Eksistensi Alat Musik Gambus Melayu di Deli Serdang

4.8 Eksistensi Alat Musik Gambus Melayu di Deli Serdang

Berbicara tentang eksistensi gambus pada budaya musikal Melayu, penulis menjadikan hasil wawancara sebagai patokan untuk melihat bagaimana perkembangan serta keberadaan alat musik ini dalam kehidupan masyarakat Melayu. Hal ini dikarenakan kurangnya literatur yang menggambarkan tentang sejarah dan keberadaan gambus pada kebudayaan Melayu Khususnya Sumatera Utara.

Menurut bapak Nazri Effas (seorang pemain alat musik gambus, penari), beliau adalah informan pangkal (wawancara 25 september 2014), mengatakan nama gambus merupakan kumpulan dari para pemain musik dan penari zapin. Beliau lahir di Tahun 1965, orang tua Beliau bernama Alm. Ahmad Sa’ari Efendi dan Alm. Nur Kamah adalah seorang Seniman. Ayahnya seorang pemain musik marawis dan ibunya adalah seorang penari, orang tuanya mempunyai group kesenian bernama ” group gambus”. Masyarakat sekitar lebih mengenal group gambus, tetapi didalam pertunjukannya alat pembawa melodi tersebut sangat khas terdengar sehingga alat tersebut dinamakan petikan gambus. . Petikan gambus tersebutlah yang dinamakan oud,oud adalah alat musik petik (kordofon) yang memiliki senar ganda tanpa menggunakan fret, instrument ini menjadi instrument utama dalam ensambel musik zapin. Jadi sekitar era tahun 60-an alat musik ini sudah cukup populer di masyarakat khususnya Deli Serdang, karena alat musik tersebut mengiringi pertunjukan Zapin dalam acara pesta perkawinan, khitanan dan upacara-upacara lainnya.

Berikut adalah penjelasan singkat tentang masuknya Zapin ke Tanah Deli yang sangat berkaitan erat dengan alat musik gambus . Balai kajian sejarah dan Budaya Melayu (Sultan serdang / Kepala Adat Kesultanan Negeri Serdang)

Tuanku Lukman Sinar, SH, dalam tulisannya Zapin/Gambus Melayu di wilayah Kabupaten Deli Serdang (1998 ). Masuknya kerajaan Islam Haru di Sumatera Timur terjadi awal aabad ke 13, menurut batu nisannya Sultan Malikusaleh Mangkat 1297 M. kerajaan Haru yang meliputi dari wilayah Tamiang (masuk aceh Timur) sampai ke tepi sungai Rokan, beibukota di pinggir sungai Deli, sudah sejak abad ke 13 M mengirimkan misi dagang/lebih dikenal dengan ke kota cina ( dekat Labuhan Deli). Selain kota tersebut juga pulau kampai (Teluk Haru di Langkat), Bedagai (dulunya pusat kerajaan Batak Nagur), kota Arakat (Rantau Parapat) yang dipedalamannya ada pusat kerajaan Pannai bekas reruntuhan candi- candi di Padang Lawas.

Untuk menguasai hegemoni perdagangan rempah-rempah disepanjang selat Malaka, Haru sempat menguasai Pasi dan kemudian selalu berperang dalam Malaka. Tetapi dengan direbutnya Malaka oleh Portugis ditahun 1511 M dan bangkitnya kerajaan Aceh sebagai kekuatan baru di Selat Malaka, maka sultan Husin dari Haru membantu ex-Sultan Malaka Sultan Mahmud Shah di Bintan dan kawin dengan Puteri kesayangan Raja itu, Raja Putih, ditahun 1520 M dan dibawalah mengiringi Puteri itu ke Haru berdiam orang Melayu Malak/Riau mempercepat proses Melayunisasi Haru. Kerajaan Aceh yang baru bangkit dengan dibantu ahli ahli meriam dan kapal perang dari Gujarat, Turki, India Moghul, menjadi kerajaan yang terkuat di Nusantara, dan dibawah Sultan Alauddin Riayat Shah-I yang mempersatukan seluruh Aceh, lalu menyerang dan menaklukan kerajaan Haru, tetaapi janda Sultan Haru, Ache Sinny lolos minta bantuan Portugis Malaka. Lalu ditahun 1540 pasukan Armada yang dipimpin oleh Laksmana Hang Nadim berhasil merebut haru serta mengusir pasukan Aceh dari Sana. Dengan hancurnya kerajaan Haru itu maka pada pertengahan abad ke 17 Untuk menguasai hegemoni perdagangan rempah-rempah disepanjang selat Malaka, Haru sempat menguasai Pasi dan kemudian selalu berperang dalam Malaka. Tetapi dengan direbutnya Malaka oleh Portugis ditahun 1511 M dan bangkitnya kerajaan Aceh sebagai kekuatan baru di Selat Malaka, maka sultan Husin dari Haru membantu ex-Sultan Malaka Sultan Mahmud Shah di Bintan dan kawin dengan Puteri kesayangan Raja itu, Raja Putih, ditahun 1520 M dan dibawalah mengiringi Puteri itu ke Haru berdiam orang Melayu Malak/Riau mempercepat proses Melayunisasi Haru. Kerajaan Aceh yang baru bangkit dengan dibantu ahli ahli meriam dan kapal perang dari Gujarat, Turki, India Moghul, menjadi kerajaan yang terkuat di Nusantara, dan dibawah Sultan Alauddin Riayat Shah-I yang mempersatukan seluruh Aceh, lalu menyerang dan menaklukan kerajaan Haru, tetaapi janda Sultan Haru, Ache Sinny lolos minta bantuan Portugis Malaka. Lalu ditahun 1540 pasukan Armada yang dipimpin oleh Laksmana Hang Nadim berhasil merebut haru serta mengusir pasukan Aceh dari Sana. Dengan hancurnya kerajaan Haru itu maka pada pertengahan abad ke 17

Arti Zapin dalam Wikipedia Indonesia dalam tulisannya Zapin Melayu Dalam Peradaban Islam oleh Bapak Muhammad Takari : 11), secara etimologis Zapin berasal dari bahasa Arab, yang memiliki berbagai makna yaitu kata “Zafn” yang mempunyai arti pergerakan kaki cepat mengikuti rentak pukulan. Zapin merupakam Khazanah tarian rumpun Melayu yang mendapat Pengaruh dari Arab. Tarian tersebut bersifat edukatif dan sekaligus menghibur, digunakan sebagai media dakwah islamiyah melalui syair lagu-lagu Zapin yang didendangkan. Sebagai alat yang utama yaitu alat musik petik gambus dan tiga buah alat musik tabuh gendang kecil yang disebut dengan marwas. Sebelum tahun 1960, Zapin hanya di tarikan oleh penari laki-laki namun kini sudah biasa di tarikan oleh penari perempuan bahkan penari campuran laki-laki dengan perempuan. Tari zapin sangat banyak ragam gerak tarinya, walaupun pada dasarnya gerak dasar Zapinnya sama, di tarikan oleh rakyat di pesisir Timur dan Barat Sumatera, Semenanjung Malaysia, Sarawak, Kepulauan Riau, Pesisir Kalimantan, dan Brunei Darussalam.

Berdasarkan kutipan diatas, maka dapat dikatakan bahwa istilah zapin berasal dari bahasa Arab. Kemudian Zapin adalah salah satu tari Melayu yang diadopsi dari arab. Zapin adalah media enkulturasi dakwah Islam. Ensambel Berdasarkan kutipan diatas, maka dapat dikatakan bahwa istilah zapin berasal dari bahasa Arab. Kemudian Zapin adalah salah satu tari Melayu yang diadopsi dari arab. Zapin adalah media enkulturasi dakwah Islam. Ensambel

Menurut bapak Retno Ayumi adalah seorang seniman juga penulis tentang kebudayaan khususnya melayu sebagai salah satu informan pangkal penulis, dari hasil wawancara Beliau (25 september 2014), alat musik ini sudah ada sejak perkembangan islam masuk ke pesisir yang lebih dikenal dengan nama oud. Oud tersebut adalah nama alat musik petik yang berasal dari arab. Alat musik tersebut adalah hasil dari akulturasi dari daerah lain yang kemudian beradaptasi dengan wilayah setempat sehingga masyarakat/ pemain alat musik tersebut terinspirasi untuk membuat alat musik tersebut. Pada era tahun 70 an group gambus bernama al watta adalah salah satu group yang terkenal didaerah medan labuhan. Menurut beliau alat musik tersebut semakin dikenal, apalagi alat musik tersebut sebagai pembawa melodi dalam pertunjukan zapin.misalnya dalam acara pesta perkawinan, sunatan, acara hiburan dll. Di era 80 an alat musik ini sudah mulai pudar/kehadirannya tidak begitu popular. Di era 90 an alat musik tersebut sudah mulai lagi ditampilkan dengan berbagai acara hiburan hingga sampai saat ini, gambus sudah bergabung dengan alat musik elektrik seperti Keyboard. Beliau mengatakan untuk pemain alat musik gambus yang cukup baik untuk saat ini adalah Nasri effas, Syahrial Felani, Anton sitepu, Irwansah, Robinho, dll. , Di Deli serdang terdapat beberapa orang yang dapat membuat alat musik gambus yaitu Syahrial Felani, Bambang, dan Budi. Beliau mengatakan di tahun era 80-an gambus buatan yang salah satunya adalah bapak Syahrial Felani merupakan bentuk – bentuk perkembangan gambus yang sudah ada yang dikenal, dengan bentuk gambus belalang.

Bapak Syahrial Felani mengatakan gambus sudah sangat dikenal pada tahun 1940-an didaerah Deli Serdang, karena pada masa itu zapin sudah berkembang didaerahnya masing-masing. Gambus tersebut sudah dibawakan kedalam acara-acara seperti pesta perkawinan, menjamu tamu, sunatan. Pada saat itu ensambel musik yang digunakan hanya gambus, Marawis (membranophon) dan vocal, belum bergabung dengan alat musik lainnya seperti biola, akordion. Pada masa itu, pemain gambus cukup banyak, karena ketika pemain gambus dari Binjai/langkat bisa dipanggil untuk diundang memainkannya diDeli serdang, beitu juga sebaliknya. Pada Tahun 1950 an gambus sudah masuk penggabungan dengan biola, akordion, gendang ronggeng dalam suatu ensambel musik melayu menjadikan gambus sebagai pembawa melodi memberikan warna baru. Beliau sendiri mulai belajar bermain gambus pada Tahun 70 an dan ditahun 80 an beliau mencoba untuk berkreasi untuk membuat alat musik gambus dalam mengikuti suatu perlombaan.

Hingga saat ini gambus sudah menjadi alat musik sebagai pembawa melodi untuk mengiringi tarian Zapin, dengan penggabungan alat-alat musik seperti biola, akordion, untuk memberikan warna musik dalam pertunjukannya.