3. Nilai Produksi Perikanan Budidaya di Provinsi Jawa Tengah Menurut Jenis Budidaya Tahun 2006-2010
Tabel 5.3. Nilai Produksi Perikanan Budidaya di Provinsi Jawa Tengah Menurut Jenis Budidaya Tahun 2006-2010
Kegiatan
Tahun (Rp 1.000,-)
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011
Berdasarkan jenis budidaya, kegiatan perikanan budidaya di Provinsi Jawa Tengah diklasifikasikan dalam 6 jenis kegiatan budidaya, yakni budidaya tambak, kolam, karamba, karamba jaring apung, sawah, dan laut.
5.1. Budidaya Tambak
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Tabel 5.4. Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya Tambak di Provinsi Jawa Tengah Menurut Komoditas Tahun 2010
Komoditas
Nilai Produksi (Rp 1.000,-) Budidaya Tambak
Produksi (Ton)
Bandeng
567.953.739 Rumput laut
7.351.734 Udang Windu
156.258.260 Udang Vannamae
8.054.583 Udang Puih
3.012.695 Udang Krosok
3.121.525 Bawal
1.030.100 Tawes
297.149 Kakap
589.885 Pain
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
1) Ikan Bandeng
Ikan Bandeng dengan nama latin Chanos chanos termasuk dalam famili Chanidae. Ikan Bandeng cenderung hidup berkelompok di sekitar pesisir. Ikan Bandeng muda biasanya hidup di air payau, dan akan kembali ke laut jika sudah dewasa untuk berkembang biak. Ikan Bandeng disukai sebagai makanan karena rasanya gurih, rasa daging netral (tidak asin seperti ikan laut) dan tidak mudah hancur jika dimasak
Gambar 5.1.
Ikan Bandeng (Chanos chanos)
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Tabel 5.5. Produksi dan Nilai Produksi Ikan Bandeng Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010
Nilai Produksi Kabupaten/Kota
Produksi
(Ton)
(Rp 1.000,-)
Kabupaten Brebes 18.109,60 153.929.452 Kabupaten Tegal
224,10 2.241.333 Kota Tegal
197,20 2.207.359 Kabupaten Pemalang
1.712,50 17.693.550 Kabupaten Pekalongan
1.289,40 19.340.101 Kota Pekalongan
176,90 1.784.300 Kabupaten Batang
658,3 9.001.346 Kabupaten Kendal
4.844,90 58.014.720 Kota Semarang
316,10 3.868.255 Kabupaten Demak
5.989,40 71.778.769 Kabupaten Jepara
861,60 7.979.400 Kabupaten Pai
21.836,80 210.099.358 Kabupaten Rembang
541,50 5.607.786 Kabupaten Purworejo
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
2) Rumput Laut
Jenis Rumput Laut yang paling banyak dibudidayakan di perairan laut Provinsi Jawa Tengah adalah Euchema cottonii. Rumput Laut diproduksi untuk dijadikan agar-agar maupun diambil karagenannya. Produksi komoditas Rumput Laut pada budidaya tambak di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010 mencapai 11.555,6 ton.
Gambar 5.2.
Rumput Laut ( Euchema cotonii)
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Tabel 5.6. Produksi dan Nilai Produksi Budidaya Tambak Rumput Laut Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010
Nilai Produksi Kabupaten/Kota
Produksi
(Ton)
(Rp 1.000,-)
Kabupaten Brebes
4.067.327 Kabupaten Pemalang
1.298.542 Kabupaten Pekalongan
1.531.100 Kota Pekalongan
340.000 Kabupaten Kendal
89.850 Kota Semarang
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011
3) Udang Windu
Udang Windu dengan nama latin Penaeus monodon termasuk dalam famili Penaeidae. Biasanya hidup di dasar perairan yang berlumpur dan berpasir pada kedalaman 0
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Gambar 5.3.
Udang Windu (Penaeus monodon)
Produksi budidaya tambak Udang Windu pada tahun 2010 mencapai 3.027,8 ton. Harga jual yang tinggi membuat komoditas ini bernilai produksi tinggi, lebih tinggi dari nilai produksi Rumput Laut di tahun yang sama. Data kabupaten/ kota yang memproduksi Udang Windu beserta produksi dan nilai produksinya selengkapnya disajikan dalam Tabel 5.7.
Tabel 5.7. Produksi dan Nilai Produksi Budidaya Tambak Udang Windu Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Nilai Produksi Kabupaten/Kota
Produksi
(Ton)
(Rp 1.000,-)
Kabupaten Kendal
4.283.570 Kota Semarang
539.825 Kabupaten Demak
8.114.549 Kabupaten Jepara
1.378.800 Kabupaten Pai
45.347.515 Kabupaten Rembang
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011
B. Sarana dan Prasarana
Untuk sarana dalam budidaya tambak, dibutuhkan lokasi usaha pemeliharaan yang memiliki kondisi fisik, kimia, biologi dan ekologi yang sesuai untuk hidup komoditas yang akan dibudidayakan. Jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP) dan luas areal budidaya tambak di Provinsi Jawa Tengah tahun 2010 tercatat cukup banyak, dengan jumlah terbanyak ada di Kabupaten Pati.
Pada tahun 2010 jumlah RTP/Rumah Tangga Perikanan
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Tabel 5.8. Jumlah RTP/Perusahaan Perikanan Budidaya Tambak Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010
Kabupaten/ Kota Jumlah RTP/Perusahaan Perikanan Budidaya Tambak (Unit)
Kabupaten Brebes 4.027 Kabupaten Tegal
419 Kota Tegal
521 Kabupaten Pemalang
1.330 Kabupaten Pekalongan
725 Kota Pekalongan
342 Kabupaten Batang
298 Kabupaten Kendal
1.307 Kota Semarang
500 Kabupaten Demak
4.395 Kabupaten Jepara
737 Kabupaten Pai
9.233 Kabupaten Rembang
887 Kabupaten Purworejo
384 Kabupaten Kebumen
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Luas bersih areal budidaya tambak tahun 2010 tercatat seluas 38.905,5 ha dimana luasan ini lebih tinggi dari tahun 2006. Luas tertinggi berada di Kabupaten Pati, menyusul Kabupaten Demak, dan selanjutnya Kabupaten Brebes. Pada Tabel 5.9 disajikan selengkapnya data luas bersih areal budidaya tambak menurut kabupaten tahun 2010.
Tabel 5.9. Luas Bersih Areal Budidaya Tambak Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2010
Luas Bersih Areal Budidaya Tambak Kabupaten/ Kota (Ha)
Kabupaten Brebes 7.653,0 Kabupaten Tegal
451,0 Kota Tegal
469,0 Kabupaten Pemalang
1.347,0 Kabupaten Pekalongan
555,0 Kota Pekalongan
285,0 Kabupaten Batang
293,0 Kabupaten Kendal
3.054,0 Kota Semarang
921,1 Kabupaten Demak
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
5.2 Budidaya Kolam
A. Sumber Daya Potensial
Budidaya kolam terdapat di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. Komoditas yang paling banyak dibudidayakan berturut-turut adalah Ikan Lele, Ikan Nila, dan Ikan Gurame. Produksi dan nilai produksi budidaya kolam tahun 2010 disajikan dalam Tabel 5.10 berikut.
Tabel 5.10. Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya Kolam di Provinsi Jawa Tengah Menurut Komoditas Tahun 2010
Komoditas Budidaya
Nilai Produksi Kolam
Produksi (Ton)
(Rp 1.000,-)
34.828.304,50 Ikan Mas
41.174.255,80 Bawal
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Komoditas Budidaya
Nilai Produksi Kolam
Produksi (Ton)
(Rp 1.000,-)
Udang Galah
494.823,00 Udang lainnya
170.500,00 Ikan lainnya
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011
1) Ikan Lele
Ikan Lele adalah sejenis ikan yang hidup di air tawar. Ikan Lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin, kecuali lele laut yang tergolong ke dalam marga dan suku yang berbeda ( Ariidae). Habitatnya di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air. Bahkan Ikan Lele rela hidup pada air yang tercemar seperti di got-got dan selokan pembuangan. Ikan Lele disukai konsumen karena berdaging lunak, sedikit tulang, tidak berduri, dan murah. Dari sisi budidaya, Ikan Lele relatif tidak memerlukan banyak perawatan dan memiliki
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Gambar 5.4.
Ikan Lele (Clarias batrachus)
Pada tahun 2010, produksi Ikan Lele di Provinsi Jawa Tengah dari budidaya kolam mencapai 36.394,5 ton. Di Provinsi Jawa Tengah, Ikan Lele paling banyak dibudidayakan di Kabupaten Demak. Data kabupaten/kota yang memproduksi Ikan Lele beserta produksi dan nilai produksinya disajikan dalam Tabel 5.11 berikut.
Tabel 5.11. Produksi dan Nilai Produksi Budidaya Kolam Ikan Lele
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Kabupaten/Kota
Produksi
Nilai Produksi
(Ton)
(Rp 1.000,-)
Kabupaten Pekalongan 370,7 4.078.800,00 Kota Pekalongan
35,5 420.500,00 Kabupaten Batang
289,1 3.476.938,00 Kabupaten Kendal
578,7 6.279.920,00 Kota Semarang
223,7 2.211.361,00 Kabupaten Demak
12550,0 128.441.719,00 Kabupaten Jepara
76,9 701.025,00 Kabupaten Pai
1858,6 18.102.607,00 Kabupaten Rembang
114,1 1.183.358,00 Kabupaten Wonogiri
96,5 876.028,00 Kabupaten Purworejo
188,6 1.937.133,00 Kabupaten Kebumen
242,9 3.541.872,00 Kabupaten Cilacap
633,7 6.647.160,00 Kabupaten Banyumas
341,8 3.631.489,00 Kabupaten Purbalingga
3451,0 35.890.609,00 Kabupaten Banjarnegara
743,8 6.725.700,00 Kabupaten Wonosobo
169,6 1.441.048,00 Kabupaten Temanggung
458,2 6.432.667,00 Kabupaten Magelang
842,3 8.844.150,00 Kota Magelang
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Kabupaten/Kota
Produksi
Nilai Produksi
(Ton)
(Rp 1.000,-)
Kabupaten Sragen 332,4 3.988.884,00 Kabupaten Grobogan
219,6 2.281.328,00 Kabupaten Blora
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011
2) Ikan Nila
Gambar 5.5
Ikan Nila ( Oreochromis niloicus)
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Tabel 5.12. Produksi dan Nilai Produksi Ikan Nila dari Budidaya Kolam Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010
Kabupaten/Kota
Produksi
Nilai Produksi
(ton)
(Rp 1.000,-)
1.215.960,00 Kabupaten Tegal
Kabupaten Brebes
218.845,50 Kabupaten Pemalang
66.275,00 Kabupaten Pekalongan
195.908,00 Kabupaten Batang
1.299.027,00 Kabupaten Kendal
305.085,00 Kota Semarang
627.471,00 Kabupaten Demak
5.060.144,60 Kabupaten Jepara
231.600,00 Kabupaten Pai
1.197.504,00 Kabupaten Rembang
138.474,00 Kabupaten Wonogiri
486.682,00 Kabupaten Purworejo
866.880,00 Kabupaten Kebumen
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Kabupaten/Kota
Produksi
Nilai Produksi
(ton)
(Rp 1.000,-)
Kota Magelang
164.019,00 Kota Salaiga
321.367,00 Kabupaten Semarang
4.347.872,00 Kabupaten Klaten
51.493.250,00 Kota Surakarta
16.122,00 Kabupaten Sukoharjo
2.213.447,00 Kabupaten Karanganyar
954.000,00 Kabupaten Kudus
1.331.400,00 Kabupaten Grobogan
502.965,00 Kabupaten Blora
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011
3) Ikan Gurame
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Ikan Gurame ( Osphronemus goramy) merupakan ikan air tawar yang disukai konsumen Indonesia. Dagingnya padat, durinya besar- besar, rasanya enak dan gurih. Ikan Gurame adalah pemakan tumbuhan, namun mau juga memangsa serangga, ikan lain, dan juga barang-barang yang membusuk di air. Ikan ini berasal dari Sumatera, Jawa, dan Kalimantan, namun kini sudah banyak dipelihara sebagai ikan konsumsi di Asia dan Australia. Lama waktu panen Ikan Gurame yakni mulai 9 bulan.
Pada tahun 2010, produksi Ikan Gurame di Provinsi Jawa Tengah dari budidaya kolam mencapai 7.397,9 ton. Di Provinsi Jawa Tengah, Ikan Gurame paling banyak dibudidayakan di Kabupaten Purbalingga. Data kabupaten/ kota yang memproduksiikan gurame beserta produksi dan nilai produksinya disajikan dalam Tabel 5.13 berikut.
Tabel 5.13. Produksi dan Nilai Produksi Ikan Gurame dari Budidaya Kolam Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010
Kabupaten/Kota
Produksi (Ton)
Nilai Produksi
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Kabupaten/Kota
Produksi (Ton)
Nilai Produksi (Rp 1.000,-)
Kabupaten Purworejo
1.957.231,00 Kabupaten Kebumen
754.596,50 Kabupaten Cilacap
32.267.666,00 Kabupaten Banyumas
36.346.440,00 Kabupaten Purbalingga
52.353.325,00 Kabupaten Banjarnegara
29.459.000,00 Kabupaten Wonosobo
432.338,00 Kabupaten Temanggung
410.134,00 Kabupaten Magelang
3.065.900,00 Kota Magelang
13.029,00 Kota Salaiga
97.128,00 Kabupaten Semarang
397.080,00 Kabupaten Klaten
2.045.800,00 Kabupaten Sukoharjo
745.418,00 Kabupaten Karanganyar
547.200,00 Kabupaten Kudus
399.600,00 Kabupaten Sragen
1.847.593,00 Kabupaten Grobogan
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
dengan jumlah terbanyak ada di Kabupaten Banjarnegara (15.828 unit). Penyebarannya di masing-masing kabupaten/kota disajikan dalam Tabel 5.14.
Tabel 5.14. Jumlah RTP/Perusahaan Perikanan Budidaya Kolam Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010
Kabupaten/Kota Jumlah RTP/Perusahaan Perikanan Budidaya Kolam (Unit)
Kabupaten Brebes 1.459 Kabupaten Tegal
916 Kota Tegal
40 Kabupaten Pemalang
844 Kabupaten Pekalongan
1.596 Kota Pekalongan
85 Kabupaten Batang
1.914 Kabupaten Kendal
1.297 Kota Semarang
430 Kabupaten Demak
2.001 Kabupaten Jepara
850 Kabupaten Pai
1.225 Kabupaten Rembang
270 Kabupaten Wonogiri
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Kabupaten/Kota Jumlah RTP/Perusahaan Perikanan Budidaya Kolam (Unit)
Kabupaten Magelang 4.958 Kota Magelang
329 Kabupaten Boyolali
410 Kota Salaiga
226 Kabupaten Semarang
2.524 Kabupaten Klaten
3.601 Kota Surakarta
230 Kabupaten Sukoharjo
1.700 Kabupaten Karanganyar
5.314 Kabupaten Kudus
508 Kabupaten Sragen
1.704 Kabupaten Grobogan
1.531 Kabupaten Blora
Total 135.506
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011
Tahun 2006, luas bersih areal budidaya kolam mencapai 2.706,10 ha. Namun, tahun 2007 turun menjadi 2.607,4 ha. Luas bersih areal budidaya kolam ini terus mengalami penurunan
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Tabel 5.15. Luas Bersih Areal Budidaya Kolam Menurut Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010
Luas Bersih Areal Budidaya Kabupaten/Kota Kolam (Ha)
Kabupaten Brebes 2,3 Kabupaten Tegal
6,3 Kota Tegal
4,9 Kabupaten Pemalang
12,9 Kabupaten Pekalongan
24,0 Kota Pekalongan
4,7 Kabupaten Batang
14,5 Kabupaten Kendal
13,0 Kota Semarang
24,3 Kabupaten Demak
668,5 Kabupaten Jepara
12,8 Kabupaten Pai
248,0 Kabupaten Rembang
25,2 Kabupaten Purworejo
142,8 Kabupaten Kebumen
38,7 Kabupaten Cilacap
322,0 Kabupaten Banyumas
368,1 Kabupaten Purbalingga
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Luas Bersih Areal Budidaya Kabupaten/Kota Kolam (Ha)
Kabupaten Klaten 49,1 Kota Surakarta
0,5 Kabupaten Sukoharjo
20,0 Kabupaten Karanganyar
11,5 Kabupaten Kudus
48,8 Kabupaten Sragen
42,3 Kabupaten Grobogan
7,0 Kabupaten Blora
Total 3.057,7
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011
5.3 Budidaya Karamba
A. Sumber Daya Potensial
Jenis produksi budidaya karamba yang paling banyak dibudidayakan di Provinsi Jawa Tengah berturut-turut adalah Ikan Nila, Ikan Mas dan Ikan Lele. Produksi dan nilai produksi budidaya
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Tabel 5.16. Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya Karamba di Provinsi Jawa Tengah Menurut Komoditas Tahun 2010
Nilai Produksi Komoditas Budidaya Karamba
Produksi
(Ton)
(Rp 1.000,-)
Nila
25.652.011,00 Ikan Mas
104.800,00 Ikan Lainnya
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011
1) Ikan Nila
Produksi Ikan Nila di Provinsi Jawa Tengah dari budidaya karamba pada tahun 2010 mencapai 2.211,4 ton. Kabupaten Klaten adalah kabupaten yang paling banyak membudidayakan Ikan Nila. Data kabupaten/kota
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Tabel 5.17. Produksi dan Nilai Produksi Ikan Nila dari Budidaya Karamba Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010
Nilai Produksi Kabupaten/Kota
Produksi
(Ton)
(Rp 1.000,-)
Kabupaten Batang
50.625,00 Kabupaten Kebumen
441.190,00 Kabupaten Cilacap
49.400,00 Kabupaten Wonosobo
44.200,00 Kabupaten Semarang
2.897.708,00 Kabupaten Klaten
17.092.700,00 Kabupaten Sukoharjo
4.745.988,00 Kabupaten Karanganyar
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011
2) Ikan Mas
Pada tahun 2010, produksi Ikan Mas di Provinsi Jawa Tengah dari budidaya karamba mencapai 169,9 ton. Ikan Mas paling banyak dibudidayakan di Kabupaten Semarang.
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Tabel 5.18. Produksi dan Nilai Produksi Ikan Mas dari Budidaya Karamba Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010
Nilai Produksi (Rp Kabupaten/Kota
Produksi (Ton)
1.000,-)
Kabupaten Batang
18.230,00 Kabupaten Cilacap
42,1 192.180,00 Kabupaten Wonosobo
29,2 155.731,25 Kabupaten Semarang
96,0 770.950,00 Kabupaten Karanganyar
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011
3) Lele
Pada tahun 2010, produksi Ikan Lele di Provinsi Jawa Tengah dari budidaya karamba mencapai 137,9 ton. Ikan Lele paling banyak dibudidayakan di Kabupaten Cilacap. Data kabupaten/kota yang memproduksi Ikan Lele beserta produksi dan nilai produksinya disajikan dalam Tabel 5.19 berikut.
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Tabel 5.19. Produksi dan Nilai Produksi Ikan Lele Budidaya Karamba Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010
Nilai Produksi Kabupaten/ Kota
Produksi
(Ton)
(Rp 1.000,-)
Kabupaten Batang
12.700,00 Kabupaten Kebumen
26.950,00 Kabupaten Cilacap
1.409.690,00 Kabupaten Sukoharjo
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011
B. Sarana dan Prasarana
Untuk sarana dalam budidaya karamba, dibutuhkan lokasi usaha pemeliharaan yang memiliki kondisi fisik, kimia, biologi dan ekologi yang sesuai untuk hidup komoditas yang akan dibudidayakan. Terdapat 6 kabupaten yang melakukan budidaya karamba dimana di tiap kabupaten tersebut terdapat waduk maupun sumber mata air sebagai media hidup ikan untuk
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Tabel 5.20. Jumlah RTP/Perusahaan Perikanan Budidaya Karamba Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010
Kabupaten/Kota Jumlah RTP/Perusahaan Perikanan Budidaya Karamba (Unit)
Kabupaten Batang 45 Kabupaten Kebumen
4 Kabupaten Cilacap
290 Kabupaten Wonosobo
25 Kabupaten Semarang
248 Kabupaten Klaten
Total 1.303
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011
Tahun 2006, luas bersih areal budidaya karamba adalah 8,1 ha. Namun, tahun 2007 meningkat tajam menjadi 86,20 ha. Setelah peningkatan drastis tersebut, luas bersih areal budidaya karamba ini terus mengalami penurunan sampai tahun 2009. Tahun 2008 tercatat menjadi seluas 31,9 ha dan tahun 2009 seluas 31,68
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Tabel 5.21. Luas Bersih Areal Budidaya Karamba Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010
Luas Areal Budidaya Karamba Kabupaten/Kota (Ha)
Kabupaten Batang 45,00 Kabupaten Kebumen
0.05 Kabupaten Wonosobo
0.03 Kabupaten Semarang
1,74 Kabupaten Klaten
Total 75,02
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011
5.4 Budidaya Karamba Jaring Apung
A. Sumber Daya Potensial
Jenis produksi budidaya karamba jaring apung yang paling banyak dibudidayakan di Provinsi Jawa Tengah berturut-turut adalah Ikan Nila Merah, Ikan Nila dan Ikan Mas. Produksi dan
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Tabel 5.22. Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya Karamba Jaring Apung di Provinsi Jawa Tengah Menurut Komoditas Tahun 2010
Komoditas Budidaya Karamba
Nilai Produksi Jaring Apung
Produksi
(Ton)
(Rp 1.000,-)
Nila Merah
188.278.549,80 Nila
122.663.242,00 Ikan Mas
5.600,00 Ikan lainnya
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011
1) Ikan Nila Merah
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Tabel 5.23. Produksi dan Nilai Produksi Ikan Nila Merah dari Budidaya Karamba Jaring Apung Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010
Kabupaten/Kota
Produksi
Nilai Produksi
(Ton)
(Rp 1.000,-)
Kabupaten Wonogiri
59.060.940,20 Kabupaten Wonosobo
39.667.782,00 Kabupaten Klaten
8.090.236,80 Kabupaten Karanganyar
859.300,00 Kabupaten Sragen
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011
2) Ikan Nila
Produksi Ikan Nila di Provinsi Jawa Tengah dari budidaya karamba jaring apung pada tahun 2010 mencapai 9.513,4 ton. Kabupaten Wonosobo adalah kabupaten yang paling banyak membudidayakan ikan nila. Data kabupaten/ kota yang memproduksi Ikan Nila beserta produksi dan nilai
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Tabel 5.24. Produksi dan Nilai Produksi Ikan Nila dari Budidaya Karamba Jaring Apung Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2010
Nilai Produksi (Rp Kabupaten/Kota
Kabupaten Wonogiri 1.989,9 22.293.981,00 Kabupaten Kebumen
9,5 134.625,00 Kabupaten Banjarnegara
838,8 11.963.000,00 Kabupaten Wonosobo
3.445,3 44.788.536,00 Kabupaten Boyolali
2.762,0 36.568.000,00 Kabupaten Semarang
71,9 905.180,0 Kabupaten Kudus
361,7 5.526.600,00 Kabupaten Grobogan
Total 9.513,4 122.663.242,0
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011
4) Ikan Mas
Produksi Ikan Mas di Provinsi Jawa Tengah dari budidaya karamba jaring apung pada tahun 2010 mencapai
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Tabel 5.25. Produksi dan Nilai Produksi Ikan Mas dari Budidaya Karamba Jaring Apung Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2010
Kabupaten/Kota
Produksi
Nilai Produksi
(Ton)
(Rp 1.000,-)
Kabupaten Wonogiri
865.278,00 Kabupaten Banjarnegara
878.200,00 Kabupaten Boyolali
8.776.000,00 Kabupaten Semarang
425.370,0 Kabupaten Kudus
42.200,00 Kabupaten Sragen
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011
B. Sarana dan Prasarana
Untuk sarana dalam budidaya karamba jaring apung, dibutuhkan lokasi usaha pemeliharaan yang memiliki kondisi fisik, kimia, biologi dan ekologi yang sesuai untuk hidup komoditas yang akan dibudidayakan. Terdapat 10 kabupaten yang melakukan budidaya karamba jaring apung dimana di tiap
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Tabel 5.26. Jumlah RTP/Perusahaan Perikanan Budidaya Karamba Jaring Apung Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010
Jumlah RTP/Perusahaan Perikanan Kabupaten/Kota
Budidaya Karamba Jaring Apung (unit)
Kabupaten Wonogiri 50 Kabupaten Kebumen
5 Kabupaten Banjarnegara
250 Kabupaten Wonosobo
92 Kabupaten Boyolali
154 Kabupaten Semarang
99 Kabupaten Karanganyar
16 Kabupaten Kudus
150 Kabupaten Sragen
61 Kabupaten Grobogan
Total 965
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
karamba jaring apung meningkat menjadi seluas 66,71 ha. Luas tertinggi berada di Kabupaten Boyolali, menyusul Kabupaten Banjarnegara. Pada Tabel 5.27 disajikan selengkapnya data luas bersih areal budidaya karamba jaring apung menurut kabupaten/ kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2010.
Tabel 5.27. Luas Bersih Areal Budidaya Karamba Jaring Apung Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010
Luas Areal Budidaya Karamba Kabupaten/Kota Jaring Apung (Ha)
Kabupaten Wonogiri 2,80 Kabupaten Kebumen
0,06 Kabupaten Banjarnegara
20,70 Kabupaten Wonosobo
6,80 Kabupaten Boyolali
27,90 Kabupaten Semarang
0,65 Kabupaten Karanganyar
0,12 Kabupaten Kudus
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
5.5. Budidaya Sawah
A. Sumber Daya Potensial
Jenis produksi budidaya sawah yang paling banyak dibudidayakan di Provinsi Jawa Tengah berturut-turut adalah Ikan Nila Merah, Ikan Nila dan Ikan Mas. Produksi dan nilai produksi budidaya karamba tahun 2010 disajikan dalam Tabel
5.28 berikut.
Tabel 5.28. Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya Sawah di Provinsi Jawa Tengah Menurut Komoditas Tahun 2010
Komoditas Budidaya
Nilai Produksi Sawah
Produksi (Ton)
(Rp 1.000,-)
19.045.938,00 Nila
Ikan Mas
6.377.767,00 Tawes
2.090.570,00 Nilem
1.209.580,00 Gurame
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
1) Ikan Mas
Produksi Ikan Mas di Provinsi Jawa Tengah dari budidaya sawah pada tahun 2010 mencapai 1.023 ton. Kabupaten Temanggung adalah kabupaten yang paling banyak membudidayakan Ikan Mas. Data kabupaten/kota yang memproduksi Ikan Mas beserta produksi dan nilai produksinya disajikan dalam Tabel 5.29 berikut.
Tabel 5.29. Produksi dan Nilai Produksi Ikan Mas dari Budidaya Sawah Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010
Nilai Produksi Kabupaten/Kota
Produksi
(Ton)
(Rp 1.000,-)
254.680,00 Kabupaten Banyumas
Kabupaten Pai
331.866,00 Kabupaten Purbalingga
147.600,00 Kabupaten Wonosobo
179.784,00 Kabupaten Temanggung
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
4) Ikan Nila
Produksi Ikan Nila di Provinsi Jawa Tengah dari budidaya sawah pada tahun 2010 mencapai 455,8ton dengan nilai produksi totalnya sebesar Rp. 6.377.767.000,-. Komoditas ini dihasilkan dari budidaya sawah di 5 kabupaten. Data kabupaten/kota yang memproduksi Ikan Nila beserta produksi dan nilai produksinya selengkapnya disajikan dalam Tabel 5.30 berikut.
Tabel 5.30. Produksi dan Nilai Produksi Ikan Nila dari Budidaya Sawah Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010
Nilai Produksi Kabupaten/ Kota
Produksi
(Ton)
(Rp 1.000,-)
Kabupaten Banyumas 22,8 409.248,00 Kabupaten Purbalingga
10,4 186.800,00 Kabupaten Wonosobo
31,8 419.496,00 Kabupaten Temanggung
131,5 2.251.823,00 Kota Magelang
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Komoditas ini dihasilkan pada 3 kabupaten/kota, yaitu Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga, dan Kabupaten Magelang. Data produksi dan nilai produksi selengkapnya disajikan dalam Tabel 5.31 berikut.
Tabel 5.31. Produksi dan Nilai Produksi Ikan Tawes dari Budidaya Sawah Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010
Nilai Produksi (Rp Kabupaten/Kota
Produksi (Ton)
1.000,-)
Kabupaten Banyumas 50,4 745.170,00 Kabupaten Purbalingga
14,8 302.400,00 Kota Magelang
Total 166,2 2.081.570,00
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011
B. Sarana dan Prasarana
Untuk sarana dalam perikanan budidaya sawah, dibutuhkan lokasi usaha pemeliharaan yang memiliki kondisi fisik, kimia, biologi dan ekologi yang sesuai untuk hidup komoditas yang
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Tabel 5.32. Jumlah RTP/Perusahaan Perikanan Budidaya Sawah Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010
Kabupaten/Kota Jumlah RTP/Perusahaan Perikanan Budidaya Sawah (Unit)
Kabupaten Kebumen 20 Kabupaten Banyumas
1.857 Kabupaten Wonosobo
638 Kabupaten Temanggung
4.226 Kabupaten Magelang
1.083 Kabupaten Klaten
1 Kabupaten Kudus
Total 7.826
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011
Luas bersih areal budidaya sawah tahun 2006 sebesar 5.628,60 ha dan pada tahun 2007 meningkat menjadi 5.861,2
ha. Kemudian, luasnya berkurang di tahun 2008, menjadi 5.640,4
ha dan menurun kembali pada tahun 2009 menjadi 3.277,16 ha. Selanjutnya, pada tahun 2010, luas areal budidaya sawah meningkat
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Tabel 5.33. Luas Bersih Areal Budidaya Sawah Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010
Kabupaten/Kota Luas Areal Budidaya Sawah (Ha)
Kabupaten Kebumen 2,0 Kabupaten Banyumas
165,0 Kabupaten Wonosobo
114,0 Kabupaten Temanggung
2.528,6 Kabupaten Magelang
2.808,3 Kabupaten Klaten
1,0 Kabupaten Kudus
Total 5.619,2
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011
5.6. Budidaya Laut
A. Sumber Daya Potensial
Tahun 2010, produksi dan nilai produksi budidaya laut menempati peringkat ke-4 dalam perikanan budidaya di Provinsi Jawa Tengah (Tabel 1). Produksi totalnya adalah sebanyak
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
sebesar Rp. 1.832.000.000,-. Terakhir yaitu komoditas Ikan Kerapu menyumbang produksi sebanyak 8,9 ton dengan nilai produksi sebesar Rp. 619.500.000,-.
B. Sarana dan Prasarana
Untuk sarana dalam perikanan budidaya laut, dibutuhkan lokasi usaha pemeliharaan yang memiliki kondisi fisik, kimia, biologi dan ekologi yang sesuai untuk hidup komoditas yang akan dibudidayakan. Kabupaten Jepara dan Kabupaten Brebes memiliki wilayah perairan laut yang cocok untuk budidaya laut. Jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP) budidaya laut di Provinsi Jawa Tengah tahun 2010 tercatat sebanyak 465 unit RTP.
Provinsi Jawa Tengah tercatat mulai tahun 2009 melakukan budidaya laut, dengan luas bersih 32,8 ha. Tahun 2010, luas bersih areal budidaya laut meningkat menjadi seluas 55 ha.
5.7. Pembenihan
A. Produksi Benih Ikan
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Pembagian pembenihan berdasarkan tempat pembesarannya dibagi menjadi 6 bagian, yaitu pembenihan tambak, kolam, sawah, dan laut.
1) Pembenihan Tambak
Komoditas pembenihan tambak tahun 2010 meliputi Udang Vaname, Udang Windu, Ikan Bandeng, dan ikan-ikan lainnya. Produksi pembenihan terbesar adalah Udang Vaname. Pada Tabel
5.34 dan 5.35 disajikan data produksi dan nilai produksi budidaya pembenihan tambak menurut jenis ikan dan kabupaten/kota yang memproduksi.
Tabel 5.34. Produksi Budidaya Pembenihan Tambak Menurut Jenis Ikan dan Kabupaten/Kota Tahun 2010
Kabupaten/ Produksi (1000 ekor) Kota
Bandeng Lainnya Kab. Brebes
Vaname
Windu
10.583,40 - Kab. Tegal
- - Kab. Jepara
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Tabel 5.35. Nilai Produksi Budidaya Pembenihan Tambak Menurut
Jenis Ikan dan Kabupaten/Kota Tahun 2010
Nilai Produksi (Rp. 1000) Kabupaten/ Kota Vaname
Windu
Bandeng Lainnya
Kab. Brebes
- 317.490,00 - Kab. Tegal
- - Kab. Jepara
- - Kab. Pai
- - Kab. Rembang
Sub Total 4.630.817,00 461.935,00 384.575,00 2.352,00 Total
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011
2) Pembenihan Kolam
Komoditas pembenihan kolam tahun 2010 terbanyak berturut- turut adalah Ikan Lele, Ikan Tawes, dan Ikan Nila. Produksi pembenihan terbesar adalah Ikan Lele, sebanyak 1.666.830.7000 ekor. Pada Tabel 5.36 dan 5.37 disajikan data lengkap produksi dan nilai produksi budidaya pembenihan tambak menurut jenis
Tabel 5.36. Produksi Budidaya Pembenihan Kolam Menurut Jenis Ikan dan Kabupaten/Kota Tahun 2010
PUSA
Produksi (1000 ekor)
Kab/Kota
Ikan Mas
Mujair Nila
Merah
Git Lainnya
A Kab. Tegal 9.590,30
TISTIK DAN INFO
Kota Tegal 6.633,00
A UT
Kab. Pemalang
AN DAN PERIK
Kab. Pekalongan
11,70 - - Kota
- - - Kab.
Pekalongan 14.600,00
SI - KEMENTERIAN KEL A Batang 6.924,00
ANAN PR
Kab. Kendal
- - - Kota
OVINSI JA
Semarang 56.776,00
- - - Kab.
Kab. Jepara 46.500,00
GAH AN DAN PERIK
Kab. Pai 47.926,00
- - 186,40 Kab.
Kab. Rembang
- - - Kab.
- - - Kab.
Kab. Kebumen
- - - Kab.
Sub Total 253.163,00
Lanjutan Tabel 5.36.
PUSA
T DA
Kab/Kota
Produksi (1000 ekor)
Ikan Mas
Nilem
Bawal
Nila Merah
Nila Gift Lainnya
Sub Total 253.163,00
Kab. Purbalingga 131.712,00
A TISTIK DAN INFO
Wonosobo Kab. 6.187,70
Temanggung Kab. 13.460,40
AN DAN PERIK RM
Kab. Magelang 108.271,70
Kota Magelang 3.933,80
SI - KEMENTERIAN KEL A Kab. Boyolali
Kota Salatiga 8.072,00
ANAN PR
Kab. Semarang 29.433,30
Kab. Klaten 29.265,00
OVINSI JA
Kota Surakarta 734,30
Kab. Sukoharjo 1.416,80
AN DAN PERIK
Kab. Kudus 926.758,00
Kab. Sragen 16.689,00
Grobogan Kab. 11.935,50
Kab. Blora 621,40
Sub Total 1.666.830,70
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011
PUSA T DA
PR T
Tabel 5.37. Nilai Produksi Budidaya Pembenihan Kolam Menurut Jenis Ikan dan Kabupaten/Kota Tahun
FIL KEL A TISTIK DAN INFO
O A ST
Kab/Kota UT A
Nilai Produksi (Rp 1.000,-)
Ikan Mas
Mujair Nila AN DAN PERIK
Merah
Git Lainnya
Kab. Brebes 263.688,0
Kab. Tegal 1.342.643,0
A SI - KEMENTERIAN KEL
Kota Tegal 500.800,0
ANAN PR
Kab. Pemalang 20.438,0
OVINSI JA
Kota Pekalongan
A Kab. Batang 934.199,0
UT AN DAN PERIK
Kab. Kendal 1.393.645,0
GAH
ANAN
PUSA T DA T
A ST TISTIK DAN INFO A
PR
O FIL KEL Kab/Kota
Nilai Produksi (Rp 1.000,-)
Ikan Mas
Nilem
Bawal
Nila Merah
Pain
Tambakan
Mujair Nila Git
Lainnya A
UT AN DAN PERIK
Kota Semarang 1.353.998,0
Kab. Demak 1.448.375,0
A SI - KEMENTERIAN KEL
Kab. Jepara 6.335.000,0
Kab. Pai 1.236.060,3
ANAN PR
Kab. Rembang 156.766,0
Kab. Wonogiri 185.738,0
OVINSI JA
Kab. Purworejo 531.217,0
Kab. Kebumen 634.421,3
AN DAN PERIK
W A TEN
Kab. Cilacap 788.235,0
Kab. Banyumas 135.903,0
GAH Sub Total
5.581,0 - -
6.462,3 0.0 18.880,0 ANAN
Lanjutan Tabel 5.37.
PUSA
Nilai Produksi (Rp. 1000)
Kab./ Kota
T DA Lainnya
Ikan Mas
Nilem
Bawal
Nila Merah
Nila Git
PR T
O A ST
Sub Total 18.840.422,6
Kab. Purbalingga
A TISTIK DAN INFO Kab. Banjarnegara
- - Kab.
AN DAN PERIK
- - Kab.
RM Kota
Magelang 591.075,0
SI - KEMENTERIAN KEL A Kab. Boyolali
ANAN PR
Kota Salaiga 651.493,0
- - Kab.
OVINSI JA
Kab. Klaten 1.579.470,0
- - Kota
Kab. Sukoharjo
GAH AN DAN PERIK
Kab. Karanganyar
Kab. Kudus 23.168.950,0
- - Kab. Sragen
- - Kab.
Kab. Blora 62.140,0
Sub Total 74.995.689,8
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
3) Pembenihan Sawah
Di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010 terdapat 4 komoditas pembenihan sawah yang dilakukan di 3 kabupaten, yaitu Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Temanggung, dan Kabupaten Magelang. Komoditas tersebut berturut-turut mulai dari yang terbanyak adalah Ikan Nila, Ikan Mas, Ikan Tawes, dan Ikan Gurame. Produksi nila sebagai komoditas pembenihan terbesar tahun 2010 tercatat sebanyak 137.501.100 ekor. Pada Tabel 5.38 dan 5.39 disajikan data lengkap produksi dan nilai produksi budidaya pembenihan sawah menurut jenis ikan dan kabupaten/kota yang memproduksi.
Tabel 5.38. Produksi Budidaya Pembenihan Sawah Menurut Jenis Ikan dan Kabupaten/Kota Tahun 2010
Produksi (1000 ekor) Kabupaten/ Kota
Tawes Gurame Kab.
Nila
Ikan Mas
Kab. Temanggung
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Tabel 5.39. Nilai Produksi Budidaya Pembenihan Kolam Menurut Jenis Ikan dan Kabupaten/Kota Tahun 2010
Nilai Produksi (Rp 1.000,-) Kabupaten/ Kota
Tawes Gurame Kab. Banjarnegara
Nila
Ikan Mas
- 6.530,0 Kab. Temanggung
- - Kab. Magelang
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011
4) Pembenihan Laut
Di Jawa Tengah pada tahun 2010 terdapat 1 jenis komoditas pembenihan laut yaitu Rumput Laut yang dilakukan di Kabupaten Jepara. Produksinya mencapai 920.000 bibit senilai Rp. 1.840.000,-.
163
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
5.8. Peta Tematik Perikanan Budidaya
164
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
165
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
166
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
167
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
168
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
169
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
170
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
171
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
172
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
173
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
174
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
175
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
176
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
177
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
5.9. INDUSTRIALISASI PERIKANAN BUDIDAYA
5.9.1. Kabupaten Brebes
A. Produksi Tambak Udang Brebes
Berdasarkan Laporan Tahunan Kabupaten Brebes kawasan peruntukan perikanan budidaya air payau atau tambak dialokasikan di Kecamatan Brebes, Kecamatan Wanasari, Kecamatan Bulakamba, Kecamatan Tanjung dan Kecamatan Losari. Total luasan area tambak di Kabupaten Brebes sebesar 12.748,16 ha dengan pembudidaya sebanyak 4.027 RTP.
Hingga tahun 2011, produksi Udang Windu lebih banyak jika dibandingkan Udang Vaname. Namun para petani tambak sudah banyak yang mulai mengganti menanam Udang Vaname di area tambaknya, karena Udang Vaname dinilai lebih tahan kondisi lingkungan dibandingkan jenis udang lainnya. Selain itu, Udang Vaname dapat hidup pada kepadatan lebih tinggi. Produksi Udang Windu di Kabupaten Brebes pada tahun 2011 sebesar 636,621
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Tabel 5.40. Produksi Tambak Udang Tahun 2010 - 2011
Komoditas Produksi Produksi Nilai Produksi (Rp
Produksi (Rp
(Ton) (Ton) 1.000,-)
1.000,-)
636.621 38.197.260 Udang Vanname
Udang Windu 1.436.568
86.626 2.685.406 Sumber : Laporan Tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Brebes 2011
dan Data Produksi Kabupaten Brebes 2010
B. Sistem Produksi
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Brebes, disebutkan bahwa mayoritas tambak di Kabupaten Brebes, yaitu sekitar 90% menggunakan teknologi tradisional. Potensi tambak di setiap kecamatan dapat dilihat pada Tabel 5.41.
Tabel 5.41. Potensi Tambak di Kabupaten Brebes Tahun 2011
No. Kecamatan / Desa Luas ( ha ) Jumlah RTP
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
No. Kecamatan / Desa Luas ( ha ) Jumlah RTP
Kecamatan Wanasari
2. - Sawojajar
Jumlah 1.310,58 275
Kecamatan Bulakamba
- Bangsri 633,30 203 3. - Pulogading
375,70 61 - Grining
699,32 148 - Pakijangan
Jumlah 1.743,36 415
Kecamatan Tanjung
- Krakahan 678,57 107 4. - Pengaradan
1.583,66 533 - Trengguli
63,27 29 - Tanjung
Jumlah 2.555,00 713
Kecamatan Losari
- Prapag Kidul 679,94 229 - Prapag Lor
300,88 120 - Limbangan
705,28 63 5. - Karangdempel
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Kebanyakan tambak di Kabupaten Brebes dulunya adalah sawah, ukuran tiap petak tambak berkisar 3500 m 2 - 7000 m 2 . Ada dua jenis udang yang dibesarkan disini, yaitu Udang Windu dan Udang Vaname. Udang Windu biasanya dipelihara pada bulan Januari hingga Juni, sedangkan pada bulan Juli hingga Desember petani membesarkan Udang Vaname. Hal ini disebabkan pada musim penghujan, Udang Vaname memiliki ketahanan lebih tinggi daripada Udang Windu. Beberapa budidaya udang juga dilakukan dengan polikultur bersama dengan bandeng.
Benih udang kebanyakan diperoleh dari daerah sekitar Kabupaten Brebes, seperti Kabupaten Tegal. Kepadatan tebar udang yang digunakan adalah 6 ekor / m 2 . Pemberian pakan mulai dilakukan setelah udang berusia satu bulan dan diketahui dalam kondisi sehat. Pemberian pakan adalah 3-4% dari biomass udang. Lama pembesaran udang kedua jenis udang ini adalah 3-4 bulan.
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Gambar 5.22.
Tambak Udang Tradisional di Desa Randusanga Sumber: Hasil pengamatan di lapang
Tambak intensif hanya berjumlah sekitar 10% dari total tambak yang ada di Kabupaten Brebes. Tambak udang intensif terdapat di Desa Limbangan, Kecamatan Brebes dan Desa Kaliwlingi, Kecamatan Losari. Teknologi intensif yang digunakan
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Gambar 5.23.
Salah Satu Tambak Intensif di Kabupaten Brebes Sumber: Hasil pengamatan di lapang
C. Sistem Panen
Pemanenan Udang Vaname di Kabupaten Brebes umumnya dilakukan sekitar 90-100 hari setelah tebar benih. Ukuran panen
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Gambar 5.24.
Panen Udang Windu dan Udang Vanname Sumber: Hasil pengamatan di lapang
D. Sistem Agro Industri
Udang dari hasil tambak di Kabupaten Brebes dipasarkan mayoritas dalam bentuk segar, namun juga ada yang dilakukan proses pengolahan terlebih dahulu. Bentuk olahan udang beragam jenis, diantaranya yang paling umum adalah kerupuk udang, terasi
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Gambar 5.25.
Diversiikasi Udang menjadi Krupuk Udang Sumber: Hasil pengamatan di lapang
Hingga tahun 2011, bentuk olahan udang yang umum dilakukan masyarakat Kabupaten Brebes adalah dalam bentuk terasi dan petis udang. Data pengolahan udang berserta tempat produksi dan pemasarannya dapat dilihat pada Tabel 5.42.
Tabel 5.42. Data Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Tahun
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
E. Sistem Pemasaran
Pemasaran udang hasil budidaya di Kabupaten Brebes umumnya ditujukan untuk pasar lokal, antar kota, bahkan antar provinsi. Udang segar biasanya dijual pada pasar lokal, ke Kabupaten Tegal, dan ke Kabupaten Cirebon (Provinsi Jawa Barat). Sementara, untuk udang olahan pemasarannya dapat mencapai kota-kota sekitar Kabupaten Brebes hingga hingga antar provinsi, terutama kabupaten/kota di Jawa Barat yang dekat wilayah Kabupaten Brebes.
F. Sistem Manajemen Usaha
Tambak yang paling banyak diusahakan oleh petani tambak di Kabupaten Brebes adalah tambak tradisional dan tambak semi intensif. Sebagian besar pembudidaya menerapkan sistem polikultur rumput laut, bandeng, dan udang. Hal ini disebabkan karena penerapan teknologi budidaya sistem sirkulasi tertutup yang sudah cukup berhasil dan mulai diterapkan oleh para pembudidaya, serta adanya upaya-upaya perbaikan mutu lingkungan tambak yang sebagian telah menunjukkan hasil. Sistem
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
5.9.2. Kabupaten Tegal
A. Produksi Tambak Udang Tegal
Produksi udang hasil tambak di Kabupaten Tegal jumlahnya sangat sedikit. Jika dipresentasekan, jumlah produksi tambak udang di Kabupaten Tegal hanya sekitar 1% dari total produksi tambak. Permasalahan yang dihadapi adalah banyaknya kegagalan dalam budidaya udang, sehingga para petani tambak tidak lagi berani membudidayakan udang. Menurut petani tambak hal ini disebabkan oleh rentannya kondisi udang dan ketidakcocokan perairan di Kabupaten Tegal untuk pembesaran udang. Perlu dilakukan penelitian dan uji coba lebih lanjut untuk menindaklanjuti hal ini, karena Kabupaten Tegal diapit oleh dua kabupaten yang dapat memproduksi udang lebih baik. Jika hasilnya positif maka perlu dilakukan penyuluhan mengenai Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB). Produksi tambak udang tahun 2010 dan 2011 dan perbandingannya dengan produksi hasil tambak lain dapat dilihat pada Tabel 5.43.
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Tabel 5.43. Lanjutan
2011 Nama
Komoditas Produksi
Produksi Nilai Produksi (Kg)
Nilai Produksi
(Rp 1.000,-)
(Kg) (Rp 1.000,-)
Ikan lainnya 8.168
Sumber : Staisik Perikanan Dinas Kelautan, Perikanan dan Peternakan Kabupaten Tegal Tahun 2010 - 2011
B. Sistem Produksi
Berdasarkan Laporan Statistik Perikanan Kabupaten Tegal tahun 2011 kawasan peruntukan perikanan budidaya udang dialokasikan di Kecamatan Kramat dan Kecamatan Suradadi. Total luasan area tambak di Kabupaten Tegal untuk tambak udang hanya sebesar 8 ha. Luas tambak di di Kecamatan Kramat sebesar 3,5 ha dengan jumlah RTP 5 orang dan 4,5 ha di Kecamatan Suradadi dengan jumlah RTP 3 orang. Untuk tambak udang di Kabupaten Tegal semuanya masih menggunakan teknologi tradisional. Selain itu, tambak udang diusahakan sistempolikultur dengan bandeng.
189
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Tabel 5.44. Potensi Tambak Udang Kabupaten Tegal Tahun 2011
Tambak Udang No
Kecamatan
RTP
Luas (Ha)
1 Kramat 5 3,50 2 Suradadi
3 4,50
Jumlah 8 8
Sumber : Laporan Staisik Perikanan Kabupaten Tegal Tahun 2011
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Meskipun produksi udang yang dihasilkan di Kabupaten Tegal jumlahnya sedikit, namun telah ada beberapa pelaku usaha yang melakukan hatchery maupun pendederan udang. Untuk hatcery yang dilakukan hanya sebatas penetasan telur udang. Sementara, telur udangnya sendiri kebanyakan diperoleh dari Kabupaten
Situbondo. Penetasan telur dilakukan pada suhu 30 0 C-32 0 C.
Gambar 5.27.
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Untuk usaha hatchery, benih sudah siap dijual/panen sejak PL 6 ( post larva 6 hari). Sedangkan untuk pendederan biasanya sejak PL 6 dipelihara lagi selama 15 hari untuk kemudian dipasarkan dan dijadikan benih pada tambak.
Gambar 5.28.
Benih Udang PL 3 Sumber: Hasil pengamatan di lapang
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
E. Sistem Pemasaran
Untuk udang hasil konsumsi pemasarannya hanya untuk memenuhi kebutuhan lokal. Sementara, benih hasil hatchery dan pendederan mayoritas dipasarkan ke Kabupaten Brebes, Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Cirebon dan sedikit dipasarkan ke Kabupaten Tegal dan Kabupaten Pekalongan.
F. Sistem Manajemen Usaha
Petani tambak di Kabupaten Tegal sebagian besar belum berani memelihara udang untuk pembesaran karena selama ini sering mengalami kegagalan panen. Budidaya udang yang dilakukan hingga saat ini adalah pembenihan dan pendederan. Sebagian kecil petani tambak yang melakukan pembesaran udang menggunakan sistem polikultur dengan Ikan Bandeng.
5.9.3. Kabupaten Pemalang
A. Produksi Tambak Udang Kabupaten Pemalang
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
jika dibandingkan dengan Udang Windu, Udang Putih, dan Udang Vaname. Produksi Udang Krosok di Kabupaten Pemalang pada tahun 2011 sebesar 173,5 ton, dengan presentase 55,9% dari total produksi udang tahun 2011. Sementara produksi udang lainya hanya Udang Windu 12,5 ton (4,04%), Udang Putih 123,0 ton (39,6%), dan Udang Vaname 1,4 ton (0,4%). Produksi tambak di Kabupaten Pemalang tahun 2010-2011 disajikan pada Tabel di bawah ini.
Tabel 5.45. Produksi Tambak Udang Tahun 2010 - 2011
Jumlah (Ton) Jenis Ikan
Tahun 2010
Tahun 2011
Bandeng 1.701,0 2.426,6 Udang Windu
31,7 12,5 Udang Puih
124,4 123,0 Udang Krosok
164,8 173,5 Udang Vaname
21,5 1,4 Kepiing
253,4 254,9 Rumput Laut
643,0 1.635,3 Ikan Lainnya
Jumlah 3.045,8 4.772,2
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
pembudidaya menerapkan sistem polikultur rumput laut dan udang (Laporan Tahunan 2011 Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pemalang).
Ada dua jenis udang yang dibesarkan di kabupaten ini, yaitu Udang Windu dan Udang Vaname. Udang Windu dibudidayakan dengan sistem polikultur, yaitu dibesarkan bersama Ikan Bandeng dan rumput laut dengan kepadatan tebar 10.000 ekor/ha, sedangkan Udang Vaname hanya dibudidayakan di desa Pesantren dengan sistem semi intensif. Kepadatan tebar udang vanname yang digunakan adalah sekitar 250.000 ekor/ha. Hal ini disebabkan pada musim penghujan, Udang Vaname memiliki ketahanan lebih tinggi daripada Udang Windu. Lama pembesaran udang adalah 3-4 bulan. Umur panen untuk Udang Windu adalah sekitar 100- 120 hari, sedangkan umur panen untuk Udang Vaname adalah sekitar 100 hari.
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Tambak semi intensif di Desa Pesantren Kabupaten Pemalang dilapisi dengan plastik, dilengkapi dengan kincir, long arm, saluran keluar masuk air yang baik serta pemberian pakan secara teratur. Pakan yang diberikan adalah pakan komplit yaitu 5-6% dari biomass. Pemberian pakan dilakukan sebanyak 3-4 kali dalam sehari. Benur didatangkan langsung dari Serang SPF ( Spesies Patogen Free).
C. Sistem Panen
Pemanenan udang windu di Kabupaten Pemalang dilakukan setelah udang berusia sekitar 100-120 hari. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan bubu. Sedangkan pemanenan udang vanname dilakukan setelah udang berusia sekitar 100 hari dengan size 60. Sistem panen yang dilakukan adalah sistem panen parsial (dipanen sebagian) sedangkan sisanya dibesarkan sampai udang memiliki size 50. Pemanenan dilakukan dengan menjala udang di sepanjang pinggir kolam yang merupakan habitat udang. Hasil panen kemudian dibawa ke pusat pelelangan hasil tambak, rawa dan sungai ataupun dijual langsung kepada pengepul.
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Gambar 5.30.
Pusat Pelelangan Hasil Tambak Sumber: Hasil pengamatan di lapang
D. Sistem Agro Industri
Udang dari hasil tambak di Kabupaten Pemalang umumnya dipasarkan dalam bentuk segar. Belum ada usaha pengolahan udang di kabupaten ini. Udang segar biasanya langsung dipasarkan
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Rp. 60.000,- (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pemalang 2012).
F. Sistem Manajemen Usaha
Usaha budidaya udang dengan sistem polikultur bersama rumput laut dianggap lebih menguntungkan. Hal ini dilakukan untuk menghindari kegagalan panen udang yang kondisinya rentan terhadap penyakit dan lingkungan. Selain itu, pembudidaya mayoritas bersifat tradisional, karena modal yang dimiliki para petani tambak di Kabupaten Pemalang umumnya sangat terbatas.
5.9.4. Kabupaten Pekalongan
A. Produksi Perikanan Budidaya
Pada periode tahun 2006 – 2010 produksi perikanan budidaya di Kabupaten Pekalongan mengalami peningkatan rata-rata sebesar 33,0%, yakni dari 1.119,5 ton pada tahun 2006 menjadi 3.140,4 ton di tahun 2010. Peningkatan produksi perikanan budidaya
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Tabel 5.46. Perkembangan Produksi Perikanan Budidaya di Kabupaten Pekalongan Tahun 2006 – 2010
Rata-rata Asal
Tahun
produksi 2006 2007
2010 Peningkatan (ton)
Tambak 1.000,4 1.015,5 1.061,1 1.128,7 2.657,4 30,5 Kolam
Jumlah 1.119,5 1.136,1 1.185,8 1.267,2 3.140,4 33,0
Sumber: Dinas Kelautan, Perikanan, dan Peternakan Kabupaten Pekalongan Tahun 2011
B. Sistem Produksi
Kabupaten Pekalongan mempunyai garis pantai sepanjang ± 10,5 km yang membentang dari mulai Kecamatan Tirto sampai dengan Kecamatan Siwalan. Di wilayah Kabupaten Pekalongan berpotensi untuk dilakukan pengembangan budidaya air payau (tambak). Potensi tersebut didukung oleh pesisir pantai yang cukup landai dan beberapa sungai yang bermuara di wilayah
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Tabel 5.47. Perkembangan Luas Areal Budidaya di Kabupaten Pekalongan Tahun 2006 – 2010
Rata-rata Areal Budidaya 2006
Tahun
2010 Peningkatan (Ha)
Tambak 625,5 628,7 630,3 640,8 645,0 0,67 Kolam
Jumlah 647,3 650,6 653,4 666,7 675,2 0,93
Sumber: Dinas Kelautan, Perikanan, dan Peternakan Kabupaten Pekalongan, 2011
Lahan tambak yang diusahakan tahun 2006 seluas 625,5
ha dengan jumlah petani tambak 658 orang, sementara lahan budidaya air tawar terdiri dari kolam seluas 21,60 ha dengan jumlah petani kolam 1.506 orang. 3 Luas areal budidaya perikanan di Kabupaten Pekalongan pada periode 2006 – 2010 meningkat sebesar 0,93 %, yakni dari 647,3 ha pada tahun 2006 menjadi 675,2 ha pada tahun 2010. Perkembangan luas areal budidaya di Kabupaten Pekalongan pada periode tahun 2006 – 2010 dapat dilihat pada Tabel 5.47 di atas. Pada Tabel 5.47 tampak bahwa luas areal budidaya tambak di Kabupaten Pekalongan selama
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
C. Sistem Panen
Cara panen yang dilakukan oleh petani bandeng dan udang di Kabupaten Pekalonganrelatif masih sederhana, yakni menggunakan jaring. Pada umumnya penanganan pascapanennya masih sederhana. Setelah dipanen, udang biasanya dimasukkan ke dalam wadah yang telah disiapkan untuk kemudian dijual langsung kepada pedagang (bakul) yang biasanya telah datang di lokasi tambak.
D. Sistem Agro Industri
Berdasarkan data dari Dinas Kelautan dan Perikanan setempat, pada saat ini di wilayah Kabupaten Pekalongan belum ada unit usaha pascapanen pengolahan udang. Selama ini udang dari hasil tambak petani di Kabupaten Pekalongan dijual dalam bentuk udang segar. Hal ini membuat nilai tambah dari keberadaan budidaya tambak udang di Kabupaten Pekalongan belum banyak yang bisa dinikmati oleh masyarakat setempat.
Adapun untuk Ikan Bandeng, di wilayah Kabupaten Pekalongan pada saat ini sudah ada unit-unit usaha pengolahan
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
dilakukan oleh pengumpul/padagang yang datang langsung ke lokasi tambak untuk kemudian dijual ke pedagang/pengumpul besar. Udang yang dibeli oleh pengumpul besar tersebut selanjutnya akan dijual lagi ke luar daerah. Sementara, pemasaran bandeng lebih banyak dijual ke pasar-pasar lokal saja.
F. Sistem Manajemen Usaha
Pada saat ini setidaknya ada 7 (tujuh) kendala dalam upaya pengembangan usaha budidaya air payau (tambak) udang dan/ atau bandeng di Kabupaten Pekalongan, yaitu:
1) Masih sulitnya akses para petambak ke sumber pembiayaan, khususnya pola pembiayaan yang skim kreditnya sesuai dengan siklus usahan produksi budidaya udang dan/atau bandeng;
2) Banyaknya pabrik tekstil yang beroperasi dan berlokasi di wilayah Kabupaten Pekalongan menurunkan kualitas air yang menjadi media budidaya akibat tercemar oleh limbah kimia dari pabrik-pabrik tersebut; 5
3) Ancaman melonjaknya harga pakan di pasaran yang bisa membuat budidaya bandeng dan/atau udang mengalami
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
7) Sarana dan prasarana budidaya yang belum memadai, misalnya: sudah tidak optimalnya fungsi saluran irigasi dari dan menuju tambak (seperti saluran yang sudah mengalami pendangkalan akibat tingginya laju sedientasi sehingga mempersulit masuknya air ke areal tambak).
Adanya kebijakan industrialisasi kelautan dan perikanan diharapkan bisa mengangkat kembali usaha budidaya tambak udang dan bandeng di Kabupaten Pekalongan. Kabupaten Pekalongan memiliki potensi lahan tambak yang cukup besar dan belum dimanfaatkan secara optimal, serta potensi sumberdaya manusia yang menunjang karena sudah cukup berpengalaman dan setidaknya secara turun temurun bergerak di bidang budidaya udang.
5.9.5. Kabupaten Batang
A. Produksi Budidaya Media Air Payau
Ada 2 (dua) jenis perikanan budidaya pada media air payau yang cukup menonjol dilakukan di Kabupaten Batang, yakni
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Udang Windu maupun Udang Putih pada periode tahun 2010– 2011 cenderung stagnan atau sedikit mengalami penurunan. 10
Tabel 5.48. Jumlah dan Nilai Produksi Perikanan Tambak Bandeng
dan Udang Kabupaten Batang Tahun 2010 - 2011
Tahun
No. Jenis Ikan 2011
Budidaya Jumlah Nilai Produksi Jumlah Nilai Produksi Produksi
Produksi (Rp juta) (kwintal)
(Rp juta)
(kwintal)
1 Bandeng 2.466,3 4.784,4 4.663,0 6.354,2 2 Udang Windu
286,2 1.823,9 280,0 1.805,0 3 Udang Putih
187,0 544,6 186,0 549,1 4 Udang Lainnya
223,1 438,6 - -
3.162,6 7.591,4 5.129,0 8.708,3 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Batang Tahun 2012
Jumlah
Nilai produksi budidaya bandeng di Kabupaten Batang tahun 2010–2011 mengalami peningkatan sebesar 32,8%, yakni dari Rp 4,78 miliar pada tahun 2010 menjadi Rp 6,35 miliar pada tahun 2011. Adapun nilai budidaya udang — baik Udang Windu maupun Udang Putih — pada periode tahun 2010–2011
204
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
cukup potensial untuk dikembangkan menjadi tambak semi intensif dengan jenis komoditas budaya berupa bandeng maupun Udang Windu. Namun demikian, perkembangan perikanan budidaya air payau (tambak) di Kabupaten Batang bisa dikatakan masih lambat dan belum diusahakan secara optimal. Dari potensi/ ketersediaan lahan tambak seluas 750 ha, yang sudah diusahakan baru sekitar 232 ha (33,3%). 12
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
hatchery). Pakan udang juga mudah didapat baik berupa makanan jadi (konsentrat) maupun meramunya sendiri dengan bahan baku bekatul dan tepung ikan yang cukup tersedia di Kabupaten Batang serta vitamin dan mineral lainnya sebagai tambahan. 13
C. Sistem Panen
Cara panen yang dilakukan oleh petani bandeng dan udang di Kabupaten Batang relatif masih sederhana, yakni menggunakan jaring. Pada umumnya penanganan pascapanennya masih sederhana. Setelah dipanen, udang biasanya dimasukkan ke dalam wadah yang telah disiapkan untuk kemudian dijual kepada pengumpul (bakul) yang biasanya telah datang di lokasi tambak.
D. Sistem Agro Industri
Berdasarkan data dari Dinas Kelautan dan Perikanan setempat, pada saat ini di wilayah Kabupaten Batang belum ada unit usaha pascapanen pengolahan udang. Selama ini udang dari hasil tambak petani di Kabupaten Batang dijual dalam bentuk udang segar. Hal ini membuat nilai tambah dari keberadaan budidaya
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
E. Sistem Pemasaran
Sampai saat ini, bandeng dan udang dari hasil tambak petani di Kabupaten Batang sebagian besar dijual dalam bentuk segar. 14 Udang segar hasil panen budidaya di tambak sebagian besar dipasarkan ke luar daerah, serta sebagian untuk memenuhi permintaan rumah makan yang berada di wilayah Kabupaten Batang. Adapun Ikan Bandeng segar dipasarkan kedalam wilayah kabupaten dan ke luar daerah Kabupaten Batang. 15
Tabel 5.49. Perkembangan Harga Jual Rata-Rata Bandeng dan Udang Kabupaten Batang Tahun 2010 - 2011
Tahun
Persentase Jenis Ikan No.
Peningkatan / Budidaya Penurunan Harga
(Rp/kg)
(Rp/kg)
1 Bandeng
13.627 -29,8% 2 Udang Windu
64.466 1,2% 3 Udang Puih
29.523 1,4% Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Batang Tahun 2012 (diolah)
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
mengalami peningkatan, yakni sebesar 1,2% untuk harga Udang Windu dan 1,4% untuk harga Udang Putih.
Pada saat ini produk bandeng presto yang diproduksi oleh unit-unit usaha pengolahan bandeng di Kabupaten Batang masih bersifat lokal. Untuk yang beroperasi harian, biasanya produk dipasarkan ke perumahan-perumahan dan/atau pasar-pasar yang ada di wilayah setempat, sedangkan yang beroperasi berdasarkan pesanan biasanya memasarkan produknya guna memenuhi pesanan untuk acara-acara tertentu (misalnya hajatan, dll). Salah satu kendala pemasaran lokal bandeng presto di Kabupaten Batang adalah karena produk ini masih dianggap mahal oleh sebagian besar masyarakat kalangan bawah di wilayah ini. Adapun kendala yang membuat produk tersebut belum bisa menembus pasar luar daerah adalah karena produk bandeng presto dari Kabupaten Batang ‘belum menggunakan nama/merk dagang’ seperti yang sudah dimiliki oleh produk sejenis di wilayah Semarang. Seperti diketahui, produk bandeng presto di wilayah Semarang sudah dianggap sebagai salah satu oleh-oleh khas dari wilayah tersebut.
F. Sistem Manajemen Usaha
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
2) Masih sulitnya akses para petambak ke sumber pembiayaan, khususnya pola pembiayaan yang skim kreditnya menyesuaikan dengan siklus produksi budidaya udang dan/atau bandeng; serta
3) Relatif masih rendahnya kualitas jalan menuju lokasi- lokasi tambak rakyat (jalan produksi).
Gambar 5.32
Kondisi Jalan Menuju Areal Tambak (Jalan Produksi) Sumber: Hasil pengamatan di lapang
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
5.9.6. Kabupaten Demak
A. Produksi Tambak Udang Kabupaten Demak
Kabupaten Demak memiliki pantai sepanjang 34,1 km yang terbentang dari Kecamatan Sayung sampai dengan Kecamatan Wedung. Total luasan area tambak di Kabupaten Demak pada tahun 2011 sebesar 7.946,97 ha dengan pembudidaya sebanyak 4.040 orang. Kabupaten Demak hanya memproduksi dua jenis udang yaitu Udang Vaname dan Udang Windu.
Hingga tahun 2011 produksi Udang Vaname lebih banyak jika dibandingkan Udang Windu. Udang Vaname dapat hidup pada kepadatan lebih tinggi dan lebih tahan kondisi. Produksi Udang Vaname di Kabupaten Demak pada tahun 2011 sebesar 304,684 ton, dengan presentase 83,22% dari total produksi udang tahun 2011. Sementara produksi Udang Windu hanya 61,414 ton (sekitar 16,78% dari total produksi udang tahun 2011). Produksi tambak di Kabupaten Demak tahun 2010-2011 disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.50. Produksi Tambak Kabupaten Demak pada Tahun 2010 -
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
B. Sistem Produksi
Berdasarkan Laporan Tahunan Kabupaten Demak, kawasan peruntukan perikanan budidaya tambak dialokasikan di 4 Kecamatan yaitu Kecamatan Sayung (2.722,10 ha dengan 1.270 RTP), Kecamatan Bonang (2.073,04 ha dengan 1.444 RTP), Kecamatan Wedung (2.540,70 ha dengan 1.112 RTP), dan Kecamatan Karangtengah (611,13 ha dengan 214 RTP). Potensi tambak di setiap kecamatan dapat dilihat pada Tabel 5.51.
Tabel 5.51. Potensi Tambak Kabupaten Demak Tahun 2010
No. Kecamatan/Desa
Jumlah RTP Kecamatan
Luas (Ha )
Karangtengah
463,89 - Tambakbulusan 66 147,24 - Wonoagung
Kecamatan Sayung
- Gemulak
1.086,20 - Tugu
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
No. Kecamatan/Desa
Luas (Ha )
Jumlah RTP
Kecamatan Bonang
- Gebang 214 131,22 - Morodemak
158 332,15 - Margolinduk
42 82,02 3. - Gabangarum
361 195,59 - Betahwalang
105 217,23 - Serangan
39 99,30 - Karangrejo
293 637,83 - Purworejo
Jumlah 1.444 2.073,04
Kecamatan Tanjung
- Mandung 33 90,00 - Wedung 272
597,00 - Bungo 17 36,00 - Berahan Wetan 142
318,80 - Berahan Kulon 159
445,60 4. - Kendalasem 159
183,00 - Muih Kulon 43 106,00 - Tedunan 34 76,50 - Kedungmuih 36 100,70
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Ada dua jenis udang yang dibesarkan disini, yaitu Udang Vaname dan Udang Windu. Udang Vaname dibudidayakan dengan kepadatan tebar 70.000 ekor/ha sedangkan Udang Windu dibudidayakan dengan kepadatan tebar 20.000 ekor/
ha. Penebaran benih Udang Vaname maupun Udang Windu dilakukan 2 kali dalam setahun. Penebaran benih Udang Vaname selama tahun 2011 adalah sebanyak 34.276.922 ekor sedangkan penebaran benih udang windu adalah sebanyak 6.141.375 ekor. Penebaran benih menurut jenis udang tiap kabupaten disajikan pada tabel 5.52 berikut.
Tabel 5.52. Penebaran Benih Menurut Jenis Tiap Kabupaten Tahun 2011
Kecamatan
Vanamae (ekor)
Windu (ekor)
1.187.368 Kecamatan Karangtengah
Kecamatan Sayung
778.619 Kecamatan Bonang
1.630.658 Kecamatan Wedung
Total
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
dilakukan dengan menjala udang di sepanjang pinggir kolam yang merupakan habitat udang atau menggunakan bubu. Jika udang ditanam polikultur dengan bandeng, maka pada panen siklus pertama udang, bandeng dipindah ke petak lain, kemudian dilakukan penyedotan air tambak.
D. Sistem Agro Industri
Udang dari hasil tambak di Kabupaten Demak dipasarkan mayoritas dalam bentuk segar, hanya sebagian kecil saja yang mengalami proses pengolahan terlebih dahulu. Hasil olahan udang antara lain adalah kerupuk udang, peragian/fermentasi, dan peyek. Hasil produksi pengolahan udang disajikan pada tabel
5.53 berikut
Tabel 5.53. Hasil Produksi Pengolahan Udang Tahun 2010
Pengolahan Jumlah (Kg)
Peragian/fermentasi 1.735,80 Kerupuk
2.603,70 Peyek
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
sedangkan udang olahan pemasarannya dapat mencapai kota- kota sekitar Kabupaten Demak. Berdasarkan data Statistik Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Demak tahun 2011 rata-rata harga Udang Windu selama tahun 2011 adalah Rp 72.292,- / kg sedangkan untuk Udang Vaname rata-rata harga per kg adalah Rp 40.092,-.
F. Sistem Manajemen Usaha
Dengan produksi Udang Vaname 304,7 ton dan Udang Windu 61,4 (4,07% dari total produksi tambak) nilai produksi yang dihasilkan sebesar Rp 17.404.250.368,- atau 12,71% dari total nilai produksi tambak di Kabupaten Demak. Dilihat dari harga yang baik dan potensi lahan tambak yang tersedia, industrialisasi tambak udang dapat memberikan manfaat peningkatan kesejahteraan bagi para petambaknya jika dilakukan dengan manajemen teknis dan pengelolaan yang tepat.
5.9.7. Kabupaten Pati
A. Produksi Tambak Udang Kabupaten Pati
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Pati jumlahnya masih relatif sedikit. Jika diprosentasekan, jumlah produksi tambak udang di Kabupaten Pati hanya sekitar 6-8% dari total produksi tambak Provinsi Jawa Tengah. Hingga tahun 2009, produksi udang terus meningkat, namun pada tahun 2010 produksi udang turun sekitar 2% dari produksi udang tahun 2009. Produksi dan nilai produksi tambak udang tahun 2008- 2009 dan perbandingannya dengan produksi hasil tambak lain disajikan pada Tabel 5.54.
Tabel 5.54. Perbandingan Produksi dan Nilai Produksi Tambak Udang dengan Komoditas Lain Tahun 2008 – 2010
Jenis Produksi Produksi
Produksi Nilai Produksi Ikan
2010 (Ton) 2010 (Rp 1.000,-)
Sumber : Laporan Tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pai Tahun 2010
B. Sistem Produksi
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Tabel 5.55. Potensi Tambak Kabupaten Pai Tahun 2008-2010
Jumlah (orang) Tahun
Luas (Ha) Pembudidaya Kel. Pembudidaya
9.129 61 Sumber :Laporan Tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pai Tahun 2010
Udang yang dibudidayakan di Kabupaten Pati hanya Udang Windu. Penerapan teknologi budidaya tambak yang diterapkan di Kabupaten Pati adalah sistem tradisional, tradisional plus dan semi intensif. Sementara untuk budidaya bandeng umumnya dilakukan dengan sistem intensif. Penerapan teknologi budidaya tambak yang paling banyak diterapkan adalah sistem tradisional plus dengan luas 5.700 ha, sedangkan sistem tradisional hanya 3.339 ha dan semi intensif seluas 45 ha.
Selain budidaya, para petambak di Kabupaten Pati juga melakukan pembenihan udang. Pembenihan Udang Windu pada tahun 2009 adalah sebanyak 193.421.000 ekor. Pembenihan
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Tabel 5.56. Pembenihan Udang Windu Skala Rumah Tangga Tahun 2008-2009
2009 Kecamatan
Luas Prod. (1000 (unit)
(unit) ek)
Sumber: Laporan Tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pai Tahun 2010
C. Sistem Panen
Pemanenan udang di Kabupaten Pati umumnya dilakukan sekitar 90-100 hari setelah tebar benih. Pemanenan dilakukan
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
D. Sistem Agro Industri
Udang dari hasil tambak di Kabupaten Pati mayoritas dipasarkan dalam bentuk segar, namun juga ada yang mengalami proses pengolahan terlebih dahulu. Hasil olahan udang antara lain adalah dalam bentuk terasi. Jumlah produksi terasi yang dihasilkan tahun 2010 adalah sebesar 34,2 ton.
E. Sistem Pemasaran
Pemasaran udang di Kabupaten Pati umumnya ditujukan untuk pasar lokal. Udang segar biasanya dijual pada pasar lokal Kabupaten Pati. Sementara udang olahan pemasarannya dapat mencapai daerah-daerah sekitar Kabupaten Pati.
F. Sistem Manajemen Usaha
Sistem usaha udang yang banyak dilakukan oleh petani tambak di Kabupaten Pati adalah dengan teknologi tradisional plus atau semi intensif. Hal ini dianggap paling menguntungkan dan sesuai dengan permodalan para petani tambak di Kabupaten Pati.
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
4 Sumber: htp://www.pekalongankab.go.id/web/index.php?opion=com_conten t&task=view&id=657&Itemid=141
5 Sumber: Praseio et al (2010) 6 Sumber: Praseio et al (2010) 7 Sumber: Praseio et al (2010) 8 Sumber: Praseio et al (2010) 9 Sumber: Praseio et al (2010)
10 Produksi Udang Windu turun sekitar 2,2%, yakni dari 286 kwintal di tahun 2010 menjadi 280 kwintal di tahun 2011, sedangkan produksi Udang Puih turun sekitar 0,5%, yakni dari 187 kwintal di tahun 2010 menjadi 186 kwintal di tahun
2011. 11 Sejumlah kecamatan di Kabupaten Batang yang menjadi sentra budidaya air
220
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
221
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Pengolahan Hasil Perikanan
222
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Aktivitas usaha pengolahan hasil perikanan di Provinsi Jawa Tengah secara umum masih didominasi oleh usaha skala kecil dan menengah dengan segala keterbatasan, antara lain adalah: lemah dalam pemodalan, teknologi dan informasi, manajemen dan pemasaran, bersifat subsisten, dan tersebar secara parsial. Berdasarkan cara atau metode pengolahannya jenis pengolahan ikan dapat dikelompokkan menjadi 10 jenis, yaitu: pengolahan ikan segar, ikan kaleng, pembekuan, penggaraman/pengeringan, pemindangan, pengasapan, fermentasi, pereduksian, surimi, dan pengolahan lainnya. Banyaknya unit pengolahan hasil perikanan menurut kabupaten/kota dan klasifikasi usaha pada tahun 2011 disajikan pada Tabel 6.1.
Tabel 6.1. Banyaknya Unit Pengolahan Hasil Perikanan Menurut Kabupaten/Kota dan Klasiikasi Usaha Tahun 2011
Unit
Klasiikasi Pengolahan Hasil Perikanan
(Unit) No
Pengolahan
Kabupaten/Kota
Hasil Perikanan
Mikro
Kecil
Menengah Besar
1 Kab. Cilacap
9 1 3 2 Kab. Banyumas
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Klasiikasi Pengolahan Hasil Perikanan Pengolahan
Unit
(Unit) No
Kabupaten/Kota
Hasil Perikanan
Mikro
Kecil Menengah Besar
2 0 0 11 Kab. Sukoharjo
10 Kab. Klaten
62 62 0 0 0 12 Kab. Wonogiri
23 23 0 0 0 13 Kab. Karanganyar
15 15 0 0 0 14 Kab. Sragen
20 20 0 0 0 15 Kab. Grobogan
45 45 0 0 0 16 Kab. Blora
31 31 0 0 0 17 Kab. Rembang
90 3 2 18 Kab. Pai
27 1 2 19 Kab. Kudus
82 81 1 0 0 20 Kab. Jepara
2 0 0 21 Kab. Demak
9 0 0 22 Kab. Semarang
3 0 0 23 Kab. Temanggung
21 21 0 0 0 24 Kab. Kendal
13 2 0 25 Kab. Batang
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Unit
Klasiikasi Pengolahan Hasil Perikanan
(Unit) No
Pengolahan
Kabupaten/Kota
Hasil Perikanan
Mikro
Kecil
Menengah Besar
31 Kota Surakarta 27 27 0 0 0 32 Kota Salaiga
17 15 2 0 0 33 Kota Semarang
20 3 2 34 Kota Pekalongan
88 49 1 1 35 Kota Tegal
Sumber: Staisik Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011
Besaran volume produksi pengolahan hasil perikanan menurut kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah disajikan pada Tabel 6.2. Kota Semarang dan Kabupaten Pati memiliki volume produksi pengolahan yang paling besar, secara berurutan yaitu 551.839 ton dan 349.457 ton. Dimana, nilai produksi Kota Semarang dan Kabupaten Pati sama dengan 40% dan 25% dari total produksi pengolahan hasil perikanan di Provinsi Jawa Tengah. Selanjutnya diikuti oleh Kabupaten Cilacap, Kabupaten Batang, Kabupaten
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Tabel 6.2. Volume Produksi Pengolahan Hasil Perikanan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011
No Nama Kabupaten/Kota Jumlah (Ton)
1 Kota Semarang 551.839 2 Kab. Pai
349.457 3 Kab. Cilacap
90.248 4 Kab. Batang
70.502 5 Kab. Purbalingga
69.388 6 Kab. Kebumen
46.305 7 Kab. Rembang
30.371 8 Kota Tegal
29.109 9 Kab. Banyumas
25.595 10 Kota Magelang
23.737 11 Kota Pekalongan
13.325 12 Kab. Pemalang
13.324 13 Kab. Tegal
11.220 14 Kota Salaiga
6.634 15 Kab. Brebes
6.349 16 Kab. Demak
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
No Nama Kabupaten/Kota Jumlah (Ton)
24 Kab. Kudus 976 25 Kab. Blora
603 26 Kota Surakarta
530 27 Kab. Magelang
444 28 Kab. Grobogan
273 29 Kab. Purworejo
143 30 Kab. Banjarnegara
135 31 Kab. Temanggung
129 32 Kab. Wonosobo
108 33 Kab. Wonogiri
107 34 Kab. Boyolali
82 35 Kab. Karanganyar
Jumlah 1.367.089
Sumber: Staisik Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011
Banyaknya tenaga kerja pengolahan ikan menurut kabupaten/ kota dan jenis kelamin tenaga kerja pada tahun 2011 dapat
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Tabel 6.3. Banyaknya Tenaga Kerja Pengolahan Ikan Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin Tenaga Kerja pada Tahun 2011
Tenaga Kerja Pengolahan (Orang) No.
Kabupaten/Kota
Laki-laki
Perempuan Jumlah
1 Kab. Cilacap
4.287 6.805 2 Kab. Banyumas
970 2.177 3 Kab. Purbalingga
140 271 4 Kab. Banjarnegara
74 134 208 5 Kab. Kebumen
201 461 6 Kab. Purworejo
137 260 7 Kab. Wonosobo
68 64 132 8 Kab. Magelang
399 788 9 Kab. Boyolali
111 227 10 Kab. Klaten
1.219 2.053 11 Kab. Sukoharjo
273 793 12 Kab. Wonogiri
158 491 13 Kab. Karanganyar
62 177 14 Kab. Sragen
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Tabel 6.3. Lanjutan
Tenaga Kerja Pengolahan (Orang) No.
Kabupaten/Kota
Laki-laki
Perempuan Jumlah
850 1.269 23 Kab. Temanggung
22 Kab. Semarang
137 246 24 Kab. Kendal
4.625 7.406 25 Kab. Batang
14.354 19.594 26 Kab. Pekalongan
2.465 4.137 27 Kab. Pemalang
5.381 8.563 28 Kab. Tegal
4.852 7.470 29 Kab. Brebes
11.573 14.735 30 Kota Magelang
71 52 123 31 Kota Surakarta
90 471 32 Kota Salaiga
46 669 33 Kota Semarang
8.155 13.219 34 Kota Pekalongan
8.547 12.306 35 Kota Tegal
Sumber: Staisik Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Provinsi Jawa
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
atau jeleknya ikan. Ikan dikatakan segar apabila masih memiliki sifat-sifat seperti ikan hidup, diantaranya perubahan-perubahan biokimiawi, mikrobiologik, dan fisikawi belum menyebabkan kerusakan berat pada ikan. Tingkat kesegaran atau mutu ikan terbagi menjadi 4 kategori, antara lain:
1. Kesegaran ikan masih baik sekali disebut dengan prima.
2. Kesegaran ikan masih baik disebut advanced.
3. Kesegaran ikan sudah mulai mundur disebut sedang.
4. Ikan sudah tidak segar lagi/busuk disebut ikan bermutu rendah/jelek. Kesegaran ikan dapat ditentukan secara fisik, mikrobiologi dan biokimiawi. Secara mikrobiologi dapat ditentukan dengan mengamati nilai Angka Lempeng Total (ALT/TPC), Kapang atau bakteri-bakteri patogen lainnya yang spesifik terhadap spesies atau komoditas tertentu. Parameter biokimiawi dapat diukur melihat nilai Total Volatile Base (TVB), TMA, pH dan parameter- paramater lainnya. Parameter mikrobiologi dan biokimia tiap spesies atau komoditas perikanan berbeda, sehingga penanganan dan tingkat kualitas mutunya pun berbeda. Namun secara umum dan mudah ikan segar dapat dilihat atau dinilai secara fisik.
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Tabel 6.4. Tanda-Tanda Ikan Segar dan Ikan yang Sudah Tidak Segar
Parameter Ikan Segar Ikan Tidak segar
Cerah, terang, mengkilat, Kenampakan
Suram, kusam, berlendir tak berlendir
Cekung, masuk kedalam rongga Mata
Menonjol keluar
mata
Mulut Terkatup Terbuka Sisik
Melekat kuat Mudah dilepaskan Insang
Merah cerah Merah gelap Daging
Kenyal, lentur Tidak kenyal, lunak Anus
Merah jambu, pucat Merah, menonjol keluar Segar, normal seperi
Bau Busuk, bau asam rumput laut
Lain-lain Tenggelam dalam air Terapung diatas air
Tabel 6.5. Tanda-Tanda Udang Segar dan Udang yang Sudah Tidak Segar Parameter
Udang Segar Udang Tidak segar
Banyak warna merah jambu Cerah, cemerlang, warna imbul terutama pada kepala,
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Parameter Udang Segar Udang Tidak segar
Hubungan antar ruas kuat Hubungan antar ruas, kepala, dan kompak, hubungan Ruas
dan tubuh idak kuat, mudah kepala dan tubuhnya idak dipisahkan mudah dipisahkan
Kendor, mudah dilepaskan dari Kompak (padat), lentur, Daging
kulitnya, apabila ditekan dengan melekat kuat pada kulitnya jari terasa lengket
Segar, idak tercampur bau Bau
Busuk, bau asam, bau ammonia asing
A. Produksi
Produksi UPI penanganan produk segar tersebar pada 16 kabupaten/kota. Volume produksi pengolahan ikan segar di Provinsi Jawa Tengah adalah sebesar 66.442 ton pada tahun 2011. Volume produksi tersebut dapat juga dikatakan sebesar 5,01% dari total produksi pengolahan hasil perikanan yang ada di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Batang memiliki volume produksi UPI penanganan produk segar paling besar pada tahun 2011 dengan volume produksi sebesar 30.871 ton. Setelah itu, Kota Magelang
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Jumlah total UPI penanganan produk segar di Provinsi Jawa Tengah berjumlah 434 unit, dimana Kabupaten Brebes dengan jumlah UPI penanganan produk segar sebanyak 88 unit merupakan kabupaten/kota dengan jumlah UPI penanganan produk segar paling banyak di Provinsi Jawa Tengah. Sebaran UPI penanganan produk segar di Provinsi Jawa Tengah disajikan pada Tabel 6.6.
Tabel 6.6. Sebaran UPI Penanganan Produk Segar di Provinsi Jawa Tengah
No. Kabupaten/Kota Penanganan Produk Segar
1 Kab. Brebes 88 2 Kab. Rembang
68 3 Kab. Pai
62 4 Kota Tegal
60 5 Kab. Semarang
35 6 Kab. Pemalang
31 7 Kab. Batang
21 8 Kab. Demak
20 9 Kab. Wonogiri
14 10 Kab. Pekalongan
12 11 Kab. Cilacap
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
C. Sumber Daya Manusia
Jumlah tenaga kerja pada UPI penanganan produk segar di Provinsi Jawa Tengah adalah 36.928 orang, yang terdiri dari 6.916 orang tenaga kerja laki-laki dan 30.012 orang tenaga kerja perempuan. Tenaga kerja pengolah produk ikan segar ini tersebar di 16 kabupaten/kota. Kota Tegal memiliki tenaga kerja pengolah produk segar terbanyak yaitu sebanyak 12.659 orang. Setelah itu, diikuti oleh Kabupaten Batang, Kabupaten Brebes dan Kabupaten Rembang. Apabila dilihat perbandingan antara tenaga kerja laki-laki dengan tenaga kerja perempuan di Provinsi Jawa Tengah, secara umum jumlah tenaga kerja perempuan jauh lebih dominan dari tenaga kerja laki-laki, dimana persentase tenaga kerja perempuannya adalah 81%. Jumlah tenaga kerja pada UPI penanganan produk ikan segar di Provinsi Jawa Tengah disajikan pada Tabel 6.7.
Tabel 6.7. Jumlah Tenaga Kerja pada UPI Penanganan Produk Segar di Provinsi Jawa Tengah
Tenaga Kerja Pengolahan Produk Segar (Orang) No.
Kabupaten/Kota
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Tenaga Kerja Pengolahan Produk Segar (Orang) No.
Kabupaten/Kota
Laki-laki
Perempuan Jumlah
8 Kab. Semarang
259 9 Kab. Kendal
91 32 123 10 Kab. Batang
7.272 9.280 11 Kab. Pekalongan
418 12 Kab. Pemalang
250 13 Kab. Tegal
23 5 28 14 Kab. Brebes
8.259 9.010 15 Kota Semarang
3 8 11 16 Kota Tegal
Sumber: Staisik Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011
D. Potensi Pengembangan Industri Pengolahan
Kabupaten Brebes merupakan kabupaten yang memiliki UPI penanganan produk segar terbanyak di provinsi Jawa Tengah, yaitu sebesar 20% dari total UPI di Provinsi Jawa Tengah. Setelah itu, UPI penanganan produk segar di Provinsi Jawa Tengah
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Gambar 6.1.
Persentase Pusat Sebaran UPI Penanganan Produk Segar Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011
6.2. Pengolahan Pengalengan
Pengalengan merupakan cara pengawetan bahan pangan dalam wadah yang tertutup rapat dan disterilkan dengan panas. Cara pengawetan ini merupakan yang paling umum dilakukan karena bebas dari kebusukan, serta dapat mempertahankan nilai
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
4,08 % dari total produksi pengalengan yang ada di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Cilacap memiliki volume produksi UPI pengalengan terbesar di Provinsi Jawa Tengah. Volume produksi UPI pengalengan di Provinsi Jawa Tengah sebesar 49.083 ton, nilai volume produksi tersebut sama dengan 87,98 % dari produksi total UPI pengalengan di Provinsi Jawa Tengah.
B. Unit Pengolahan Ikan Kaleng
Unit Pengolahan Ikan (UPI) pengalengan yang terdapat di Provinsi Jawa Tengah berjumlah 6 UPI. UPI pengalengan ini tersebar di 5 kabupaten/kota, dimana Kabupaten Cilacap dengan
2 UPI merupakan Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah dengan jumlah UPI pengalengan terbanyak. Sebaran UPI pengalengan di Provinsi Jawa Tengah disajikan pada Tabel 6.8.
Tabel 6.8. Sebaran UPI Pengalengan di Provinsi Jawa Tengah No.
Kabupaten/Kota Pengalengan (Unit)
1 Kab. Cilacap 2
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
C. Sumber Daya Manusia
Kabupaten Cilacap memiliki tenaga kerja pengalengan terbanyak yaitu sebanyak 1.145 orang yang terdiri dari 586 orang tenaga kerja laki-laki dan 559 orang tenaga kerja perempuan. Jumlah total tenaga kerja pada UPI pengalengan di Provinsi Jawa Tengah adalah 2.516 orang, dengan 63 persennya adalah tenaga kerja perempuan. Jumlah tenaga kerja pada UPI pengalengan di Provinsi Jawa Tengah disajikan pada Tabel 6.9.
Tabel 6.9. Jumlah Tenaga Kerja UPI Pengalengan di Provinsi Jawa Tengah
Tenaga Kerja Pengalengan (Orang) No.
Kabupaten/Kota
Laki-laki
Perempuan Jumlah
559 1.145 2 Kab. Rembang
1 Kab. Cilacap
77 258 335 3 Kab. Pemalang
258 366 4 Kab. Brebes
77 258 335 5 Kota Pekalongan
Jumlah
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
di Provinsi Jawa Tengah. Terutama untuk Kabupaten Cilacap, dengan jumlah UPI pengalengan yang baru 2 unit, dapat mewakili produksi produk pengalengan ikan di Provinsi Jawa Tengah sebesar 87,98%. Persentase sebaran UPI pengalengan di Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat pada Gambar 6.2.
Gambar 6.2.
Persentase Sebaran UPI Pengalengan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011
6.3. Pengolahan Pembekuan
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
penampilan ( appearance) dan biaya pembekuan. Pada pembekuan komersial dikenal dua penggolongan yaitu pembekuan lambat ( slow freezing) dan pembekuan cepat (quick freezing). Fasilitas pembekuan pun beragam, secara umum proses pembekuan dapat menggunakan air blast freezer, contact plate freezer, imersion freezer¸ dan jenis lainnya. Setelah proses pembekuan diperlukan ruangan penyimpanan dingin atau beku yang biasa disebut cold storage. Cold Storage mampu menjaga kualitas produk beku tetap prima dalam jangka waktu yang lama.
A. Produksi
Pada tahun 2011, volume produksi UPI pembekuan di Provinsi Jawa Tengah adalah sebesar 319.216 ton. Volume produksi tersebut sama nilainya dengan 23,35% dari total produksi olahan hasil perikanan di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Pati memiliki volume produksi UPI pembekuan terbesar di Provinsi Jawa Tengah, yaitu 256.923 ton. Nilai volume produksi di Kabupaten Pati ini sama dengan 80,48% dari produksi total UPI pembekuan di Provinsi Jawa Tengah.
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Tengah yang memiliki jumlah UPI pembekuan paling banyak, yaitu masing-masing sebanyak 4 Unit. Tabel 6.10 menyajikan sebaran UPI pembekuan di Provinsi Jawa Tengah.
Tabel 6.10. Sebaran UPI Pembekuan di Provinsi Jawa Tengah
No. Kabupaten/Kota UPI Pembekuan (Unit)
1 Kab. Cilacap 4 2 Kab. Rembang
4 3 Kab. Pai
2 4 Kab. Tegal
2 5 Kota Semarang
2 6 Kab. Kendal
Jumlah 15
Sumber: Staisik Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011
C. Sumber Daya Manusia
Jumlah total tenaga kerja pada UPI pembekuan di Provinsi Jawa Tengah adalah 5.081 orang, yang terdiri dari 1.854 orang
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Tabel 6.11. Jumlah Tenaga Kerja UPI Pembekuan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011
Tenaga Kerja Pembekuan Ikan (Orang) No
Kabupaten/Kota
Laki-laki
Perempuan Jumlah
1 Kab. Cilacap
839 1.208 2 Kab. Rembang
995 1.733 3 Kab. Pai
398 560 4 Kab. Kendal
81 199 280 5 Kab. Tegal
398 560 6 Kota Semarang
Sumber: Staisik Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011
D. Potensi Pengembangan Industri Pengolahan
Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Rembang memiliki persentase sebaran UPI pembekuan terbesar, dimana masing- masing kabupaten memiliki persentase sebaran sebesar 27 %.
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Gambar 6.3.
Persentase Sebaran UPI Pembekuan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011
6.4. Pengolahan Penggaraman/Pengeringan
Pengolahan ikan asin adalah proses pengawetan ikan dengan menggunakan teknik kombinasi penggaraman dan pengeringan. Proses Penggaraman atau pengasinan juga turut membantu proses pengeringan ikan. Proses pengasinan diawali dengan proses pembersihan, kemudian penyiangan, pencucian dan perendaman ikan dalam larutan garam. Perendaman dilakukan selama lebih
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
A. Produksi
Industri penggaraman/pengeringan di Provinsi Jawa Tengah berkembang di 21 kabupaten/kota. Volume total produksi penggaraman/pengeringan di Provinsi Jawa Tengah sebesar 113.624 ton. Nilai tersebut sama dengan 8,31% dari total produksi pengolahan hasil perikanan yang ada di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Batang memiliki volume produksi produk olahan penggaraman paling tinggi yaitu sebesar 27.609 ton, berikutnya adalah Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Cilacap dengan volume produksi secara berurutan adalah 23.123 ton dan 15.249 ton.
B. Unit Pengolahan Ikan Penggaraman/Pengeringan
Unit Pengolahan penggaraman/pengeringan yang terdapat di Provinsi Jawa Tengah cukup banyak, yaitu sebanyak 1.631 UPI. Unit pengolahan tersebut tersebar di 21 kabupaten/kota. Kabupaten Cilacap memiliki jumlah UPI penggaraman/pengeringan paling banyak di Provinsi Jawa Tengah, yaitu sebanyak 258 unit. Sebaran
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Tabel 6.12. Sebaran UPI Penggaraman/Pengeringan di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011
UPI Penggaraman/ No. Kabupaten/Kota Pengeringan (Unit)
1 Kab. Cilacap 258 2 Kab. Jepara
175 3 Kab. Rembang
155 4 Kab. Batang
150 5 Kab. Brebes
142 6 Kab. Pemalang
134 7 Kota Tegal
109 8 Kab. Kendal
107 9 Kab. Demak
74 10 Kota Semarang
72 11 Kab. Tegal
67 12 Kab. Pekalongan
53 13 Kota Pekalongan
49 14 Kab. Pai
44 15 Kab. Semarang
19 16 Kab. Kebumen
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
C. Sumber Daya Manusia
Tenaga kerja pengolah penggaraman/pengeringan ini tersebar di 21 kabupaten/kota. Kabupaten Rembang memiliki tenaga kerja pengolah penggaraman terbanyak yaitu sebanyak 16.913 orang, yang terdiri dari 3.180 orang tenaga kerja laki-laki dan 13.733 orang tenaga kerja perempuan. Jumlah total tenaga kerja pada UPI penggaraman/pengeringan di Provinsi Jawa Tengah adalah 56.815 orang dengan 27,4 % tenaga kerja laki-laki dan 72,6 % tenaga kerja perempuan. Jumlah tenaga kerja pada UPI penggaraman/ pengeringan di Provinsi Jawa Tengah disajikan pada Tabel 6.13.
Tabel 6.13. Jumlah Tenaga Kerja UPI Penggaraman/Pengeringan di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011
Tenaga Kerja Penggaraman Ikan (Orang) No
Kabupaten/Kota
Laki-laki
Perempuan Jumlah
1 Kab. Cilacap
2.367 3.471 2 Kab. Banyumas
6 10 16 3 Kab. Kebumen
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Tenaga Kerja Penggaraman Ikan (Orang) No
Kabupaten/Kota
Laki-laki
Perempuan Jumlah
11 Kab. Demak
2.817 3.554 12 Kab. Semarang
53 169 222 13 Kab. Kendal
1.380 2.318 14 Kab. Batang
3.101 4.398 15 Kab. Pekalongan
978 1.272 16 Kab. Pemalang
1.302 2.022 17 Kab. Tegal
469 695 18 Kab. Brebes
1.582 2.284 19 Kota Semarang
2.980 5.214 20 Kota Pekalongan
5.441 7.330 21 Kota Tegal
41.248 56.815 Sumber: Staisik Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011
D. Potensi Pengembangan Industri Pengolahan
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
dapat dikatakan bahwa ke-6 kabupaten/kota tersebut memiliki potensi pengembangan yang paling besar dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di Provinsi Jawa Tengah. Persentase pusat sebaran UPI penggaraman/pengeringan di Provinsi Jawa Tengah ini dapat dilihat pada Gambar 6.4.
Gambar 6.4.
Persentase Pusat Sebaran UPI Penggaraman/Pengeringan Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2011
6.5. Pengolahan Pemindangan
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Pati dan Kabupaten Cilacap merupakan dua kabupaten dengan volume produksi pemindangan tertinggi di Provinsi Jawa Tengah. Volume produksi pemindangan di kedua Kabupaten tersebut secara berturut-turut adalah 74.678 ton dan 24.954 ton.
B. Unit Pengolahan Ikan Pemindangan
Industri pemindangan yang terdapat di Provinsi Jawa Tengah berkembang di 33 kabupaten/kota. Kabupaten Rembang memiliki jumlah UPI pemindangan paling banyak di Provinsi Jawa Tengah. Jumlah UPI pemindangan di Kabupaten Rembang adalah sebanyak 240 unit. Setelah itu, kabupaten/kota dengan jumlah UPI pemindangan terbanyak di Provinsi Jawa Tengah adalah Kabupaten Batang, Kabupaten Tegal, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Jepara dan Kabupaten Pati. Sebaran Unit Pengolahan Ikan pemindangan di Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat pada Tabel 6.14 berikut.
Tabel 6.14. Sebaran UPI Pemindangan di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
No. Kabupaten/Kota UPI Pemindangan (Unit)
8 Kab. Pekalongan 114 9 Kota Semarang
88 10 Kab. Kendal
66 11 Kab. Brebes
50 12 Kab. Kudus
30 13 Kab. Cilacap
27 14 Kota Pekalongan
27 15 Kab. Sukoharjo
21 16 Kab. Demak
20 17 Kab. Semarang
20 18 Kab. Klaten
18 19 Kota Salaiga
14 20 Kota Surakarta
10 21 Kota Magelang
9 22 Kab. Purbalingga
7 23 Kab. Purworejo
6 24 Kab. Grobogan
6 25 Kab. Magelang
5 26 Kab. Sragen
5 27 Kota Tegal
5 28 Kab. Wonogiri
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
C. Sumber Daya Manusia
Jumlah total tenaga kerja pada UPI pemindangan di Provinsi Jawa Tengah adalah 46.381 orang dengan persentase jumlah tenaga kerja laki-laki adalah 34,1% dan persentase jumlah tenaga kerja perempuan adalah 65,9%. Tenaga kerja pengolah ikan pindang juga tersebar di 33 kabupaten/kota. Kabupaten Rembang dan Kabupaten Pati memiliki tenaga kerja pengolah pemindangan terbanyak yaitu sebanyak 12.678 dan 9.991 orang. Jumlah tenaga kerja pada UPI pemindangan di Provinsi Jawa Tengah disajikan pada Tabel 6.15.
Tabel 6.15. Jumlah Tenaga Kerja UPI Pemindangan di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011
Tenaga Kerja Pemindangan Ikan (Orang) No
Kabupaten/Kota
Laki-laki
Perempuan Jumlah
1 Kab. Cilacap
158 316 2 Kab. Banyumas
822 1.767 3 Kab. Purbalingga
20 35 55 4 Kab. Kebumen
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Tenaga Kerja Pemindangan Ikan (Orang) No
Kabupaten/Kota
Laki-laki
Perempuan Jumlah
12 Kab. Karanganyar 90 19 109 13 Kab. Sragen
74 17 91 14 Kab. Grobogan
0 30 30 15 Kab. Blora
0 10 10 16 Kab. Rembang
9.851 12.678 17 Kab. Pai
8.274 9.991 18 Kab. Kudus
171 382 19 Kab. Jepara
988 1.647 20 Kab. Demak
157 262 21 Kab. Semarang
102 203 22 Kab. Kendal
580 1.038 23 Kab. Batang
2.485 3.938 24 Kab. Pekalongan
582 1.187 25 Kab. Pemalang
1.345 2.751 26 Kab. Tegal
1.334 2.172 27 Kab. Brebes
171 421 28 Kota Magelang
30 15 45 29 Kota Surakarta
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
D. Potensi Pengembangan Industri Pengolahan
Kabupaten Rembang dan Kabupaten Batang memiliki persentase sebaran UPI pemindangan terbesar, yaitu sebesar 12%. Namun demikian, sebaran UPI pemindangan terpusat di 7 kabupaten/kota. Oleh karena itu, dengan melihat pusat sebaran UPI pemindangan maka ke-7 kabupaten/kota tersebut memiliki potensi pengembangan industri pengolahan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya. Ke-7 Kabupaten/ Kota tersebut meliputi: Kabupaten Rembang, Kabupaten Batang, Kabupaten Tegal, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Jepara dan Kabupaten Pati. Persentase pusat sebaran UPI pemindangan di Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat pada Gambar 6.5 berikut.
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
6.6. Pengolahan Pengasapan/Pemanggangan
A. Produksi
Volume produksi UPI pengasapan/pemanggangan di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2011 sebesar 62.750 ton. Nilai tersebut sama dengan 4,59% dari total produksi pengolahan pengasapan yang ada di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Banyumas memiliki volume produksi pengasapan tertinggi di Provinsi Jawa Tengah. Volume produksi pengasapan di Kabupaten Banyumas tersebut adalah 23.086 ton, setelah itu adalah Kabupaten Pati dengan volume produksi sebesar 10.135 ton.
B. Unit Pengolahan Ikan Pengasapan/Pemanggangan
Unit Pengolahan Ikan pengasapan/pemanggangan di Provinsi Jawa Tengah tersebar di 22 kabupaten/kota. Jumlah UPI pengasapan/pemanggangan di Provinsi Jawa Tengah adalah sebanyak 2.569 unit. Kabupaten Pati dan Kabupaten Jepara memiliki jumlah UPI pengasapan/pemanggangan terbanyak
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Tabel 6.16. Sebaran UPI Pengasapan/Pemanggangan di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011
UPI Pengasapan/ No. Nama Kabupaten/Kota Pemanggangan (Unit)
1 Kab. Pai 422 2 Kab. Jepara
382 3 Kab. Tegal
262 4 Kab. Demak
257 5 Kab. Batang
250 6 Kota Semarang
192 7 Kab. Rembang
188 8 Kab. Pekalongan
127 9 Kab. Pemalang
126 10 Kab. Brebes
124 11 Kab. Kendal
89 12 Kab. Kudus
36 13 Kab. Blora
26 14 Kota Tegal
24 15 Kab. Grobogan
16 16 Kota Pekalongan
15 17 Kab. Kebumen
13 18 Kab. Cilacap
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
C. Sumber Daya Manusia
Kabupaten Pati memiliki tenaga kerja pengolah pengasapan/ pemanggangan terbanyak yaitu sebanyak 3.090 orang yang terdiri dari 1.104 orang tenaga kerja laki-laki dan 1.986 orang tenaga kerja perempuan. Jumlah total tenaga kerja pada UPI pengasapan/ pemanggangan di Provinsi Jawa Tengah adalah 17.674 orang dengan persentase jumlah tenaga kerja laki-laki adalah 34% dan persentase jumlah tenaga kerja perempuan adalah 66%. Jumlah tenaga kerja pada UPI pengasapan/pemanggangan di Provinsi Jawa Tengah disajikan pada Tabel 6.17.
Tabel 6.17. Jumlah Tenaga Kerja UPI Pengasapan/Pemanggangan di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011
Tenaga Kerja Pengasapan Ikan (Orang) No
Kabupaten/Kota
Laki-laki
Perempuan Jumlah
1 Kab. Cilacap 6 192 198 2 Kab. Kebumen
93 46 139 3 Kab. Purworejo
18 4 22 4 Kab. Wonosobo
8 0 8 5 Kab. Boyolali
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Tenaga Kerja Pengasapan Ikan (Orang) No
Kabupaten/Kota
Laki-laki
Perempuan Jumlah
13 Kab. Semarang 18 21 39 14 Kab. Kendal
386 786 15 Kab. Batang
1.132 1.336 16 Kab. Pekalongan
533 881 17 Kab. Pemalang
617 1.112 18 Kab. Tegal
1.189 1.745 19 Kab. Brebes
338 577 20 Kota Semarang
1.175 1.639 21 Kota Pekalongan
55 62 117 22 Kota Tegal
Sumber: Staisik Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011
D. Potensi Pengembangan Industri Pengolahan
Kabupaten Pati merupakan kabupaten dengan persentase jumlah UPI pengasapan/pemanggangan terbesar yaitu sebanyak 16%. Kemudian diikuti oleh Kabupaten Jepara dengan persentase sebaran sebesar 15%. Apabila dilihat dari persentase sebaran,
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Gambar 6.6.
Persentase Sebaran UPI Pengasapan/Pemanggangan di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011
6.7. Pengolahan Fermentasi
A. Produksi
Volume total produksi fermentasi di Provinsi Jawa Tengah adalah sebesar 27.064 ton. Nilai tersebut sama dengan 1,98% dari total produksi pengolahan hasil perikanan yang ada di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Purbalingga merupakan produsen produk fermentasi hasil perikanan yang terbesar di Provinsi Jawa
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
manyung. Terasi merupakan produk berupa pasta udang atau ikan fermentasi yang secara tradisional diproduksi oleh pengolah di daerah sekitar pantai. Sementara itu, kecap ikan merupakan cairan yang diperoleh dari fermentasi ikan dengan garam.
B. Unit Pengolahan Ikan Fermentasi
Pada tahun 2011, jumlah Unit Pengolahan Ikan (UPI) fermentasi di Provinsi Jawa Tengah sebanyak 486 unit. UPI fermentasi ini tersebar pada 22 kabupaten/kota. Kabupaten Brebes dengan jumlah UPI Fermentasi sebanyak 74 unit merupakan Kabupaten dengan Jumlah UPI Fermentasi terbanyak di Provinsi Jawa Tengah. Tabel 6.18 menyajikan sebaran UPI fermentasi yang terdapat di Provinsi Jawa Tengah.
Tabel 6.18. Sebaran UPI Fermentasi di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011
No. Kabupaten/Kota UPI Fermentasi (Unit)
1 Kab. Brebes 74 2 Kab. Tegal
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
No. Kabupaten/Kota UPI Fermentasi (Unit)
11 Kab. Cilacap 14 12 Kab. Demak
12 13 Kab. Pekalongan
11 14 Kab. Jepara
5 15 Kab. Banjarnegara
4 16 Kab. Purbalingga
2 17 Kab. Kebumen
2 18 Kab. Banyumas
1 19 Kab. Sukoharjo
1 20 Kab. Grobogan
1 21 Kab. Kudus
1 22 Kota Surakarta
Jumlah 486
Sumber: Staisik Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011
C. Sumber Daya Manusia
Jumlah total tenaga kerja pada UPI fermentasi di Provinsi Jawa Tengah adalah 4.979 orang. Pada UPI fermentasi, jumlah tenaga
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Tabel 6.19. Jumlah Tenaga Kerja UPI Fermentasi di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011
Tenaga Kerja Peragian Ikan (Orang) No
Kabupaten/Kota
Laki-laki
Perempuan Jumlah
1 Kab. Cilacap 78 86 164 2 Kab. Banyumas
3 0 3 3 Kab. Purbalingga
6 8 14 4 Kab. Banjarnegara
3 16 19 5 Kab. Kebumen
21 21 42 6 Kab. Sukoharjo
3 9 12 7 Kab. Grobogan
3 0 3 8 Kab. Rembang
575 684 9 Kab. Pai
614 800 10 Kab. Kudus
3 4 7 11 Kab. Jepara
22 21 43 12 Kab. Demak
12 37 49 13 Kab. Kendal
211 342 14 Kab. Batang
220 320 15 Kab. Pekalongan
46 36 82 16 Kab. Pemalang
188 367 17 Kab. Tegal
262
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
D. Potensi Pengembangan Industri Pengolahan
Potensi pengembangan industri pengolahan fermentasi di Provinsi Jawa Tengah terdapat pada enam kabupaten yang merupakan pusat sebaran UPI Fermentasi, yaitu Kabupaten Brebes, Kabupaten Tegal, Kabupaten Kendal, Kota Tegal, Kabupaten Pati dan Kabupaten Pemalang. Kabupaten Brebes memiliki persentase sebaran UPI fermentasi paling tinggi yaitu sebesar 15%, kemudian diikuti oleh Kabupaten Tegal dengan persentase sebaran 12%. Persentase pusat sebaran UPI fermentasi di Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat pada Gambar 6.7.
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
6.8. Pengolahan Pereduksian
A. Produksi
Pada tahun 2011, volume produksi UPI pereduksian di Provinsi Jawa Tengah adalah sebesar 951 ton. Nilai produksi UPI pereduksian di Provinsi Jawa Tengah tersebut sama dengan 0,07% dari total produksi olahan hasil perikanan. Kabupaten Tegal memiliki volume poduksi pereduksian sebesar 487 ton dan merupakan kabupaten dengan volume produksi pereduksian tertinggi di Provinsi Jawa Tengah.
B. Unit Pengolahan Ikan Pereduksian
Kota Semarang merupakan kabupaten/kota dengan jumlah UPI pereduksian terbanyak yaitu sebanyak 30 unit, setelah itu diikuti oleh Kabupaten Brebes, Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Tegal. UPI pereduksian di Provinsi Jawa Tengah tersebar di 30 kabupaten/kota. Jumlah total UPI pereduksian di Provinsi Jawa Tengah adalah 199 unit. Sebaran UPI pereduksian di Provinsi Jawa Tengah disajikan pada Tabel 6.20 berikut.
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
No. Kabupaten/Kota UPI Pereduksian (Unit)
5 Kab. Boyolali 11 6 Kab. Batang
9 7 Kab. Purbalingga
8 8 Kab. Sragen
8 9 Kab. Pekalongan
7 10 Kab. Pemalang
7 11 Kab. Magelang
6 12 Kab. Temanggung
6 13 Kab. Cilacap
5 14 Kab. Klaten
5 15 Kab. Karanganyar
5 16 Kab. Demak
5 17 Kota Tegal
5 18 Kab. Kebumen
4 19 Kab. Sukoharjo
4 20 Kab. Grobogan
4 21 Kab. Semarang
4 22 Kab. Kendal
4 23 Kab. Rembang
3 24 Kota Surakarta
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
C. Sumber Daya Manusia
Tenaga kerja pada UPI pereduksian di Provinsi Jawa Tengah terpusat di Kabupaten Kendal dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 2.018 orang. Jumlah total tenaga kerja pada UPI pereduksian di Provinsi Jawa Tengah adalah 5.876 orang yang terdiri dari 3.366 orang tenaga kerja laki-laki dan 2.510 orang tenaga kerja perempuan. Jumlah tenaga kerja pada UPI pereduksian di Provinsi Jawa Tengah disajikan pada Tabel 6.21.
Tabel 6.21. Jumlah Tenaga Kerja UPI Pereduksian di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011
Tenaga Kerja Pereduksian Ikan (Orang) No.
Kabupaten/Kota
Laki-laki
Perempuan Jumlah
1 Kab. Cilacap 50 17 67 2 Kab. Banyumas
54 246 3 Kab. Purbalingga
24 20 44 4 Kab. Banjarnegara
4 5 9 5 Kab. Kebumen
54 15 69 6 Kab. Wonosobo
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Tenaga Kerja Pereduksian Ikan (Orang) No.
Kabupaten/Kota
Laki-laki
Perempuan Jumlah
14 Kab. Grobogan 18 17 35 15 Kab. Rembang
66 14 80 16 Kab. Pai
4 29 33 17 Kab. Kudus
0 12 12 18 Kab. Demak
12 20 32 19 Kab. Semarang
34 12 46 20 Kab. Temanggung
60 14 74 21 Kab. Kendal
1.516 2.018 22 Kab. Batang
61 173 23 Kab. Pekalongan
74 27 101 24 Kab. Pemalang
66 151 217 25 Kab. Tegal
47 181 26 Kab. Brebes
20 696 27 Kota Surakarta
42 17 59 28 Kota Semarang
152 524 29 Kota Pekalongan
78 5 83 30 Kota Tegal
Jumlah
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
15%, diikuti oleh Kabupaten Brebes dengan persentase sebaran sebesar 9%. Selanjutnya, Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Tegal memiliki persentase sebaran sebesar 8% dan 6%. Dengan demikian, dilihat dari persentase sebarannya, maka potensi pengembangan Industri pengolahan pereduksian di Provinsi Jawa Tengah terdapat di empat kabupaten/kota tersebut
Gambar 6.8.
Persentase Pusat Sebaran UPI Pereduksian di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
berbasis gel ( gel product). Industri pengolahan surimi di Provinsi Jawa Tengah berkembang di 6 kabupaten/kota. Volume produksi total produksi pengolahan surimi di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2011 adalah 36.576 ton. Nilai tersebut sama dengan 2,68% dari total produksi pengolahan yang ada di Provinsi Jawa Tengah. Volume produksi surimi di Provinsi Jawa Tengah ini masih sangat kecil dibandingkan dengan volume produsi olahan hasil perikanan lainnya.
B. Unit Pengolahan Ikan Surimi
Jumlah Unit Pengolahan Ikan (UPI) surimi di Provinsi Jawa Tengah sebanyak 10 unit, dimana pengolahan surimi ini tersebar pada 6 kabupaten/kota. Berdasarkan data tahun 2011, UPI surimi terpusat di Kabupaten Rembang dengan jumlah UPI Surimi sebanyak 4 unit. Sebaran UPI pengolahan jelly ikan/surimi di Provinsi Jawa Tengah disajikan pada Tabel 6.22.
Tabel 6.22. Sebaran UPI Pengolahan Jelly Ikan/Surimi di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011
UPI Pengolahan No.
Kabupaten/Kota Jelly Ikan/Surimi (Unit)
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
C. Sumber Daya Manusia
Jumlah tenaga kerja pada UPI pengolahan jelly ikan/surimi di Provinsi Jawa Tengah adalah 1.828 orang yang terdiri dari 574 orang tenaga kerja laki-laki dan 1.254 orang tenaga kerja perempuan. Kabupaten Tegal merupakan pusat sebaran tenaga kerja pengolahan surimi. Secara umum jumlah tenaga kerja perempuan lebih banyak dari tenaga kerja laki-laki. Persentase jumlah tenaga kerja perempuan adalah sebesar 68,6%. Jumlah tenaga kerja pada UPI pengolahan jelly ikan/surimi di Provinsi Jawa Tengah disajikan pada Tabel 6.23.
Tabel 6.23. Jumlah Tenaga Kerja UPI Pengolahan Jelly Ikan/Surimi di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011
Tenaga Kerja Pengolahan Nama Kabupaten/
No. Jelly/Surimi (Orang) Kota
Laki-laki
Perempuan Jumlah
1 Kab. Boyolali 0 8 8 2 Kab. Klaten
0 4 4 3 Kab. Rembang
270
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
D. Potensi Pengembangan Industri Pengolahan
Kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah dengan jumlah UPI surimi terbanyak adalah Kabupaten Rembang dengan persentase jumlah UPI adalah sebesar 40%. Setelah itu, diikuti oleh Kabupaten Boyolali dengan persentase sebaran UPI sebesar 20%. Oleh karena itu, apabila melihat pusat sebaran UPI surimi di Provinsi Jawa Tengah maka Kabupaten Rembang dan Kabupaten Boyolali memiliki potensi pengembangan industri pengolahan yang lebih besar. Pada Gambar 6.9, disajikan persentase sebaran UPI surimi di Provinsi Jawa Tengah.
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
6.10. Pengolahan Lainnya
A. Produksi
Industri pengolahan lainnya di Provinsi Jawa Tengah berkembang di semua kabupaten/kota. Total produksi pengolahan lainnya pada provinsi Jawa Tengah adalah 548.843 ton. Nilai tersebut sama dengan 40,15% dari total produksi olahan hasil perikanan yang terdapat di Provinsi Jawa Tengah. Kota Semarang merupakan kabupaten/kota yang memiliki volume produksi pengolahan lainnya yang terbesar, yaitu sebesar 539.148 ton.
B. Unit Pengolahan Ikan Lainnya
Unit Pengolahan Ikan (UPI) pengolahan lainnya di Provinsi Jawa Tengah tersebar 35 kabupaten/kota. Jumlah UPI pengolahan lainnya di Provinsi Jawa Tengah adalah sebanyak 1.157 unit. Kabupaten Klaten memiliki jumlah UPI pengolahan lainnya yang paling banyak dengan jumlah UPI pengolahan lainnya sebanyak 216 unit. Sebaran UPI pengolahan lainnya di Provinsi Jawa
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Tabel 6.24. Sebaran UPI Pengolahan Lainnya di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011
UPI Pengolahan No.
Nama Kabupaten/Kota Lainnya (Unit)
1 Kab. Klaten 216 2 Kab. Semarang
92 3 Kab. Magelang
83 4 Kab. Jepara
77 5 Kab. Rembang
73 6 Kab. Kendal
71 7 Kota Semarang
71 8 Kab. Demak
49 9 Kab. Tegal
40 10 Kab. Pai
38 11 Kab. Sukoharjo
34 12 Kab. Banjarnegara
29 13 Kota Tegal
26 14 Kab. Purbalingga
24 15 Kab. Batang
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
UPI Pengolahan No.
Nama Kabupaten/Kota Lainnya (Unit)
23 Kota Surakarta 13 24 Kab. Kebumen
12 25 Kab. Wonosobo
12 26 Kab. Cilacap
11 27 Kab. Purworejo
8 28 Kota Pekalongan
8 29 Kab. Sragen
7 30 Kab. Karanganyar
6 31 Kab. Boyolali
5 32 Kota Magelang
4 33 Kab. Wonogiri
3 34 Kab. Blora
3 35 Kota Salaiga
Jumlah 1.157
Sumber: Staisik Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
sebesar 76,7%. Jumlah tenaga kerja pada UPI penanganan produk lainnya di Provinsi Jawa Tengah disajikan pada Tabel 6.25.
Tabel 6.25. Jumlah Tenaga Kerja UPI Penanganan Produk Lainnya di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011
Tenaga Kerja Pengolahan No.
Kabupaten/Kota Ikan Lainnya (Orang)
Laki-laki
Perempuan Jumlah
1 Kab. Cilacap 85 39 124 2 Kab. Banyumas
61 84 145 3 Kab. Purbalingga
81 77 158 4 Kab. Banjarnegara
67 113 180 5 Kab. Kebumen
56 62 118 6 Kab. Purworejo
85 84 169 7 Kab. Wonosobo
6 49 55 8 Kab. Magelang
347 563 9 Kab. Boyolali
52 17 69 10 Kab. Klaten
1.108 1.755 11 Kab. Sukoharjo
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Tenaga Kerja Pengolahan No.
Kabupaten/Kota Ikan Lainnya (Orang)
Laki-laki
Perempuan Jumlah
19 Kab. Kudus 66 55 121 20 Kab. Jepara
467 627 21 Kab. Demak
97 431 528 22 Kab. Semarang
372 492 23 Kab. Temanggung
49 123 172 24 Kab. Kendal
321 501 25 Kab. Batang
66 83 149 26 Kab. Pekalongan
76 196 27 Kab. Pemalang
96 1.382 1.478 28 Kab. Tegal
203 305 29 Kab. Brebes
674 1.030 30 Kota Magelang
41 37 78 31 Kota Surakarta
51 155 32 Kota Salaiga
0 12 12 33 Kota Semarang
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
D. Potensi Pengembangan Industri Pengolahan
Pusat sebaran UPI pengolahan ikan lainnya di Provinsi Jawa Tengah terdapat di Kabupaten Klaten. Persentase jumlah UPI pengolahan lainnya di Kabupaten Klaten ini adalah sebesar 19% dari total UPI pengolahan lainnya yang terdapat di Provinsi Jawa Tengah. Setelah itu, UPI pengolahan lainnya tersebar di Kabupaten Semarang, Kabupaten Magelang, Kabupaten Jepara, Kabupaten Rembang, Kabupaten Kendal dan Kota Semarang. Oleh karena itu, dengan melihat jumlah sebaran UPI pengolahan lainnya di Provinsi Jawa Tengah maka ke-7 kabupaten/kota tersebut memiliki potensi pengembangan industri pengolahan lainnya yang lebih besar dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya. Persentase pusat sebaran UPI pengolahan lainnya di Provinsi Jawa Tengah disajikan pada Gambar 6.10.
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
6.11. Peta Tematik Pengolahan Perikanan Gambar
Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar
278
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
279
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
280
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
281
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
282
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
283
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
284
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
285
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
286
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
287
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
288
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
7.1. Pulau-pulau Kecil
Provinsi Jawa Tengah memiliki gugusan pulau kecil yang tersebar di bagian utara Pulau Jawa. Kabupaten Jepara merupakan kabupaten yang memiliki pulau kecil terbanyak di Provinsi Jawa Tengah dengan jumlah 29 pulau kecil, disusul Kabupaten Rembang yang memiliki 3 pulau kecil. Sementara di bagian selatan terdapat satu pulau yang masuk Kabupaten Cilacap, yaitu Pulau Nusakambangan.
Tabel 7.1. Jumlah dan Nama Pulau Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah
No. Kabupaten/Kota
Kecamatan
NamaPulau
1 Cilacap (1 Pulau)
Cilacap Selatan
Nusakambangan Karimunjawa Kemujan Parang Gening Nyamuk Bengkoang
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
No. Kabupaten/Kota
Kecamatan
NamaPulau
Kumbang KrakalBesar Krakal Kecil CemoroBesar Cemoro Kecil Burung Sintok Tengah Gundul Cendekian Sambangan Batu Cilik
Mondoliko 3 Kaliori Gede
Rembang (3 Pulau) Marongan
Sualan Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah, 2011
Rembang
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Kepulauan Karimunjawa adalah gugusan 29 pulau yang terdapat di Laut Jawa. Kepulauan ini semuanya berada di Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah, sebagian besar (27 pulau) termasuk dalam Kecamatan Karimunjawa, 1 pulau masuk Kecamatan Jepara dan 1 pulau lagi masuk Kecamatan Keling. Pada umumnya pulau-pulau itu merupakan hutan tropis dataran rendah. Hanya 5 pulau yang dihuni oleh penduduk, yaitu Pulau Karimunjawa, Pulau Kemujan, Pulau Parang, Pulau Nyamuk dan Pulau Genting. Sejak tanggal 15 Maret 2001, Karimunjawa ditetapkan oleh pemerintah sebagai Taman Nasional Karimunjawa. Pulau Karimunjawa memiliki luas wilayah 111.625ha, terdiri dari daratan 1.507,7 ha, dan perairan 110.117,3 ha.
7.2. Pesisir
Ekosistem habitat vital bagi biota perairan pesisir dan laut di Jawa Tengah yang berfungsi sebagai spawning ground, nursery ground dan feeding ground seperti mangrove, padang lamun dan terumbu karang sebagian besar kondisinya telah dalam keadaan mengkhawatirkan. Hasil inventarisasi menunjukkan bahwa
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
dan Kabupaten Batang seluas 249,00 ha. Wilayah perairan lain yang ditengarai terdapat habitat terumbu karang yang belum terdata dimungkinkan berada di perairan sekitar Semarang, Kendal, Tegal dan wilayah pantai selatan.
Tabel 7.2. Datar Terumbu Karang di Provinsi Jawa Tengah
No Kabupaten/ Kota
Terumbu Luas Karang
Nama
Koordinat
(Ha) Kondisi Selatan
Bujur Timur
Lintang
Sebagian Karang Bokor
36 25 6 37 91 12.00 besar rusak
Sebagian Karang Semat
38 17 6 38 50 12.00 besar rusak
Karang Sebagian Telukawur
37 99 6 37 37 60.00 besar rusak
Karang Tegal Sebagian Sambi
39 03 6 36 63 30.00 besar rusak
Sebagian Karang Dalem
39 96 6 35 93 15.70 besar rusak
Kabupaten Karang Sebagian 1 Jepara
Pemandian
39 01 6 35 93 30.00 besar rusak
Karang Sebagian PulauPanjang
37 90 6 34 92 25.50 besar rusak
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
No Kabupaten/ Nama
Kota Terumbu Luas
Koordinat
Lintang (Ha) Kondisi Selatan
Karang
Bujur Timur
Karang Sebagian Kuniran
38 98 6 33 75 42.00 besar rusak
Sebagian Karang Dogo
39 15 6 32 98 10.00 besar rusak
Karang Ujung Sebagian Tumpuk
39 44 6 32 77 14.00 besar rusak
Karang Sebagian Sependok
39 87 6 32 15 20.00 besar rusak
Karang Sebagian Gunung
39 80 6 31 78 9.00 besar Panas
rusak Karang Ujung
Sebagian Piring
40 02 6 30 05 39.00 besar rusak
Karang Sebagian Prenitan
40 14 6 30 05 9.00 besar rusak
Karang Sebagian Semayit
41 11 6 29 67 13.50 besar rusak
Karang Sebagian Sejongok
41 58 6 29 72 20.75 besar rusak
Karang Sebagian Purancak
41 91 6 29 02 11.25 besar rusak
Karang Kemangi
42 11 6 28 63 13.50 Masih baik
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
No Kabupaten/ Nama
Kota Terumbu Luas
Koordinat
Kondisi Karang
Bujur Timur
Lintang (Ha) Selatan
Karang Ombo
39 97 6 28 48 19.60 Masih baik
Karang Pancal
39 97 6 25 33 52.90 Masih baik
Karang Lemah Berupa Bang
25 37 6 25 27 20.00 karang mai
Karang Segedek
48 34 6 25 07 10.00 Masih baik
Karang Berupa Beringin
50 46 6 24 37 9.00 karang mai
Karang Sebagian Ngepung
52 47 6 24 37 125.00 besar rusak
Karang Sebagian Bantungan
51 81 6 24 32 10.00 besar rusak
Karang Sebagian Celeng
52 47 6 24 37 15.00 besar rusak
Karang Sebagian Beteng
54 95 6 24 01 47.00 besar rusak
Karang Mandalika
54 78 6 23 07 22.70 Masih baik
Karang Sebagian Gondoh
15 18 6 40 19 9.00 besar rusak
Karang Pulau Penowo
15 85 6 38 50 2.40 Masih Baik
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
No Kabupaten/ Nama
Kota Terumbu Luas
Koordinat
Lintang (Ha) Kondisi Selatan
Karang
Bujur Timur
Karang Pulau Sebagian Wen Wen
18 20 6 39 67 4.20 besar rusak
Karang Pulau Sebagian Masaran
18 66 6 40 0 6.90 besar rusak
Karang Sebagian Dorangan
19 0 6 41 15 10.00 besar rusak
Sebagian Karang Seliro
19 2 6 41 33 6.00 besar rusak
Sebagian Karang Moro
19 53 6 41 46 3.10 besar rusak
Karang Pulau Sebagian Gurian
21 36 6 41 50 3.80 besar rusak
Sebagian Karang Jetah
24 55 6 24 53 21.00 besar rusak
Karang Sebagian Gosong
25 91 6 39 13 4.70 besar rusak
Karang Ujung Sebagian Negoro
11 47 6 51 46 75.00 besar rusak
Kabupaten Karang Sebagian 3 Batang
Celong
03 06 6 40 19 174.00 besar rusak
Karang Sebagian
10 48 6 50 55 75.00 besar
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Berdasarkan Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, bahwa untuk melindungi fungsi pesisir/pantai diperlukan kawasan sabuk hijau dengan ketetapan selebar 130x beda pasang naik tertinggi dengan pasang surut terendah atau diestimasikan rata-rata selebar 200 m. Untuk dapat mewujudkan pengelolaan pesisir yang lestari, maka sesuai dengan panjang pantai Jawa Tengah memerlukan kawasan sabuk hijau sekitar 14.242,20 ha (diasumsikan yang 10% dimanfaatkan sebagai ruang publik) yang terdiri atas 9.039,00 ha disepanjang pesisir utara dan 5.203 ha disepanjang pesisir selatan Jawa Tengah.
Kondisi hutan mangrove yang ada di Jawa Tengah sebagian besar dalam keadaan kritis, dimana dari luas 1.829,62 ha yang dalam kondisi baik hanya 606,60 ha atau 33,15% dan selebihnya 1.219,00 ha atau 66,85% dalam kondisi kritis dan memerlukan perhatian serius. Untuk dapat memenuhi standar Keppres No. 32 Tahun 1990 masih diperlukan luas hutan bakau seluas 13.635,58
ha yang dibagi di pesisir utara seluas 8.432,38 ha dan pesisir selatan 5.203,20 ha. Jika dikonversikan dalam jumlah pohon bakau yang harus ditanam (jarak tanam 0,5 m) maka diperlukan bibit bakau sekitar 550.911.268 batang yang peruntukan di pesisir
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
selatannya. Ditambah lagi dengan banyaknya pulau-pulau kecil yang memiliki keunikan dan keindahan tersendiri dan sangat potensial dikembangkan untuk wisata bahari. Jenis wisata bahari yang potensial dikembangkan di provinsi ini adalah keindahan pantai/bawah laut maupun olahraga air, seperti wisata olahraga diving, snorkling, memancing dan renang. Sebaran lokasi dan jenis wisata bahari di Provinsi Jawa Tengah disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 7.3. Wisata Bahari Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah
No Nama Wisata Bahari
Lokasi
Akivitas wisata
Keindahan alam, cagar 1. Karimunjawa
Kabupaten
alam, snorkling, diving,
renang, mancing. 2. Pantai Karini
Jepara
Kabupaten
Keindahan alam, renang,
wisata edukasi (sea world) 3. Pantai Bandengan
Jepara
Kabupaten
Keindahan alam, olahraga
pantai, camping 4. Pantai Dampo Awang
Jepara
Kabupaten
Keindahan alam, renang
Rembang
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
No Nama Wisata Bahari
Lokasi
Akivitas wisata
Kabupaten
9. Pulau Karang Gosong
Rembang
Keindahan alam Keindahan alam,
dragonboafesival 11. Pantai Ayah
10. Pantai Teluk Penyu
Kota Cilacap
Kabupaten
Keindahan alam
Kebumen
Keindahan alam, mancing Sumber: Data Pariwisata Jawa Tengah, Kabupaten Rembang dan Kabupaten Pai
12. Pantai Banyutowo
Kabupaten Pai
(diolah)
Sarana dan prasarana yang baik hendaknya dikembangkan guna mendukung pariwisata bahari di Provinsi Jawa Tengah. Sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk suatu kawasan wisata, antara lain berupa aksesibilitas menuju lokasi wisata, penginapan dan rumah makan.
Aksesibilitas yang telah tersedia untuk menuju lokasi wisata di Provinsi Jawa Tengah berupa angkutan darat yang meliputi kendaraan roda dua dan roda empat serta angkutan laut berupa kapal penyeberangan menuju lokasi wisata. Prasarana penginapan untuk memudahkan dan memberikan pelayanan pada pengunjung
299
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Jika pariwisata bahari telah terbentuk maka penyerapan sumber daya manusia juga akan semakin banyak. Sumber daya manusia yang terserap dengan adanya pariwisata bahari, misalnya: penjaga tempat wisata tersebut, karyawan persewaan perlengkapan aktivitas wisata, pedagang souvenir di sekitar lokasi wisata, karyawan penginapan dan kedai/rumah makan. Semakin besar peningkatan potensi wisata bahari di Provinsi Jawa Tengah, maka akan semakin banyak tenaga kerja yang terserap sehingga dapat meningkatkan pendapatan penduduk utamanya di wilayah pesisir.
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Di Pr
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Kebijakan Bidang Kelautan dan Perikanan Di Provinsi Jawa Tengah
302
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Sejumlah dokumen perencanaan pembangunan yang akan ditinjau dalam rangka penyusunan profil kebijakan bidang kelautan dan perikanan di Provinsi Jawa Tengah adalah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Tengah Tahun
2009 – 2029 1 , Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 – 2025 2 ,dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2008 – 2013 3 .
8.1. RTRW Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 – 2029
A. Umum
Penataan ruang wilayah Provinsi Jawa Tengah bertujuan untuk mewujudkan ruang Provinsi Jawa Tengah yang lestari dengan memperhatikan pemerataan pembangunan wilayah. Dalam kaitan ini RTRW Provinsi Jawa Tengah akan menjadi pedoman antara lain untuk:
a) Pembangunan dan rujukan bagi penyusunan RPJP Daerah
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
e) Pengawasan terhadap perizinan lokasi pembangunan. RTRW Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 – 2029 telah
ditetapkan dalam Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010. Uraian di bawah akan mengulas sejumlah substansi dalam RTRW Provinsi Jawa Tengah tersebut, khususnya yang terkait dengan bidang perikanan dan/atau kelautan.
B. Kawasan Lindung Yang Terkait Bidang Kelautan dan Perikanan
Rencana pola ruang kawasan lindung dalam RTRW Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 – 2029 dikelompokkan ke dalam 6 (enam) jenis kawasan lindung. 4 Dari keenam jenis kawasan lindung tersebut, ada 4 (empat) jenis yang terkait dengan bidang kelautan dan perikanan, yaitu kawasan perlindungan setempat; kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya; serta kawasan rawan bencana alam.
Kawasan Perlindungan Setempat
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Rembang, Kabupaten Pati, Kabupaten Jepara, Kabupaten Demak, Kabupaten Kendal, Kabupaten Batang, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Tegal, Kabupaten Brebes, Kota Semarang, Kota Pekalongan, dan Kota Tegal.
• Kawasan sempadan sungai dan saluran irigasi terletak di semua wilayah kabupaten/kota yang dilewati oleh sungai
dan saluran irigasi. • Kawasan sekitar danau/waduk/embung tersebar di semua wilayah kabupaten/kota yang memiliki danau/waduk/
embung.
Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam, dan Cagar Budaya
Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam, dan Cagar Budaya yang terkait dengan bidang kelautan dan perikanan antara lain adalah kawasan taman nasional, kawasan taman wisata alam dan taman wisata alam laut; serta kawasan pantai berhutan bakau/ mangrove. Adapun arahan lokasinya adalah sebagai berikut.
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
3) Kawasan pantai berhutan bakau/ mangrove tersebar di kabupaten/kota di wilayah pesisir.
Kawasan Rawan Bencana Alam
Kawasan rawan bencana alam yang terkait dengan bidang kelautan dan perikanan antara lain adalah: kawasan rawan banjir, kawasan rawan gelombang pasang, kawasan rawan tsunami, dan kawasan rawan abrasi. Adapun arahan lokasinya adalah sebagai berikut:
1) Kawasan rawan banjir terletak di: Kabupaten Cilacap, Kabupaten Banyumas,Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Purworejo, KabupatenMagelang, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Blora, Kabupaten Rembang, Kabupaten Pati, Kabupaten Kudus, Kabupaten Jepara, Kabupaten Demak, Kabupaten Semarang, Kabupaten Kendal, Kabupaten Batang, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Tegal, Kabupaten Brebes, Kota Surakarta,
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Brebes, Kota Semarang, Kota Pekalongan, dan Kota Tegal.
3) Kawasan rawan tsunami berada di: Kabupaten Cilacap, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Purworejo dan Kabupaten Wonogiri.
4) Kawasan rawan abrasi berada di: Kabupaten Rembang, Kabupaten Pati, Kabupaten Jepara, Kabupaten Demak, Kabupaten Kendal, Kabupaten Batang, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Tegal, Kabupaten Brebes, Kota Semarang, Kota Pekalongan dan Kota Tegal.
C. Kawasan Budidaya Yang Terkait Bidang Kelautan dan Perikanan
Rencana kawasan budidaya dalam RTRW Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 – 2029 yang terkait dengan bidang kelautan dan perikanan antara lain adalah kawasan peruntukan perikanan, serta kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil.
Ada 2 (dua) strategi dalam pengembangan kawasan budidaya di Provinsi Jawa Tengah yang terkait dengan bidang kelautan dan
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
2) Pengembangan kegiatan pengelolaan sumber daya kelautan yang bernilai ekonomi tinggi untuk meningkatkan perekonomian daerah.
Kawasan Peruntukan Perikanan
Rencana pola ruang kawasan peruntukan perikanan di Provinsi Jawa Tengah diarahkan untuk pengembangan kawasan perikanan tangkap, perikanan budidaya air payau, perikanan budidaya air tawar, dan perikanan budidaya air laut. Adapun arahan lokasinya adalah sebagai berikut.
1) Perikanan tangkap di laut memanfaatkan potensi: perairan Pantai Utara, perairan Pantai Selatan, serta perairan umum (danau, waduk, rawa, sungai, dan embung);
2) Lahan perikanan budidaya air payau, perikanan budidaya air tawar, dan perikanan budidaya air laut terletak di Kabupaten Cilacap, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjar-negara, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Wonogiri,
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Kota Salatiga, Kota Semarang, Kota Pekalongan, dan Kota Tegal.
Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Kawasan pesisir di Provinsi Jawa Tengah terletak di Kabupaten Cilacap, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Rembang, Kabupaten Pati, Kabupaten Jepara, Kabupaten Demak, Kabupaten Kendal, Kabupaten Batang, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Tegal, Kabupaten Brebes, Kota Semarang, Kota Pekalongan, dan Kota Tegal.
Adapun kawasan pulau-pulau kecil di Provinsi Jawa Tengah terletak di:
1) Kabupaten Jepara meliputi: Kepulauan Karimunjawa, Pulau Panjang dan Pulau Mandalika;
2) Kabupaten Rembang meliputi: Pulau Marongan, Pulau Gede dan Pulau Sualan; serta
3) Kabupaten Cilacap, yakni Pulau Nusakambangan.
8.2. RPJP Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 –
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
yang berbasis pada potensi unggulan daerah dengan dukungan rekayasa teknologi dan berorientasi pada ekonomi kerakyatan”.
A. Arahan Pembangunan Yang Terkait Bidang Perikanan dan Kelautan
Dalam upaya mewujudkan Visi: “ Jawa Tengah yang Mandiri, Maju, Sejahtera, dan Lestari” dan melaksanakan Misi 2 di atas, ada 2 (dua) arahan pembangunan di Provinsi Jawa Tengah pada periode 2005 – 2025 yang terkait dengan kebijakan industrialisasi kelautan dan perikanan serta pengembangan pariwisata (bahari), yaitu:
• Peningkatan produksi perikanan yang berkelanjutan sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani ikan
dan nelayan dengan tetap menjaga kelestarian habitat ikan melalui penghijauan hutan bakau, pelestarian terumbu karang, dan pelarangan menggunakan alat tangkap ikan yang merusak lingkungan.
• Sistem agribisnis dan agroindustri diperkuat sebagai motor penggerak yang didukung oleh kegiatan pertanian
(tanaman pangan, tanaman perkebunan, peternakan,
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
B. Prioritas Pembangunan Bidang Perikanan dan Kelautandi Setiap Tahap Pembangunan Jangka Menengah Periode Tahun 2005 – 2025
Upaya mewujudkan visi dan melaksanakan misi pembangunan jangka panjang Jawa Tengah dilaksanakan secara bertahap dalam kerangka rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD), yaitu: RPJMD I (2005 – 2009), RPJMD II (2010 – 2014), RPJMD III (2015 – 2019), dan RPJMD IV (2020 – 2024).
Prioritas pembangunan bidang perikanan dan kelautan pada masing-masing tahapan pembangunan jangka menengah tersebut adalah sebagai berikut.
• RPJMD I (2005 – 2009) Peningkatan produktivitas perikanan dan kelautan yang
berorientasi pada sistem agribisnis guna mempertahankan swasembada pangan.
• RPJMD II (2010 – 2014) Pengembangan produk pertanian, perikanan, kelautan,
dan kehutananyang bertumpu pada sistem agribisnis didukung sarana dan prasarana yang memadai guna
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
yang bertumpu pada sistem agribisnis guna menjamin ketahanan dan swasembada pangan, serta peningkatan nilai tambah produk ekspor.
8.3. RPJM Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 – 2013
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, secara umum ada 2 (dua) jenis urusan Pemerintahan Daerah, yakni
urusan wajib 5 dan urusan pilihan 6 . Dari 8 (delapan) urusan pilihan di dalam RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 – 2013, ada
3 (tiga) yang terkait dengan kebijakan mendorong industrialisasi kelautan dan perikanan serta pengembangan pariwisata bahari, yaitu urusan kelautan dan perikanan, urusan pariwisata, serta urusan industri.
A. Urusan Kelautan dan Perikanan
1. Permasalahan
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
2) Lemahnya pengawasan dan penegakan hukum yang mengakibatkan tidak terkendalinya eksploitasi sumber daya kelautan dan perikanan yang disebabkan kurangnya kualitas dan kuantitas petugas penegak hukum di lapangan;
3) Menurunnya produksi perikanan tangkap yang disebabkan oleh penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan, rusaknya habitat vital dan belum optimalnya sarana dan prasarana pendukung perikanan tangkap;
4) Belum optimalnya sarana dan prasarana pendukung perikanan budidaya serta rendahnya kemampuan pembudidaya ikan terhadap good aquaculture practices yang disebabkan kurangnya penguasaan teknis;
5) Banyaknya pelaku usaha pengolahan hasil perikanan yang bersifat tradisional (dengan mutu produk, syarat teknis, sanitasi dan higienis yang rendah dan masih jauh dari persyaratan mutu ekspor) karena rendahnya kesadaran, pengetahuan dan permodalan; serta
6) Adanya kerusakan habitat vital di laut/pesisir yang
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
2. Kebijakan
Sejumlah kebijakan dalam urusan perikanan dan kelautan di Provinsi Jawa Tengah adalah:
1) Meningkatkan kemampuan SDM dan kapasitas kelembagaan masyarakat, utamamya masyarakat pesisir dalam optimalisasi pemanfaatan sumberdaya kelautan dan mengurangi ketergantungan terhadap eksploitasi sumberdaya kelautan dan perikanan;
2) Meningkatkan pengawasan dan penegakan hukum untuk pengendalian eksploitasi sumberdaya kelautan dan perikanan dengan memperbesar peran serta Kelompok Masyarakat Pengawas (POKMASWAS) ;
3) Melaksanakan optimalisasi usaha perikanan tangkap, memasyarakatkan penggunaan alat tangkap yang ramah lingkungan dan pengembangan sarana dan prasarana pendukung perikanan tangkap;
4) Peningkatan usaha perikanan budidaya dengan dukungan sarana dan prasarana pendukung yang diperlukan serta meningkatkan kemampuan teknis pembudidayaan ikan, terutama dalam penerapan good aquaculture practices;
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
peran serta masyarakat dalam menjaga kelestarian ekosistem/lingkungan.
3. Strategi
Sejumlah strategi yang dilaksanakan dalam urusan kelautan dan perikanan di Provinsi Jawa Tengah adalah:
1) Memanfaatkan peluang usaha masyarakat pesisir yang belum optimal seperti usaha garam rakyat, aktivitas perempuan pesisir, dan taruna pesisir, dan kemungkinan pengenalan kegiatan usaha lain yang tidak tertumpu pada eksploitasi sumberdaya kelautan dan perikanan;
2) Memanfaatkan Kelompok Masyarakat Pengawas (POKMASWAS) untuk berperan serta dalam pengawasan dan penegakan hukum dalam pengendalian eksploitasi sumberdaya kelautan dan perikanan, menumbuhkan kelompok-kelompok baru, dan membantu sarana kelengkapan operasionalnya, dengan tetap melakukan operasi pengawasan bersama aparat terkait;
3) Mengembangkan dan memasyarakatkan penggunaan
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
5) Meningkatkan usaha pengolahan dan pemasaran yang masih tradisional dalam hal mutu produknya guna pemenuhan kebutuhan dalam negeri dan ekspor, dengan tetap membina usaha pengolahan dan pemasaran modern; serta
6) Meningkatkan upaya rehabilitasi dan konservasi habitat vital di laut / pesisir, meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan peran serta masyarakat pesisir dalam menjaga kelestarian ekosistem / lingkungan melalui pembinaan, pelatihan, dan sosialisasi peraturan-perundangan yang berlaku.
4. Program
Sejumlah program yang dilaksanakan dalam urusan kelautan dan perikanan di Provinsi Jawa Tengah adalah:
1) Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir;
2) Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan;
3) Pengembangan Perikanan Tangkap;
4) Pengembangan Perikanan Budidaya;
5) Optimalisasi Pengolahan dan Pemasaran Produksi
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
1) Tercapainya peningkatan usaha dan kesejahteraan masyarakat pesisir, termasuk nelayan dan pembudidaya ikan;
2) Tercapainya peningkatan kapasitas kelembagaan masyarakat pesisir (Kelompok Masyarakat Pengawas / POKMASWAS) dalam pengendalian dan pengawasan sumberdaya kelautan dan tumbuhnya POKMASWAS baru;
3) Tercapainya peningkatan produksi perikanan tangkap, penyediaan dan pengembangan sarana dan prasarana;
4) Tercapainya peningkatan produksi perikanan budidaya, penyediaan dan pengembangan sarana dan prasarana;
5) Tercapainya peningkatan konsumsi makan ikan dan ekspor produk perikanan; serta
6) Tercapainya rehabilitasi dan konservasi untuk peningkatan kualitas habitat vital di pesisir / laut.
6. Indikator Capaian
Sejumlah indikator capaian dalam pencapaian sasaran-
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
tumbuhnya 30 kelompok baru, dan terlaksananya 50 kali operasi pengawasan;
3) Meningkatnya produksi perikanan tangkap sebesar 1,0 % per tahun, pendapatan nelayan (laut dan perairan umum) sebesar 0,93 % per tahun, serta sarana dan prasarana utamanya di 9 (sembilan) Pelabuhan Perikanan Pantai;
4) Meningkatnya produksi perikanan budidaya sebesar 6,62 % per tahun, pendapatan pembudidaya ikan sebesar 6,59% per tahun; serta sarana dan prasarana utamanya di 3 UPT perikanan budidaya;
5) Meningkatnya konsumsi makan ikan sebesar 2,40 % per tahun dan ekspor produk perikanan sebesar 5,10 % per tahun; serta
6) Meningkatnya kualitas habitat vital di pesisir / laut dengan penanaman pohon mangrove 1.017.500 biji / batang, terumbu karang buatan 225 unit, transplantasi karang 265 unit, dan penebaran benih ikan di kawasan konservasi / calon kawasan konservasi 1.017.500 ekor.
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
kualitas produk dan jasa pariwisata, kurang tersedianya sarana dan prasarana yang memadai di lingkungan obyek dan daya tarik wisata, masih rendahnya kualitas SDM pengelola obyek dan daya tarik wisata, pramuwisata maupun para pelaku pariwisata lainnya; serta
2) Kemitraan antara pemerintah daerah dengan dunia usaha pariwisata dan masyarakat masih belum terjalin dengan baik. Hal ini disebabkan oleh lemahnya jejaring, kerjasama, koordinasi dan keterpaduan dalam pengembangan pariwisata serta rendahnya partisipasi masyarakat.
2. Kebijakan
Sejumlah kebijakan dalam urusan pariwisata (bahari) di Provinsi Jawa Tengah antara lain adalah:
1) Peningkatan daya saing dan daya jual destinasi pariwisata melalui diversifikasi dan pengembangan kualitas produk dan jasa pariwisata, pemenuhan sarana dan prasarana di lingkungan obyek dan daya tarik wisata, serta peningkatan kualitas pengelola
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
3. Strategi
Sejumlah strategi yang dilaksanakan dalam urusan
pariwisata (bahari) di Provinsi Jawa Tengah antara lain adalah:
1) Meningkatkan daya saing dan daya jual destinasi pariwisata melalui diversifikasi dan pengembangan kualitas produk dan jasa pariwisata, pembangunan sarana dan prasarana yang lebih memadai di lingkungan obyek dan daya tarik wisata serta pelatihan SDM pengelola obyek dan daya tarik wisata, pramuwisata dan para pelaku wisata lainnya; serta
2) Meningkatkan sinergi hubungan kemitraan antara pemerintah dengan pelaku dunia usaha pariwisata dan masyarakat melalui pembentukan forum dan klaster pariwisata, perkuatan dan fasilitasi kelembagaan asosiasi dan peguyuban pelaku kepariwisataan serta kelompok masyarakat peduli pariwisata.
4. Program
Sejumlah program yang dilaksanakan dalam urusan pariwisata (bahari) di Provinsi Jawa Tengah adalah:
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
1) Tercapainya peningkatan daya saing dan daya jual destinasi pariwisata guna meningkatkan pelayanan yang lebih baik kepada wisatawan; serta
2) Tercapainya peningkatan sinergi antara pemerintah, dunia usaha pariwisata dan masyarakat guna mengoptimalkan pengembangan potensi pariwisata daerah.
6. Indikator Capaian
Sejumlah indikator capaian dalam pencapaian sasaran- sasaran pembangunan dalam urusan pariwisata (bahari) di Provinsi Jawa Tengah adalah:
1) Program pengembangan destinasi pariwisata, dengan target dan indikator capaian:
• Kualitas produk dan jasa pariwisata semakin meningkat; • Kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana obyek dan daya tarik wisata semakin meningkat;
serta • Kualitas sumber daya manusia pengelola obyek dan daya tarik wisata, pramuwisata, dan para
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
• Peran dan partisipasi aktif masyarakat dalam pengembangan potensi pariwisata daerah
semakin meningkat; serta • Forum dan klaster pariwisata, lembaga/asosiasi/ paguyuban pelaku pariwisata dan kelompok
masyarakat peduli pariwisata semakin kuat dan mandiri.
C. Urusan Industri (Termasuk Industri Berbasis Kelautan dan Perikanan)
1. Permasalahan
Permasalahan yang dihadapi di dalam urusan industri di Provinsi Jawa Tengah, antara lain adalah:
1) Keterbatasan infrastruktur industri di wilayah perdesaan;
2) Daya saing dan nilai tambah beberapa produk industri relatif rendah;
3) Terbatasnya penguasaan teknologi;
4) Lemahnya struktur industri terutama keterkaitan antara industri hulu dan hilir;
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
1) Meningkatkan efisiensi kerja industri kecil dan menengah (IKM) sehingga mereka mampu bersaing baik ditingkat nasional maupun internasional;
2) Memperbaiki keterkaitan industri hulu-hilir secara terpadu terhadap industri unggulan Jawa Tengah; serta
3) Peningkatan penguasaan teknologi untuk mendukung pengembangan IKM.
3. Strategi
Sejumlah strategi yang dilaksanakan dalam urusan industri di Provinsi Jawa Tengah adalah:
1) Meningkatkan penggunaan bahan baku lokal dan penggunaan produk dalam negeri untuk mendorong kemandirian dan daya saing;
2) Mengembangkan klaster industri yang mempunyai daya saing produk untuk mendukung industri- industri unggulan Jawa Tengah;
3) Meningkatkan penataan kelembagaan struktur industri untuk meningkatkan kapasitas sektor industri;
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
1) Pengembangan IKM yang berbasis pada sumber daya lokal;
2) Pengembangan sentra/klaster industri potensial;
3) Penataan struktur industri;
4) Peningkatan kemampuan teknologi industri; serta
5) Peningkatan SDM, pelatihan, dan bantuan peralatan industri.
5. Sasaran
Sejumlah sasaran yang hendak dicapai dalam urusan industri di Provinsi Jawa Tengah adalah:
1) Berkembangnya IKM dengan kinerja yang efisien dan kompetitif serta memiliki ketergantungan rendah pada bahan baku impor;
2) Terwujudnya efisiensi industri-industri unggulan melalui klaster;
3) Terciptanya struktur industri yang kuat antara industri hulu dan hilir dengan berbasis pada pendekatan klaster sehingga berdaya saing tinggi dan terbentuknya keterkaitan antara industri hulu dan hilir;
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
6. Indikator Capaian
Sejumlah indikator capaian dalam pencapaian sasaran- sasaran pembangunan dalam urusan industri di Provinsi Jawa Tengah adalah:
1) Program pengembangan IKM melalui pengembangan produk unggulan daerah, 35 jenis produk, penurunan kandungan bahan baku impor pada IKM 20-40 % dengan indikator:
• Kandungan bahan baku impor pada IKM menurun; • Tersedianya bahan baku lokal sebagai substitusi bahan baku impor bagi IKM meningkat; serta • Berkembangnya IKM yang mampu menghasilkan produk unggulan dan diterima pasar.
2) Program pengembangan sentra/klaster industri potensial, melalui pengembangan klaster industri penghela sebanyak 6 klaster dan klaster pendukung lainnya dengan indikator:
• Terwujudnya keterkaitan antara industri inti, industri pendukung, dan industri terkait yang
mendorong peningkatan dayasaing; serta
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
• Terwujudnya jejaring kerjasama antara IKM dengan industri skala besar.
4) Program peningkatan kemampuan teknologi industri, dengan melakukan pembinaan dan bimbingan teknis terhadap 1.000 UU dengan indikator:
• Meningkatnya kemampuan dan penguasaan teknologi bagi IKM; serta • Meningkatnya teknologi produksi dan jenis produk bersertifikasi sesuai dengan standar
mutu internasional.
5) Program peningkatan SDM, pelatihan, dan bantuan peralatan industri, melalui pendidikan dan latihan terhadap 3.000 UU IKM dan penyaluran bantuan peralatan dengan indikator:
• Kemampuan dan keahlian SDM industri meningkat; serta • Produktivitas usaha IKM meningkat.
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
4 Keenam kelompok kawasan lindung di Jawa Tengah adalah: kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan di bawahnya; kawasan perlindungan
setempat; kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya; kawasan rawan bencana alam; kawasan lindung geologi; serta kawasan lindung lainnya.
5 Urusan wajib adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh
pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar. Urusan wajib ini melipui urusan: pendidikan; kesehatan; lingkungan hidup; pekerjaan umum; penataan ruang; perencanaan pembangunan; perumahan; kepemudaan dan olahraga; penanaman modal; koperasi dan usaha kecil dan menengah; kependudukan dan catatan sipil; ketenagakerjaan; ketahanan pangan; pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak; keluarga berencana dan keluarga sejahtera; perhubungan; komunikasi dan informaika; pertanahan; kesatuan bangsa dan poliik dalam negeri; otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah,
328
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
329
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Lampiran
330
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Lampiran 1 Struktur Klasiikasi dan Uraian Masing-Masing Kelompok dalam Lapangan Usaha Perikanan pada KBLI 2005
B PERIKANAN 05 PERIKANAN
050 Perikanan 0501
Penangkapan Biota di Laut
Kelompok ini mencakup usaha/ kegiatan penangkapan ikan tuna/cakalang (seperti: penangkapan ikan big eye tuna, yellow fin tuna, albacore, dan cakalang), ikan hiu/ cucut (seperti: hiu macan, hiu
05011 Penangkapan Ikan di gergaji, dan cucut botol), ikan tenggiri, bawal, layang, lemusu, kakap Laut
merah, dan ikan hias laut (seperti: sekar taji layar lurik, buntel pasir, dan ikan kalong) di laut, muara sungai, laguna dan tempat lain yang dipengaruhi pasang surut. Termasuk pula penangkapan binatang laut lainnya, seperti: teripang dan ubur-ubur.
Kelompok ini mencakup usaha/ kegiatan penangkapan jenis udang 05012
Penangkapan (seperti: udang windu, udang putih, udang dogol), lobster, dan Crustacea Laut
crustacea laut lainnya (seperti: kepiting dan rajungan) di laut, muara sungai, laguna, dan tempat lain yang dipengaruhi pasang surut.
Kelompok ini mencakup usaha/ kegiatan penangkapan jenis kerang mutiara, cumi-cumi, sotong, gurita, dan mollusca laut lainnya
05013 Penangkapan Mollusca Laut
(seperti: remis, simping, kerang darah, kerang hijau, dan tiram) di laut, muara sungai, laguna, dan tempat lain yang dipengaruhi pasang surut.
Penangkapan/ Kelompok ini mencakup usaha/ kegiatan penangkapan/ pengambilan 05014
Pengambilan Tanaman tanaman air, seperti: rumput laut dan tanaman hias di laut, muara Laut
sungai, laguna, dan tempat lain yang dipengaruhi pasang surut. Kelompok ini mencakup usaha/ kegiatan penangkapan/ pengambilan
Penangkapan/ benih ikan, benih udang, dan benih biota laut lainnya (seperti: benih 05015
Pengambilan Benih macam-macam kerang, benih kepiting, dan benih rumput laut) di laut, Biota Laut
muara sungai, laguna, dan tempat lain yang dipengaruhi pasang surut.
0502 Budidaya Biota di Laut
Kelompok ini mencakup usaha/ kegiatan budidaya/ pembesaran ikan, udang, kerang mutiara, kerang darah, kerang hijau, teripang, dan
05021 Budidaya Biota Laut binatang laut lainnya (seperti: penyu, kima raksasa, dan keong laut) di
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Lampiran 1 (Lanjutan)
B PERIKANAN 05 PERIKANAN
050 Perikanan 0504
Budidaya Biota Air Tawar dan Air Payau
Kel ompok i ni mencakup usaha/ kegi atan budi daya/ pembesaran i kan 05041
Budi daya Bi ota Ai r Tawar
ai r tawar, udang, katak, dan budi daya bi ota ai r tawar l ai nnya (seperti : buaya, l abi -l abi , dan kura-kura) di ai r tawar. Kel ompok i ni mencakup usaha/ kegi atan budi daya/ pembesaran i kan
05042 Budi daya Bi ota Ai r ai r payau (seperti : bandeng, dan kakap puti h), udang wi ndu, udang Payau
puti h, dan bi ota ai r payau l ai nnya (seperti : kepi ti ng, ketam, tel apak kuda, dan rumput l aut) di ai r payau (tambak). Kel ompok i ni mencakup usaha/ kegi atan pembeni han i kan ai r tawar
05043 Pembeni han Bi ota Ai r (seperti : i kan mas, l el e, gurame, dan ni l a merah), i kan hi as (seperti : Tawar
i kan boti a, ul i , mas, arwana, dan man fi sh) dan bi ota ai r tawar l ai nnya (seperti : udang gal ah, katak dan buaya). Kel ompok i ni mencakup usaha/ kegi atan pembeni han i kan ai r payau
05044 Pembeni han Bi ota Ai r Payau
(seperti : i kan bandeng, dan kakap puti h), udang gal ah, udang wi ndu, dan bi ota l ai nnya (seperti : kepi ti ng, dan rumput l aut) di ai r payau.
0505 Jasa Perikanan
Kel ompok i ni mencakup usaha/ kegi atan yang secara l angsung berhubungan dengan usaha penyi apan sarana penangkapan i kan, dan
05051 Jasa Sarana Produksi Peri kanan Laut
sarana budi daya bi ota l aut yang di l akukan atas dasar bal as jasa (fee) atau kontrak, seperti : jasa pengol ahan l ahan, pembuatan karamba dan jari ng apung, dan sebagai nya. Kel ompok i ni mencakup usaha/ kegi atan yang secara l angsung berhubungan dengan usaha penangkapan i kan, dan budi daya bi ota
05052 Jasa Produksi Peri kanan Laut
l aut yang di l akukan atas dasar bal as jasa (fee) atau kontrak, seperti : jasa penebaran beni h, jasa pemberi an pakan, dan sebagai nya.
Kel ompok i ni mencakup usaha/ kegi atan yang secara l angsung berhubungan dengan usaha penangkapan i kan, dan budi daya bi ota
05053 Jasa Pasca Panen Peri kanan Laut
l aut yang di l akukan atas dasar bal as jasa (fee) atau kontrak, seperti : jasa pemanenan, jasa persi apan l el ang, jasa sortasi dan gradasi , jasa uji mutu, dan sebagai nya. Kel ompok i ni mencakup usaha/ kegi atan yang secara l angsung berhubungan dengan usaha penyi apan sarana penangkapan dan
05054 Jasa Sarana Produksi Peri kanan Darat
budi daya i kan ai r tawar dan i kan ai r payau darat yang di l akukan atas dasar bal as jasa (fee) atau kontrak, seperti : jasa pengol ahan l ahan, dan sebagai nya. Kel ompok i ni mencakup usaha/ kegi atan yang secara l angsung
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Lampiran 2 Perkembangan PDB Indonesia Menurut Sektor/ Lapangan Usaha/Sub-Lapangan Usaha/Sub-Sub- Lapangan Usaha Pada Periode Tahun 2006 – 2010 Atas Dasar Harga Berlaku (dalam Rp miliar)
Variasi (%) A. Sektor Primer
Sektor (Lapangan Usaha)
2009 2010 Rataan Standar Koefisien Deviasi
799.744 982.541 1.257.991 1.449.258 1.703.586 1.238.624 360.252 29,1 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan
a. Tanaman Pangan 214.346 265.091 349.795 419.195 482.378 346.161 109.373 31,6 b. Tanaman Perkebunan
81.664 105.961 111.380 136.027 99.687 28.010 28,1 c. Peternakan
61.325 83.276 104.884 119.372 83.986 28.662 34,1 d. Kehutanan
36.154 40.375 45.120 48.290 40.001 7.221 18,1 e. Perikanan
2. Pertambangan dan Galian 366.521 440.610 541.334 592.061 718.137 531.733 136.085 25,6
a. Pertambangan Migas 200.082 234.162 283.283 254.949 288.893 252.274 36.612 14,5 b. Pertambangan Non-Migas
130.716 160.267 195.286 254.243 332.971 214.697 80.537 37,5 c. Penggalian
B. Sektor Sekunder 1.201.026 1.408.375 1.837.042 2.079.416 2.305.790 1.766.330 458.732 26,0 3. Industri Pengolahan
a. Industri Migas 172.095 182.324 237.772 209.842 211.140 202.635 26.000 12,8 1. Pengilangan Minyak Bumi
117.952 122.118 145.943 129.457 122.404 127.575 11.068 8,7 2. Gas Alam Cair
60.206 91.829 80.385 88.736 75.060 16.991 22,6 b. Industri Non-Migas
4. Listrik, Gas & Air Bersih
19,5 a. Listrik
23.052 25.859 28.417 30.450 25.796 3.780 14,7 b. Gas
6.912 9.817 13.028 13.354 9.629 3.672 38,1 c. Air Bersih
5. Bangunan 251.132 304.997 419.712 555.194 660.891 438.385 170.556 38,9 C. Sektor Tersier
1.338.446 1.559.978 1.853.656 2.077.532 2.426.896 1.851.302 427.313 23,1 6. Perdagangan, Hotel & Restoran
a. Perdagangan Besar & Eceran 393.047 468.734 551.344 586.111 703.566 540.560 117.984 21,8 b. Hotel
17.320 18.900 20.782 23.876 19.391 3.065 15,8 c. Restoran
7. Pengangkutan & Komunikasi 231.524 264.263 312.190 353.740 423.165 316.976 75.385 23,8
a. Pengangkutan 142.770 149.974 171.247 182.909 217.311 172.842 29.617 17,1 1. Angkutan Rel
1.398 1.650 1.905 2.260 1.714 377 22,0 2. Angkutan Jalan Raya
85.183 100.500 103.528 121.863 98.469 16.196 16,4 3. Angkutan Laut
16.043 16.019 15.813 16.930 16.182 432 2,7 4. Angkutan SDP
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Lampiran 3 Perkembangan PDB Indonesia Menurut Sektor/ Lapangan Usaha/Sub-Lapangan Usaha/Sub-Sub- Lapangan Usaha Periode Tahun 2006 – 2010 Atas Dasar Harga Konstan (dalam Rp miliar)
Sektor (Lapangan Usaha)
Variasi (%) A. Sektor Primer
2009 2010 Rataan Standar Koefisien Deviasi
430.435 442.788 457.115 476.085 491.371 459.559 24.600 5,4 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan
a. Tanaman Pangan 129.549 133.889 142.000 149.057 151.501 141.199 9.456 6,7 b. Tanaman Perkebunan
45.558 47.111 44.394 2.224 5,0 c. Peternakan
36.650 38.215 35.588 1.909 5,4 d. Kehutanan
16.548 16.543 16.844 17.249 16.774 293 1,7 e. Perikanan
2. Pertambangan dan Galian 168.032 171.278 172.496 180.201 186.634 175.728 7.557 4,3
a. Pertambangan Migas
94.747 95.168 95.231 95.628 95.325 430 0,5 b. Pertambangan Non-Migas
58.151 57.569 63.819 68.482 60.653 5.394 8,9 c. Penggalian
B. Sektor Sekunder 638.585 673.411 703.768 727.508 765.207 701.696 48.701 6,9 3. Industri Pengolahan
47.823 47.663 46.935 47.199 47.494 407 0,9 1. Pengilangan Minyak Bumi
a. Industri Migas
20.781 20.972 21.083 21.348 20.998 231 1,1 2. Gas Alam Cair
27.042 26.691 25.852 25.854 26.497 605 2,3 b. Industri Non-Migas
4. Listrik, Gas & Air Bersih
a. Listrik
9.123 9.730 10.484 11.051 9.772 1.031 10,5 b. Gas
2.394 3.188 4.496 4.719 3.327 1.266 38,0 c. Air Bersih
5. Bangunan 112.234 121.809 131.010 140.268 150.022 131.068 14.869 11,3 C. Sektor Tersier
778.107 848.129 921.572 975.259 1.057.260 916.066 108.533 11,8 6. Perdagangan, Hotel & Restoran
a. Perdagangan Besar & Eceran 257.845 282.116 301.941 302.029 331.313 295.049 27.215 9,2 b. Hotel
13.646 14.262 15.201 16.232 14.458 1.291 8,9 c. Restoran
7. Pengangkutan & Komunikasi 124.809 142.327 165.906 192.199 217.978 168.644 37.451 22,2
a. Pengangkutan
72.791 74.787 79.572 85.290 76.647 5.827 7,6 1. Angkutan Rel
792 832 720 94 13,0 2. Angkutan Jalan Raya
30.868 32.391 34.226 35.975 32.645 2.505 7,7 3. Angkutan Laut
9.279 8.810 8.856 8.865 9.061 309 3,4 4. Angkutan SDP
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Lampiran 4 Perkembangan PDRB Provinsi Jawa Tengah Menurut Sektor/Lapangan Usaha/Sub-Lapangan Usaha/Sub- Sub-Lapangan Usaha Periode Tahun 2006 – 2010 Atas Dasar Harga Berlaku (dalam Rp miliar)
Sektor (Lapangan Usaha)
2009 2010 Rataan Standar Koefisien Deviasi
Variasi (%) A. Sektor Primer
61.234 66.940 76.378 83.195 90.675 75.684 11.905 15,7 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan
a. Tanaman Pangan 41.762 45.093 51.139 55.407 60.930 50.866 7.717 15,2 b. Tanaman Perkebunan
6.706 6.704 6.127 559 9,1 c. Peternakan
10.271 11.515 12.888 10.111 2.285 22,6 d. Kehutanan
2.033 2.355 1.812 425 23,5 e. Perikanan
2. Pertambangan dan Galian
16,2 a. Pertambangan Migas
129 151 156 192 151 27 17,6 b. Pertambangan Non-Migas
14 16 19 27 34 22 8 37,9 c. Penggalian
B. Sektor Sekunder 111.762 121.955 149.953 158.915 177.925 144.102 27.083 18,8 3. Industri Pengolahan
a. Industri Migas 38.829 39.685 51.439 50.516 53.616 46.817 6.999 14,9 1. Pengilangan Minyak Bumi
38.829 39.685 51.439 50.516 53.616 46.817 6.999 14,9 2. Gas Alam Cair
- - - - n.a. b. Industri Non-Migas
4. Listrik, Gas & Air Bersih
15,4 a. Listrik
3.791 4.293 3.525 540 15,3 b. Gas
- - - - n.a. c. Air Bersih
5. Bangunan 15.962 18.113 21.196 24.449 27.125 21.369 4.541 21,3 C. Sektor Tersier
110.000 123.530 140.804 155.794 175.799 141.185 25.961 18,4 6. Perdagangan, Hotel & Restoran
a. Perdagangan Besar & Eceran 46.883 52.443 59.990 65.647 72.956 59.584 10.345 17,4 b. Hotel
1.363 1.547 1.215 246 20,3 c. Restoran
7. Pengangkutan & Komunikasi 16.801 18.359 21.091 23.836 26.300 21.277 3.885 18,3
a. Pengangkutan 13.620 14.680 16.781 18.741 20.480 16.860 2.824 16,7 1. Angkutan Rel
300 347 394 424 349 61 17,6 2. Angkutan Jalan Raya
11.388 12.298 14.115 15.763 17.196 14.152 2.395 16,9 3. Angkutan Laut
1.693 1.877 1.548 239 15,4 4. Angkutan SDP
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Lampiran 5 Perkembangan PDRB Provinsi Jawa Tengah Menurut Sektor/Lapangan Usaha/Sub-Lapangan Usaha/Sub- Sub-Lapangan Usaha Periode Tahun 2006 – 2010 Atas Dasar Harga Konstan (dalam Rp miliar)
Variasi (%) A. Sektor Primer
Sektor (Lapangan Usaha)
2009 2010 Rataan Standar Koefisien Deviasi
32.679 33.646 34.732 36.055 37.047 34.832 1.765 5,1 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan
a. Tanaman Pangan 22.121 22.336 23.150 23.912 24.587 23.221 1.042 4,5 b. Tanaman Perkebunan
3.061 3.252 3.147 3.071 147 4,8 c. Peternakan
4.156 4.409 4.665 4.173 401 9,6 d. Kehutanan
582 556 579 631 586 28 4,7 e. Perikanan
2. Pertambangan dan Galian
8,5 a. Pertambangan Migas
60 59 66 67 67 64 4 6,2 b. Pertambangan Non-Migas
3 4 4 6 7 5 2 34,2 c. Penggalian
B. Sektor Sekunder 57.892 61.268 66.405 69.235 74.019 65.764 6.379 9,7 3. Industri Pengolahan
10.701 10.430 10.741 10.356 386 3,7 1. Pengilangan Minyak Bumi
a. Industri Migas
10.701 10.430 10.741 10.356 386 3,7 2. Gas Alam Cair
- - - - n.a. b. Industri Non-Migas
4. Listrik, Gas & Air Bersih
9,7 a. Listrik
1.250 1.324 1.440 1.264 125 9,9 b. Gas
- - - - n.a. c. Air Bersih
9.648 10.301 11.015 9.693 1.010 10,4 C. Sektor Tersier
60.110 64.200 66.899 71.384 75.927 67.704 6.159 9,1 6. Perdagangan, Hotel & Restoran
a. Perdagangan Besar & Eceran 26.410 28.066 29.346 31.630 33.615 29.813 2.855 9,6 b. Hotel
594 633 665 709 634 56 8,8 c. Restoran
7. Pengangkutan & Komunikasi
10,7 a. Pengangkutan
6.381 6.720 7.060 6.407 506 7,9 1. Angkutan Rel
111 116 126 133 119 11 9,1 2. Angkutan Jalan Raya
5.132 5.395 5.656 5.145 402 7,8 3. Angkutan Laut
662 690 737 784 701 60 8,6 4. Angkutan SDP
- - - - n.a.
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Lampiran 6 Perkembangan Kontribusi PDRB Provinsi Jawa Tengah dalam PDB Indonesia Menurut Masing- Masing Sektor/Lapangan Usaha/Sub-Lapangan Usaha/Sub-Sub-Lapangan Usaha-nya Pada Periode Tahun 2006 – 2010 (dalam %)
Variasi (%) A. Sektor Primer
Sektor (Lapangan Usaha)
2009 2010 Rataan Standar Koefisien Deviasi
1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan
18,10 a. Tanaman Pangan
13,22 12,63 15,39 2,84 18,46 b. Tanaman Perkebunan
6,69 5,64 6,02 4,93 6,48 1,61 24,83 c. Peternakan
10,98 10,80 12,46 1,63 13,07 d. Kehutanan
3,96 4,71 4,51 4,88 4,50 0,35 7,69 e. Perikanan
2. Pertambangan dan Galian
0,71 0,65 0,65 0,60 0,68 0,07 10,32 a. Pertambangan Migas
0,06 0,05 0,06 0,07 0,06 0,01 9,2 b. Pertambangan Non-Migas
0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,00 4,1 c. Penggalian
B. Sektor Sekunder
3. Industri Pengolahan
0,48 5,11 a. Industri Migas
24,07 25,39 23,09 1,61 7,0 1. Pengilangan Minyak Bumi
39,02 43,80 36,70 4,74 12,9 2. Gas Alam Cair
- - - - n.a. b. Industri Non-Migas
4. Listrik, Gas & Air Bersih
9,17 8,81 9,46 9,53 0,61 6,38 a. Listrik
13,34 14,10 13,66 0,31 2,25 b. Gas
- - - - n.a. c. Air Bersih
C. Sektor Tersier
6. Perdagangan, Hotel & Restoran
4,04 a. Perdagangan Besar & Eceran
11,20 10,37 11,11 0,57 5,10 b. Hotel
5,99 6,31 6,56 6,48 6,23 0,32 5,12 c. Restoran
7. Pengangkutan & Komunikasi
0,38 5,60 a. Pengangkutan
9,79 9,80 10,25 9,42 9,76 0,32 3,24 1. Angkutan Rel
20,68 18,76 20,49 1,03 5,0 2. Angkutan Jalan Raya
15,23 14,11 14,37 0,51 3,55 3. Angkutan Laut
8,56 9,43 10,71 11,09 9,56 1,33 13,9 4. Angkutan SDP
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Lampiran 7 Perkembangan Kontribusi Nilai Tambah Masing- Masing Sektor/Lapangan Usaha/Sub-Lapangan Usaha/Sub-Sub-Lapangan Usaha dalam PDRB Provinsi Jawa Tengah Pada Periode Tahun 2006 – 2010 (dalam %)
Variasi (%) A. Sektor Primer
Sektor (Lapangan Usaha)
2009 2010 Rataan Standar Koefisien Deviasi
1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan
2,37 a. Tanaman Pangan
14,43 13,93 13,92 13,71 14,15 0,43 3,04 b. Tanaman Perkebunan
1,75 1,63 1,69 1,51 1,72 0,20 11,62 c. Peternakan
2,84 2,80 2,89 2,90 2,78 0,18 6,34 d. Kehutanan
0,46 0,52 0,51 0,53 0,50 0,03 6,22 e. Perikanan
2. Pertambangan dan Galian
1,00 0,96 0,97 0,97 0,98 0,02 2,37 a. Pertambangan Migas
0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,00 4,9 b. Pertambangan Non-Migas
0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,00 20,4 c. Penggalian
B. Sektor Sekunder
3. Industri Pengolahan
2,11 a. Industri Migas
12,70 12,06 13,04 0,80 6,2 1. Pengilangan Minyak Bumi
14,01 12,70 12,06 13,04 0,80 6,2 2. Gas Alam Cair
- - - - n.a. b. Industri Non-Migas
4. Listrik, Gas & Air Bersih
1,09 1,02 1,03 1,05 1,06 0,04 3,77 a. Listrik
1,01 0,94 0,95 0,97 0,98 0,04 3,91 b. Gas
- - - - n.a. c. Air Bersih
C. Sektor Tersier
6. Perdagangan, Hotel & Restoran
0,86 a. Perdagangan Besar & Eceran
16,34 16,50 16,42 16,52 0,17 1,03 b. Hotel
0,33 0,32 0,34 0,35 0,34 0,01 2,82 c. Restoran
7. Pengangkutan & Komunikasi
5,88 5,74 5,99 5,92 5,89 0,09 1,57 a. Pengangkutan
1. Angkutan Rel
2. Angkutan Jalan Raya
3. Angkutan Laut
4. Angkutan SDP
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Lampiran 8 Perkembangan Laju Pertumbuhan Nilai Tambah Masing-Masing Sektor/Lapangan Usaha/Sub- Lapangan Usaha/Sub-Sub-Lapangan Usaha dalam PDB Indonesia Pada Periode Tahun 2007 – 2010 (dalam % per tahun)
Koefisien Sektor (Lapangan Usaha)
2009 2010 Rataan Standar Deviasi Variasi (%)
A. Sektor Primer
1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan
0,78 20,56 a. Tanaman Pangan
6,06 4,97 1,64 4,00 1,93 48,19 b. Tanaman Perkebunan
1,73 3,41 3,34 1,18 35,35 c. Peternakan
3,46 4,27 3,40 0,78 23,06 d. Kehutanan
1,82 2,40 0,84 1,52 181,17 e. Perikanan
2. Pertambangan dan Galian
a. Pertambangan Migas
0,4 0,1 0,4 (0,1) 0,8 (1.327,4) b. Pertambangan Non-Migas
(1,0) 10,9 7,3 5,6 5,0 88,7 c. Penggalian
4,51 3,37 5,18 4,63 0,93 20,02 3. Industri Pengolahan
B. Sektor Sekunder
1,18 30,89 a. Industri Migas
(0,3) (1,5) 0,6 (0,3) 0,9 (257,9) 1. Pengilangan Minyak Bumi
0,9 0,5 1,3 0,6 0,6 92,1 2. Gas Alam Cair
(1,3) (3,1) 0,0 (1,1) 1,5 (133,9) b. Industri Non-Migas
4. Listrik, Gas & Air Bersih
7,75 5,41 6,87 1,09 15,85 b. Gas
a. Listrik
33,2 41,0 5,0 27,3 15,6 57,1 c. Air Bersih
7,07 6,95 7,53 0,72 9,55 C. Sektor Tersier
6. Perdagangan, Hotel & Restoran
3,56 55,33 a. Perdagangan Besar & Eceran
0,03 9,70 6,54 4,50 68,85 b. Hotel
6,59 6,78 5,81 1,07 18,39 c. Restoran
7. Pengangkutan & Komunikasi
a. Pengangkutan
6,40 7,19 4,79 2,34 48,87 1. Angkutan Rel
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Lampiran 9 Perkembangan Laju Pertumbuhan Nilai Tambah Masing-Masing Sektor/Lapangan Usaha/Sub- Lapangan Usaha/Sub-Sub-Lapangan Usaha dalam PDRB Provinsi Jawa Tengah Pada Periode Tahun 2007 – 2010 (dalam % per tahun)
Variasi (%) A. Sektor Primer
Sektor (Lapangan Usaha)
2009 2010 Rataan Standar Koefisien Deviasi
1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan
3,19 3,71 2,50 3,05 0,53 17,27 a. Tanaman Pangan
3,64 3,29 2,82 2,68 1,19 44,33 b. Tanaman Perkebunan
0,62 6,24 (3,23) 2,56 4,73 184,93 c. Peternakan
6,09 5,81 6,72 3,76 55,93 d. Kehutanan
(4,47) 4,14 8,98 2,25 5,70 253,66 e. Perikanan
2. Pertambangan dan Galian
1,39 24,48 a. Pertambangan Migas
11,9 1,5 - 2,9 6,1 208,2 b. Pertambangan Non-Migas
50,0 16,7 25,0 21,5 86,1 c. Penggalian
B. Sektor Sekunder
3. Industri Pengolahan
2,12 33,84 a. Industri Migas
(2,5) 3,0 2,0 4,2 208,5 1. Pengilangan Minyak Bumi
(2,5) 3,0 2,0 4,2 208,5 2. Gas Alam Cair
n.a. n.a. n.a. n.a. n.a. b. Industri Non-Migas
4. Listrik, Gas & Air Bersih
1,43 22,03 a. Listrik
5,04 5,92 8,76 6,61 1,59 24,03 b. Gas
n.a. n.a. n.a. n.a. n.a. c. Air Bersih
C. Sektor Tersier
6. Perdagangan, Hotel & Restoran
1,43 24,03 a. Perdagangan Besar & Eceran
4,56 7,78 6,28 6,22 1,32 21,16 b. Hotel
6,57 5,06 6,62 5,66 1,11 19,64 c. Restoran
7. Pengangkutan & Komunikasi
0,69 9,71 a. Pengangkutan
1. Angkutan Rel
2. Angkutan Jalan Raya
3. Angkutan Laut
4. Angkutan SDP
n.a.
n.a.
n.a. n.a. n.a. n.a. n.a.
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Lampiran 10 Perkembangan Angka LQ Nilai Tambah Masing- Masing Sektor/Lapangan Usaha/Sub-Lapangan
Lampiran 9
Usaha/Sub-Sub-Lapangan Usaha dalam PDRB
Provinsi Jawa Tengah Pada Periode Tahun 2006 –
Sektor (Lapangan Usaha)
Rataan Standar
A. Sektor Primer
1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan
a. Tanaman Pangan
b. Tanaman Perkebunan
c. Peternakan
d. Kehutanan
e. Perikanan
2. Pertambangan dan Galian
a. Pertambangan Migas
b. Pertambangan Non-Migas
c. Penggalian
B. Sektor Sekunder
3. Industri Pengolahan
a. Industri Migas
1. Pengilangan Minyak Bumi
2. Gas Alam Cair
n.a.
b. Industri Non-Migas
4. Listrik, Gas & Air Bersih
a. Listrik
c. Air Bersih
C. Sektor Tersier
6. Perdagangan, Hotel & Restoran
a. Perdagangan Besar & Eceran
b. Hotel
c. Restoran
7. Pengangkutan & Komunikasi
a. Pengangkutan
1. Angkutan Rel
2. Angkutan Jalan Raya
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
Lampiran 11 Matriks Klasiikasi Peranan Masing-Masing Sektor/ Lapangan Usaha/Sub-Lapangan Usaha/ Sub-Sub- Lapangan Usaha Provinsi Jawa Tengah Berdasarkan Hasil Analisis LQ (Basis/Non-Basis) Pada Periode Tahun 2006 – 2010
Sektor (Lapangan Usaha) Sektor Basis Non Basis Sektor
LQ > 3 3 ≥ LQ > 2 2 ≥ LQ > 1 LQ ≤ 1 A. Sektor Primer
Χ 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan
a. Tanaman Pangan Χ b. Tanaman Perkebunan
Χ c. Peternakan
Χ d. Kehutanan
Χ e. Perikanan
2. Pertambangan dan Galian Χ
a. Pertambangan Migas Χ b. Pertambangan Non-Migas
Χ c. Penggalian
B. Sektor Sekunder Χ 3. Industri Pengolahan
a. Industri Migas Χ 1. Pengilangan Minyak Bumi
Χ 2. Gas Alam Cair b. Industri Non-Migas
4. Listrik, Gas & Air Bersih Χ
a. Listrik Χ b. Gas c. Air Bersih
5. Bangunan Χ C. Sektor Tersier
Χ 6. Perdagangan, Hotel & Restoran
a. Perdagangan Besar & Eceran Χ b. Hotel
Χ c. Restoran
7. Pengangkutan & Komunikasi Χ
a. Pengangkutan Χ 1. Angkutan Rel
343
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH
344
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH