Tingkat Suku Bunga
2.2.1.5 Tingkat Suku Bunga
Bunga atau interest adalah sejumlah uang yang dibayarkan oleh peminjam kepada pemberi pinjaman (McEachern, 2000). Suku bunga adalah jumlah bunga yang dibayarkan per unit waktu yang disebut sebagai persentase dari jumlah yang dipinjamkan (Samuelson, 2001). Menurut Boediono (1998), bunga adalah harga dari penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu.
Jenis Tingkat Bunga
Pada dasarnya tingkat bunga dibedakan jadi dua, yaitu tingkat bunga nominal dan tingkat bunga riil. Selain itu, tingkat bunga juga dapat dibedakan menurut jangka waktu, menjadi tingkat bunga jangka pendek dan jangka panjang.
Tingkat Bunga Nominal dan Tingkat Bunga Riil
Tingkat bunga nominal adalah tingkat bunga yang berlaku di pasar uang atau tingkat bunga yang dibayarkan oleh bank, sedangkan tingkat bunga riil adalah tingkat bunga yang disesuaikan terhadap inflasi. Perbedaan diantara keduanya didasarkan atas adanya perbedaan antara nilai uang sekarang dan nilai uang yang akan datang yang diakibatkan oleh inflasi (Boediono, 1998).
Menurut Mankiw (2003), suku bunga nominal memberitahukan seberapa cepat jumlah uang yang ada di bank bertambah dalam periode tertentu dan suku bunga riil memberitahukan seberapa cepat daya beli simpanan uang di bank itu meningkat dalam kurun waktu tertentu.
Tingkat Bunga Jangka Pendek dan Jangka Panjang
Perbedaan tingkat bunga menurut jangka waktu ini dapat dibedakan menjadi jangka waktu pendek dan jangka waktu panjang. Ada tiga teori pokok mengenai struktur tingkat bunga menurut jangka waktu (Boediono, 1998).
Teori yang pertama disebut teori Liquidity Preference yang mengatakan bahwa kurva hasil (yield curve) selalu mempunyai slope positif, artinya tingkat bunga per tahun untuk pinjaman yang berjangka lebih lama selalu lebih tinggi daripada tingkat bunga per ta hun untuk pinjaman yang berjangka pendek.
Gambar 14. Tingkat Bunga Menurut Jangka Waktu Teori kedua disebut Teori Kelompok Pasar. Teori ini menyatakan bahwa tingkat bunga yang berlaku bagi satu kelompok pinjaman dengan jangka waktu tertentu ditentukan oleh kekuatan p ermintaan dan penawaran dana untuk Gambar 14. Tingkat Bunga Menurut Jangka Waktu Teori kedua disebut Teori Kelompok Pasar. Teori ini menyatakan bahwa tingkat bunga yang berlaku bagi satu kelompok pinjaman dengan jangka waktu tertentu ditentukan oleh kekuatan p ermintaan dan penawaran dana untuk
6 bulan, atau kelompok lainnya tergantung dari kekuatan permintaan dan penawaran kelompok tersebut. Jadi, kurva hasil yang diperoleh dapat berupa slope positif atau negatif.
Teori yang ketiga mengenai struktur tingkat bunga bersumber pada teori Klasik. Pada intinya teori ini menekankan bahwa perbedaan antara tingkat bunga per tahun untuk kelo mpok dana timbul karena orang mengharapkan atau memperkirakan akan adanya perubahan tingkat bunga di pasar pada waktu mendatang. Kurva hasilnya bisa mempunyai slope positif atau negatif atau nol (kurva mendatar), tergantung pada apa yang diharapkan atau diperkirakan oleh pasar mengenai perkembangan tingkat bunga di masa mendatang.
Teori-Teori Tingkat Bunga
Teori tentang tingkat bunga dibagi menjadi tiga, yaitu Teori Bunga Non Moneter, Teori Bunga Moneter, dan Teori Paritas Tingkat Bunga. Teori Bunga Moneter terdiri dari Teori Bunga Klasik, Teori Bunga Keynes, dan Teori Bunga Post Keynesian.
Teori Bunga Non Moneter
Menurut teori ini besarnya tingkat bunga tergantung pada besarnya hasil (rate of return) investasi. Kekuatan moneter dalam jangka pendek dapat mengubah tingkat bunga, tetapi dalam jangka panjang besarnya tingkat bunga ditentukan oleh produktivitas modal. Penambahan jumlah uang hanya menaikkan harga umum dan menurunkan nilai uang.
Teori Bunga Non Moneter yang dikemukakan oleh Fischer menyetujui Teori Bunga Non Moneter yang dikemukakan oleh Fischer menyetujui
sewa tanah dikapitalisasikan terhadap nilai tanah, hasilnya adalah bunga. Menurut Fischer pada perekonomian pasar ada dua kekuatan yang menentukan tingkat bunga, yaitu subjective forces dan objective forces. Subjective forces adalah preferensi individu terhadap barang, sedangkan objective forces tergantung pada kesempatan investasi dan produktivitas faktor produksi untuk menghasilkan barang akhir.
Teori Tingkat Bunga Klasik
Teori Klasik menerangkan bahwa tabungan merupakan fungsi dari tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat bunga maka akan semakin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung. Masyarakat akan memilih mengorbankan pengeluaran untuk konsumsi dan dialihkan ke tabungan apabila tingkat bunga yang ada lebih tinggi.
Fungsi dari tingkat bunga lainnya adalah investasi. Semakin tinggi tingkat bunga akan menyebabkan keinginan dari masyarakat untuk melakukan investasi akan semakin kecil, karena dengan se makin tingginya tingkat bunga menyebabkan pengusaha akan menambah pengeluaran dana untuk membayar kenaikan dari tingkat bunga tersebut yang merupakan ongkos untuk penggunaan dana (cost of capital). Keseimbangan tingkat bunga terjadi apabila keinginan menabung dari masyarakat sama dengan keinginan pengusaha untuk melakukan investasi, sehingga keseimbangan tingkat bunga dapat digambarkan dengan grafik berikut ini (Nopirin, 1990).
Tingkat Bunga
Investasi (I)
Tabungan (S)
0 I e Jumlah Rupiah yang di investasikan
Gambar 15. Teori Klasik Tentang Tingkat Bunga Tabungan (S) akan bertemu dengan permintaan investasi (I) di pasar dana investasi dan tercipta tingkat bunga keseimbangan (di mana S=I) atau dengan kata lain jumlah tabungan sama dengan investasi.
Teori Tingkat Bunga Keynes
Menurut Teori Keynes, tingkat bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran uang. Menurut Keynes, uang merupakan salah satu bentuk kekayaan yang dipunyai seseorang (portofolio) seperti halnya kekayaan dalam bentuk tabungan di bank, saha m, atau surat berharga lainnya. Keputusan masyarakat mengenai bentuk komponen dari kekayaan mereka akan menentukan tingginya tingkat bunga (Nopirin, 1990).
Keynes hanya membagi komponen kekayaan dalam dua bentuk, yakni uang kas dan surat berharga (obligasi). Kekayaan yang diwujudkan dalam bentuk uang kas mempunyai keuntungan berupa kemudahan dalam melakukan transaksi, sebab uang kas merupakan alat pembayaran paling liquid. Liquid diukur dengan kecepatan menukar kekayaan dalam bentuk alat pembayaran tanpa adanya kerugian nilai. Bentuk kekayaan dalam uang kas tidak dapat memberikan penghasilan (misalnya berupa bunga). Sebaliknya, kekayaan dalam Keynes hanya membagi komponen kekayaan dalam dua bentuk, yakni uang kas dan surat berharga (obligasi). Kekayaan yang diwujudkan dalam bentuk uang kas mempunyai keuntungan berupa kemudahan dalam melakukan transaksi, sebab uang kas merupakan alat pembayaran paling liquid. Liquid diukur dengan kecepatan menukar kekayaan dalam bentuk alat pembayaran tanpa adanya kerugian nilai. Bentuk kekayaan dalam uang kas tidak dapat memberikan penghasilan (misalnya berupa bunga). Sebaliknya, kekayaan dalam
Keynes berpendapat bahwa ada tiga motif mengapa orang menghendaki memegang uang tunai, yaitu motif transaksi, motif berjaga-jaga, dan motif spekulasi. Tiga motif inilah yang merupakan sumber timbulnya permintaan akan uang, yang disebut liquidity preference. Preferensi atau keinginan untuk tetap liquid inilah yang membuat orang bersedia membayar harga tertentu untuk penggunaan uang. Liquidity preference tergantung pada tingkat bunga.
Dalam gambar 16, sumbu horizontal menunjukkan jumlah dan permintaan uang sedangkan sumbu vertikal menunjukkan tingkat bunga.
Tingkat Bunga
Jumlah Uang
Liquid Preference
Jumlah uang dan permintaan uang
Gambar 16. Teori Keynes Tentang Tingkat Bunga Permintaan uang mempunyai hubungan negatif dengan tingkat bunga. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, masyarakat yakin adanya tingkat bunga normal. Apabila tingkat bunga turun, masyarakat tetap yakin bahwa tingkat bunga akan kembali normal, sehingga mereka tetap memegang surat berharga pada waktu bunga naik kembali. Hubungan ini disebut motif spekulasi tentang Gambar 16. Teori Keynes Tentang Tingkat Bunga Permintaan uang mempunyai hubungan negatif dengan tingkat bunga. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, masyarakat yakin adanya tingkat bunga normal. Apabila tingkat bunga turun, masyarakat tetap yakin bahwa tingkat bunga akan kembali normal, sehingga mereka tetap memegang surat berharga pada waktu bunga naik kembali. Hubungan ini disebut motif spekulasi tentang
Sebaliknya, jika tingkat bunga turun, berarti ongkos memegang uang kas akan semakin rendah. Sehingga permintaan akan uang kas naik. Bersama dengan uang beredar yang tetap, permintaan uang ini menentukan tingkat bunga. Apabila pada suatu ketika tingkat bunga berada di bawah tingkat keseimbangan, masyarakat akan menginginkan uang kas lebih banyak dengan cara menjual surat berharga yang dipegangnya. Usaha menjual surat berharga ini akan mendorong harganya turun yang berarti tingkat bunga naik sampai ke tingkat keseimbangan di mana masyarakat sudah puas dengan komposisi kekayaannya. Apabila tingkat bunga di atas keseimbangan, masyarakat akan menginginkan uang kas lebih sedikit dengan cara membeli surat berharga. Pembelian ini akan mengakibatkan naiknya harga surat berharga yang berarti tingkat bunga turun sa mpai keseimbangan tercapai.
Teori Bunga Post Keynes ian
Perbedaan yang mendasar antara Mazhab Klasik dan Mahzab Keynesian mengenai mengapa adanya “bunga”. Mahzab Klasik menekankan bahwa bunga timbul karena uang adalah “produktif”, dalam arti bahwa dengan dana di tangan seorang pengusaha bisa menambah alat produksinya (modal) yang bisa menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi. Dengan kata lain uang bisa meningkatkan produktivitas. Kenaikan produktivitas inilah yang menyebabkan orang mau membayar bunga.
Menurut Mahzab Keynesian, uang bisa “produktif” dengan cara lain.
Dengan uang di tangan, orang bisa berspekulasi di pasar surat berharga dengan kemungkinan memperoleh keuntungan. Karena adanya kemungkinan ini menyebabkan orang mau membayar bunga (Boediono, 1998).
Dari kedua pandangan di atas, bila digabungkan akan menjadi sebuah kesimpulan yaitu uang adalah aktiva liquid sekaligus juga sebagai dana investasi. Tingkat bunga adalah
harga uang yang timbul dari keseimbangan antara permintaan dan penawaran uang sebagai aktiva liquid.
Tingkat Bunga LM Rm IS
Y Gambar 17. Tingkat Bunga Keseimbangan Seorang ekonom Inggris, Sir John Hicks menganalisis tingkat bunga pada keseimbangan di pasar uang dan di pasar dana investasi. Alat analisisnya adalah kurva IS-LM. Sesuai dengan teori Keynes, Hicks menyatakan bahwa tabungan tidak hanya ditentukan oleh tingkat bunga tapi juga oleh tingkat pendapatan (marginal propensity to save). Tabungan akan naik apabila pendapatan nasional akan naik.
Ye
Pendapatan nasional naik apabila investasi naik, dan investasi cenderung naik apabila tingkat bunga turun. Dari hubungan semua ini bisa diturunkan kurva IS yang menunjukkan tingkat bunga keseimbangan di pasar dana investasi (loanable funds) pada setiap tingkat pendapatan nasional (Y). Sedangkan kurva LM menunjukkan tingkat bunga kesei mbangan yang Pendapatan nasional naik apabila investasi naik, dan investasi cenderung naik apabila tingkat bunga turun. Dari hubungan semua ini bisa diturunkan kurva IS yang menunjukkan tingkat bunga keseimbangan di pasar dana investasi (loanable funds) pada setiap tingkat pendapatan nasional (Y). Sedangkan kurva LM menunjukkan tingkat bunga kesei mbangan yang
Teori paritas Tingkat Bunga
Teori Paritas Tingkat Bunga adalah suatu teori yang penting mengenai penentuan tingkat bunga dalam devisa bebas. Teori ini pada pokoknya menyatakan bahwa dalam devisa bebas tingkat bunga di negara satu cenderung sama dengan tingkat bunga di negara lain, setelah diperhitungkan perkiraan mengenai laju depresiasi mata uang negara yang satu terhadap negara yang lain (Boediono, 1998).
Dalam pemindahan dana dari dan ke luar negeri dibutuhkan biaya transaksi. Oleh karena itu, teori paritas tingkat bunga ini akan lebih tepat jika berbunyi: bahwa tingkat bunga antara dua negara cenderung sama, setelah dikoreksi dengan laju depresiasi yang diperkirakan dari mata uang negara satu terhadap mata uang negara lain dan “biaya transaksi” (biaya memindahkan dana). Dalam sistem devisa bebas, “biaya transaksi” tersebut rendah, tetapi dalam sistem devisa yang kurang bebas, biaya tersebut bisa tinggi. Oleh karena itu, dalam sistem devisa yang tidak bebas ada kemungkinan tingkat bunga di dalam negeri sangat berbeda dengan tingkat bunga di luar negeri, meskipun telah dikoreksi dengan laju depresiasi yang diperkirakan.
Suku Bunga SBI
Menurut UU No. 13/1968 tentang Bank Sentral, salah satu tugas Bank Indonesia sebagai otoritas moneter adalah membantu pemerintah dalam Menurut UU No. 13/1968 tentang Bank Sentral, salah satu tugas Bank Indonesia sebagai otoritas moneter adalah membantu pemerintah dalam
Dalam melaksanakan tugasnya, BI menggunakan beberapa piranti moneter yang terdiri dari Giro Wajib Umum (reserve requirement), Fasilitas Diskonto, Himbauan Moral, dan Operasi Pasar Terbuka. Dalam operasi pasar terbuka, BI dapat melakukan transaksi jual beli surat berharga termasuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
SBI merupakan surat berharga atas unjuk dalam rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan atas hutang berjangka waktu pendek dengan sistem diskonto. Maksud dari diskonto adalah suku bunga dengan jangka waktu satu bulan/tiga bulan yang ditawarkan oleh Bank Sentral (Bank Indonesia) kepada bank-bank swasta. Suku bunga SBI (khususnya 1 bulan) sampai saat ini dianggap sebagai sinyal bagi perubahan suku bunga pasar uang, suku bunga simpanan, dan suku bunga pinjaman (Hutabarat, 2003). SBI diterbitkan dalam upaya untuk mengontrol peredaran uang di pasar atau money
supply (M 2 ) melalui kebijakan operasi pasar terbuka (open market operations). Kebijakan terhadap operasi pasar terbuka ini sangat erat kaitannya dengan kebijakan suku bunga dan kebijakan untuk mengendalikan laju inflasi di suatu negara (Suta dan Musa, 2003).
Dalam keadaan inflasi yang relatif tinggi kenaikan SBI akan membawa turunnya inflasi. Inflasi yang tinggi mengisyaratkan tingginya Dalam keadaan inflasi yang relatif tinggi kenaikan SBI akan membawa turunnya inflasi. Inflasi yang tinggi mengisyaratkan tingginya
Inflasi dan Tingkat Bunga
Tinggi rendahnya suku bunga memang dapat memicu inflasi, dan sebaliknya. Kebijakan untuk mengatasi inflasi akan mengakibatkan tingginya suku bunga. Keduanya berhubungan sebab akibat seperti “lingkaran setan”, saling berhubungan tetapi tidak dapat dilihat mana yang ujung dan mana pangkal.
Penawaran Uang
Tingkat Inflasi Permintaan Uang Tingkat Bunga
Tingkat Harga
Nominal
Gambar 18. Hubungan Antara Uang, Harga, dan Tingkat Bunga Ilustrasi berdasarkan gambar 18 menunjukkan bahwa penawaran uang dan
permintaan uang menentukan tingkat harga, perubahan dalam tingkat harga menentukan tingkat inflasi. Sedangkan tingkat inflasi mempengaruhi tingkat bunga nominal, karena merupakan biaya dari “memegang uang”, selanjutnya tingkat bunga nominal dapat mempengaruhi permintaan uang yang ditunjukkan oleh panah ke bawah.