Tabel 3.1 Baja karbon untuk konstruksi mesin dan baja batang yang difinisi dingin untuk poros
Standar dan macam
Lambang Perlakuan
panas Kekuatan
tarik kgmm
2
Keterangan
Baja karbon konstruksi
mesin JIS G 4501
S30C S35C
S40C S45C
S50C S55C
Penormalan Penormalan
Penormalan Penormalan
Penormalan Penormalan
48 52
55 58
62 66
Batang baja yang difinisi
dingin S35C – D
S45C – D S55C – D
- -
- 53
60 72
Ditarik dingin, digerinda,
dibubut, atau gabungan
antara hal-hal tersebut
Sumber : Sularso dan Suga Kiyokatsu, dasar perancangan dan pemilihan elemen mesin, PT. Pradnya Paramita, Jakarta 1980 hal 3
3.4 Perancangan Poros Penghubung dan Pasak
Untuk memutar worm screw diperlukan suatu poros yang menghubungkannya dengan daya motor penggerak. Dan untuk mengikat poros
dengan worm screw digunakan pasak. Diameter poros dapat dihitung dari torsi yang dialami oleh poros tersebut
yang sama dengan torsi yang dialami worm screw.
untuk mendapatkan diameter poros maka digunakan :
ds =
3 1
. .
. 1
, 5
T C
k
b t
a
τ ………………….. literatur 4, hal 8
Dimana : D
s
= diameter poros mm τ
a
= tegangan geser yang diijinkan Kgmm
2
k
t
= faktor koreksi akibat momen puntir C
b
= faktor koreksi akibat beban lentur T
= momen puntir Kg mm
Tabel 3.2 Harga k
t
Jenis Pembebanan Kt
Beban yang diberikan halus 1,0
Beban yang diberikan sedikit kejut 1,0 – 1,5
Beban yang diberikan kejut besar 1,5 – 3,0
Sumber : Sularso dan Suga Kiyokatsu, dasar perancangan dan pemilihan elemen mesin, PT. Pradnya Paramita, Jakarta 1980 hal 8
Untuk menjaga agar poros aman terhadap beban lentur, diambil harga C
b
= 1,2. Untuk harga k
t
diambil harganya 1,5 karena pada poros terjadi beban kejut. Tegangan geser yang diijinkan adalah
τ
s
=
2 1
sf x
sf b
σ …………………………………………… literatur 4, hal 8
Dimana : b
σ = tegangan tarik bahan Kgmm
2
sf
1
= faktor keamanan kelelahan, untuk bahan S-C ; diambil Sf
1
= 6,0
sf
2
= faktor keamanan pengaruh konsentrasi tegangan, kekerasan permukaan besarnya 1,3-3, karena bahan poros S-C, maka sf
2
diambil 1,3
τ
s
=
2 1
sf x
sf b
σ
τ
s
= 3
, 1
6 48
2
x mm
Kg
τ
s
= 6,1538 Kgmm
2
Sehingga diameter poros adalah :
ds =
3 1
. .
. 1
, 5
T C
k
b t
a
τ
ds =
3 1
022 ,
527081 .
5 ,
1 .
2 ,
1 .
1538 ,
6 1
, 5
ds = 786279,0117
3 1
ds = 92,297 mm ds = 92 mm
Gambar 3.4 Ukuran pasak dan alur pasak
Tabel 3.3 Ukuran-ukuran utama pasak
Ukuran-ukuran utama
Satuan : mm
Ukuran nominal
pasak b x h
Ukuran standar
b, b
1
, dan b
2
Ukuran standar h C
L Ukuran
Standar t
1
Ukuran standar t
2
r
1
dan r
2
Refrensi Pasak
prismatis Pasak
luncur Pasak
tirus Pasak
prismatis Pasak
luncur Pasak
tirus Diameter poros
yang dapat dipakai d
2 x 2 3 x 3
4 x 4 5 x 5
6 x 6 2
3 4
5 6
2 3
4 5
6 0,16-
0,25 6 - 20
6 - 36 8 - 45
10 - 56 14 – 70
1,2 1,8
2,5 3,0
3,5 1,0
1,4 1,8
2,3 2,8
0,5 0,9
1,2 1,7
2,2 0,08-
0,16 Lebih dari 6 -
8 - 8 -
10 - 10 -
12 - 12 -
17 - 17 -
22 0,25-
0,40 0,16-
0,25 7 x 7
8 x 7 10 x 8
12 x 8 14 x 9
7 8
10 12
14
7 7,2
16 - 80 18 - 90
22 - 110
28 - 140
36 - 160
4,0 4,0
5,0 5,0
5,5 3,0
3,5 3,0
2,4 2,4
2,4 2,9
- 20 - 25
- 22 - 30
- 30 - 38
- 38 - 44
- 44 - 50
7 8
8 9
3,3 3,3
3,3 3,8
0,40- 0,60
0,25- 0,40
15 x 10 16 x 10
18 x 11
20 x 12 22 x 14
15 16
18 20
22
10 10,2
40 - 180
45 - 180
50 - 200
56 - 220
63 – 250
5,0 6,0
7,0 7,5
9,0 5,0
5,5 5,0
3,4 3,4
3,9 4,4
- 50 - 55
- 50 - 58
- 58 - 65
- 65 - 75
- 75 - 85
10 11
12 14
4,3 4,4
4,9 5,4
0,60- 0,80
0,40- 0,60
24 x 16 25 x 14
28 x 16 32 x 18
24 25
28 32
16 16,2
70 - 280
70 - 280
80 - 320
90 – 360
8,0 9,0
10,0 11,0
8,0 8,5
8,0 4,4
5,4 6,4
- 80 - 90
- 85 - 95
- 95 - 110
- 110 - 130
14 16
18 5,4
6,4 7,4
Harus dipilih dari angka-angka berikut sesuai dengan daerah yang bersangkutan dalam
tabel.
6,8,10,12,14,16,18,20,22,25,28,32,36,40,45,50,56,63,70,80,90,100,110,125,140,160,180,200,220,250,280,320,360,400.
Sumber : Sularso dan suga kiyokatsu, dasar perancangan dan pemilihan elemen mesin, PT. Pradnya Paramita, Jakarta 1980 hal 10
Dari tabel dapat diperoleh ukuran nominal dari pasak yang akan dirancang. Ukuran pasak adalah b x h = 25 x 14
BAB IV PERENCANAAN CETAKAN