SEJARAH PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA (PMII) CABANG KOTA SURAKARTA TAHUN 1997-2004

SEJARAH PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA (PMII) CABANG KOTA SURAKARTA TAHUN 1997-2004 SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Jurusan Ilmu Sejarah

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh

M. DALHAR

C0507033

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

commit to user

ii

commit to user

iii

commit to user

iv

commit to user

MOTTO

“Dzikir, Fikir, dan Amal Sholeh” PERSEMBAHAN

Untuk seluruh keluargaku Sahabat/i Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Para aktivis organisasi intra dan ekstra kampus

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan beragam kenikmatan dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan penuh kebahagiaan. Shalawat dan salam, senantiasa dihaturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. Semoga kita mendapatkan syafaatnya.

Skripsi berjudul Sejarah Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Kota Surakarta Tahun 1997-1998 ini merupakan penelitian salah satu organisasi gerakan mahasiswa di Kota Surakarta. Tugas akhir ini merupakan salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana (S1) Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta (FSSR UNS). Terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak. Sehingga ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada mereka semua.

1. Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Drs. Riyadi Santosa, M.Ed. Ph. D. dan segenap jajarannya.

2. Ketua Jurusan Ilmu Sejarah, Dra. Sawitri Pri Prabawati, M.Pd dan seluruh dosen Ilmu Sejarah yang telah memberikan banyak pelajaran, pengalaman, dan ilmu kepada penulis.

3. Dra. Isnaini, WW. M.Pd, dosen pembimbing skripsi ini. Terima kasih atas bimbingan dan kesabaran yang telah diberikan.

4. Kepada dosen penguji yang telah meluangkan waktu untuk menguji skripsi penulis.

5. Sahabat/i Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Kota Surakarta. Terima kasih atas dukungan dan persahabatannya.

6. Kawan-kawan LPM Kalpadruma, tetap kritis-komunikatif- independen.

7. Teman-teman Dewan Mahasiswa (Dema) UNS, organisasi terakhir penulis di kampus.

8. Bapak, Ibu, om, mbak, bulek, sahabat, dan semuanya yang senantiasan mendorong terselesaikannya skripsi ini.

commit to user

vii

9. Teman-teman Historia 2007 semuanya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas segala bantuan yang diberikan dan semoga persahabatan kita tetap terjalin.

10. Semua pihak, baik individu maupun kelompok yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas semua bantuan yang diberikan.

Mereka semua telah membantu sepanjang masa kuliah dan sepanjang penyusunan skripsi ini sampai dengan selesai. Penulis menyadari bahwa karya sederhana ini belum sepenuhnya sempurna. Akhir kata, penulis selalu berharap semoga karya ini dapat bermanfaat. Waallahul muafiq ila aqwamit thariq

Surakarta, 28 Desember 2011 Penulis

M. Dalhar

commit to user

B. Berdirinya PMII Cabang Kota Surakarta..........................................

1. Munculnya Pendidikan di Kota Surakarta.................................

2. Kelahiran PMII Cabang Kota Surakarta....................................

C. PMII Cabang Kota Surakarta Tahun 1997-2004..............................

D. Strategi Pengembangan PMII Cabang Kota Surakarta.....................

1. Pandangan Umum Pengkaderan.................................................

2. Sistem dan Bentuk Pengkaderan PMII Cabang Kota Surakarta.

a. Pengkaderan Formal.............................................................. (1). Mapaba........................................................................... (2). PKD................................................................................ (3). PKL.................................................................................

b. Pengkaderan Informal...........................................................

c. Pengkaderan Non Formal......................................................

61

61

69

71

73

73

77

78

78

80

81

82

85

BAB IV. PERAN PMII DALAM DINAMIKA PERGERAKAN KOTA SURAKARTA TAHUN 1997-2004.............................................................

A. Awal Gerakan Mahasiswa di Surakarta............................................

B. Aksi PMII Cabang Kota Surakarta...................................................

1. Bidang Politik..............................................................................

a. Tuntutan Reformasi............................................................... (1) Kerusuhan 14 Mei 1998.................................................. (2) Kerusuhan 15 Mei 1998.................................................. (3) Runtuhnya Orde Baru di Surakarta.................................

b. Konsolidasi Demokrasi.........................................................

c. Gerakan Anti Orde Baru.......................................................

2. Bidang Sosial Ekonomi...............................................................

BAB V. KESIMPULAN............................................................................... DAFTAR PUSTAKA................................................................................... LAMPIRAN..................................................................................................

87

90

93

94

98 104 107 109 114 116 120 126 129 133

commit to user

xi

DAFTAR TABEL DAN BAGAN

A. Tabel

Tabel 1. Jumlah Penduduk tiap Kecamatan Kota Surakarta Tahun 1961.... Tabel 2. Hasil Pemilu 1955.......................................................................... Tabel 3. Ragam Kegiatan Informal.............................................................. Tabel 4. Ragam Kegiatan Pengkaderan Non Formal...................................

B. Bagan

Bagan 1. Struktur Organisasi PMII..............................................................

21

26

64

65

67

commit to user

xii

DAFTAR SINGKATAN

AAKH

: Aliansi Anti Kenaikan Harga

AMW

: Aliansi Warga Menggugat

Aswaja

: Ahlussunnah wal Jama’ah

BKK

: Badan Kordinasi Kampus

FKPI : Forum Kebangsaan Pemuda Indonesia GMKI

: Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia GMNI

: Gerakan Mahasiswa Nasionalis Indonesia IMM

: Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah

IPNU

: Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama’

IPPNU : Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama’ KAMI

: Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia

KAMMI : Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia Kesuma

: Kelompok Sahabat untuk Masyarakat LAM

: Lembaga Advokasi Mahasiswa

Mapaba

: Masa Penerimaan Anggota Baru

MPR

: Majelis Permusyawaratan Rakyat

NDP

: Nilai Dasar Pergerakan

NKK

: Normalisasi Kehidupan Kampus

NKRI

: Negara Kesatua Republik Indonesia

NU

: Nahdlatul Ulama’

OKP

: Organisasi Kemasyarakatan Pemuda

Orba

: Orde Baru

Orla

: Orde Lama

Ormas

: Organisasi masyarakat

Parpol

: Partai politik

commit to user

xiii

PKD

: Pelatihan Kader Dasar

PKI

: Partai Komunis Indonesia

PKL

: Pelatihan Kader Lanjut

PMII : Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia PMKRI

: Perhimpunan Mahasiswa Katolik Indonesia SMPR

: Solidaritas Mahasiswa Peduli Rakyat

SMPTA : Solidaritas Mahasiswa Pecinta Tanah Air

commit to user

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Informan........................................................................ Lampiran 2. Ketua Umum PMII Surakarta periode 1960-2011................... Lampiran 3. Jumlah Penduduk Surakarta tahun 1961.................................. Lampiran 4. Hasil perolehan suara Pemilu 1957.......................................... Lampiran 5. DPR Gotong Royong Kotapraja Surakarta.............................. Lampiran 6. Seruan Walikota Surakarta....................................................... Lampiran 7. SK. Pelarangan Organisasi Politik........................................... Lampiran 8. Naskah Bai’at PMII................................................................. Lampiran 9. Aksi-aksi PMII di media massa...............................................

commit to user

SURAKARTA TAHUN 1997-2004

M. Dalhar 1

Dra. Isnaini, WW, M.Pd, 2 Drs. Suharyana, M.Pd 3

ABSTRAK

2011. Penelitian ini membahas latar belakang berdirinya PMII Cabang Kota Surakarta, strategi gerakan organisasi, dan peran PMII Cabang Kota Surakarta tahun 1997-2004. Tahun tersebut merupakan fase penting dalam sejarah Bangsa Indonesia, di mana terjadi peralihan dari masa otoriterian Orde Baru (Orba) menuju ke masa demokratisasi atau Orde Reformasi. Untuk mengkaji penelitian tersebut digunakan metode sejarah, yaitu heuristik (pengumpulan sumber), kritik (intern dan ekstern), interpretasi (penafsiran), dan historiografi. Sumber penelitian dikumpulkan melalui studi dokumen, arsip, dan wawancara dengan para pelaku sejarah. Sumber primer yang digunakan antara lain, laporan pertanggungjawaban (LPj) Kepengurusan, arsip organisasi, dan surat kabar sezaman. Adapun sumber skunder yang digunakan antara lain, buku-buku referensi, artikel, serta penelitian terdahulu yang berkaitan dengan tema penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitis. Artinya data- data yang terkumpul dianalisis kemudian disajikan dalam bentuk tulisan yang melukiskan suatu keadaan berdasarkan fakta-fakta yang telah terjadi dan tersedia.

1 Mahasiswa Jurusan Ilmu Sejarah. NIM C0507033

2 Dosen Penguji I 3 Dosen Penguji II

Surakarta adalah adanya keinginan dari mahasiswa nahdliyin untuk memiliki organisasi sendiri yang terlepas dari IPNU-IPPNU. PMII Cabang Kota Surakarta didirikan pada pertengahan November tahun 1960. Sebagai organisasi kader, PMII memiliki jenjang dan kurikulum pengkaderan yang sistematis dan terstruktur. Jenjang pengkaderan antara lain Masa Penerimaan Anggota Baru (Mapaba), Pelatihan Kader Dasar (PKD), dan Pelatihan Kader Lanjut (PKL). Pada masa Orde Baru maupun transisi demokrasi, PMII Cabang Kota Surakarta memiliki peran yang strategis dalam mengawal isu lokal maupun nasional. Hal tersebut terlihat dari aksi-aksi yang dilakukan bersama dengan organisasi kemahasiswaan lainnya antara tahun 1997-2004. Pasca reformasi 1998, wujud demokratisasi yang diperjuangan PMII dibuktikan dengan mengawal Pemilu 1999 dan 2004. Selain itu, aksi-aksi yang dilakukan PMII Cabang Kota Surakarta diwujudkan dalam bentuk penulisan opini di media massa, penguatan internal organisasi, dan pendampingan atau advokasi kepada masyarakat. Kegiatan advokasi terlihat dalam bidang sosial dan ekonomi. Dapat dikatakan bahwa aksi-aksi yang dilakukan oleh PMII Cabang Kota Surakarta pasca reformasi lebih beragam bentuknya, tidak hanya pada persoalan politik.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mahasiswa sebagai kader bangsa merupakan salah satu elemen masyarakat yang tidak dapat dilepaskan dari perjalanan bangsa ini. Sejarah telah membuktikan bahwa peran mahasiswa atau kaum muda sangat besar dalam mendorong perubahan baik pada masa sebelum maupun setelah kemerdekaan. Peran mahasiswa diyakini memiliki posisi yang sangat strategis dalam mengawal setiap perubahan di negara Indonesia. Selain dikenal sebagai sosok yang memiliki semangat muda dan sifat kritis, mahasiswa juga relatif bersih dari berbagai kepentingan. Tidak berlebihan jika

kemudian menyebut gerakan mahasiswa sebagai gerakan moral atau moral force. 1 Secara umum hakekat gerakan mahasiswa adalah “perubahan.” Ia tumbuh karena adanya dorongan untuk mengubah kondisi kehidupan untuk digantikan oleh

situasi baru yang dianggap memenuhi harapan. Menurut Albatch, 2 ada dua fungsi gerakan mahasiswa sebagai proses perubahan. Pertama, evektivitasnya untuk menumbuhkan perubahan sosial karena di dalam masyarakat mereka itu merupakan bagian dari persamaan politik yang konsisten dan penting. Kedua, mendorong bergulirnya perubahan-perubahan politik karena kondisi politik dalam negeri di suatu negara dunia ketiga sering tidak memiliki kelembagaan politik yang efektif untuk

1 Aziz Syamsuddin, Kaum Muda Menatap Masa Depan Indonesia, (Jakarta: PT Wahana Semesta Intermedia, 2010), hlm. 19.

2 Philip G.Albatch, Politik dan Mahasiswa Prespektif dan Kecenderungan Masa Kini, (Jakarta: PT. Gramedia, 1988), hlm. 7-17.

commit to user commit to user

Kelahiran Orde Baru (Orba) diawali dengan meletusnya tragedi berdarah Gerakan 30 September 1965 atau G30S yang menyebabkan enam perwira tinggi dan satu perwira pertama Angkatan Darat meninggal. Setelah menerima Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) dari Presiden Soekarno, Soeharto kemudian melarang dan membubarkan PKI. Sejak saat itu terjadi pembenaran resmi atas pembantaian besar-besaran terhadap pimpinan, kader, anggota, dan simpatisan Partai Komunis

Indonesia (PKI) di kota maupun di desa. 3

Menurut Asvi Warman Adam, peristiwa G30S yang merupakan proses pengambilan kekuasaan yang terkesan “sengaja untuk gagal” diperlihatkan Subandrio dengan mengkaji peranan para anak buah Soeharto di Kodam Diponegoro. Ada trio yang dikorbankan (Soeharto-Untung-Latief) dan trio yang dipakai untuk masa selanjutnya (Soeharto-Yoga Sugama, dan Ali Murtopo). Pandangan ini merupakan analisis post-factum yang dikeluarkan setelah peristiwa itu terjadi. Dari pengamatan ini terlihat bahwa proses pengambilan kekuasaan dilakukan secara bertahap, sehingga disebut creeping coup atau kudeta merangkak. Pada umumnya kudeta merupakan perebutan kekuasaan yang terjadi secara cepat dan tidak terduga. Namun di sini ternyata itu dilaksanakan secara berangsur-angsur. Kudeta merangkak adalah rangkaian skenario untuk mengambil kursi kepresidenan secara bertahap sejak 1

3 Adam Soepardjan, Mendobrak Penjara Rezim Soeharto, (Yogyakarta: Ombak, 2004), hlm. 3.

commit to user

Oktober 1965 sampai 1966 keluarnya Supersemar, tahun 1967 menjadi pejabat

presiden dan tahun 1968 menjadi presiden. 4

Tampilnya Orba menandai berkurangnya dua kekuatan utama dalam Demokrasi Terpimpin, yaitu Soekarno dan PKI, serta mengawali munculnya militer sebagai kekuatan politik dominan di atas panggung politik nasional. Di awal pemerintahannya, Orba menyusun berbagi langkah restrukturasi politik secara sistematis dan komprehensif. Tujuannya adalah untuk mengonsolidasi sendi-sendi kekuasaannya serta menciptakan stabilitas politik yang mantap dan terkendali guna menjamin roda pembangunan. Pembangunan ekonomi tidak akan dapat berjalan maksimal tanpa adanya stabilitas politik. Rehabilitasi dan stabilisasi ekonomi dipercayakan kepada para teknokrat. Sedangkan restrukturasi politik dikerjakan

bersama dengan perwira militer yang loyal kepada Soeharto. 5

Mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat merupakan salah satu yang mendapat perhatian pemerintah Orba. Peran mahasiswa yang sangat strategis dalam memantau setiap kebijakan pemerintah menjadikan mahasiswa sebagai kekuatan penekan atau preasure group yang efektif dan signifikan untuk mempengaruhi berjalannya dinamika sosial politik di tanah air. Upaya sistematis dilakukan pemerintah untuk menekan kekritisan mahasiswa. Kebijakan itu dikeluarkan melalui lembaga perguruan tinggi, yakni Normalisasi Kehidupan Kampus/ Badan Kordinasi Kampus (NKK/BKK) oleh Mendikbud Daud Yusuf tahun 1978.

4 Asvi Warman Adam, “Habis Manis Sepah dibuang,” Tempo Edisi Khusus Soeharto, 4-10 Februari 2008, hlm. 34.

5 Munafrizal, Gerakan Rakyat Melawan Elit, (Yogyakarta: Resist book, 2001), hlm. 41.

commit to user

Asumsi yang digunakan adalah, bahwa pendidikan tinggi tujuannya adalah melahirkan manusia penganalisis (man of analysis) yang identik dengan dimensi akademis. Konsep tersebut memperkuat SK Menkopolkam Sudomo No.02/Skep/KOPKAM/1978 yang isinya melarang mahasiswa untuk melakukan kegiatan politik di dalam maupun di luar kampus serta membekukan Dewan Mahasiswa. Sebelumnya pada tahun 1974 dikeluarkan SK. Mendikbud No. 028/U/1974 yang melarang demonstrasi dan segala kegiatan mahasiswa harus mendapatkan izin rektor. Kebijakan tersebut merupakan tonggak perjalanan sejarah depolitisasi mahasiswa. Bersamaan dengan tahun NKK/BKK, MPR mengeluarkan Tap MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) dan mengharuskan pemerintah memasyarakatkannya. Sejak saat itu semua orang wajib mengikuti penataran P4. Dimulai dari pegawai negeri, organisasi, masyarakat,

mahasiswa, dan anak sekolah. 6

Seiring berjalannya waktu, pilar-pilar politik negara kuat Orba perlahan- lahan melemah. Bersamaan dengan itu, berlangsung arus resistensi dari masyarakat yang menderas. Tahun 1997 adalah tahun kelabu sekaligus enty point yang mempercepat turunnya Presiden Soeharto. Memasuki Januari 1998 gelombang aksi mulai melibatkan jumlah besar mahasiswa di berbagai kota dan terus meningkat serta didukung civitas akademika kampus dan para alumni. Aksi–aksi mahasiswa itu mulai berani bergerak keluar kampus. Pemerintah dan militer mulai beraksi keras melarang langkah berani tersebut. Alasannya karena aksi ke jalan dapat menyulut kerusuhan

6 Muhammad Hisyam (peny), Krisis Masa Kini dan Orde Baru, (Jakarta: Yayasan Obor, 2003), hlm. 121.

commit to user commit to user

Rentetan peristiwa dalam tahun itu sampai ketika secara tiba-tiba Soeharto menyatakan mengundurkan diri sebagai Presiden pada 21 Mei 1998 merupakan buah perjuangan estafet dari beberapa generasi gerakan mahasiswa mulai angkatan 1974, 1977/1978, 1980-an dan 1990-an yang didukung juga oleh elemen prodemokrasi lainnya. Masing-masing angkatan sedikit atau banyak memiliki kontribusi dalam perjuangan menurunkan Presiden Soeharto. Gerakan mahasiswa sebelumnya tidak mampu mencapai garis kemenangan karena kapasitas perlawanan mereka belum sebanding dengan kekuasaan Orba. Oleh sebab itu gerakan mahasiswa generasi 1998 dapat disebut sebagai “generasi pemetik bunga.” Keberhasilan mereka dimungkinkan oleh pematangan situasi, yaitu didukung krisis ekonomi, konflik elit politik dan

delegitimasi rezim, serta dukungan luas dari hampir seluruh elemen masyarakat. 7 Setelah Soeharto turun, gerakan mahasiswa mengalami disorientasi, fragmentasi, dan menyusutnya militansi gerakan. Disorientasi terjadi terutama disebabkan hilangnya musuh bersama (common enemy). Disorientasi juga terjadi

7 Munafrizal., op.cit., hlm. 179.

commit to user

pada kelompok mahasiswa di daerah yang mulai meninggalkan isu-isu nasional dan mengangkat isu-isu lokal. Mereka mengelak dari isu-isu seperti “tolak Habibie” dan “tolak SI MPR” karena menurut mereka reformasi tidak terbatas pada persoalan di tingkat nasional, tetapi juga persoalan-persoalan daerah. Sikap ini juga disebabkan karena mereka tidak mau terperangkap sebagai komoditi elite politik, karena itu artinya mahasiswa telah menciderai kemurnian gerakan. Dari cara pandang ini, di berbagai daerah bermunculan isu-isu lokal yang disuarakan mahasiswa, mulai dari gugatan atas pejabat dan mantan pejabat yang melakukan KKN hingga persoalan kampus. Turunnya Soeharto bukanlah tujuan akhir perjuangan gerakan mahasiswa. Gerakan mahasiswa menganggap bahwa Soeharto adalah pusat segala persoalan, maka turunnya Soeharto berarti sebuah perintang utama mencapai perubahan telah dihilangkan. Gerakan mahasiswa sejak era transisi terus berlanjut, meski dengan gelombang pasang-surut.

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) adalah salah satu organisasi gerakan yang ikut berperan dalam mengawal dan mengkritisi kebijakan pemerintah Orba. Organisasi yang didirikan pada 17 April 1960 ini merupakan salah satu organisasi yang terus mengawal perjalanan sejarah bangsa ini, baik masa Orde Lama (Orla) di bawah pemerintahan Presiden Soekarno maupun Orba di bawah pemerintahan Presiden Soeharto. PMII memiliki cabang di sebagian besar kampus di seluruh Indonesia. Cabang Kota Surakarta adalah salah satunya.

commit to user

Berdirinya PMII berawal dari keinginan kuat dari para mahasiswa Nahdlatul Ulama’ atau nahdliyin untuk membentuk suatu organisasi yang berideologi Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja). Berdirinya PMII tidak bisa dilepaskan dari eksistensi organisasi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama - Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPNU-IPPNU). Secara historis, PMII merupakan mata rantai dari departemen perguruan tinggi IPNU yang dibentuk dalam Muktamar III di Cirebon Jawa Barat pada tanggal 27-31 Desember 1958. Di organisasi pelajar ini banyak mahasiswa yang menjadi anggotanya, bahkan mayoritas fungsionaris pengurusnya pusat IPNU-IPPNU

adalah mahasiswa. 8

Usaha dari mahasiswa nahdliyin untuk mendirikan organisasi khusus bagi mahasiswa sebenarnya sudah ada sejak lama. Misalnya berdirinya Ikatan Mahasiswa NU (IMANU) pada bulan Desember 1955 di Jakarta, Persatuan Mahasiswa NU (PMNU) di Bandung, dan Keluarga Mahasiswa NU (KMNU) di Kota Surakarta. Menghadapi hal tersebut, upaya yang dilakukan IPNU-IPPNU adalah dengan membentuk departemen perguruan tinggi untuk menampung aspirasi mahasiswa nahdliyin. Upaya tersebut tidak banyak mengalami kemajuan karena kondisi obyektif menunjukkann bahwa keinginan para pelajar sangat berbeda dengan keinginan, dinamika, dan perilaku mahasiswa. Semangat untuk mendirikan organisasi mahasiswa yang khusus di lingkungan mahasiswa nahdliyin semakin menguat ketika IPNU-IPPNU mengadakan Konferensi Besar pada 14-17 Maret 1960 di Kaliurang Yogyakarta. Dari forum tersebut melahirkan sebuah keputusan perlunya didirikan

8 Fauzan Alfas, PMII Dalam Simpul-Simpul Sejarah Perjuangan, (Jakarta: PB PMII, 2006), hlm. 9.

commit to user commit to user

Kelahiran PMII ini kemudian diproklamirkan di Balai Pemuda Surabaya dalam sebuah resepsi yang mendapatkan perhatian besar dari massa mahasiswa, organisasi ekstra dan intra universitas di Surabaya serta dihadiri juga beberapa wakil- wakil partai politik. Kurang lebih satu tahun sejak berdirinya di Surabaya sampai dengan Kongres I bulan Desenber tahun 1960 di Tawangmangu, Karanganyar Jawa Tengah, PMII telah memiliki 13 Cabang.

Awal berdirinya, PMII merupakan organisasi mahasiswa yang dependen dengan NU. Artinya lebih dimaksudkan sebagai alat untuk memperkuat Partai NU. Hal ini terlihat jelas dalam aktivitas PMII antara 1960-1972 sebagaian besar progam- progamnya berorientasi politik. Selanjutnya, salah satu momentum besar sejarah perjalanan PMII yang membawa perubahan yang besar dan mendasar adalah dideklarasikannya independensi PMII pada 14 Juli 1972 di Murnajati Lawang, Malang, Jawa Timur. Peristiwa tersebut kemudian dikenal dengan “Deklarasi Murnajati.” Deklarasi ini menjadikan PMII menjadi organisasi yang independen dari berbagai kepentingan partai politik, termasuk Partai NU.

Penelitian ini akan mengkaji peran organisasi PMII Cabang Kota Surakarta antara tahun 1997-2004. Periode tersebut dipilih karena pada saat itu merupakan fase penting bagi sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Turunnya Soeharto adalah salah

commit to user commit to user

Berdasarkan uraian di atas, perlu adanya sebuah analisis studi kasus terkait aktivitas PMII Cabang Kota Surakarta antara tahun 1997-2004. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti tentang SEJARAH PERGERAKAN

MAHASISWA ISLAM INDONESIA DI KOTA SURAKARTA TAHUN 1997- 2004.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang dijelaskan di atas, rumusan masalah dalam penelitian yang berjudul Sejarah Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Kota Surakarta Tahun 1997-2004 adalah sebagai berikut:

1. Apa yang melatarbelakangi berdirinya PMII di Kota Surakarta?

2. Bagaimana strategi gerakan PMII Cabang Kota Surakarta tahun 1997- 2004?

3. Bagaimana peran PMII Cabang Surakarta dalam dinamika pergerakan mahasiswa di Surakarta tahun 1997-2004?

commit to user

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitiann Sejarah Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Kota Surakarta Tahun 1997-2004 adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui latar belakang berdirinya PMII Cabang Kota Surakarta.

2. Untuk mengetahui strategi gerakan PMII Cabang Kota Surakarta tahun 1997-2004.

3. Untuk mengetahui peran PMII Cabang Surakarta dalam dinamika pergerakan mahasiswa di Surakarta tahun 1997-2004.

D. Manfaat Penelitian

Maksud manfaat atau kegunaan penelitian adalah manfaat langsung ataupun tidak langsung yang diperoleh dari penerapan penelitian ini. Sesuatu yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan untuk pengembangan organisasi pergerakan mahasiswa yang ada di Indonesia.

2. Sebagai tambahan referensi bagi peminat sejarah pergerakan, terutama bagi mahasiswa di organisasi kemahasiswaan, baik intra maupun ekstra kampus.

commit to user

Tinjauan Pustaka

Buku pertama adalah PMII dalam Simpul-Simpul Sejarah Perjuangan. Buku karya Fauzan Alfas ini diterbitkan oleh Pengurus Besar (PB) PMII Jakarta tahun 2006. Dalam buku tersebut dijelaskan sejarah perdirinya PMII mulai dari berdirinya tahun 1960 sampai tahun 1990-an. Secara diskriptif buku ini menyajikan catatan sejak embrio, seputar kelahiran dan sepanjang sejarah perjalanan perjuangan sampai saat-saat usianya berkepala empat. Penjelasannya adalah PMII dalam lingkup nasional, bukan lokal. Pembahasannya dijelaskan menurut periode yang dianggap bersejarah. Di antaranya adalah masa embrional kelahiran PMII (1955-1963), masa kebangkitan (1964-1968), masa perjuangan hidup pergerakan (1970-1972), masa membangun citra diri (1973-1988), masa konsolidasi dan pengembangan (1977- 1980), dan masa seperempat abad pergerakan (1981-1988).

Buku selanjutnya adalah Gerakan Rakyat Melawan Elite karya Munafrizal Manan. Dalam buku tersebut mengulas hubungan negara dengan masyarakat, termasuk mahasiswa pada masa transisi dari Orde Baru (Orba) menuju Orde Reformasi. Di dalamnya terdapat banyak pembahasan sejarah dan berbagai teori sosial yang terkait dengan politik di Indonesia pada saat itu. Secara umum buku ini mencoba mengajukan argumen yang keluar dari mainstream cara pandang politik Indonesia yang state centered. Sejauh ini, terutama pada masa Orba, banyak para aktivis demokrasi dan peminat studi politik Indonesia yang menempatkan negara sebagai satu-satunya faktor penghambat tegaknya demokrasi di Indonesia.

commit to user

Masyarakat jarang dilihat sebagai aktor yang juga dapat merintangi jalan tegaknya demokrasi. Namun, pada masa transisi yang kehidupan politiknya lebih terbuka dan bebas, argumen semacam ini tidak dapat dipertahankan lagi. Karena negara dan masyarakat sebetulnya sama-sama berpotensi menghambat atau memperlancar demokrasi. Karena itu, selain membeberkan karakter otoritarian negara yang selalu menjadi aktor paling utama perintang menegakkan demokrasi, buku ini juga merupakan otokritik terhadap masyarkat yang ternyata ikut pula menjadi bagian dari aktor penghambat menegakkan demokrasi.

Buku selanjutnya adalah Kaum Muda Menatap Masa Depan Indonesia. Buku karya Aziz Syamsuddin ini lebih banyak menjelaskan peran pemuda dalam hal ini adalah mahasiswa dalam mengawal setiap perubahan yang terjadi di negara ini. Dimulai dari era Kebangkitan Nasional 1908 sampai Era Reformasi 1998. Buku ini tidak hanya menjelaskan peran pemuda di masa lalu, tetapi juga dilengkapi dengan beberapa catatan kritis dan refleksi bagi pemuda ke depannya. Apa yang harus dilakukan oleh pemuda negeri ini ke depannya. Misalnya strategi pemuda menjawab permasalahan bangsa antara lain, membangun kapasitas diri, kepekaan sosial, strong leadership, sinergitas antarpemuda, optimalisasi organisasi kepemudaan dalam kaderisasi pemuda, dan membangun efektifitas Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI).

Buku lainnya adalah Manifesto Wacana Kiri; membentuk Solidaritas Organik. buku karya Santoso Kristeva ini sebenarnya adalah kumpulan makalah yang diterbitkan oleh tim fasilitator PMII Cabang Cilacap. Di dalamnya terdapat banyak

commit to user

penjelasan tentang gerakan sosial. Selain itu juga di dalamnya terdapat analisis mengapa gerakan mahasiswa itu muncul di negara berkembang seperti Indonesia. Meski hanya kumpulan makalah, di dalamnya dicantumkan banyak referensi. Gerakan sosial atau gerakan mahasiswa di Indonesia adalah kegiatan kemahasiswaan yang ada di dalam maupun di luar perguruan tinggi yang dilakukan untuk meningkatkan kecakapan, intelektulitas dan kemampuan kepemimpinan para aktivis yang terlibat di dalamnya. Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, gerakan mahasiswa seringkali menjadi cikal bakal perjuangan nasional, seperti yang tampak dalam lembar sejarah bangsa.

Buku lainnya adalah Gerakan Sosial; Konsep, Strategi, Aktor, Hambatan dan Tantangan Gerakan Sosial di Indonesia merupakan buku yang diterbitkan oleh Progam Penguatan Simbul Demokrasi Kabupaten Malang PLaCID’s (Public Poilicy Analysis and Community Devopment Studies) Avveros dan KID (Komunitas Indonesia untuk Demokrasi). Di dalam buku tersebut dijelaskan gerakan sosial mulai dari konsep, alasan mengapa belajar gerakan sosial, gerakan sosial dalam prespektif sejarah dan strategi (Gersos). Selain itu juga dijelaskan pemetaan akator-aktor gerakan sosial, hambatan dan tantangan gerakan sosial, gerakan sosial baru, dan kontekstualisasi analisis gerakan sosial untuk penguatan demokrasi.

Secara umum gerakan sosial memiliki definisi yang sangat luas karena beragamnya ruang lingkup yang dimilikinya. Giddens (1993) menyatakan bahwa gerakan sosial adalah suatu upaya dari kelompok untuk mengejar suatu kepentingan bersama atau gerakan untuk mencapai tujuan bersama melalui tindakan kolektif atau

commit to user

(collective action) di luar lingkup lembaga-lembaga yang mapan. Tarrow (1998) mendefinisikan gerakan sosial sebagai politik perlawanan yang terjadi ketika rakyat biasa menggalang kekuatan untuk melawan elit, pemegang otoritas, dan pihak-pihak lawan lainnya. Ketika perlawanan ini didukung oleh jaringan sosial yang kuat, dan diagungkan oleh resonansi kultural dan simbol-simbol aksi, maka politik perlawanan mengarah ke interaksi yang berkelanjutan dengan pihak lawan, dan hasilnya adalah gerakan sosial.

Menurut Tarrow, tindakan yang melawan (contentious collective action). Tindakan kolektif bisa mengambil banyak bentuk, yang singkat maupun yang berkelanjutan, terlembagakan atau cepat bubar, membosankan atau dramatisir. Umumnya tindakan kolektif berlangsung dalam institusi ketika orang-orang yang tergabung di dalamnya bertindak untuk mencapai tujuan bersama. Aksi kolektif memiliki nuansa penentangan ketika aksi itu dilakukan oleh orang-orang yang kurang memiliki akses ke institusi-intitusi untuk mengajukan klaim baru atau klaim yang dapat diterima oleh pemegang otoritas atau pihak-pihak yang lainnya. Aksi kolektif yang melawan merupakan basis dari gerakan sosial, karena aksi itu seringkali merupakan satu-satunya sumberdaya yang dimiliki oleh orang-orang awam dalam menentang pihak-pihak lain yang lebih kuat, seperti negara.

E. Metode Penelitian

Penelitian Sejarah Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) di Kota Surakarta Tahun 1997-2004 ini menggunakan metode sejarah, yaitu suatu metode

commit to user commit to user

berdasarkan data yang diperoleh. 9 Pendapat lain menyebutkan bahwa metode sejarah

adalah proses pengumpulan sumber, menguji dan menganalisis secara kritis rekaman- rekaman peninggalan masa lalu serta usaha untuk melakukan sintesa dari data-data

yang terkumpul sehingga menjadi kajian yang dapat dipercaya. 10

Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam metode penelitian sejarah ini terdiri dari empat langkah, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi.

1. Heuristik

Yaitu kegiatan atau proses pengumpulan sumber sejarah. Dalam langkah ini dilakukan pengumpulan sumber data sebanyak-banyaknya yang masih dalam cakupan tema dan permasalahan yang akan diteliti. Sumber data terdiri dari sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer diperoleh melalui studi dokumen atau arsip dan wawancara dengan pelaku. Sedangkan sumber sekunder diperoleh melalui studi pustaka (library research ).

a. Studi Bahan Dokumen atau Arsip Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen- dokumen atau arsip yang di Perpustakaan PMII Kota Surakarta. Dokumen yang digunakan adalah Laporan Pertanggungjawaban (LPj) Kepengurusan

9 Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi sejarah, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993), hlm. 2.

10 Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah (Edisi terjemahan oleh Nugroho Notosusanto), (Jakarta: UI Press, 1983), hlm. 32.

commit to user

PMII Cabang Kota Surakarta. Selain itu juga digunakan pula surat kabar sezaman yang masih terkait dengan tema dan periodesasi penelitian. Di antara surat kabar yang digunakan antara lain Harian Solopos, Kompas, dan Suara Merdeka.

b. Wawancara Wawancara atau sumber sejarah lisan dilakukan dengan beberapa orang yang mempu memberikan informasi sesuai dengan tema yang diambil. Dalam wawancara penulis berangkat dari informan pangkal sebagai pembuka yang selanjutnya akan diperoleh informan-informan kunci lain yang merupakan pelaku atau orang yang tahu persis peristiwa yang sedang diteliti.

Wawancara dilakukan dengan para alumni PMII dan beberapa kader yang mengetahui tentang peristiwa yang sedang dikaji. Hal ini masih sangat dimungkinkan karena para pelaku atau saksi sejarah masih ada sampai saat ini. Wawancara penelitian ini digunakan untuk melengkapi informasi yang masih kurang dalam sumber tertulis atau arsip. Harapannya dengan adanya pembanding ini, informasi yang diperoleh akan benar-benar valid.

Salah seorang alumni PMII yang dijadikan informan kunci (keynote informan ) adalah Sholahuddin Aly. Dia adalah aktivis organisasi tahun 1997 sekaligus menjadi Ketua PC PMII Kota Surakarta periode 2002-2003 dan Ketua PKC PMII Jawa Tengah periode 2004-2006.

commit to user

c. Studi Pustaka (library research) Sebagai pendukung dan pelengkap sekaligus kerangka dasar teori, maka penelitian ini menggunakan sumber-sumber pustaka berupa buku-buku karya ilmiah atau buku pengetahuan. Beberapa buku yang dijadikan sebagai acuan diperoleh dari Perpustakaan PMII Cabang Kota Surakarta dan PMII Komisariat Kentingan UNS, Perpustakaan Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional (BPSNT) Yogyakarta, Perpustakaan Pusat UNS, Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa (FSSR) UNS dan beberapa buku koleksi pribadi.

2. Kritik sumber

Kritik sumber adalah proses mengkritik sumber baik secara intern maupun ekstern. Kritik intern digunakan untuk mengetahui kredibilitas informasi yang diperoleh. Sedangkan kritik ekstern dipergunakan untuk mengetahui otentisitas informasi yang diperoleh.

3. Interpretasi

Tahap ini dilakukan untuk menafsirkan informasi yang saling berhubungan secara kronologis dengan fakta-fakta yang diperoleh dan telah lulus kritik. Interpretasi ini juga digunakan untuk menganalisis data yang digunakan. Analisis data merupakan suatu proses pencarian dan perancangan sistematika semua data yang terkumpul agar diketahui makna yang telah ditemukan dan disajikan kepada orang secara bebas.

commit to user

Analisis dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif. Artinya, data- data yang terkumpul selanjutnya diintegrasi atau ditafsirkan, kemudian dianalisis secara kualitatif. Analisis kualitatif adalah suatu analisis yang mendasarkan sebab akibat dari suatu permasalahan atau fenomena historis yang dimaksudkan agar penelitian ini tidak hanya menjawab apa, kapan, dan di mana, tetapi juga mampu menjelaskan gejala-gejala sejarah sebagai kausalitas. Hasil analisis ini kemudian disajiukan dalam bentuk penulisan diskriptif analitis.

4. Historiografi

Historiografi atau penulisan sejarah adalah proses penyajian hasil penelitian yang berupa penyusunan fakta-fakta dalam suatu sintesa kisah yang bulat. Kisah itu isinya terbagi dalam bab-bab, sub-sub dan butir-butir dari sub-sub yang didasarkan atas prinsip serialisasi.

F. Sistematika Penulisan

Penjabaran dari sistematika skripsi ini, secara garis besar diuraikan dalam bentuk per bab. Dengan model penjabaran ini diharapkan mampu memberikan gambaran yang jelas terhadap keseluruhan isi skripsi. Di dalam skripsi ini terdapat lima bab yang keseluruhannya merupakan satu kesatuan yang saling terkait.

Bab pertama mengemukakan latar belakang masalah yang kemudian dijelaskan juga mengenai rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

commit to user

Bab kedua menjelaskan tentang lahirnya PMII Kota Surakarta yang meliputi gambaran sosial politik Kota Surakarta tahun 1960-an, kelahiran PMII Cabang Kota Surakarta, dan perkembangan PMII terutama adalah sikap independensi dan interdependensi dengan organisasi NU.

Bab ketiga menjelaskan gambaran secara spesifik organisasi PMII dan strategi pengembangan PMII Cabang Kota Surakarta tahun 1997-2004. Strategi pengembangan organisasi meliputi pengkaderan formal, non formal, dan informal. Ketiga model pengkaderan di internal organisasi tersebut akan sangat berpengaruh terhadap bidang eksternal.

Bab keempat menjelaskan peran PMII Cabang Kota Surakarta dalam dinamika Kota Surakarta antara tahun 1997-2004. Peran ini diwakili oleh departemen eksternal organisasi. Peran yang dilakukan antara lain merespon isu lokal Kota Surakarta maupun nasional.

Bab kelima merupakan kesimpulan yang ditarik dari uraian-uraian sebelumnya yang sekaligus menjadi jawaban dari permasalahan-permasalahan pokok penelitian ini.

commit to user

BAB II SEJARAH BERDIRINYA PERGERAKAN MAHSISWA ISLAM INDONESIA

A. Latar Belakang Berdirinya PMII

Berdirinya organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) adalah berawal dari keinginan kuat mahasiswa Nahdlatul Ulama atau nahdliyin untuk membentuk suatu wadah mahasiswa yang berideologi Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja). Ide ini tidak dapat dipisahkan dari keberadaan organisasi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama’ dan Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama (IPNU-IPPNU). Secara historis, PMII merupakan Departemen Perguruan Tinggi IPNU yang dibentuk dalam Muktamar III di Cirebon, Jawa Barat pada tanggal 27-23 Desember 1959. Di dalam organisasi pelajar itu banyak terdapat mahasiswa yang menjadi anggotanya, bahkan mayoritas fungsionaris pengurus pusat IPNU-IPPNU adalah mahasiswa.

Atas dasar itulah muncul keinginan untuk membentuk suatu wadah khusus yang menghimpun mahasiswa nahdliyin. Pemikiran ini sempat dibahas dalam Muktamar II IPNU di Pekalongan pada tanggal 1-5 Januari 1957. Keinginan tersebut belum ditanggapi serius karena kondisi di dalam IPNU sendiri masih pembenahan, yakni masih banyak fungsionaris pengurus IPNU-IPPNU yang berstatus mahasiswa. Dikhawatirkan jika terbentuk wadah baru bagi mahasiswa akan mempengaruhi

perjalanan IPNU yang baru saja terbentuk. 1

1 Fauzan Alfas, PMII Dalam Simpul-Simpul Sejarah Perjuangan, (Jakarta:

PB PMII, 2006), hlm. 1.

commit to user

Usaha untuk mendirikan suatu wadah yang khusus menghimpun mahasiswa nahdlliyin sebenarnya sudah lama. Misalnya pada Desember 1955 di Jakarta berdiri Ikatan Mahasiswa NU (IMANU), di Bandung berdiri Persatuan Mahasiswa NU (PMNU), dan berdirinya Keluarga Mahasiswa NU (KMNU) di Surakarta. Organisasi yang terakhir dipelopori oleh Mustahal Ahmad, mahasiswa Fakultas Syariah

Universitas Cokroaminoto Surakarta. 2 Organisasi ini mampu bertahan sampai lahirnya PMII tahun 1960. Langkah yang diambil Pengurus IPNU untuk menampung aspirasi mahasiswa nahdliyin dengan membentuk departemen perguruan tinggi IPNU pada kenyataannya tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan. Hal ini dikarenakan mahasiswa nahdliyin tidak dapat duduk sebagai anggota Persatuan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia (PPMI), suatu konfederasi organisasi mahasiswa ekstra universitas. PPMI hanya menampung organisasi tingkat mahasiswa, bukan pelajar. Begitu juga untuk duduk dalam Majelis Mahasiswa Indonesia (MMI).

Sebagai tindak lanjut dari keinginan mahasiswa nahdliyin untuk mendirikan sebuah wadah khusus mahasiswa terbukti pada Konferensi Besar IPNU di Kaliurang, Yogyakarta pada 14-16 Maret 1960. Dalam forum tersebut memutuskan terbentuknya suatu organisasi mahasiswa nahdliyin yang terpisah secara fungsional maupun struktural dari IPNU. Kemudian untuk mempersiapkan itu, dibentuklah panitia sponsor pendiri organisasi mahasiswa yang terdiri dari 13 orang dengan tugas melaksanakan musyawarah mahasiswa nahdliyin seluruh Indonesia, bertempat di

2 Pada 1 juni 1975 Universitas Cokroaminoto dileburkan menjadi AAN (Akademi Administrasi Negara) sebelum akhirnya menjadi UNS.

commit to user

Surabaya. Adapun 13 sponsor pendiri organisasi mahasiswa nahdliyin itu adalah sebagai berikut: 3

1. Cholid Mawardi

(Jakarta)

2. Said Budairy

(Jakarta)

3. M. Sobich Ubaid

(Jakarta)

4. M. Makmun Syukri (Bandung)

5. Hilman (Bandung)

6. H. Isma’il Makky

(Yogyakarta)

7. Munsif Nahrawi

(Yogyakarta)

8. Nuril Huda Suaidy (Surakarta)

9. Laily Mansur

(Surakarta)

10. Abd. Wahab Jailani (Semarang)

11. Hisbullah Huda

(Surabaya)

12. M. Cholid Narbuko (Malang)

13. Ahmad Husain

(Makasar)

Sebelum melaksanakan musyawarah, tiga dari 13 sponsor yaitu, Hisbullah Huda, M. Said Budairy, dan Maksum Syukri pada 19 Maret 1960 mereka berangkat ke Jakarta menghadap ketua Partai NU, KH. DR. Idham Khalid untuk meminta nasehat sebagai pegangan pokok dalam musyawarah. Pada tanggal 24 Maret 1960 mereka diterima oleh Ketua Partai NU. Dalam pertemuan tersebut selain memberikan nasehat juga menekankan hendaknya organisasi yang akan dibentuk itu benar-benar dapat diandalkan sebagai kader partai. Keadaan waktu itu memang sangat kondusif bagi organisasi mahasiswa untuk bersikap politis. Meningkatnya jumlah organisasi mahasiswa disertai oleh meningkatnya peran mereka secara kualitas dan terbentuknya

kesempatan untuk mobilitas sosial di bidang politik. 4

3 Fauzan., op.cit., hlm. 6.

4 Burhan D. magenda. “Gerakan Mahasiswa Indonesia dan Sistem Politik,” Prisma Nomor 12, Desember 1977.

commit to user

Dengan demikian, awal berdirinya PMII lebih dimaksudkan sebagai alat untuk memperkuat Partai NU. Perubahan status organisasi massa (Ormas) NU 5

menjadi partai politik (Parpol) terjadi ketika dilaksanakan Muktamar XIX di Kota Palembang, tanggal 26 April sampai 1 Mei 1952. Di antara keputusannya adalah terkait dengan pemisahan diri dengan Masyumi serta menyatakan diri sebagai Parpol. Ketika itu yang memipmpin Ketua Muda Pengurus Besar NU adalah KH. Abdul Wahid Hasyim. Pemisahan diri dari Partai Masyumi juga didahului perdebatan yang cukup sengit sehingga akhirnya ditempuh jalan pemungutan suara. Hasilnya, 61 suara

setuju, 9 suara menolak pemisahan, dan 7 suara abstain. 6 Dengan keluarnya NU dari

kelompok Masyumi yang diawali juga dengan keluarnya PSII tahun 1947 membawa

gejolak di tubuh Masyumi. 7 Meskipun demikian, NU tetap meminta pengertian dari

Masyumi dan mengharap agar tetap mempertahankan dirinya sebagai badan federatif Parpol yang berdasarkan Islam.

Anggaran Dasar NU sebelum menjadi Parpol jelas disebutkan bahwa: “Adapun maksud perkumpulan ini yaitu memegang teguh pada salah satu dari madzhabnya Imam empat, yaitu Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i, Imam Malik bin Anas, Imam Abu Hanifah bin Nu’am, atau Imam Muhammad bin Hambal,

5 Nahdlatul Ulama’ (NU) didirikan di Surabaya pada 31 Januari 1926 yang

disahkan oleh Gubernur Jenderal dengan beslit yang termuat dalam De Javasche Courant tanggal 25 Februari 1930 Nomor 16 dan 30.

6 Abdul Basid Adnan, Kemelut di NU Antara Kyai dan Politisi, (Surakarta: Maya Sari, 1982), hlm. 18.

7 Cikal bakal Masyumi adalah Majlis Islam A’la Indonesia (MIAI) yang

didirikan masa awal pendudukan Jepang tahun 1943. Organisasi ini merupakan satu- satunya yang menampung aspirasi umat Islam Indonesia dalam bidang sosial, politik, ekonomi, dan agama. Kemudian tahun 1945 menjadi Majlis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi).

commit to user commit to user

AD/ART). 8 Kelahiran PMII yang disponsori oleh 13 orang tokoh mahasiswa nahdliyin. Mereka berasal dari Jakarta, Bandung, Semarang, Surakarta, Yogyakarta, Surabaya, Malang, dan Surabaya. Delapan kota inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya PMII di Indonesia. Persidangan dalam musyawarah mahasiswa nahdliyin bertempat di Gedung Madrasah Muallimin NU Wonokromo Surabaya dimulai tanggal 14 sampai

16 April 1960. Sedangkan peraturan dasar organisasi PMII dinyatakan mulai berlaku pada 17 April 1960. Kelahiran PMII ini kemudian diproklamirkan di Balai Pemuda Surabaya dalam suatu acara yang mendapatkan perhatian besar dari massa mahasiswa, organisasi-organisasi ekstra dan intra dari berbagai universitas di

Surabaya serta dihadiri juga oleh wakil-wakil dari partai politik. 9

Pada tanggal 8 Juni 1960, Pengurus Pusat (PP) PMII mengirimkan surat kepada NU untuk mengesahkan kepengurusan PMII. Hal ini tidak lain karena PMII adalah organisasi yang dependen dengan Partai NU. Selanjutnya, pada tanggal 14 Juni 1960 Partai NU menyatakan bahwa organisasi PMII diterima sebagai keluarga besar partai dan diberi mandat untuk membentuk cabang-cabang di seluruh Indonesia.

8 Abdul Basid Adnan, ibid., hlm. 5.

9 Fauzan., op.cit., hlm. 10.

commit to user

Yang menandatangani SK tersebut adalah DR. KH. Idham Chalid sebagai ketua Partai NU dan H. Aminuddin Aziz, Sekjend partai. 10

B. Makna Filosofis PMII

Sejak di deklarasikan di Surabaya pada 17 April 1960, PMII mendedikasikan dirinya sebagai wadah pergerakan yang secara jelas tertulis dalam tujuannya. Makna pergerakan dalam PMII adalah dinamika dari hamba (mahluk) yang senantiasa bergerak menuju tujuan idealnya memberikan bagi alam sekitarnya. Dalam konteks individual maupun komunitas, peran PMII haruslah senantiasa mencerminkan pergerakannya menuju kondisi yang lebih baik sebagai perwujudan tanggung

jawabnya memberi rahmat pada lingkungannya. 11

Kata “Pergerakan” dalam hubungannya dengan organisasi mahasiswa menuntut upaya sadar untuk membina dan mengembangkan potensi ketuhanan dan potensi kemanusiaan agar gerak dinamika menuju tujuannya selalu berada dalam kualitas kekhalifahannya. Pergerakan memiliki muatan-muatan nilai yang meliputi dinamika responsif, kreativitas, dan inovatif. Kandungan nilai-nilai tersebut mencirikan sebuah bentuk ideal dari format organisasi. Nilai dinamis mencerminkan sebuah pemberontakan atas kebekuan pemikiran, tradisi, dan lain sebaginya. Dari

10 Ibid., hlm. 13

11 “Hasil-Hasil Musyawarah Pimpinan PMII.” Dilaksanakan di Semarang, 11-14 Februari 2002, (Jakarta: PB PMII, 2002), hlm, 36-37.

commit to user commit to user

menuju sebuah tatanan ideal tanpa terjebak dalam sebuah utopia. 12 Pengertian “mahasiswa” yang terkadung dalam PMII adalah golongan generasi muda yang menuntut ilmu di perguruan tinggi yang mempunyai identitas diri. Identitas diri mahasiswa terbangun oleh citra diri sebagai insan religius, insan dinamis, insan sosial, dan insan mandiri. Dari identitas mahasiswa tersebut terdapat tanggung jawab keagamaan, intelektual, sosial kemasyarakatan, dan tanggung jawab individual sebagai hamba Tuhan maupun sebagai bangsa dan negara. Mahasiswa diangankan memuat kandungan-kandungan nilai-nilai intelektualitas, idealitas, komitmen, dan konsistensi.

Pengertian “Islam” yang terkandung dalam PMII adalah Islam sebagai agama yang dipahami dengan haluan paradigma Ahlussunah wal Jama’ah (Aswaja), yaitu konsep pendekatan terhadap ajaran agama Islam secara proposional antara iman, Islam, dan ihsan yang di dalam pola pikir, pola sikap, dan pola prilakunya tercermin sifat-sifat selektif, akomodatif dan integratif. Faham Aswaja mencakup aspek aqidah, syari’ah, dan akhlak. Ketiganya merupakan satu kesatuan ajaran yang mencakup seluruh aspek prinsip keagamaan. Didasarkan pada pola pikir (manhaj) Asy’ariyah dan Maturidiyah dalam bidang aqidah, empat imam madzhab besar dalam fiqih yaitu, Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hambali, dan bidang tasawuf menganut manhaj Imam

12 Ahsanul Minan, “PMII, Oase di Tengah Penderitaan Rakyat,” Makalah koleksi Perpustakaan PMII Surakarta.

commit to user

Ghazali dan Imam Abu al-Qasim al-Junaid al-Baghdadi, serta para imam lain yang sejalan dengan syari’ah Islam. 13

Pengertian “Indonesia” yang terkandung di dalam PMII adalah masyarakat bangsa dan negara Indonesia yang mempunyai falsafah dan ideologi Pancasila serta UUD 1945 dengan kesadaran kesatuan dan keutuhan bangsa serta negara yang terbentang dari Sabang sampai Merauke yang diikat dengan kesadaran wawasan Nusantara. Keindonesiaan yang dipahami oleh PMII merupakan sebuah gugusan ide tentang Negara bangsa yang secara riil dibangun di atas fondasi pluralitas dan hetrogenitas baik secara etnis, ras, agama maupun golongan. Secara totalitas PMII sebagai organisasi merupakan suatu gerakan yang bertujuan melahirkan kader-kader bangsa yang mempunyai integritas diri sebagai hamba yang bertaqwa kepada Allah SWT, dan atas dasar ketaqwaan berperan mewujudkan peran ketuhanannya membangun masyarakat bangsa dan negara Indonesia menuju suatu tatanan masyarakat yang adil dan makmur dalam ampunan dan ridlo Allah SWT.

Dalam Kongres X PMII tahun 1991 di Jakarta dilahirkan Deklarasi Format Profil PMII. 14 Deklarasi ini merupakan kristalisasi dari tujuan pergerakan sebagaimana tercantum dalam AD/ART, yakni, “terbentuknya pribadi muslim Indonesia yang berbudi luhur, berilmu dan bertaqwa kepada Allah SWT, cakap serta bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmu pengetahuannya.” Bagi PMII ilmu pengetahuan merupakan alat untuk mengabdikan diri kepada Allah SWT, untuk

13 Tim PWNU Jawa Timur, Aswaja An-Nahdliyah, (Surabaya: Kalista, 2007), hlm. 3.

14 Fauzan Alfas, PMII Dalam Simpul-Simpul Sejarah Perjuangan, (Jakarta: PB PMII, 2006), hlm. 138.

commit to user commit to user

C. Perkembangan PMII

Musyawarah mahasiswa nahdliyin di Surabaya hanya menghasilkan peraturan dasar organisasi. Maka untuk melengkapi peraturan organisasi tersebut, dibentuklah panitia kecil yang diketuai oleh M. Said Budairi dengan anggota Chalid Mawardi dan Fahurrazi untuk merumuskan peraturan rumah tangga PMII. Dalam sidang yang dilaksanakan pada 8-9 September 1960, peraturan rumah tangga dinyatakan sah dan melengkapi peraturan dasar yang sudah ada sebelumnya.