Komponen Pembelajaran Sanggar Lukis “Warung Seni”

C. Komponen Pembelajaran Sanggar Lukis “Warung Seni”

Sebagai lembaga pendidikan nonformal, komponen pembelajaran di sangg ar lukis “Warung Seni” hampir sama dengan komponen pembelajaran pada lembaga pendidikan formal. Komponen-komponen pembelajaran itu antara lain:

1. Siswa

Siswa sanggar lukis “Warung Seni” yang paling banyak adalah anak- anak dari umur 3-12 tahun. Mereka berasal dari berbagai daerah di Surakarta, bahkan ada juga yang dari luar kota diantaranya dari Karanganyar dan Sukoharjo. Selain siswa dari warga negara Indonesia, ada juga siswa yang berkewarganegaraan asing yaitu China dan Arab. Orang tua yang mengikutkan anaknya mengikuti bimbingan melukis sebagian besar karena ingin anaknya berprestasi di dunia seni, salah satunya seni rupa. Selain itu para orang tua juga mengharapkan agar kemampuan motorik dan kreativitas anak bisa lebih berkembang melalui kegiatan bimbingan ini.

Daftar nama siswa s anggar lukis “Warung Seni” tercantum dalam bentuk tabel sebagai berikut:

commit to user

No

Nama Siswa

Usia

Kota Asal

3 Muhammad Apit

7 Muhammad Ridwan

9 Canda Christya H.

7tahun

Surakarta

10 Albira Ayu Tivona

12 Muhammad Zaki

8 tahun

Surakarta

13 Djijo Otniel Christiawan (Titi)

6 tahun

Sukoharjo

14 Indah Kusumawati

6 tahun

Surakarta

15 Aulia Putri H.

7 tahun

Surakarta

16 Chelsea Greta

5 tahun

Surakarta

17 Via Roffi K.

8 tahun

Surakarta

18 Tsania Elfariza (Sasha)

20 Jonatan (Jojo)

Tabel 1. Daftar nama siswa sanggar lukis “Warung Seni” (Sumber: data sanggar lukis “Warung Seni”)

commit to user

Guru dalam sanggar lukis “Warung Seni” saat ini adalah Bapak Luluk Soemitro dan dibantu beberapa putrinya yaitu Bu Uryn, Bu Unik, dan

Bu Atik. Bapak Luluk Soemitro adalah pelukis di kota Surakarta yang kebanyakan lukisannya berjenis realis. Sampai saat ini beliau masih aktif berkarya. Tidak hanya berkarya untuk kepuasan sendiri namun juga berkarya pada saat ada pesanan lukisan. Sedangkan putri-putrinya seorang guru yang mengajar di salah satu TK di Surakarta. Bu Uryn, Bu Unik, dan Bu Atik bukan lulusan dari jurusan seni rupa melainkan belajar melukis secara otodidak dari ayahnya.

3. Materi yang diajarkan

Pemberi materi di sanggar lukis “Warung Seni” ini dilakukan oleh Bapak Luluk Soemitro. Materi yang diberikan yaitu tentang teknik melukis. Teknik melukis yang diajarkan yaitu dari teknik membuat sketsa obyek sampai dengan pewarnaan obyek. Untuk materi pembuatan sketsa obyek dilakukan sendiri oleh Bapak Luluk Soemitro. Beliau menggunakan spidol boardmarker dan papan white board dalam melukis sketsa obyek, dan seketsa obyek tersebut nantinya ditiru oleh siswa. Dalam pembuatan sketsa obyek, siswa dilatih untuk tidak menggunakan pensil tetapi menggunakan spidol hitam kecil. Hal ini dimaksudkan untuk melatih anak lebih percaya diri dalam melukis.

Untuk materi tentang pewarnaan, Bapak Luluk Soemitro mempercayakan kepada anak-anaknya yaitu Bu Uryn, Bu Atik, dan Bu Unik. Untuk pewarnaan bisa dikonsultasikan setelah siswa selesai melukis sketsa obyek atau di luar jam bimbingan. Bu Uryn dan saudaranya hanya memberi tanda warna yang akan digunakan pada sketsa gambar yang telah dibuat siswa, lalu siswa melanjutkannya sendiri di rumah. Karena teknik yang diajarkan adalah teknik kering, maka pewarna yang digunakan adalah pastel minyak. Selain warnanya bermacam-macam, pastel minyak penggunaannya mudah dan cepat. Setelah selesai, gambar dibawa ke sanggar pada pertemuan

commit to user

putrinya sebelum mulai pelajaran baru. Karya yang telah dievaluasi dikembalikan lagi kepada siswa.

Obyek gambar yang diajarkan bermacam-macam dan setiap pertemuan berganti-ganti tema. Pada dasarnya tema merupakan suatu gagasan pokok atau ide pikiran dalam membuat suatu cerita. Tema dalam pembelajaran sanggar lukis “Warung Seni” cenderung mengambil tema yang berada di lingkungan sekitar. Faktor lingkungan begitu kuat memberi pengaruh terhadap munculnya inspirasi. Situasi lingkungan tersebut bisa terjadi pada peristiwa atau sesuatu yang pernah dilihatnya, misalnya tema tentang aktivitas di pasar, pemandangan sawah, kehidupan hewan, dan sebagainya. Dilihat dari keseluruhan dari tema-tema yang dipilih menunjukkan bahwa situasi dan kondisi alam sekitar merupakan sesuatu yang menarik bagi anak. Hal ini sesuai dengan kondisi anak, dimana mereka mulai mengenal tentang situasi lingkungan disekitarnya.

Tidak hanya obyek yang dicontohkan oleh Bapak Luluk Soemitro saja yang diajarkan, setiap tiga bulan sekali siswa diajak keluar untuk melukis pemandangan. Pemandangan yang diambil antara lain pemandangan gunung, kebun, persawahan, taman, sungai, dan air terjun.

4. Metode yang digunakan

Untuk menyampaikan materi seni lukis, peneliti menemukan bahwa Bapak Luluk Soemitro menggunakan beberapa metode pembelajaran. Metode pembelajaran yang digunakan antara lain:

a. Ceramah

Metode ceramah digunakan pembimbing saat mengawali pelaksanaan pembelajaran, yaitu pada saat pengucapan salam dan membahas tema obyek yang akan digambar pada pertemuan itu. Tema yang akan digambar oleh siswa disampaikan dulu oleh pembimbing. Setelah semua siswa mengerti dan paham yang akan digambar, maka pembimbing

commit to user

melakukan demonstrasi, pembimbing juga menjelaskan gambar yang sedang dibuat sehingga siswa mudah memahami saat ikut melukis.

b. Praktik atau Demonstrasi

Metode praktik atau demonstrasi digunakan pembimbing dalam pembuatan sketsa dari tema yang telah ditentukan. Sketsa tersebut nantinya ditiru siswa untuk digambar, jadi obyek dari semua siswa di sanggar itu adalah sama. Untuk membuat sketsa, Bapak Luluk Soemitro menggunakan spidol boardmarker dan sebuah papan white board. Sketsa obyek yang digambarkan pembimbing tidak langsung selesai, tetapi bertahap. Misal untuk membuat obyek manusia, pembimbing melukis kepalanya dulu dan memberikan waktu sekitar 30 detik untuk dicontoh siswa. Setelah semua siswa selesai melukis kepala, pembimbing melanjutkan membuat badan dan memberi waktu sekitar 30 detik untuk dicontoh siswa, dan begitu seterusnya sampai sketsa obyek benar-benar selesai.

c. Tanya Jawab

Siswa yang mengalami kesulitan dalam melukis kebanyakan masih malu untuk bertanya kepada pembimbing. Melihat hal tersebut pembimbing selalu menanyakan kepada siswa bila ada yang mengalami kesulitan saat melukis. Selain untuk menanyakan kesulitan siswa, metode ini juga digunakan untuk sekedar basa basi kepada siswa, misal menanyakan perkembangan siswa atau sekedar menanyakan kabar siswa. Selain itu juga digunakan untuk menanyakan pendapat siswa saat menentukan tema obyek yang akan digambar pada awal bimbingan.

d. Pemberian Ampunan dan Bimbingan

Metode ini dilakukan saat ada anak yang membuat kesalahan atau keributan, maka pembimbing memberikan peringatan dan mengajaknya

commit to user

membimbing, Bapak Luluk Soemitro selalu memperhatikan siswanya saat melukis. Beliau juga membantu bila ada siswa yang merasa kesulitan dalam membuat gambar. Obyek gambar yang biasanya dianggap sulit adalah pada saat melukis proporsi manusia dan hewan. Apabila Bapak Luluk Soemitro sedang sibuk melukis di depan, maka yang membantu siswa dalam melukis adalah Bu Uryn.

e. Pemberian Tugas

Metode ini digunakan pembimbing untuk memberikan tugas melukis kepada siswa saat di rumah. Tugas tersebut diberikan saat akhir pelajaran dan nantinya dikumpulkan pada pertemuan berikutnya. Untuk tema gambar ditentukan Bapak Luluk Soemitro. Tujuan dari pemberian tugas ini adalah melatih siswa menggunakan waktu luangnya dengan hal yang bermanfaat dan juga melatih keterampilan siswa dengan teknik-teknik yang telah diajarkan.

f. Karya Wisata

Metode ini dilakukan Bapak Luluk Soemitro dan siswanya untuk melukis pemandangan di luar lingkungan sanggar. Biasanya karya wisata dilakukan setiap tiga bulan sekali dan mengunjungi tempat-tempat yang memiliki pemandangan yang bagus. Karya wisata juga dapat melatih anak untuk belajar melukis obyek secara langsung karena selain menemukan obyek diam, anak juga akan menemukan obyek bergerak. Selain untuk belajar melukis pemandangan, karya wisata juga dimanfaatkan untuk melepas kejenuhan saat belajar melukis di sanggar. Namun kegiatan karya wisata ini tidak selalu rutin tiga bulan sekali dilakukan karena bila ada siswa yang tidak bisa ikut maka kegiatan ini dibatalkan.

commit to user

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.

Dalam sanggar lukis “Warung Seni” secara tidak langsung peneliti menemukan model pembelajaran kontekstual yang digunakan dalam pembelajaran melukis. Model pembelajaran kontekstual menurut Nurhadi (2003) dalam Sugiyanto (2008: 18) adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa, dan juga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sendiri-sendiri. Pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari usaha siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketia ia belajar.

Penerapan model pembelajaran ini pada sanggar lukis “Warung Seni” terlihat pada saat pembimbing mengajak siswanya untuk melukis

aktivitas manusia yang pernah mereka lihat maupun aktivitas yang mereka alami. Sehingga siswa menjadi terdorong untuk segera melukis karena tema yang akan digambar pernah dilihat atau dialami sendiri oleh siswa. Anak- anak pada dasarnya lebih suka bercerita, secara tidak langsung model pembelajaran ini mendorong siswa untuk bercerita melalui lukisan yang mereka buat.

Selain model pembelajaran kontekstual, peneliti juga menemukan model pembelajaran quantum learning yang digunakan dalam proses pembelajaran. Prinsip model pembelajaran quantum learning adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detail apa pun memberikan sugesti positif maupun negatif (Surtikanti dan Santoso, 2008: 81). Sugesti bisa datang dari ucapan guru, suasana belajar, dan lingkungan belajar.

commit to user

terlihat pada saat Bapak Luluk Soemitro menyapa setiap siswa yang datang. Hal ini memberikan kesan hangat dari seorang guru kepada siswa sehingga siswa merasa nyaman saat mengikuti bimbingan. Hal lain yang dilakukan Bapak Luluk Soemitro adalah mendongeng saat melukis sketsa obyek di depan siswa. Dengan dongeng siswa akan mudah memahami suasana obyek yang akan digambarnya dan membuat siswa merasa senang dan nyaman. Selain itu Bapak Luluk Soemitro juga memajang lukisan-lukisan di sekeliling tempat belajar. Teknik ini digunakan agar suasana belajar menyenangkan dan secara tidak langsung lukisan tersebut dapat memotivasi siswa untuk semangat melukis.

6. Media yang digunakan

Media pembelajaran adalah perantara yang digunakan untuk menyampaikan materi dari pemberi materi kepada penerima materi. Media pembelajaran yang digunakan di sanggar lukis “Warung Seni” adalah gambar sketsa obyek yang digambar dipapan white board. Gambar sketsa obyek tersebut dibuat sendiri oleh Bapak Luluk Soemitro. Gambar sketsa obyek tersebut digambar pada saat pembelajaran berlangsung. Dalam proses pembuatannya bertahap karena akan memudahkan siswa dalam mencontoh gambar yang disampaikan.

commit to user

Gambar 2. Media pembelajaran (Dokumentasi: Alfan Reza Fathony: 2012)

Dalam membuat media pembelajaran, Bapak Luluk Soemitro menggunakan alat-alat gambar sebagai berikut:

 Spidol boardmarker hitam

Gambar 3. Spidol boardmarker hitam (Dokumentasi: Alfan Reza Fathony: 2012)

commit to user

jenis boardmarker ini mudah dihapus bila ada kesalahan saat melukis. Warna yang sering digunakan adalah warna hitam.

 Papan white board

Gambar 4. Papan white board (Dokumentasi: Alfan Reza Fathony: 2012)

Papan yang terbuat dari bahan melamin berwarna putih dengan permukaan yang licin. Papan ini mudah dibersihkan sehingga tidak perlu mengganti papan ketika akan melukis obyek baru.

commit to user

 Penghapus

Gambar 5. Penghapus (Dokumentasi: Alfan Reza Fathony: 2012)

Penghapus digunakan untuk membersihkan tinta spidol yang menempel dipapan white board. Terbuat dari kain halus sehingga pada saat menghapus gambar atau tulisan, papan white board tidak tergores.

commit to user

melukis tidak disediakan khusus oleh Bapak Luluk Soemitro, jadi siswa harus memiliki sendiri. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi apabila ada tugas di rumah pada saat ingin latihan melukis sendiri di rumah. Alat yang digunakan siswa untuk melukis antara lain:

 Spidol kecil hitam

Gambar 6. Spidol kecil hitam (Dokumentasi: Alfan Reza Fathony: 2012)

Spidol digunakan siswa untuk melukis sketsa obyek di kertas gambar. Spidol yang digunakan adalah spidol yang kecil dan berwarna hitam.

commit to user

 Pastel minyak

Gambar 7. Pastel minyak (Dokumentasi: Alfan Reza Fathony: 2012)

Pastel berbentuk batangan silinder atau segi enam yang terbungkus kertas. Pastel yang sering digunakan adalah pastel minyak karena warna yang digoreskan pada kertas dapat lebih merata.

commit to user

 Kertas gambar

Gambar 8. Kertas gambar (Dokumentasi: Alfan Reza Fathony: 2012)

Kertas gambar digunakan untuk melukis obyek lukisan. Kertas ini tebal dan ukuran kertas gambar yang biasa digunakan adalah A3.