P emurnian perilaku dibangun oleh tiga ruas sebelumnya berfungsi

P emurnian perilaku dibangun oleh tiga ruas sebelumnya berfungsi

sebagai dasar untuk bagian berikutnya dari jalan, bagian konsentrasi (samadhikkhandha). Tahapan praktik ini yang bergerak lebih lanjut dari pengendalian moral menuju pelatihan mental langsung, meliputi tiga ruas yakni usaha benar, perhatian benar, dan konsentrasi benar. Tahap ini dinamakan sesuai dengan tujuan yang dicita-citakannya, yakni kekuatan dari konsentrasi yang dipertahankan secara terus-menerus, di mana kekuatan ini dibutuhkan sebagai penunjang untuk kebijaksanaan-pandangan terang. Kebijaksanaan adalah alat utama untuk pembebasan, namun pandangan menembus yang dihasilkannya hanya dapat terbuka ketika pikiran telah ditenangkan dan dikumpulkan. Konsentrasi benar membawa keheningan yang dibutuhkan ke dalam pikiran dengan menyatukan pikiran tersebut dengan fokus yang bebas dari gangguan pada objek yang sesuai. Akan tetapi untuk melakukanya, ruas konsentrasi memerlukan bantuan dari usaha dan perhatian. Usaha benar menyediakan energi yang diperlukan oleh tugas ini dan perhatian benar menyediakan titik-titik yang memantapkan untuk kewaspadaan.

Para komentator mengilustrasikan saling ketergantungan antar ketiga ruas yang terdapat dalam kelompok konsentrasi dengan sebuah simile sederhana. Tiga anak lelaki pergi ke sebuah taman untuk bermain. Sambil berjalan bersama, mereka melihat sebuah pohon dengan bunga-bunga pada bagian puncaknya dan memutuskan mereka ingin mengumpulkan bunga- bunga tersebut. Namun bunga tersebut berada di luar jangkauan bahkan bagi anak lelaki paling tinggi. Kemudian salah satu teman membungkuk dan menawarkan punggungnya. Anak lelaki paling tinggi memanjat ke atas, tetapi masih ragu-ragu untuk meraih bunga-bunga tersebut karena takut terjatuh. Maka anak lelaki ketiga datang dan menawarkan bahunya untuk tumpuan. Anak lelaki pertama, berdiri di atas punggung anak lelaki kedua, lalu bertumpu pada bahu anak lelaki ketiga, menjangkau ke atas, dan Para komentator mengilustrasikan saling ketergantungan antar ketiga ruas yang terdapat dalam kelompok konsentrasi dengan sebuah simile sederhana. Tiga anak lelaki pergi ke sebuah taman untuk bermain. Sambil berjalan bersama, mereka melihat sebuah pohon dengan bunga-bunga pada bagian puncaknya dan memutuskan mereka ingin mengumpulkan bunga- bunga tersebut. Namun bunga tersebut berada di luar jangkauan bahkan bagi anak lelaki paling tinggi. Kemudian salah satu teman membungkuk dan menawarkan punggungnya. Anak lelaki paling tinggi memanjat ke atas, tetapi masih ragu-ragu untuk meraih bunga-bunga tersebut karena takut terjatuh. Maka anak lelaki ketiga datang dan menawarkan bahunya untuk tumpuan. Anak lelaki pertama, berdiri di atas punggung anak lelaki kedua, lalu bertumpu pada bahu anak lelaki ketiga, menjangkau ke atas, dan

Dalam simile ini, anak lelaki tinggi yang memetik bunga-bunga itu mewakili konsentrasi yang fungsinya menyatukan pikiran. Namun untuk menyatukan pikiran, konsentrasi memerlukan dukungan: energi yang disediakan oleh usaha benar, seperti anak lelaki yang menawarkan punggungnya. Selain itu, konsentrasi juga memerlukan kewaspadaan yang menstabilkan yang disediakan oleh perhatian, seperti anak lelaki yang menawarkan bahunya. Ketika konsentrasi benar mendapatkan dukungan ini, kemudian diperkuat oleh usaha benar dan diseimbangkan oleh perhatian benar, konsentrasi akan mampu menarik untaian-untaian pemikiran yang tersebar serta memancangkan pikiran dengan mantap pada objeknya.

Energi (viriya), faktor mental di balik usaha benar, dapat muncul dalam bentuk bajik ataupun tidak bajik. Faktor yang sama dapat memberikan bahan bakar nafsu, penyerangan, kekerasan, dan ambisi di satu sisi, serta kemurahan hati, disiplin diri, kebaikan, konsentrasi, dan pengertian di sisi lainnya. Kerja keras yang terlibat dalam usaha benar adalah suatu bentuk energi bajik, namun ini adalah sesuatu yang lebih spesifik, yaitu energi dalam keadaan kesadaran yang bajik diarahkan menuju pembebasan dari penderitaan. Ungkapan terakhir yang menyatakan kualitas ini sangatlah penting. Agar energi bajik menjadi suatu kontributor pada jalan, ia haruslah dibimbing oleh pandangan benar dan niat benar, dan bekerja dalam hubungannya dengan ruas-ruas jalan yang lainnya. Jika tidak, energi pikiran dalam keadaan bajik yang umum (biasa) ini hanya menyebabkan suatu akumulasi jasa kebajikan yang akan matang dalam lingkaran kelahiran dan kematian; energi ini tidak dipakai dalam rangka pembebasan dari lingkaran tersebut.

Berkali-kali Buddha telah menekankan kebutuhan akan usaha, akan ketekunan, kerja keras, dan keteguhan yang terus menerus. Alasan mengapa usaha sangat penting adalah karena setiap orang harus bekerja untuk pembebasan dirinya sendiri. Buddha melakukan apa yang beliau bisa lakukan dengan menunjukkan jalan menuju pembebasan; sisanya melibatkan Berkali-kali Buddha telah menekankan kebutuhan akan usaha, akan ketekunan, kerja keras, dan keteguhan yang terus menerus. Alasan mengapa usaha sangat penting adalah karena setiap orang harus bekerja untuk pembebasan dirinya sendiri. Buddha melakukan apa yang beliau bisa lakukan dengan menunjukkan jalan menuju pembebasan; sisanya melibatkan

Sifat dari proses mental menyebabkan usaha benar dibagi ke dalam empat “usaha besar”:

1. untuk mencegah munculnya keadaan-keadaan tidak bajik yang belum muncul.

2. untuk meninggalkan keadaan-keadaan tidak bajik yang sudah muncul;

3. untuk membangkitkan keadaan-keadaan bajik yang belum muncul;

4. untuk memelihara dan menyempurnakan keadaan-keadaan bajik yang sudah muncul.

Keadaan-keadaan tidak bajik (akusala dhamma) adalah kekotoran-kekotoran batin dan pemikiran-pemikiran, emosi-emosi, dan niat-niat yang berasal dari kekotoran-kekotoran batin tersebut, baik yang keluar dalam bentuk perbuatan ataupun yang tetap terbatas di dalam. Keadaan-keadaan bajik

(kusala dhamma) adalah keadaan-keadaan pikiran yang tidak ternodai oleh kotoran-kotoran batin, terutama keadaan-keadaan pikiran yang membantu menuju pembebasan. Masing-masing dari kedua jenis keadaan-keadaan mental ini memiliki dua tugas. Sisi tidak bajiknya mensyaratkan kekotoran- kekotoran batin yang tertidur dicegah agar tidak meletus dan kekotoran- kekotoran batin aktif yang sudah hadir dibuang. Sisi bajiknya mensyaratkan faktor-faktor membebaskan yang belum berkembang dimunculkan terlebih dahulu, kemudian secara terus menerus dikembangkan sampai pada titik kedewasaan yang penuh. Sekarang kita akan memeriksa masing-masing dari empat pembagian usaha benar, memberikan perhatian khusus pada ladang penerapannya yang paling subur, yakni pengembangan pikiran melalui meditasi.