Pertumbuhan Ekonomi

2.2.1.2 Pertumbuhan Ekonomi

Beberapa ahli ekonomi pembangunan berpend apat bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi apabila kecenderungan output per kapita untuk naik yang bersumber dari proses intern dari perekonomian tersebut. Indikator yang sering dipakai untuk menilai kinerja perekonomian suatu negara adalah Produk Domestik Bruto (PDB), sedangkan indikator untuk melihat kinerja ekonomi suatu wilayah dalam suatu negara tertentu digunakan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto), yang merupakan keseluruhan nilai tambah yang timbul akibat adanya berbagai aktivitas ekonomi yang dilakuk an dalam suatu wilayah terutama yang dikaitkan dengan kemampuan wilayah tersebut dalam mengelola sumber daya yang dimiliki.

Disebut domestik karena menyangkut batas wilayah dan dinamakan bruto karena telah memasukkan komponen penyusutan dalam perhitungan nya. PDRB secara umum disebut juga agregat ekonomi, maksudnya angka besaran total yang menunjukkan prestasi ekonomi suatu wilayah. Dari agregat ekonomi ini selanjutnya dapat diukur pertumbuhan ekonomi. Untuk menghitung pertumbuhan ekonomi riil terlebih dahulu harus dihilangkan pengaruh perubahan harga yang melekat pada angka-angka agregat ekonomi menurut harga berlaku sehingga terbentuk harga agregat ekonomi menurut harga konstan (Dumairy, 1997).

Pertumbuhan ekonomi berasal dari nilai laju pertumbuhan GDP . Pertumbuhan ekonomi yang positif menandakan perekonomian dalam keadaan ekspansif, sedangkan pertumbuhan ekonomi yang negatif menandakan perekonomian dalam keadaan resesi.

Secara matematis rumus pertumbuhan ekonomi:

Terdapat beberapa teori yang menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan bagaimana proses pertumbuhan ekonomi itu terjadi. Dari beberapa teori pertumbuhan tersebut, Sukirno (2000) dalam bukunya “Pengantar Teori Makro Ekonomi” menyatakan bahw a terdapat 4 teori yang cukup penting dalam menjelaskan proses pertumbuhan ekonomi suatu negara yaitu teori pertumbuhan aliran Klasik, teori Schumpter, teori Harrod - Domar dan teori Neo-Klasik. Berikut penjelasan Sukirno (2000) tentang keempat teori pertumbuhan.

a. Teori Pertumbuhan Ahli-Ahli Ekonomi Klasik

Ahli-ahli ekonomi klasik lebih menekankan analisisnya pada pengaruh pertambahan penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi, dengan mengasumsikan luas tanah, kekayaan alam, dan tingkat teknologi tidak mengalami perubahan. Aliran Klasik menggunakan teori law of the diminishing return (teori pertambahan hasil yang semakin menurun) dalam merumuskan hubungan antara jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi.

Pada permulaannya, apabila penduduk sedikit dan kekayaan ala m relatif berlebihan, tingkat pengembalian modal dari investasi yang dibuat akan tinggi. Hal ini akan menimbulkan investasi baru, dan pertumbuhan ekonomi akan terjadi.

Keadaan seperti itu tidak akan terus menerus berlangsung. Apabila penduduk sudah terlalu banyak, pertambahannya akan menurunkan tingkat pertumbuhan ekonomi karena produktivitas marginal penduduk telah menjadi negatif.

Pada keadaan ini kemakmuran masyarakat akan menurun, dan tingkat pendapatan pekerja hanya bisa muncukupi kebutuhan hidup mereka (subsistence level ). Kondisi inilah yang sering disebut perekonomian dalam kondisi steady

state 3 . Menurut teori klasik, suatu negara tidak akan mampu menghalangi terjadinya keadaan tidak berkembang tersebut, melainkan hanya mampu

menundanya.

b. Teori Schumpter

Teori Schumpter menekankan tentang pentingnya peranan pengusaha dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi. Dalam mengemukakan teori pertumbuhannya, Schumpter memulai analisisnya dengan memisalkan bahwa perekonomian sedang dalam keadaan tidak berkemba ng.

Akan tetapi, keadaan ini tidak akan berlangsung lama, karena sejumlah pengusaha akan menyadari pentingnya melakukan inovasi untuk mendongkrak perekonomian. Didorong oleh keinginan memperoleh keuntungan dari mengadakan pembaruan tersebut, mereka akan meminjam modal dan melakukan penanaman modal. Investasi yang baru ini akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, yang berdampak pada meningkatnya pendapatan masyarakat dan konsumsi.

Kenaikan tersebut akan mendorong perusahaan -perusahaan lain untuk menghasilkan lebih banyak barang dan melakukan penanaman modal baru. Keadaan perekonomian yang sedang meningkat ini akan menyebabkan Kenaikan tersebut akan mendorong perusahaan -perusahaan lain untuk menghasilkan lebih banyak barang dan melakukan penanaman modal baru. Keadaan perekonomian yang sedang meningkat ini akan menyebabkan

Schumpter berpandangan bahwa keadaan steady state akan terjadi pada saat tingkat pembangunan yang tinggi.

c. Teori Harrod-Domar

Dalam menganalisis masalah pertumbuhan ekonomi, teori Harrod -Domar bertujuan untuk menerangkan syarat yang harus dipenuhi supaya suatu perekonomian dapat mencapai pertumbuhan yang teguh (steady growth) dalam jangka panjang.

Dalam teorinya, Harrod-Domar melihat persoalan pertumbuhan dari segi permintaan, yaitu menekankan pentingnya peranan akumulasi kapital dalam proses pertumbuhan. Apabila pada suatu waktu terdapat keseimbangan pendapatan pada tingkat full employment, maka untuk memelihara keseimbangan agar dapat bertahan dari tahun ke tahun dibutuhkan pengeluaran investasi untuk menghisap kenaikan output yang ditimbulkan. Jadi investasi harus ada supaya keseimbangan tidak terganggu.

Akan tetapi, apabila hasrat menabung marjinal ( marginal propensity to save ) telah tertentu maka akan lebih banyak kapital yang tersedia sehingga makin besar tabungan dan makin besar pula investasi. Oleh karena itu bila kondisi full employment terjadi hendaknya perlu dipertahankan tingkat investasi dan pendapatan nasional riil agar terus meningkat. Keadaan pertumbuhan ekonomi yang perlu dipertahankan/dijamin ini sering disebut warranted rate of growth.

2 Pertumbuhan ekonomi memiliki tingkat pertumbuhan yang sama dengan tahun sebelumnya.

Apabila pembentukan kapital tidak di ikuti dengan kenaikan pendapatan maka kapital dan tenaga kerja akan menganggur.

d. Teori Pertumbuhan Neo-Klasik

Teori pertumbuhan Neo-Klasik yang dikembangkan oleh Abramovits dan Solow ini merumuskan teori pertumbuhan dari sudut pandang penawaran. Menurut Abramovits dan Solow dalam Sukirno (2000) pertumbuhan ekonomi bergantung pada perkemban gan faktor-faktor produksi.

dimana  Y adalah tingkat pertumbuhan ekonomi,  K adalah tingkat pertambahan barang modal,  L adalah tingkat pertambahan tenaga kerja, dan  T adalah tingkat perkembangan teknologi.