Perancangan Ulir PERENCANAAN WORM SCREW

Maka diperoleh : Vp = L x A A = 2 , 1 1300 , 3 m A = 0,1083 m 3 Maka diperoleh diameter silinder adalah : A = 4 π x D 2 D = π A . 4 D = π 1083 , . 4 D = 1379 , D = 0,371 m = 371 mm Dengan mengambil clereance antar diameter worm screw dan silinder sebesar 2,5 mm, maka diperoleh harga diameter worm screw : D o = 371 mm – 2 x 2,5 D o = 366 mm.

3.3 Perancangan Ulir

Sistem kerja screw press sangat tergantung pada ulir yang terdapat pada worm screw . Ulir inilah yang membawa adukan sawit tadi hingga ke ujung dari ulir. Pada perancangan ulir ini, direncanakan screw press memiliki 5 daun. Dengan jarak picth yang semakin kecil. Gambar 3.2 Gambar bentuk Worm Screw Ulir yang terdapat pada worm screw ini termasuk jenis ulir berpuncak acme thread . Gambar detail dari worm screw ini dapat kita lihat beserta ukuran- ukuran standart dapat kita lihat pada gambar 3.3 Do = diameter luar Dp = diameter picth Di = diameter dalam Ht = tinggi ulir Gambar 3.3 Detail dari ulir berpuncak Dari gambar diatas dapat kita peroleh diameter picth rata-rata Dp = Do – 0,5p – 0,1 ………………………………... literatur 2, hal 671 Rumus berlaku bila Do dan P dalam satuan inchi Dimana : P = jarak antara ulir pada titik atau bagian yang sama P rata-rata = 205 mm = 8,070 inchi Do = diameter Worm screw = 305 mm = 118,95 inchi Maka : Dp = 12,01 – 0,5 8,070 – 0,1 Dp = 7,875 inchi = 200 mm = 20 cm Diameter poros root ulir = 110 mm Maka tinggi ulir : h t = 2 Di Do − h t = 2 110 305 − h t = 97,5 mm Dalam proses penekanannya terhadap adukan sawit, maka adukan ini memberikan reaksi terhadap pergerakan ulir. Tekanan yang disebabkan oleh adukan ini adalah sekitar 50 bar data survey PTPN IV KEBUN P. MANDOGE. P A = 50 bar = 50.10 5 Nm 2 = 5,099.10 5 Kgm 2 Jadi beban yang terjadi pada ulir ini adalah : W = P A x A A = Luas permukaan ulir yang mengalami pembebanan A = Ao – Ai A = 4 4 2 2 Di Do π π − A = 4 2 Di Do − π Dimana : Do = diameter puncak = 305 mm Di = diameter akar poros = 110 mm Sehingga : A = 4 2 Di Do − π A = 4 110 305 2 − π A = 29849,625 mm 2 A = 0,0298 m 2 Maka : W = P A x A W = 5,099.10 5 Kgm 2 x 0,0298 m 2 W = 0,152.10 5 Kg Regangan sebenarnya atau tegangan lentur dapat ditaksir pada dasar atau poros ulir dengan rumus : Tegangan lentur SI = 2 4 Di W A W π = ………………………...... literatur 3, hal 391 Dimana : Di = diameter poros ulir Maka : SI = mm Kg 2 110 152 , 4 π SI = 1,60.10 4 Kgm 2 Tegangan geser pada dasar ulir poros Ss = 3 16 Di T π …………………………………. literatur 3, hal 391 Dimana : T = momen torsi T = W             − + α µ θ µ α θ tan cos tan . cos 2 n n Dp ……………….. literatur 2, hal 674 Dimana : T = torsi yang digunakan untuk memutar batang ulit W = beban yang diterima batang ulir total D p = diameter rata-rata picth μ = koefisien gesekan ulir 0,16 μ c = koefisien gesek pada kollar α = sudut kemiringan ulir θ n = sudut kemiringan alur Sudut kemiringan ulir α α = tan -1     Dp π 1 ……………………………. literatur 2, hal 672 L = m x p Ulir ini termasuk ulir L alur maka m = 1 Sehingga : L = 1 x 205 = 205 mm α = tan -1     200 205 π α = tan -1 0,3265 α = 18,08 Sudut kemiringan alur θ n θ n = tan -1 cos α tan β2 ……………………………. literatur 2, hal 674 dan untuk ulir berpuncak β = 29 ……………………. literatur 2, hal 669 Maka : θ n = tan -1 cos α tan β2 θ n = tan -1 cos 18,08 . tan 29 θ n = tan -1 0,2454 θ n = 13,81 Maka : T = W         +     − + m c n n r Dp . tan cos tan . cos 2 µ α µ θ µ α θ T = 0,152 .10 5         +     − + 08 , 18 tan . 16 , 81 , 13 cos 16 , 08 , 18 tan . 81 , 13 cos 2 200 T = 0,152.10 5     918858382 , 86268521 , 31 T = 527081,022 Kg mm T = 527,081 Kg m Maka tegangan geser pada dasar ulir poros Ss = 3 16 Di T π Ss = 3 110 , . 081 , 527 . 16 π Ss = 2016019,537 2 m Kg Ss = 20,16037.10 5 2 m Kg Tegangan lentur yang dialami oleh ulir adalah : SI max = 2 SI + Ss max SI max = 5 5 10 . 16037 , 20 2 10 . 60 , 1 + SI max = 20.10 5 Kgm 2 Untuk pemilihan bahan perlu ditentukan kekuatan tarik dari bahan rancangan : Ss = 2 1 Sf x Sf t σ ………………………………………… literatur 4, hal 8 Dimana : σt = kekuatan tarik Sf 1 = faktor keamanan yang tergantung pada jenis bahan, kita ambil 6 Sf 2 = faktor keamanan yang tergantung pada bentuk yang berkisar antara 1,3 – 3, dan kita ambil 2,5. σt = Ss Sf 1 x Sf 2 σt = 20,16037.10 5 6 x 2,5 σt = 30240555 Kgm 2 σt = 30,240 Kgmm 2 Dari kekuatan tarik tersebut maka disesuaikan dengan bahan yang akan dipilih pada tabel 3.1, maka bahan yang dipilih S30C. Tabel 3.1 Baja karbon untuk konstruksi mesin dan baja batang yang difinisi dingin untuk poros Standar dan macam Lambang Perlakuan panas Kekuatan tarik kgmm 2 Keterangan Baja karbon konstruksi mesin JIS G 4501 S30C S35C S40C S45C S50C S55C Penormalan Penormalan Penormalan Penormalan Penormalan Penormalan 48 52 55 58 62 66 Batang baja yang difinisi dingin S35C – D S45C – D S55C – D - - - 53 60 72 Ditarik dingin, digerinda, dibubut, atau gabungan antara hal-hal tersebut Sumber : Sularso dan Suga Kiyokatsu, dasar perancangan dan pemilihan elemen mesin, PT. Pradnya Paramita, Jakarta 1980 hal 3

3.4 Perancangan Poros Penghubung dan Pasak