(3) Untuk membangkitkan keadaan-keadaan bajik yang belum muncul

(3) Untuk membangkitkan keadaan-keadaan bajik yang belum muncul

Di sini pengikutnya membangun tekadnya untuk membangkitkan keadaan-keadaan bajik yang masih belum muncul; dan ia melakukan usaha, membangkitkan energinya, mengerahkan pikirannya dan berjuang. [45]

Bersamaan dengan penghapusan kekotoran-kekotoran batin, usaha benar juga memiliki tugas untuk mengembangkan keadaan-keadaan bajik pikiran. Tugas ini melibatkan dua bagian: pembangkitan keadaan-keadaan bajik yang belum muncul dan pematangan keadaan-keadaan bajik yang sudah muncul.

Bagian pertama dari kedua bagian tersebut juga dikenal sebagai usaha untuk berkembang (bhavanappadhana).Meski keadaan-keadaan bajik yang akan dikembangkan dapat dikelompokkan dalam berbagai cara — keheningan dan pandangan terang, empat landasan perhatian, delapan ruas jalan, dll. — Buddha memberikan penekanan khusus pada sebuah kelompok yang disebut tujuh faktor pencerahan (satta bojjhanga): perhatian, penyelidikan fenomena, energi, kegiuran, ketenangan, konsentrasi, dan keseimbangan batin.

Oleh karena itu, beliau mengembangkan faktor-faktor pencerahan, dilandaskan pada kesendirian, pada ketidakmelekatan, pada penghentian, dan berakhir dalam pembebasan, yaitu: faktor-faktor pencerahan dari perhatian, penyelidikan fenomena, energi, kegiuran, ketenangan, konsentrasi, dan keseimbangan batin. [46]

Ketujuh keadaan tersebut dikelompokkan bersama sebagai “faktor-faktor pencerahan” karena dua alasan yaitu karena ketujuh keadaan ini menuntun menuju pencerahan dan karena mereka membentuk pencerahan. Dalam tahapan-tahapan pendahuluan dari jalan, ketujuh keadaan ini mempersiapkan cara untuk realisasi agung; pada akhirnya ketujuh faktor ini tetap ada Ketujuh keadaan tersebut dikelompokkan bersama sebagai “faktor-faktor pencerahan” karena dua alasan yaitu karena ketujuh keadaan ini menuntun menuju pencerahan dan karena mereka membentuk pencerahan. Dalam tahapan-tahapan pendahuluan dari jalan, ketujuh keadaan ini mempersiapkan cara untuk realisasi agung; pada akhirnya ketujuh faktor ini tetap ada

Cara menuju pencerahan dimulai dengan perhatian. Perhatian mengosongkan lahan bagi pandangan terang masuk ke dalam sifat dari hal-hal dengan membuat fenomena menjadi terang dalam kekinian pada saat ini, terlepas dari segala komentar, interpretasi-interpretasi, dan proyeksi-proyeksi yang subjektif. Kemudian, ketika perhatian telah membawa fenomena telanjang itu ke dalam fokus, faktor dari penyelidikan masuk untuk mencari karakteristik-karakteristik, kondisi-kondisi, dan konsekuensi-konsekuensi mereka. Karena perhatian pada dasarnya adalah reseptif, penyelidikan adalah sebuah faktor aktif yang mantap dan teguh memeriksa, menganalisa, dan membedah fenomena untuk menyingkap struktur fundamental hal-hal tersebut.

Pekerjaan penyelidikan membutuhkan energi, faktor ketiga dari pencerahan, yang meningkat dalam tiga tahap.Yang pertama, energi yang baru saja mulai, merontokkan kelesuan dan membangkitkan antusiasme awal. Seiiring proses perenungan maju, energi mengumpulkan momentum dan memasuki tahap kedua, keteguhan, yang mana keteguhan tersebut menggerakkan praktik tanpa mengendur. Akhirnya, pada puncaknya, energi mencapai tahap ketiga, sifat tidak terkalahkan, di mana sifat tidak terkalahkan ini mendorong perenungan melesat ke depan meninggalkan rintangan-rintangan yang tidak berdaya untuk menghentikannya.

Seiiring meningkatnya energi, faktor keempat dari pencerahan dipercepat. Faktor keempat ini adalah kegiuran, suatu ketertarikan yang menyenangkan dalam objek. Kegiuran sedikit demi sedikit terbangun, meningkat menuju tingkat kegembiraan yang luar biasa: gelombang-gelombang kebahagiaan mengalir di sekujur tubuh, pikiran bersinar dengan suka cita, kegairahan dan keyakinan menguat. Namun pengalaman ini, seberapapun menggiatkannya mereka, tetap mengandung sebuah kekurangan: mereka menciptakan Seiiring meningkatnya energi, faktor keempat dari pencerahan dipercepat. Faktor keempat ini adalah kegiuran, suatu ketertarikan yang menyenangkan dalam objek. Kegiuran sedikit demi sedikit terbangun, meningkat menuju tingkat kegembiraan yang luar biasa: gelombang-gelombang kebahagiaan mengalir di sekujur tubuh, pikiran bersinar dengan suka cita, kegairahan dan keyakinan menguat. Namun pengalaman ini, seberapapun menggiatkannya mereka, tetap mengandung sebuah kekurangan: mereka menciptakan

Ketenangan mengantarkan pada kematangan konsentrasi, faktor keenam, penyatuan pikiran pada satu titik. Kemudian, dengan semakin dalamnya konsentrasi, faktor pencerahan terakhir menjadi dominan. Faktor ini adalah keseimbangan batin, tenang dan seimbang secara batin, terbebas dari dua cacat, kebat-kebit dan kelambanan. Ketika kelambanan menang, energi harus dibangkitkan; ketika kebat-kebit menang, adalah perlu untuk melatih menahan. Namun ketika kedua cacat telah dikalahkan, praktik dapat dibentangkan secara merata tanpa perlu khawatir. Pikiran dari keseimbangan batin dapat dibandingkan seperti pengemudi sebuah kereta saat kuda-kudanya bergerak dengan kecepatan tetap: dia tidak perlu mendorong atau memaksa mereka maju ataupun menahan mereka, namun ia dapat sekadar duduk dengan nyaman dan menonton pemandangan yang dilewati. Keseimbangan batin memiliki kualitas “saat-melihat” yang sama. Ketika faktor-faktor lain seimbang, pikiran tetap tenang menyaksikan pertunjukan fenomena.