ASEAN dan Perdagangan Bebas

15.1 ASEAN dan Perdagangan Bebas

Defisit transaksi berjalan Indonesia yang telah terjadi

Boks 15.1 Grafik 1 Trade Openness Grafik 1 Trade Openness

sejak akhir tahun 2011 disebabkan salah satunya oleh melemahnya kinerja ekspor Indonesia. Pelemahan ini

dipengaruhi dua faktor utama, yaitu faktor domestik, Malaysia

Perdagangan terhadap PDB (Persen)

masalah struktural pada industri dan perdagangan, dan faktor eksternal, berupa penurunan harga komoditas. Vietnam

Thailand Malaysia

Kerentanan transaksi berjalan tersebut terkait dengan Thailand struktur ekspor Indonesia yang saat ini didominasi oleh

Vietnam

industri pengolahan berbasis sumber daya alam (SDA)

Filipina

yang kinerjanya bergantung pada harga komoditas. Untuk Filipina mengatasi permasalahan tersebut dan mengoptimalkan Tiongkok

potensi Indonesia, perlu dilakukan transformasi ekonomi Tiongkok

melalui peningkatan daya saing industri di pasar global.

Industri menjadi sentral dalam transformasi karena 20 8 8,2 8,4 8,6 8,8 9 9,2 9,4 9,6 9,8 10 merupakan lokomotif pertumbuhan menuju negara maju,

Log PDB per kapita (PPP)

Avg. 2004-08 Avg. 2009-13

menyerap banyak tenaga kerja, dapat menciptakan nilai tambah yang besar, dan pada akhirnya dapat menjadi sumber devisa secara fundamental.

Framework analisa daya saing ( Trade Competitiveness Dimensi intensive margin diwakili oleh trade openness Diagnostics) yang dikembangkan Reis dan Farole (2012)

(rasio ekspor dan impor terhadap PDB) yang merupakan dapat digunakan untuk mengukur kinerja perdagangan

ukuran tingkat integrasi suatu perekonomian dengan internasional Indonesia dan daya saing faktor-faktor yang

perdagangan dunia. Tingkat keterbukaan Indonesia pada berkontribusi terhadap kinerja ekspor tersebut. Dalam

tahun 2009-2013 sebesar 50%, menurun dibandingkan hal ini, kinerja Indonesia dibandingkan dengan peer

tahun 2004-2008 (60%) (Grafik 1). Negara peers umumnya countries–nya. 1 mengalami peningkatan trade openness dengan level yang

lebih tinggi seperti Vietnam (150%) dan Filipina (65%). Dari Pada tahapan pertama, analisa daya saing dilakukan

sisi extensive margin, jangkauan ekspor Indonesia relatif analisis kinerja perdagangan (ekspor) pada empat dimensi

tertinggal dibandingkan negara lain. Dari total 3906 produk yaitu intensive, extensive, quality dan sustainability

ekspor Indonesia pada tahun 2013, hanya sekitar 53% atau margin. 2 Hasil analisis menunjukkan bahwa ekspor

Indonesia tertinggal dibandingkan negara ASEAN seperti Malaysia dan Thailand. Ekspor Indonesia masuk dalam klasifikasi negara low middle income yang cenderung

Boks 15.1 Grafik 2 Pangsa Ekspor (2013) Grafik 2 Pangsa Ekspor (2013)

berbasis SDA dengan nilai tambah rendah. Indonesia terlihat mengalami penurunan kinerja pada keempat

dimensinya dengan isu utama pada Teknologi tinggi intensive dan 0,8 quality margin.

Berbasis SDA

Teknologi rendah

1 Perbandingan secara khusus dilakukan terhadap Malaysia, Thailand, Filipina, Vietnam, Tiongkok dan India. 0 2 Yang pertama adalah intensive margin yang tercipta dengan menjual

lebih banyak produk yang sama di pasar yang sama. Dimensi kedua, extensive margin, adalah arus ekspor baru dari menjual produk baru atau menjual produk yang ada saat ini ke pasar yang baru. Berikutnya

Produk primer

Teknologi menengah

quality margin terjadi jika kualitas dan kecanggihan produk yang diekspor meningkat. Produk dengan nilai tambah lebih tinggi dari sisi orisinalitas ( ingenuity), skill, dan teknologi akan memiliki harga

Tiongkok Indonesia yang lebih tinggi di pasar. Dimensi terakhir, sustainability margin mengevaluasi survival rate dari ekspor, baik barang baru maupun

Malaysia

India

Thailand Vietnam barang yang sudah lama diekspor.

LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2015

Grafik 3. Boks 15.1. Perkembangan Pangsa Ekspor Indonesia berdasarkan Grafik 3 Perkembangan Pangsa Ekspor Indonesia berdasarkan

Grafik 4. Boks 15.1. Kecanggihan Produk (2001-2013)

Komponen Teknologi Komponen Teknologi

Grafik 4

Kecanggihan Produk (2001-2013)

Proportion of Exports

Tingkat Kecanggihan Produk (EXPY) (log)

PDB per kapita (PPP) (log)

Resource-based Primary

Lowtech

Medtech

High Tech

Tiongkok

India

Thailand Vietnam

Indonesia

Malaysia Filipina

2099 produk yang terjual di lebih dari 10 pasar. Angka ini otomotif. Sementara produk bernilai rendah berada di lebih rendah dibandingkan Tiongkok yang mampu penjual

daerah yang jaringan keterkaitannya rendah. Suatu negara 4133 produk, atau 88% dari total produknya ke lebih dari

umumnya akan lebih mudah memproduksi barang yang

10 pasar. Selain itu, tingkat kematian produk Indonesia dekat dengan produk yang sudah diproduksinya. Dengan cukup tinggi dengan produk yang bertahan dengan nilai

demikian, negara yang memiliki keunggulan komparatif tinggi adalah barang berbasis SDA.

di klaster industri dengan keterkaitan tinggi akan lebih cepat melakukan upgrading terhadap produk ekspornya.

Dari dimensi quality margin, Indonesia unggul pada Analisis product space Indonesia dari tahun 2000 hingga primary products namun tertinggal pada produk high

2013 menunjukkan product space Indonesia semakin tech(Grafik 2). 3 Selama 2 dekade terakhir, terdapat indikasi

menjauh dari daerah inti yang memiliki keterkaitan tinggi. pergeseran produk ekspor Indonesia dari low dan high

Hal tersebut terlihat dari penurunan jumlah produk tech menjadi med tech dan resource-based (Grafik 3).

berkeunggulan komparatif pada garmen dan tekstil serta Ekspor Indonesia juga memiliki tingkat kecanggihan yang

mesin, elektronik, dan furnitur yang merupakan tendensi rendah dan mengalami tren penurunan jika dibandingkan

keunggulan komparatif pada upper-middle countries.

Menurut Hidalgo et al (2007), daya saing rendah pada product space (Hidalgo et al, 2007) yang menggambarkan

dengan negara lain (Grafik 4). 4 Indikator lain adalah

klaster industri ini akan menyulitkan transisi ke income jaringan keterkaitan antar produk dalam perdagangan internasional. 5 Pada product space (Grafik 5), produk yang bernilai tinggi umumnya terletak di daerah inti

Boks 15.1 Grafik 5 Product Space Indonesia (2013) Grafik 5 Product Space Indonesia (2013)

yaitu klaster industri yang memiliki banyak keterkaitan antar produk ( dense forest) seperti mesin, metalurgi, dan

3 Klasifikasi produk ekspor menurut komponen teknologi dimungkinkan

Garmen↓

Produk hutan

menggunakan SITC 3 digit berdasarkan Hatzichronoglou (1997) dan

dan kertas ↓

Lall (2000).

Mesin↓

4 Merujuk pada Hausmann, Hwang and Rodrik (2007). 5 Product space terdiri atas titik simpul dan garis yang menghubungkan

simpul. Titik simpul dengan warna berbeda mewakili klasifikasi produk

Tekstil↓

Leamer (contoh SDA, padat karya, dan metalurgi) dengan ukuran simpul mewakili nilai perdagangan internasional produk tersebut.

Warna garis mencerminkan tingkat kedekatan antar produk dimana

Elektronik↓

warna merah dan biru tua menunjukkan kedekatan yang tinggi sedangkan kuning dan biru muda menggambarkan keterkaitan yang rendah. Yang membedakan product space tiap negara adalah titik

hitam yaitu produk ekspor negara tersebut yang memiliki RCA>1.

LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2015

Bab 15

Grafik 6. Boks 15.1. Pangsa Hubungan Ekspor Baru yang Bertahan (2003-2013) Grafik 6 Pangsa Hubungan Ekspor Baru yang Bertahan (2003-2013)

China India 100

Jumlah Hubungan Ekspor

group yang lebih tinggi yang berarti adanya risiko (lower) Indonesia terlibat dalam salah satu proses produksi middle income trap bagi Indonesia.

tersebut akan lebih banyak ditentukan oleh daya saing sebagai lokasi pilihan sesuai dengan karakteristik faktor

Dimensi lainnya, yaitu sustainability margin diwakili oleh input. Daya tarik investasi Indonesia perlu diperkuat indikator kemampuan untuk mempertahankan hubungan

untuk mendorong investasi berorientasi ekspor. Analisis perdagangan. Selama rentang tahun 2003-2013, pangsa

perbandingan karakteristik FDI di antara negara ASEAN hubungan ekspor baru Indonesia yang masih bertahan

menunjukkan bahwa investasi di Indonesia menyerap adalah sebesar 61,2% (Grafik 6). Durasi ekspor ini hanya

banyak tenaga kerja, namun lebih berorientasi domestik. lebih baik dibandingkan Filipina dan Malaysia, namun lebih

Sementara negara lain di kawasan dapat mengundang rendah dibandingkan Vietnam, Thailand, China dan India.

investasi yang lebih berkualitas seperti Thailand: FDI mendorong ekspor, Vietnam: FDI mendorong ekspor dan

Kinerja perdagangan Indonesia juga perlu dilihat dari penyerapan tenaga kerja, dan Malaysia: FDI mendorong aspek daya saing dalam rantai nilai dunia. Perkembangan

produk ekspor berbasis tenaga kerja terampil (Tabel 1). perekonomian global pada abad 21 menunjukkan adanya perubahan pola perdagangan dari persaingan

Lebih jauh, hasil analisis dengan menggunakan pendekatan memproduksi produk tertentu menjadi persaingan

skema perdagangan segitiga (triangular trading scheme) terlibat dalam proses produksi, yaitu manufacturing,

menunjukkan bahwa negara ASEAN yang paling kompetitif

pre-fabrication, ataupun post-fabrication. 6 Kemampuan

dalam rantai nilai global adalah Singapura, Malaysia, dan Thailand (Grafik 7). 7 Ukuran kompetitif tersebut diperoleh berdasarkan tingkat produktivitas impor, yaitu kemampuan

Tabel 1. mengekspor setelah mengimpor bahan baku dan barang Karakteristik FDI Negara ASEAN

antara. Ukuran kompetitif juga mempertimbangkan skala

Ekspor/ ekspor dalam rantai nilai dunia.

FDI/Perusahaan

Tenaga Kerja/

Rasio

Perusahaan

Terafiliasi (USD

Perusahaan

Produktivitas

Terafiliasi (USD

7 Konsep skema perdagangan segitiga mengacu pada Lejour et al (2013)

Vietnam dan Johnson-Noguera (2011). Berdasarkan metode tersebut, data $10,80 $107,81 896

perdagangan yang semula bersifat bilateral direkonstruksi menjadi

perdagangan antara tiga negara, yaitu pemasok bahan baku (origin),

penghubung ( hub), dan tujuan akhir (final destination). Melalui pola perdagangan tiga negara tersebut diperoleh informasi antara lain:

(1) Impor bahan baku yang diolah untuk ekspor ( production hub) (2) Impor bahan baku yang diolah untuk domestik (3) Ekspor bahan

6 Berdasarkan karakteristik nilai tambah dan faktor input, setiap mentah ke dunia (4) Ekspor produk olahan yang bahan bakunya tahapan produksi tersebut dapat digambarkan dalam bentuk

dari domestik, dan (5) aktivitas berdikari (bersumber, diproses, dan smiley curve.

dikonsumsi domestik).

Bab 15

LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2015

Grafik 3. Daya Saing Negara ASEAN 5 Dalam Rantai Nilai Global Grafik 7. Daya Saing Negara ASEAN 5 Dalam Rantai Nilai

Grafik 9.

Biaya Pemecatan

Global

Biaya Pemecatan

Skala (Pangsa ekspor dalam rantai nilai global)

x minggu gaji

Indonesia Malaysia Filipina

Thailand Vietnam Jepang Korea

Produktivitas (Impor bahan baku atau barang antara yang mampu diekspor)

Sumber: Global Competitiveness Index, WEF

Tahap kedua analisa daya saing bertujuan untuk Dari dimensi faktor kondisi, terdapat biaya yang tinggi menganalisa daya saing faktor-faktor yang berkontribusi

pada tenaga kerja Indonesia. Upah minimum dengan terhadap kinerja ekspor Indonesia. Daya saing diukur

mempertimbangkan produktivitas lebih tinggi jika pada tiga dimensi yaitu akses pasar, faktor sisi suplai dan

dibandingkan dengan negara maju (Grafik 8). Upah dukungan promosi perdagangan. Masing-masing dimensi

minimum yang tinggi menyebabkan pemutusan hubungan ini membentuk kinerja ekspor melalui pengaruhnya

kerja dan pemindahan pabrik ke provinsi dengan UMR terhadap perusahaan melalui jalur entry cost, biaya faktor

lebih rendah. Biaya pemecatan juga sangat tinggi dan transaksi yang menentukan daya saing produksi dari

dibandingkan peers, yaitu sekitar 50 kali gaji mingguan tingkat pabrikan, serta tingkat teknologi dan efisiensi dari

(Grafik 9). Selain itu, terdapat beberapa implicit cost sektor atau perusahaan. Dari hasil analisis, tantangan pada

seperti banyaknya serikat buruh yang menyulitkan proses ekspor Indonesia terjadi terutama disebabkan lemahnya

negosiasi, banyaknya demonstrasi, serta meningkatnya daya saing tenaga kerja ( skill set), biaya produksi dan

risiko operasional. Dari sisi skill, terdapat permasalahan logistik yang tinggi, tidak kondusifnya lingkungan bisnis dan

yang lebih serius. World Bank (2014) menyatakan bahwa rumitnya birokrasi terkait kebijakan dan institusi domestik,

terdapat skill mismatch dimana 50% lulusan SMA/setara serta lemahnya akses pasar.

dan 15% lulusan universitas bekerja di unskilled position.

Upah Minimum dan Produktivitas

Grafik 8. Logistics Performance Index Upah Minimum dan Produktivitas Grafik 10. Logistics Performance Index

Dolar AS/bulan

Tiongkok India Indonesia Malaysia Filipina Thailand Vietnam Jepang Korea

2012 2014 Upah Minimum

Upah Minimum/Produktivitas (skala kanan)

Indonesia

Vietnam

Thailand Tiongkok Malaysia

Sumber: World Development Indicators, World Bank, diolah

Sumber: World Bank

LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2015 Bab 15

70% pengusaha manufaktur mengatakan sangat sulit untuk

mengisi skilled positions. Sementara hanya 5% pekerja (2014)

Ease of Establishment Index FDI (2014) Grafik 12 Ease of Establishment Index

yang memperoleh on-the-job formal training.

Indeks

Kondisi logistik Indonesia sangat menghambat perkembangan daya saing. Asosiasi Logistik dan Forwarder

Indonesia (2015) menyebutkan biaya logistik Indonesia berkisar 24% dari PDB, jauh lebih tinggi dibandingkan rata-

rata negara Asia. Walaupun data WDI menunjukkan bahwa Logistic Performance Index Indonesia sedikit meningkat

(Grafik 10), namun kondisinya masih lebih rendah dibandingkan peers. Isu lainnya dari faktor kondisi adalah

kurangnya sertifikasi internasional dan compliance atas

produk ekspor dan proses industri (Grafik 11). India Dari sisi kerangka insentif bagi pelaku usaha, kebijakan

Thailand Filipina Vietnam

Sumber: yang memudahkan FDI (Grafik 12) dan kemudahan Enterprise Surveys, World Bank berusaha Indonesia (Grafik 13) terendah di ASEAN.

Beberapa aspek jauh lebih rendah dari peers seperti Dari sisi dukungan promosi perdagangan, promosi ekspor memulai usaha, berurusan dengan ijin konstruksi,

dan investasi Indonesia masih relatif lemah. Isu lainnya mendaftarkan properti, membayar pajak dan menegakkan

adalah pemanfaatan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) kontrak. Dari sisi akses pasar yaitu perjanjian perdagangan,

yang belum optimal. Jumlah KEK di Indonesia relatif Brunei, Malaysia, Singapura dan Vietnam terlihat lebih

setara dengan peers namun jika dibandingkan dengan unggul dari Indonesia. FTA Indonesia sebagian besar

luas wilayah, jumlah ini masih lebih kecil (UNIDO, 2015). dilakukan dalam regional trading system ASEAN. Dalam

Selain itu, pengembangan KEK ini masih terbatas karena regional block trading, Indonesia sedang melakukan

tidak didukung dengan infrastruktur yang memadai seperti negosiasi Regional Comprehensive Economic Partnership

integrasi dengan energi dan konektivitas. Beberapa KEK (RCEP) yang juga diikuti negara ASEAN lainnya dan tidak

didirikan jauh dari infrastruktur pendukungnya seperti termasuk dalam Trans Pacific Partnership (TPP). Hambatan

pelabuhan. Selain itu manajemen pengelolaan kawasan lainnya adalah non-tariff measures seperti sanitary and

belum sepenuhnya efektif dengan dukungan promosi yang phytosanitary dan technical barriers yang dihadapi produk

masih lemah.

ekspor Indonesia.

Persentase Perusahaan yg memiliki sertifikasi internasional Grafik 11 Persentase Perusahaan dengan Sertifikasi Gambar 2 Boks 15.1 Kemudahan Berusaha Indonesia Internasional

Gambar 13

Kemudahan Berusaha Indonesia (2015)

Persen

Memulai usaha

Penyelesaian Kepailitan

Ijin Konstruksi 77 107

Menegakkan Kontrak

Mendapatkan Listrik

Berdagang antar wilayah

Mendaftarkan Properti

0 Membayar pajak

Mendapatkan kredit

Tiongkok Indonesia India

70 Perlindungan Investor Minoritas

Sumber: Enterprise Surveys, World Bank

Sumber: World Bank

Bab 15

LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2015

Gambar 4 Boks 15.1 Strategi Peningkatan Daya Saing Industri Nasional Gambar 1 Strategi Peningkatan Daya Saing Industri Nasional