mitra tuturnya. Contoh: 4. k : “Kamu sudah makan?” l : “Pak No sudah lewat?” Contoh di atas tidak bisa dikatakan suatu percakapan yang berstruktur, karena pertanyaan seharusnya dijawab dengan jawaban, bukan pertanyaan lagi. Adanya prinsip kerja sama yang disepakati bersama, kata “sudah” atau “belum” sebagai jawaban semestinya, ditiadakan dan diganti dengan pertanyaan lain yang seakan- akan tidak ada hubungannya dengan pertanyaan penutur. Penggunaan pertanyaan mitra tutur menunjukkan adanya kedekatan diantara keduanya. “Pak No” yang dimaksud adalah tukang soto yang jualan keliling yang sudah diketahui keduanya yang menandakan jawaban bahwa mitra tutur belum makan dan mau makan soto Pak No yang biasa lewat. Menurut ilmu linguistik, kalimat pertanyaan seharusnya diikuti dengan kalimat jawaban, bukan mengutarakan pertanyaan kembali. Konsep implikatur memberikan penjelasan tentang makna yang berbeda dengan apa yang dikatakan secara lahiriah. Dengan contoh percakapan di atas, penutur memahami jika mitra tuturnya tidak bermaksud makan “pak No” namun soto yang dijual oleh pak No. Konsep implikatur dapat menyederhanakan struktur dan isi deskripsi semantik. Tanpa harus menjelaskan panjang lebar jawaban dari mitra tutur, adanya kerja sama dan referensi yang telah terbangun antara penutur dan mitra tutur akan membatasi penjabaran semantik. Dalam konsep ini penutur tidak diperlukan pengungkapan dari mitra tutur yang menerangkan bahwa dia belum makan, dia ingin maka soto, soto yang diinginkan adalah soto yang dijual Pak No, yaitu Pak No yang jual soto adalah yang biasa lewat. Konsep implikatur dapat menjelaskan beberapa fakta bahasa secara tepat. Pemakaian bahasa secara langsung tidak selalu memberikan informasi yang tepat atau menjelaskan gambaran sesuai yang dimaksud. Dengan contoh percakapan di atas, dapat dipahami jika yang dimaksud Pak No adalah seseorang yang menjual makanan. Hal ini justru menjauhkan pemaknaan dari mengenyangkan perut hanya dengan melihat Pak No lewat saja. Contoh ini menunjukkan adanya implikatur percakapan yang membutuhkan pengetahuan yang sama antarpenutur. Pengetahuan sama tersebut tidak terdapat secara langsung dalam percakapan. Penutur dan mitra tutur tidak mengungkapkan informasi-informasi tambahan yang telah dimilikinya. Implikatur timbul dari ketidaklangsungan makna dari suatu tuturan dalam percakapan.

2.2.6 Implikatur Berskala