R uas kedelapan dari jalan adalah konsentrasi benar yang dalam

R uas kedelapan dari jalan adalah konsentrasi benar yang dalam

bahasa Pali disebut samma samadhi. Konsentrasi mewakili suatu pengintensifan faktor mental yang hadir dalam setiap keadaan kesadaran. Faktor ini, keterpusatan pikiran pada satu titik ( citt’ekaggata), memiliki fungsi untuk menyatukan faktor-faktor mental yang lain dalam tugas kognisi. Faktor inilah yang bertanggung jawab atas aspek yang mengindividualkan kesadaran, memastikan bahwa setiap citta atau tindakan pikiran tetap terpusat pada objeknya. Pada setiap saat, pikiran harus sepenuhnya sadar terhadap sesuatu — suatu pemandangan, suatu suara, suatu bau, suatu rasa, suatu sentuhan, atau suatu objek mental. Faktor dari keterpusatan pada satu titik menyatukan pikiran dan konkomitan-konkomitannya yang lain dalam tugas melakukan kognisi pada objek, ketika faktor ini secara bersamaan menjalankan fungsi memusatkan semua konstituen-konstituen dari tindakan kognitif pada objeknya. Keterpusatan pikiran pada satu titik menjelaskan fakta bahwa dalam setiap tindakan kesadaran, terdapat titik pusat dari fokus, menuju ke tempat di mana seluruh data-data objektif menunjuk dari batas luarnya hingga ke bagian inti dalamnya.

Akan tetapi, samadhi hanya merupakan satu jenis tertentu dari keterpusatan pada satu titik; samadhi tidaklah ekuivalen dengan keterpusatan pada satu titik dalam keseluruhannya. Seorang ahli pencicip makanan yang sedang menyantap sebuah hidangan, seorang pembunuh bayaran yang sedang akan segera membunuh korbannya, seorang prajurit dalam medan perang — mereka semua bertindak dengan pikiran yang terkonsentrasi, namun konsentrasi mereka tidak bisa dikarakterisasi sebagai samadhi. Samadhi secara ekslusif merupakan keterpusatan pada satu titik yang bajik yakni konsentrasi dalam suatu keadaan pikiran yang bajik. Meski demikian, cakupan samadhi ini masih lebih sempit: tidak setiap bentuk konsentrasi yang bajik menandakan samadhi, namun hanya konsentrasi yang diintensifkan, yang dihasilkan dari suatu upaya yang disengaja untuk Akan tetapi, samadhi hanya merupakan satu jenis tertentu dari keterpusatan pada satu titik; samadhi tidaklah ekuivalen dengan keterpusatan pada satu titik dalam keseluruhannya. Seorang ahli pencicip makanan yang sedang menyantap sebuah hidangan, seorang pembunuh bayaran yang sedang akan segera membunuh korbannya, seorang prajurit dalam medan perang — mereka semua bertindak dengan pikiran yang terkonsentrasi, namun konsentrasi mereka tidak bisa dikarakterisasi sebagai samadhi. Samadhi secara ekslusif merupakan keterpusatan pada satu titik yang bajik yakni konsentrasi dalam suatu keadaan pikiran yang bajik. Meski demikian, cakupan samadhi ini masih lebih sempit: tidak setiap bentuk konsentrasi yang bajik menandakan samadhi, namun hanya konsentrasi yang diintensifkan, yang dihasilkan dari suatu upaya yang disengaja untuk

Kitab komentar mendefinisikan samadhi sebagai pemusatan pikiran dan faktor-faktor mental secara benar dan seimbang pada suatu objek. Samadhi, sebagai konsentrasi yang bajik, mengumpulkan aliran keadaan-keadaan mental yang biasanya terpencar dan terhambur untuk membangkitkan suatu penyatuan batin. Dua ciri yang paling menonjol dari pikiran yang terkonsentrasi adalah penuh perhatian yang tak terputus pada suatu objek dan ketenangan fungsi-fungsi mental yang konsekuen, kualitas-kualitas yang membedakannya dari pikiran yang tidak terkonsentrasi. Pikiran yang tidak terlatih dalam konsentrasi bergerak secara terpencar yang diibaratkan oleh Buddha seperti ikan yang menggelepar setelah diambil dari air dan dilemparkan ke daratan yang kering. Pikiran yang tidak terkonsentrasi tidak bisa tetap diam melainkan bergegas dari gagasan ke gagasan, dari pemikiran ke pemikiran, tanpa kontrol batin. Pikiran yang teralihkan semacam ini juga merupakan pikiran yang tersesat. Diliputi oleh kekhawatiran dan keprihatinan yang merupakan mangsa terus-menerus dari kekotoran- kekotoran batin, pikiran melihat hal-hal hanya dalam fragmen-fragmen, disimpangkan oleh riak-riak pemikiran-pemikiran acak. Namun pikiran yang telah terlatih dalam konsentrasi dapat tetap fokus pada objeknya tanpa pengalihan. Kebebasan dari pengalihan ini lebih lanjut membangkitkan suatu kelembutan dan keheningan yang menjadikan pikiran sebagai instrumen yang efektif untuk penembusan. Seperti sebuah danau yang tidak berkerut oleh tiupan angin apa pun, pikiran yang terkonsentrasi merupakan

reflektor setia yang mencerminkan apapun yang diletakkan di depannya persis sebagaimana adanya.