Deskripsi Lapangan

A. Deskripsi Lapangan

1. Keadaan di Sekitar Sanggar Lukis “Warung Seni”

Gambar 1. Sanggar Lukis “Warung Seni” (Dokumentasi: Alfan Reza Fathony: 2012)

Sanggar lukis “Warung Seni” terletak di komplek Pujasari, Jl. Slamet Riyadi 275, Blok B11, Kelurahan Sriwedari, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta, Jawa Tengah. Pengelola dari sanggar lukis “Warung Seni” ini adalah Bapak Luluk Soemitro. Beliau sekaligus sebagai koordinator sanggar lukis “Warung Seni” dan dibantu oleh beberapa putrinya yaitu Bu Uryn, Bu Atik, dan Bu Unik dalam mengelola sanggar tersebut.

Keadaan sekitar sanggar lukis “Warung Seni” sebagian besar diwarnai dengan kehidupan kesenirupaan. Hal ini dapat dilihat di sekeliling lingkungan sanggar yang penuh dengan lukisan-lukisan dan beberapa patung yang dipajang maupun diletakkan begitu saja. Misalnya di sebelah kiri dari

commit to user

Suparmin. Studio milik Bapak Suparmin yang bernama “Spar Galery” ini jasa utamanya adalah pembuatan pigura. Tetapi tidak hanya digunakan sebagai bengkel pigura saja, studio ini juga digunakan untuk menawarkan karya lukisan dan menawarkan jasa melukis.

Kemudian bangunan yang berada tepat di depan sanggar lukis “Warung Seni” adalah ruko-ruko kosong yang dulunya digunakan untuk warnet. Di bagian luar ruko kosong tersebut terdapat cukup banyak lukisan yang dipajang dan diletakkan begitu saja. Lukisan-lukisan itu mayoritas bertemakan bunga-bunga, kehidupan binatang, dan aktivitas manusia. Lukisan-lukisan tersebut milik Bapak Suhartono yang memang dipajang untuk menarik perhatian calon pembeli yang lewat atau mengunjungi komplek tersebut.

Sebelah kanan dari ruko kosong yang digunakan untuk memajang lukisan milik Bapak Suhartono, terdapat ruko yang bertuliskan “Bali Art Shop”. Ruko tersebut merupakan pusat sanggar budaya Gianyar Bali di

Surakarta yang juga menerima pesanan lukisan Bali, patung Bali, dan seni ukir Bali dan juga ukir Jepara. Sebelah kanan “Bali Art Shop” terdapat toilet umum yang sudah tidak terawat lagi dan tidak bisa digunakan.

Tepat di samping kanan studio lukis “Warung Seni”, terdapat ruko yang digunakan untuk kamar kost. Kamar itu digunakan oleh anak dari pemilik rumah makan lesehan “Bu Manto” yang ada di komplek tersebut. Sebelah kanan dari kamar kost tersebut terdapat papan reklame yang digunakan untuk menempelkan poster-poster kegiatan pameran lukisan yang akan berlangsung atau pengumuman lainnya. Sedangkan di sebelah barat sanggar lukis “Warung Seni” terdapat dua bangunan rumah makan lesehan yang bernama “R.M. Bu Manto” dan “R.M. Lezat”. Rumah makan itu

menyajikan makanan-makanan khas Jawa, khusunya khas Solo dan Jogja. Kemudian sebelah utara dari rumah makan tersebut merupakan aula yang berukuran 12 x 8 m² yang digunakan Bapak Luluk Soemitro sebagai tempat bimbingan melukis untuk anak-anak.

commit to user

sekian banyak studio yang ada, studio yang paling ramai adalah “Warung Seni” karena selain sebagai sanggar, di sini juga sebagai pusat informasi dan

tempat komunikasi bagi seniman di kota Surakarta. Bila dilihat secara keseluruhan kondisi lingkungan Pujasari memang kurang terawat dan belum ada upaya untuk perbaikan karena menurut Bapak Luluk Soemitro, komplek Pujasari saat ini tidak ada pengelolanya lagi.

2. Keadaan Sanggar Lukis “Warung Seni”

Keadaan sanggar lukis “Warung Seni” dibagi menjadi dua pembahasan yaitu sebagai berikut:

a. Sejarah Berdirinya Sanggar Lukis “Warung Seni” Sanggar lukis “Warung Seni” berdiri pada tanggal 10 September 1993 yang dibuka oleh dua tokoh ternama di Surakarta yaitu Gesang (Alm) dan Drs. Murtijono (Alm). Gesang adalah maestro keroncong dengan lagu “Bengawan Solo” yang begitu terkenal dan Drs. Murtijono

adalah kepala TBJT (Taman Budaya Jawa Tengah) pertama periode 1975-2010.

Pendiri dari sanggar tersebut adalah seniman yang dulunya menjadi anggota HBS (Himpunan Budaya Surakarta) pada tahun 1965 dan Sanggar Caraka. Seniman itu terdiri dari tujuh orang yaitu Wowok Sardjiwo, Bambang Tedjo, Basu, C. A. Sutanto, Gunawan Hanjaya, Yongki, dan Luluk Soemitro. Para seniman itu menamai dirinya dengan sebutan “Kelompok Tujuh Surakarta”. Ketujuh seniman tersebut tidak semuanya berlatar belakang seni rupa, ada juga yang dari seni teater dan seni musik. Yang khusus dari bidang seni rupa diantaranya, Bambang Tedjo, Gunawan Hanjaya, Luluk Soemitro, dan Yongki.

Ketujuh orang tersebut berikrar untuk menjadikan Surakarta sebagai pusat budaya dengan tujuan untuk membuat iklim berkesenian, meningkatkan apresiasi, wawasan, bobot, kesejahteraan antara para pelaku seni serta kesatuan dan persatuan. Ikrar tersebut akhirnya tercetus

commit to user

Pujasari Sriwedari dengan mendirikan sanggar lukis “Warung Seni”. Lokasi yang menyatu dengan komplek Pujasari merupakan tempat yang strategis dalam mewujudkan kegiatan berkesenian, karena letaknya di tengah Kota Surakarta.

Perwujudan dari kegiatan tersebut adalah untuk mengadakan komunikasi antara pelaku seni sendiri, antara pelaku seni dengan para peminat seni dan pecinta seni serta pengamat seni dengan pelaku seni. Walaupun belum merupakan titik optimal yang dicapai, namun telah turut serta memberikan corak dan warna kegiatan berkesenian di Surakarta. Berbagai kegiatan yang telah dilakukan adalah mengadakan pameran seni lukis di beberapa tempat, di antaranya Taman Jurug Tahun 1993, pameran pembangunan di Wonogiri pada tahun 1994, dan juga pameran dalam rangka HUT (Hari Ulang Tahun) Republik Indonesia ke-

48 yang diberi nama Demo Melukis Model. Acara ini dihadiri oleh beberapa seniman Surakarta dengan menghadirkan tokoh seniman sebagai model yaitu Gesang dan Ki Manteb Sudarsono.

Untuk kegiatan lainnya adalah penyelenggaraan bimbingan melukis untuk anak-anak di bawah asuhan Bambang Tedjo dan bimbingan melukis untuk remaja dan dewasa yang diasuh oleh Luluk Soemitro pada waktu itu. Seiring bertambahnya waktu, kelompok tujuh tersebut pecah. Wowok Sardjiwo memilih dunia teater daripada seni rupa, Bambang Tedjo menjadi guru, Yongki dan Basu meninggal dunia. Akhirnya sanggar lukis “Warung Seni” dikelola sendiri oleh Bapak Luluk Soemitro sampai sekarang dan dibantu oleh anak-anaknya.

b. Kondisi Fisik Sanggar Lukis “Warung Seni” Sanggar lukis “Warung Seni” di Sriwedari, Surakarta memiliki atau setidaknya dapat menggunakan dua tempat secara resmi untuk melaksanakan program bimbingan melukis. Dua tempat itu terletak di blok B11 dan aula yang terletak beberapa meter dari bangunan blok B11.

commit to user

yang bernama “Jayaraya Furnicraft” yang juga digunakan sebagai kantor sanggar lukis “Warung Seni” dan yang satunya lagi sebagai studio lukis

yang juga digunakan untuk menyimpan karya-karya lukisan siswa sanggar lukis “Warung Seni”. Sedangkan aula digunakan sebagai tempat bimbingan melukis siswa-siswa sanggar lukis “Warung Seni”. Selain itu juga ada beberapa tempat yang bisa digunakan di sekitar studio namun sifatnya tidak tetap.

Seperti yang telah disebutkan di atas, untuk kantor sanggar lukis “Warung Seni” ini menempati blok B11 komplek Pujasari di Jl. Slamet

Riyadi 275 Sriwedari, Surakarta. Kantor yang juga digunakan sebagai tempat meletakkan barang-barang furniture ini berukuran 4 x 4 m² dan tinggi sekitar 3 m dengan bentuk segi empat serta motif bangunan yang sederhana. Barang furniture yang ada di ruang tersebut antara lain meja, kursi, dipan, dan rak yang terbuat dari kayu jati yang semuanya berbentuk unik. Selain barang-barang furniture, tempat ini juga terdapat beberapa lukisan yang dipajang di dinding.

Pada bagian depan bangunan kantor terdapat papan yang digunakan untuk menempelkan foto. Dalam foto ini melukiskan sanggar lukis “Warung Seni” pada saat upacara peresmian sampai kegiatan yang

telah dilakukan oleh sanggar tersebut. Ada juga foto anak-anak bimbingan sanggar lukis “Warung Seni” yang berprestasi dan memegang piala. Selain itu juga ada foto pada waktu proses bimbingan melukis dan foto pada saat demo melukis model yang dihadiri oleh beberapa seniman Surakarta saat menyambut HUT RI ke-48 dengan spanduk bertuliskan “Demo Melukis Model”.

Untuk studio lukis, pada bagian depan bangunan terdapat spanduk yang bertuliskan “Sanggar Lukis Anak-anak Remaja Warung Seni, Tempat Anak Kreatif dan Berprestasi Nasional dan Internasional ”. Seperti studio lukis pada umumnya, studio lukis “Warung Seni” ini didominasi oleh pemandangan gambar-gambar, dan juga beberapa karya

commit to user

maupun gambar yang tergantung di tempat itu merupakan karya siswa sanggar lukis “Warung seni” dan juga karya pemilik serta pengelola sanggar tersebut. Beberapa karya banyak juga yang hanya ditumpuk atau diletakkan begitu saja. Hal ini dikarenakan tempatnya memang sempit dan tidak memadai untuk meletakkan banyak karya.

Tidak hanya lukisan yang sudah jadi yang dipajang di studio tersebut, lukisan yang belum jadi atau masih dalam proses pembuatan juga ada di sini. Pada lukisan yang masih dalam tahap proses tersebut terdapat foto obyek yang akan digambar yang diletakkan di pojok atas gambar. Lukisan yang belum jadi itu adalah lukisan pesanan dari seseorang dan juga lukisan milik Bapak Luluk Soemitro sendiri.

Selain untuk meletakkan karya yang sudah jadi ataupun yang belum jadi, tempat ini juga digunakan untuk menyimpan peralatan untuk kegiatan bimbingan melukis. Diantaranya ada tempat duduk pendek yang jumlahnya ada sekitar 20 buah dengan kondisi yang masih bagus. Kursi ini digunakan untuk siswa bimbingan yang masih anak-anak. Sedangkan tempat duduk yang berukuran lebih besar dengan tinggi sekitar 60 cm yang jumlahnya sekitar 10 buah. Kursi yang lebih besar ini untuk praktek gambar model langsung untuk siwa dewasa. Kursi ini terbuat dari plastik dan kondisinya masih bagus.

Tempat yang satunya lagi merupakan aula yang memiliki luas

12 x 8 m². Ruangan ini terbuka, berbentuk joglo dan tanpa pintu sehingga cukup terang meskipun tanpa bantuan lampu. Untuk alasnya bangunan ini menggunakan tegel beton dengan kondisi yang masih bagus. Namun saat melihat ke atas akan ada plafon yang kondisinya rusak berat, bahkan sebagian besar plafon sudah tidak ada lagi. Secara umun kondisi aula ini memang masih bagus dan layak untuk kegiatan bimbingan melukis. Tempat inilah yang digunakan Bapak Luluk Soemitro untuk bimbingan melukis anak-anak.

commit to user

yang berjumlah 5 buah dan setiap meja disediakan 3 kursi kecil yang digunakan untuk siswa. Di ruangan ini juga terdapat papan white board berukuran 1 x 1,5 m yang disangga kursi plastik yang digunakan Bapak Luluk Soemitro untuk mengajar pada saat bimbingan melukis. Di sini juga terdapat meja besar dan beberapa kursi yang digunakan untuk orang tua yang sedang mengantar anaknya mengikuti bimbingan.