Proses Pembelajaran Sanggar Lukis “Warung Seni”

D. Proses Pembelajaran Sanggar Lukis “Warung Seni”

Proses pembelajaran di sanggar lukis “Warung Seni” berlangsung selama 1,5 jam yaitu antara pukul 15.30 – 17.00 WIB. Pertemuan belajar anak diberikan

dalam setiap minggunya 2 kali pertemuan yaitu hari Kamis dan Minggu.

Sebelum proses pembelajaran dimulai, Bapak Luluk Soemitro menyiapkan tempat belajar dengan membersihkan aula yang akan digunakan untuk mengajar. Setelah aula bersih selanjutnya beliau mengambil papan white board dari studio lukisnya dan meletakkan papan white board tersebut pada salah satu tiang di aula tersebut. Setelah itu beliau kembali ke studio lukisnya untuk mengambil meja kursi kecil yang nantinya digunakan untuk belajar melukis anak, serta mengambil kursi besar yang digunakan para orang tua yang menunggu anaknya mengikuti bimbingan. Meja kursi kecil tersebut lalu ditata di aula

commit to user

kursi besar ditata di samping tempat belajar anak. Dalam menyiapkan tempat pembelajaran ini Bapak Luluk Soemitro dibantu oleh anaknya yaitu Bu Uryn.

Siswa mulai datang pada pukul 15.30 WIB, mereka sebagian besar diantar oleh orang tuanya. Siswa yang datang langsung menempati tempat duduk yang telah disediakan. Bapak Luluk Soemitro selanjutnya menyapa anak-anak bimbingannya dan menyuruhnya untuk menyiapkan alat-alat yang digunakan untuk belajar melukis seperti spidol hitam kecil, buku gambar, dan pastel. Setelah semua anak siap dengan alat-alatnya kemudian Bapak Luluk Soemitro menyampaikan tema yang akan dilukis pada hari itu. Selain menyampaikan materi, Bapak Luluk Soemitro juga menanyakan pendapat anak-anak mengenai tema yang disampaikan tersebut dan beliau juga bertanya apakah siswa pernah melihat obyek-obyek yang akan dilukis. Metode di atas secara tidak langsung berfungsi sebagai cara untuk membuat anak merasa nyaman dan betah dalam mengikuti bimbingan melukis.

Gambar 9. Bapak Luluk Soemitro saat menerangkan tema obyek yang akan dilukis (Dokumentasi: Alfan Reza Fathony: 2012)

commit to user

mulai membuat media pembelajaran. Media pembelajaran berisi tentang materi atau tema lukisan yang akan dilukis anak. Media tersebut berupa gambar sketsa obyek dari spidol boardmarker yang digambar Bapak Luluk Soemitro pada papan white board berukuran 1 x 1,5 m. Sketsa obyek yang digambarkan Bapak Luluk Soemitro tidak langsung digambar sampai selesai, melainkan bertahap sedikit demi sedikit. Misal untuk membuat obyek manusia, pembimbing melukis kepala terlebih dahulu dan setelah itu memberikan waktu sekitar 30 detik untuk dicontoh siswa. Setelah semua siswa selesai melukis kepala, pembimbing melanjutkan melukis badan dan memberi waktu sekitar 30 detik untuk dicontoh siswa, dan begitu seterusnya sampai sketsa obyek benar-benar selesai. Teknik ini digunakan agar siswa tidak bingung dalam memulai membuat gambar dan juga hasil gambar sketsa anak bisa selesai dalam waktu yang bersamaan. Selama menunggu anak melukis sketsa obyek yang dicontohkan, Bapak Luluk Soemitro keliling ke meja anak-anak untuk mengamati gambar mereka. Bila ada yang mengalami kesulitan dalam melukis, beliau langsung membantunya.

Gambar 10. Bapak Luluk Soemitro saat membuat sketsa obyek (Dokumentasi: Alfan Reza Fathony: 2012)

commit to user

dilakukan siswa. Diantaranya ada anak yang selalu ingin ditemani orang tuanya di sebelahnya pada saat mengikuti bimbingan. Anak seperti ini biasanya baru berusia 3-5 tahun. Selain itu juga ada anak yang tidak mau diam saat mengikuti bimbingan. Anak itu berlarian kesana kemari dan mengganggu anak yang lain. Hal tersebut menurut Bapak Luluk Soemitro adalah hal yang wajar karena mereka memang masih anak-anak yang sulit untuk diatur. Tetapi bapak Luluk Soemitro juga tidak diam menanggapi hal tersebut, beliau mengingatkan anak-anak yang bandel tersebut dan mengajaknya kembali belajar melukis.

Gambar 11. Anak-anak sedang meggambar sketsa obyek yang dicontohkan Bapak Luluk Soemitro (Dokumentasi: Alfan Reza Fathony: 2012)

Setelah semua siswa selesai melukis sketsa lukisan, selanjutnya pembelajaran diserahkan Bapak Luluk Soemitro kepada putrinya untuk memberikan materi tentang teknik pewarnaan. Materi tentang teknik pewarnaan diberikan oleh Bu Uryn, Bu Atik, dan Bu Unik. Sketsa lukisan yang telah selesai dibuat siswa, selanjutnya diserahkan kepada Bu Uryn, Bu Atik, atau Bu Unik secara bergantian untuk diberikan tanda warna yang nantinya dilanjutkan siswa.

commit to user

dibawa siswa. Selama pemberian tanda warna pada sketsa lukisan tersebut Bu Uryn, Bu Atik, dan Bu Unik menjelaskan bagaimana teknik mewarnai sketsa lukisan yang baik. Bu Uryn, Bu Atik, dan Bu Unik juga menjelaskan bahwa seluruh bidang gambar harus penuh dengan goresan pastel, bahkan untuk warna putih juga harus diberi goresan warna putih dari pastel.

Gambar 12. Bu Uryn saat memberikan tanda warna pada sketsa lukisan yang telah dibuat siswa (Dokumentasi: Alfan Reza Fathony: 2012)

Proses pembelajaran dikatakan selesai setelah semua sketsa lukisan anak diberi tanda warna. Untuk proses pewarnaan dilanjutkan di rumah masing-masing anak. Lukisan yang telah selesai diberi warna, selanjutnya dibawa ke sanggar pada pertemuan berikutnya untuk dievaluasi.