4 Latar Belakang Syahrial Felani Sebagai Seniman Melayu

2. 4. 4 Latar Belakang Syahrial Felani Sebagai Seniman Melayu

Awalnya beliau mulai berkesenian hanya berada di pekarangan rumahnya atau istilahnya ia sebut gang buntu namanya. Di gang buntu tersebut, mereka mempunyai (dikatakan istilah ikatan senior junior) di daerahnya. Kemudian ada salah seorang temannya mengajak untuk belajar berkesenian bermusik di Taman

Budaya Medan pada Tahun 1976. Di Taman Budaya tersebut beliau menggeluti berbagai kesenian dibidang musik, teater,dan tari.

Pada tahun 1977 beliau mengikuti pertunjukan di Malaysia dalam bidang kesenian dalam acara silat, orkes, dan menari. Disaat itulah beliau pertamakali melakukan perjalanan ke luar negeri. Hingga sampai tahun 1981 beliau masih melakukan berbagai kegiatan kesenian yang berada di Taman Budaya Medan.

Di tahun 1982 beliau dikirim dari Taman Budaya untuk bergabung dan belajar lagi di Lembaga Studi Tari Patria (LSTP) dengan Yose Rizal Firdaus, S.H., di Perbaungan (dulunya Deli Serdang sekarang Serdang Bedagai). Di sinilah beliau mulai sangat di khususkan untuk belajar kesenian Melayu walaupun di Taman Budaya juga sudah belajar.

Melalui lembaga inilah beliau banyak mengikuti segala kegiatan acara yang diadakan oleh berbagai daerah seperti di Binjai, Langkat, Asahan dan Deli Serdang karena lembaga studi ini mempunyai dana yang besar. Jadi segala bentuk tarian Melayu sudah dilatih dan siap dipertunjukan dalam kegiatan acara apapun, seperti kegiatan acara Pesta Budaya Melayu. Melalui lembaga inilah beliau untuk pertama kali berangkat ke Jakarta pada tahun 1984 mengikuti festival dalam acara pertunjukan Nusantara yang di ikuti 27 provinsi, dikirim 2 grup secara seleksi yaitu Grup Deli Serdang dan Group Asahan kemudian digabung menjadi satu.

Pada tahun 1985 beliau mengikuti acara festival teater di Padang dan di saat itulah beliau bertemu dengan istrinya. Pada tahun 1986 hingga 1987 beliau membentuk sebuah grup yang masih dibawah Lembaga Studi Tari Patria (LSTP) karena Patria mempunyai cabang-cabang atau diistilahkan dengan studio.

Pada tahun 1988 beliau mendirikan sanggar tari yang bernama Tamora 88 yang beralamatkan di Tanjung Mulia dan hingga tahun 1996 sudah membuat karya tari seperti tari Zapin Nguncah I dan II.

Tahun 2000 Hijrah ke Jakarta bergabung dengan Rizaldi Siagian dengan kelompok Grenek yang dipimpin Rinto Harahap mengisi acara ulang tahun TVRI (Televisi Republik Indonesia). Tahun 2001 bersama Grenek mengisi acara Salam Mesra Ramadhan di Rajawali Citra Televisi Indonesia(RCTI) sebagai pemain musik (perkusi). Beliau juga bergabung dengan para seniman di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), dan ikut diberbagai event dan komunitas musik.

Selanjutnya, tahun 2005 ikut acara merayakan Ulang Tahun Kompas ke-40 yang bertajuk “Megalitikum Kuantum” di Jakarta Convention Center (JCC) pada tanggal 28 sampai 29 Juni 2005. Pada tahun 2010 sebagai penata musik unggulan Parade Tari Mas Merah Zapin Nusantara di Taman Mini Indonesia Indah (TMII).

Tahun 2011 ke Belanda (Den Haag) membawa misi seni tarian daerah pada acara penggalangan dana korban gempa di Padang. Di tahun 2012 masih membina lembaga kesenian Tamora 88 yang didirikannya hingga sampai saat ini.

Gambar 1. Pertunjukan Musik di Singapura sebagai Pemain Rebab Melayu (Dokumentasi:Syahrial Felani, 2010)

Gambar2: Piala-piala Penghargaan Bidang Seni Untuk Syahrial Felani (Dokumentasi Penulis, 2014)

Gambar3:

Piagam Penghargaan di Tahun 2010 Dari Taman Mini Indonesia Indah (Dokumentasi: Syahrial Felani, 2010)

Gambar 4.

Sertifikat penghargaan Tahun 2010 di Singapura (Dokumentasi: Syahrial Felani, 2010)

2.4.5 Syahrial Felani Sebagai Pembuat alat Musik

Awal mulanya ketertarikan beliau dengan alat musik gambus pada tahun 1982, ada seorang musisi pemain alat musik gambus bernama Bapak Hasan. Bapak Hasan adalah seorang musisi pemain orkes yang berasal dari Binjai. Ketika itu, Bapak Hasan sedang memainkan alat musik gambusnya. Permainan yang dilakukan beliau membuat Syahrial Felani jatuh hati mulai dari bentuk dan suara yang dihasilkannya. Setiap beliau memainkan alat musik gambus, Syahrial Felani mulai tertarik untuk belajar memainkannya, dengan cara memperhatikan teknik- teknik yang dimainkan beliau. Bapak Hasan inilah yang menjadi inspirasi Syahrial Felani untuk menjadi seorang musisi pemain gambus.

Hingga beberapa tahun kemudian Syahrial Felani belajar bagaimana memainkan alat musik gambus. Di saat itulah Syahrial Felani merasa jiwanya sudah menjadi seorang Melayu, karena kehidupannya yang selalu berada didalam masyarakat Melayu mulai dari bahasa, makanan hingga kebudayaan yang dijalankan oleh masyarakat Melayu. Padahal Syahrial Felani adalah seorang yang berketurunan Jawa.

Setelah beliau memahami bagaimana cara memainkan gambus, beliau sudah berani mencoba dan untuk pertamakali mempertunjukaannya di Taman Budaya Medan di tahun 1986. Inilah sebagai langkah pertama ia menjejakkan diri sebagai musisi alat music gambus dalam kehidupannya.

Seterusnya pada waktu tahun 1987 Syahrial Felani mencoba untuk membuat alat musik gambus, dengan mengamati gambus yang dimiliki Bapak Hasan, Syahrial Felani mencoba untuk membuat gambus dengan pengamatannya saja tanpa penelitian. Gambus yang dibuat Syahrial Felani dengan menggunakan bahan yang sederhana, senar yang dibuatnya secara berlapis-lapis dan suara yang Seterusnya pada waktu tahun 1987 Syahrial Felani mencoba untuk membuat alat musik gambus, dengan mengamati gambus yang dimiliki Bapak Hasan, Syahrial Felani mencoba untuk membuat gambus dengan pengamatannya saja tanpa penelitian. Gambus yang dibuat Syahrial Felani dengan menggunakan bahan yang sederhana, senar yang dibuatnya secara berlapis-lapis dan suara yang

Ternyata atas dasar kreativitas beliau, beliau mendapatkan hasil positif dari hasil karyanya sendiri. Saat itu gambus yang dibuat beliau belum berdasarkan ukuran yang akurat, sebagaimana layaknya gambus dalam tradisi musik Melayu. Beliau membuatnya berdasarkan fillingnya saja.Namun demikian, setelah melakukan beberapa pengamatan terhadap cara kerja pembuatan gambus yang dilakukan oleh Bapak Rizaldi Siagian di tahun 1996, mulailah beliau membuatnya berdasarkan ukuran, mulai dari panjang, tinggi, lebar, dan aspek akustik lainnya, agar beliau mudah untuk mengerjakan tidak lagi berdasarkan ukuran pengamatannya saja tetapi sudah memiliki ukuran dan bentuk yang akurat.

Gambar5:

Beberapa Koleksi Alat-alatMusik Syahrial Felani (Dokumentasi:Penulis, 2014

Gambar6:

Demonstrasi Pembuatan Gambus di Singapura, 2010 (Dokumentasi Foto Album Syahrial Felani)